Peranan Bank Umum dalam Perekonomian Pengaturan dan Pengawasan Bank

10 b. Bank Nondevisa Bank Nondevisa merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga transaksi yang dilakukan masih dalam batas-batas negara.

3. Peranan Bank Umum dalam Perekonomian

Peranan bank umum dalam perekonomian adalah sebagai berikut Herman Damawi, 2012: 2-4 a. Menyediakan Berbagai Jasa Perbankan Bank berperan dalam penyedia jasa, baik di bidang yang berkaitan dengan kegiatan keuangan maupun yang tidak berkaitan dengan keuangan. b. Sebagai Jatung dari Perekonomian Dipandang dari segi perekonomian, bank-bank umum berperan sebagai jantung dari perekonomian negara. Uang ibarat darah perekonomian mengalir ke dalam bank, kemudian oleh bank diedarkan kembali ke dalam sistem perekonomian untuk menjalankan proses perekonomian. Jadi, sistem perbankan komersial suatu negara sangat penting untuk berfungsinya perekonomian suatu negara tersebut. c. Melaksanakan Kebijakaun Moneter Bank umum berperan pula sebagai wahana untuk mengefektifkan jalannya kebijaksanaan. Pemerintah di bidang moneter dan perekonomian melalui pengendalian jumlah uang yang beredar 11 dengan mematuhi giro wajib minimum. Jika jumlah uang berlebih, inflasi akan terjadi. Hal ini akan mengganggu jalannya perekonomian. Oleh sebab itu, Bank Sentral Indonesia bertugas mengendalikan jumlah uang yang beredar seoptimal mungkin, dengan tujuan nasional yaitu menciptakan harga yang stabil, pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan kesempatan kerja yang memadai. Bank umum bertindak sebagai sarana yang menjalankan kebijaksanaan Bank Sentral Indonesia tersebut. “Setiap negara berupaya agar perbankan selalu berada dalam kondisi sehat, mengingat peranannya yang sangat penting dalam perek onomian” Bank Indonesia.

4. Pengaturan dan Pengawasan Bank

Bank Indonesia menetapkan peraturan, memberikan dan mencabut izin kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu bank, melaksanakan pengawasan bank serta mengenakan sanksi terhadap bank Veithzal, dkk. 2013: 7. a. Tujuan Pengaturan dan Pengawasan Bank Pengaturan dan pengawasan bank diarahkan untuk mengoptimalkan fungsi perbankan Indonesia sebagai : 1 Lembaga kepercayaan masyarakat dalam kaitannya sebagai lembaga pernghimpun dan penyalur dana, sehingga kelangsungan hidup bank ditentuka oleh kepercayaan masyarakat terhadap bank. 2 Pelaksana kebijakan moneter. 12 3 Lembaga yang ikut berperan dalam membantu pertumbuhan ekonomi. Kesehatan bank sangat terkait dengan kesehatan perekonomian secara keseluruhan. b. Kewenangan Pengaturan dan Pengawasan Bank Pengaturan dan pengawasan bank oleh Bank Indonesia meliputi wewenang sebagai berikut : 1 Kewenangan memberikan izin right to license, yaitu kewenangan untuk menetapkan tata cara perizinan dan pendirian suatu bank. Cakupan pemberian izin oleh Bank Indonesia meliputi pemberian izin pecabutan izin usaha bank, pemberian izin pembukaan, penutupan dan penutupan kantor bank, perberian persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank, pemberian izin kepada bank untuk menjalankan usaha tertentu. 2 Kewenangan untuk mengatur right to regulate, yaitu kewenangan untuk menetapkan ketentuan yang menyangkut aspek usaha dan kegiatan perbankan dalam rangka menciptakan perbankan yang sehat yang mampu memenuhi jasa perbankan yang diinginkan masyarakat. 3 Kewenangan untuk mengawasi right to control, yaitu kewenangan melakukan pengawasan bank melalui pengawasan langsung on site supervision dan pengawasan tidak langsung off site supervision. Pengawasan langsung dapat berupa pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus, yang bertujuan untuk mendapatkan 13 gambaran tentang keadaan keuangan bank dan untuk memantau tingkat kepatuhan bank terhadap peraturan yang berlaku serta untuk mengetahui apakah terdapat praktik-praktik yang tidak sehat yang membahayakan kelangsungan usaha bank. Pengawasan tidak langsung yaitu pengawasan melalui alat pemantauan seperti laporan berkala yang disampaikan bank, laporan hasil pemeriksaan dan informasi lainnya. 4 Kewenangan untuk mengenakan sanksi right to impose sanction, yaitu kewenangan untuk menjatuhkan sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan terhadap bank apabila ssuatu bank kurang atau tidak memenuhi ketentuan. Tindakan ini mengandung unsur pembinaan agar bank beroperasi sesuai dengan asas perbankan yang sehat. c. Sistem Pengawasan Bank Dalam menjalankan tugas pengawasan bank, saat ini Bank Indonesia melaksanakan sistem pengawasan dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pengawasan berdasarkan kepatuhan compliance based supervision dan pengawasan berdasarkan resiko risk based supervisionRBS. Adanya pendekatan RBS, bukan berarti mengesampingkan pendekatan berdasarkan kepatuhan, namun merupakan upaya untuk menyempurnakan sistem pengawasan sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengawasan perbankan. Secara bertahap, pendekatan pengawasan yang diterapkan 14 oleh Bank Indonesia akan beralih menjadi sepenuhnya pengawasan berdasarkan resiko. 1 Pengawasan berdasarkan kepatuhan compliance based supervision Pendekatan pengawasan berdasarkan kepatuhan pada dasarnya menekankan pemantauan kepatuhan bank untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan yang terkait dengan operasi dan pengelolaan bank. Pendekatan ini mengacu pada kondisi bank di masa lalu dengan tujuan untuk memastikan bahwa bank telah beroperasi dan dikelola secara baik dan benar menurut prinsip-prinsip kehati- hatian. 2 Pengawasan berdasarkan resiko risk based supervision 3 Pendekatan pengawasan berdasarkan resiko merupakan pendekatan pengawasan yang berorientasi ke depan forward looking. Dengan menggunakan pendekatan tersebut pengawasanpemeriksaan suatu bank difokuskan pada resiko-resiko yang melekat inherent risk pada aktivitas fungsional bank serta sistem pengendalian resiko risk control system. Melalui pendekatan ini akan lebih memungkinkan otoritas pengawasan bank untuk proaktif dalam melakukan pencegahan terhadap permasalahan yang potensial timbul di bank. Pendekatan pengawasan berdasarkan resiko memiliki siklus pengawasan seperti pada gambar 2.1. 15 Gambar 2.1 Siklus Pengawasan Bank Indonesia 5. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Kesehatan atau kondisi keuangan atau nonkeuangan bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, masyarakat pengguna jasa bank, pemerintah melalui Bank Indonesia, karena kegagalan perbankan akan berakibat buruk pada perekonomian Herman Damawi, 2012: 210. Dengan diketahuinya kondisi suatu bank dapat digunakan oleh pihak-pihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen resiko Veithzal, dkk. 2013: 465. Perkembangan metodologi penilaian kondisi bank bersifat dinamis sehingga sistem penilaian kesehatan bank senantiasa disesuaikan agar lebih mencerminkan kondisi bank yang sesungguhnya, baik saat ini maupun waktu yaang akan datang. Pengaturan kembali hal tersebut antara lain meliputi penyempurnaan pendekatan penilaian kuantitatif dan 16 kualitatif dan penambahan faktor penilaian bilaman perlu. Bagi perbankan, hasil penilaian kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha diwaktu yang akan datang, sedangkan bagi Bank Indonesia dapat digunakan sebagai sarana penetapan kebijakan dan implementasi strategi pengawasan, agar pada waktu yang ditetapkan bank dapat menerapkan sistem penilaian tingkat kesehatan bank yang tepat Veithzal, dkk. 2013: 465. Bank Indonesia dalam menilai tingkat kesehatan bank pada dasarnya menggunakan pendekatan kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi suatu bank. Metode atau cara penilaian tingkat kesehatan bank tersebut dikenal dengan metode CAMELS. CAMELS merupakan aspek yang banyak berpengaruh terhadap kondisi keuangan bank, yang mempengaruhi pula kesehatan bank. Setelah dilakukan pengukuran dengan cara CAMELS, dilanjutkan dengan penilaian tingkat kepatuhan bank pada beberapa ketentuan khusus. Metode CAMELS berisikan langkah-langkah yang dinilai dengan menghitung besarnya masing-masing rasio pada komponen-komponen. Metode CAMELS mencakup komponen-komponen sebagai berikut Veithzal, dkk. 2013: 465 : a. C = Capital : untuk rasio kecukupan modal bank b. A = Assets : untuk rasio kualitatif aktiva produktif c. M = Management : untuk menilai kualitas manajemen d. E = Earning : untuk rasio rentabilitas bank e. L = Liquidity : untuk rasio likuiditas bank 17 f. S = Sensitivity to Market Risk : untuk sensitivitas terhadap resiko Unsur-unsur penilaian dalam metode CAMELS adalah sebagai berikut Kasmir, 2013: 44-46 : a. Aspek permodalan Capital Pada aspek ini penilaian didasarkan permodalan yang ada terhadap penyediaan modal minimum bank. Penilain tersebut didasarkan pada CAR Capital Adequaci Ratio yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Rasio CAR digunakan untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki oleh bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko. Perhitungan CAR sesuai dengan standar Bank Indonesia adalah sebagai berikut Ambo Aman, 2013: 36 : Kriteria penilaian tingkat kesehatan bank terhadap hasil rasio Capital Adequacy Ratio CAR dapat dilihat pada table 2.1. Tabel 2.1 Kriteria Penilaian Rasio CAR Nilai CAR Peringkat Komposit Predikat PK – 1 Sehat PK – 2 PK – 3 Cukup Sehat PK – 4 Kurang Sehat PK – 5 Tidak Sehat Sumber : SE BI Nomor : 623DPNP tanggal 31 Mei 2004 18 b. Aspek kualitas aset Assets Penilaian pada aspek ini yaitu untuk menilai jenis-jenis aset yang dimiliki oleh bank. Penilaian aset harus sesuai dengan peraturan Bank Indonesia dengan memperbandingkan antara aktiva produktif yang diklasifikasikan dengan aktiva produktif. Penilain tersebut didasarkan pada BDR Bad Debt Rasio yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Perhitungan BDR sesuai dengan standar Bank Indonesia adalah sebagai berikut Ambo Aman, 2013: 37 : Kriteria penilaian tingkat kesehatan bank terhadap hasil rasio Bad Debt Rasio BDR dapat dilihat pada table 2.2. Tabel 2.2 Kriteria Penilaian Rasio BDR Nilai BDR Peringkat Komposit Predikat PK – 1 Sehat PK – 2 PK – 3 Cukup Sehat PK – 4 Kurang Sehat PK – 5 Tidak Sehat Sumber : SE BI Nomor : 623DPNP tanggal 31 Mei 2004 19 c. Aspek kualitas manajemen Management Dalam mengelola bank sehari-hari juga dinilai dari aspek kualitas manajemen. Kualitas manajemen dapat dilihat dari kualitas sumber daya manusia yang ada. Penilaian dalam aspek ini yang dilakukan oleh Bank Indonesia meliputi 1 manajemen umum, 2 penerapan sistem manajemen risiko dan 3 kepatuhan Bank terhadap ketentuan yang berlaku serta komitmen kepada Bank Indonesia dan atau pihak lainnya. Dalam faktor ini poin 1 dan 2 merupakan penilaian dari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan yang sifatnya rahasia antara Bank Indonesia dan bank yang bersangkutan. Oleh sebab itu, penulis hanya menggunakan penilaian kepatuhan bank pada ketentuan yang berlaku dengan melihat rasio Giro Wajib Minimum GWM dan rasio Posisi Devisa Netto PDN, karena dalam hal ini rasio dalam kepatuhan tersebut juga mempengaruhi hasil penilaian terhadap kesehatan bank. Sebagaimana telah ditetapkan dalam Pasal 9 dan Pasal 10 PBI No. 157PBI2013 Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing. Perhitungan Nilai Kredit Faktor untuk rasio GWM adalah sebagai berikut : Kriteria penilaian tingkat kesehatan bank terhadap hasil rasio Giro Wajib minimum GWM dapat dilihat pada table 2.3. 20 Tabel 2.3 Kriteria Penilaian Rasio GWM Nilai GWM Predikat Sehat Cukup Sehat Kurang Sehat Tidak Sehat Sumber : SE BI Nomor : 1541DKMP Perubahan ketentuan tentang Posisi Devisa Neto Bank Umum tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia PBI Nomor 1210PBI2010. Perhitungan Nilai Kredit Faktor untuk rasio PDN adalah : Kriteria penilaian tingkat kesehatan bank terhadap hasil rasio Posisi Devisa Netto PDN dapat dilihat pada table 2.4. Tabel 2.4 Kriteria Penilaian Rasio PDN Nilai PDN Predikat Sehat Cukup Sehat Kurang Sehat Tidak Sehat Sumber : http:www.infobanknews.com201206bi-jadikan-td-valas- sebagai-insentif-posisi-devisa-neto http:mindcommonline.combi- kembali-ubah-ketentuan-tentang-posisi-devisa-neto-bank-umum d. Aspek rentabilitas Earning 21 Penilaian pada aspek ini yaitu ukuran kemampuan bank dalam meningkatkan laba setiap periode atau untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank bersangkutan. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara rentabilitas yang terus meningkat. Penilaian pada aspek ini juga dilakukan dengan : 1 Rasio laba terhadap total aset Return On AssetROA 2 Perbandingan biaya operasi dengan pendapatan operasi Rasio ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva aset yang dimilikinya. Perhitungan ROA sesuai dengan standar Bank Indonesia adalah sebagai berikut Ambo Aman, 2013: 39 : Kriteria penilaian tingkat kesehatan bank terhadap hasil rasio ROA dapat dilihat pada table 2.5. Tabel 2.5 Kriteria Penilaian Rasio ROA Nilai BDR Peringkat Komposit Predikat PK – 1 Sehat PK – 2 PK – 3 Cukup Sehat PK – 4 Kurang Sehat PK – 5 Tidak Sehat Sumber : SE BI Nomor : 623DPNP tanggal 31 Mei 2004 22 Rasio BOPO yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Perhitungan BOPO sesuai dengan standar Bank Indonesia adalah sebagai berikut Ambo Aman, 2013: 39 : Kriteria penilaian tingkat kesehatan bank terhadap hasil rasio BOPO dapat dilihat pada table 2.6. Tabel 2.6 Kriteria Penilaian BOPO Nilai BDR Peringkat Komposit Predikat PK – 1 Sehat PK – 2 PK – 3 Cukup Sehat PK – 4 Kurang Sehat PK – 5 Tidak Sehat Sumber : SE BI Nomor : 623DPNP tanggal 31 Mei 2004 e. Aspek likuiditas Liquidity Suatu bank dapat dikatakan liquid, apabila bank yang bersangkutan dapat membayar semua utang-utangnya terutama simpanan tabungan, giro dan deposito pada saat ditagihdan dapat pula memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Secara umum rasio ini 23 merupakan rasio antara jumlah aktiva lancar dibagi dengan utang lancar. Pada aspek ini, rasio yang dianalisis adalah : 1 Rasio kewajiban bersih Call Money terhadap aktiva 2 Rasio kredit terhadap dana yang diterima oleh bank seperti KLBI, giro, tabungan, deposito dan lain-lain. Penilain pada aspek ini didasarkan pada LDR Loan to Deposito Ratio yang telah ditetapkan Bank Indonesia. LDR adalah perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total dana pihak ketiga DPK. Rasio ini akan menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan. Perhitungan LDR sesuai dengan standar Bank Indonesia adalah sebagai berikut Ambo Aman, 2013: 40 : Kriteria penilaian tingkat kesehatan bank terhadap hasil rasio Loan to Deposito Ratio LDR dapat dilihat pada table 2.7. Tabel 2.7 Kriteria Penilaian Loan to Deposito Ratio LDR Nilai LDR Peringkat Komposit Predikat PK – 1 Sehat PK – 2 PK – 3 Cukup Sehat PK – 4 Kurang Sehat PK – 5 Tidak Sehat 24 Sumber : SE BI Nomor : 623DPNP tanggal 31 Mei 2004 f. Aspek Sensitivitas Sensitivity Seperti diketahui bahwa dalam memberikan kredit, perbankan harus memperhatikan dua unsur, yaitu : tingkat perolehan laba yang harus dicapai dan risiko yang harus dihadapi. Langkah-langkah dalam perhitungan tingkat kesehatan bank adalah : a. Menghitung rasio berdasarkan rumus yang ditetapkan b. Menghitung besarnya nilai kredit credit point untuk masing-masing komponen CAMELS c. Mengalikan nilai kredit credit point tersebut dengan bobot masing- masing komponen CAMELS d. Menjumlah seluruh nilai komponen CAMELS e. Menetapkan kategori kesehatan bank. Tabel 2.8 Bobot Komponen CAMEL untuk Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Veithzal, dkk. 2013: 466 No Faktor yang dinilai Komponen yang dinilai Bobot 1 C Permodalan Permodalan rasio modal terhadap aktiva tertimbang 25 25 2 A Kualitas Aktiva Produktif a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif 25 30 25 b. Rasio penyisihan penghapusan aktiva yang dibentuk terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk 5 No Faktor yang dinilai Komponen yang dinilai Bobot 3 M Manajemen a. Manajemen Umum b. Manajemen Risiko 10 15 25 4 E Rentabilitas a. Rasio laba terhadap volume usaha b. Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional 5 5 10 5 L Likuiditas a. Rasio kewajiban bersih call money terhadap aktiva lancar rupiah b. Rasio jumlah kredit yang diberikan terhadap dana yang diterima bank rupiah dan valas 5 5 10 Tabel 2.9 Predikat Kesehatan Bank Kasmir, 2013: 47 Nilai Kredit CAMEL Predikat 81 – 100 Sehat 66 – 81 Cukup Sehat 51 – 66 Kurang Sehat – 51 Tidak Sehat Berdasarkan penetapan hasil peringkat setiap faktor, maka ditetapkanlah peringkat komposit composit rating. Sesuai dengan ketentuan dalam Surat edaran Bank Indonesia Nomor : 623DPNP tanggal 31 Mei 2004, dalam penerapan ketentuan memerlukan persyaratan 26 Tingkat Kesehatan Bank maka predikat Tingkat Kesehatan Bank adalah sebagai berikut : a. Untuk predikat Tingkat Kesehatan “Sehat” dipersamakan dengan Peringkat Komposit 1PK-1 atau Peringkat komposit 2 PK-2 b. Untuk predikat Tingkat Kesehatan “Cukup Sehat” dipersamakan dengan Peringkat Komposit 3 PK-3 c. Untuk predikat Tingkat Kesehatan “Kurang Sehat” dipersamakan dengan Peringkat Komposit 4 PK-4 d. Untuk predikat tingkat Kesehatan “Tidak Sehat” dipersamakan dengan Peringkat Komposit 5 PK-5

B. Penelitian – Penelitian Terdahulu