77
3.2. Analisis
Sesuai dengan fakta yang dapat dilihat dalam gugatan, yang menjadi pokok perkara, kerugian yang dialami oleh Issuing Bank yang merupakan akibat
dari tidak dilunasinya kewajiban PT. Gespamindo kepada PT. Sajahtera Bank dan perbuatan pengangkut PT. Samuderta Indonesia yang menyerahkan pupuk kepada
PT. Gespamindo tanpa BL. Sehingga hakim mengadili sendiri, mengakui bahwa adanya kerugian yang sebabkan oleh tidak diserahkannya BL yang masih
“ditahan” oleh the Issuing Bank dan memutus perkara dengan menggunakan hukum positif Indonesia yaitu KUH Perdata Pasal 1365 Perbuatan Melawan
Hukum. Hanya saja, dalam pandangan Penulis, mestinya Mahkamah Agung dalam
memutus Perkara 1887 menggunakan prinsip dan kaedah-kaedah dalam hukum perdagangan internasional yaitu konversi dan sekaligus sebagai upaya
memperbaiki pandangan hakim yang memutus perkara pada tingkat Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi.
Putusan Pengadilan
Negeri Jakarta
Barat No.
009PDT1985PN.JKT.BAR., yaitu putusan tanggal 18 September 1985, menyatakan Tergugat I, PT. Samudera Indonesia telah melakukan perbuatan
konversi sebagai perbuatan melawan hukum dalam perdagangan internasional, yakni dalam kedudukannya sebagai pengangkut danatau sebagai agen pelayaran
telah menyerahkan barang berupa 3000 metric ton pupuk phosphate kepada pihak ketiga tanpa penyerahan BL. Sehingga merugikan the Issuing Bank sebesar US.
78
169.000,-, para hakim itu menghukum Tergugat I untuk membayar dengan tunai dan sekaligus, dengan penerimaan surat tanda pembayaran yang sah, dengan kurs
US. 1 = Rp. 1.072,- atau kurs yang sedang berlaku pada saat pembayaran dilakukan.
Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat No. 009PDTG1985PN.JKT. BAR., di atas yaitu, putusan mana dalam tingkat banding atas permohonan
Tergugat I telah diperbaiki oleh Pengadilan Tinggi Jakarta dengan putusannya tanggal 8 Januari 1986 No. 544PDT1985PT.DKI., yang dimohonkan banding
ini, akan tetapi dengan perbaikan sehingga berbunyi antara lain; Tergugat I, PT. Samudera Indonesia dalam kedudukannya sebagai pengangkut dan sebagai agen
pelayaran dengan menyerahkan barang berupa 3000 metric ton pupuk phospate kepada pihak ketiga tanpa BL dan PT. Gespamindo yang telah meminta agar
3000 metric ton itu diserahkan tanpa BL, telah melakukan perbuatan melawan hukum, dan oleh sebab itu para hakim telah menghukum importir dan pengangkut
secara tanggung renteng untuk membayar kepada the issuing Bank secara tunai dan sekaligus uang sejumlah US. 169.000,- dengan nilai tukar rupiah pada saat
pembayaran dilakukan, ditambah dengan ganti rugi sebesar 6 setahun dari jumlah tersebut mulai dari gugatan didaftarkan sampai dibayar lunas.
Menurut Penulis, sikap hakim menjatuhkan putusan dengan keyakinan adanya perbuatan melawan hukum hukum positif Indonesia sebagaimana telah
dikemukakan di atas telah mengesampingkan prinsip hukum perdagangan internasional yaitu konversi yang seharusnya bisa digunakan. Mungkin hal itu
79
terjadi karena alasan belum dipahami lembaga atau konsep hukum asing itu di dalam hukum positif Indonesia.
Penulis juga berpendapat bahwa, hakim dalam memutuskan perkara 1887 seharusnya berusaha menemukan kaidah-kaidah hukum yang sejalan dengan
hakikat dari suatu hubungan hukum dan hakikat atau inti dari suatu hubungan hukum yang terletak pada faktor-faktor yang menyebabkan hubungan hukum itu
menjadi khas karakteristik sifatnya, bukan sebaliknya menggunakan ukuran- ukuran yang tidak selalu sesuai dengan prinsip dan sistem hukum asing yang
seharusnya diberlakukan. Jika diperhatikan Putusan 1887 seperti sudah dikemukakan di atas,
merupakan suatu persoalan yang mengandung unsur-unsur konversi, maka dalam penerapan hukum yang lebih berlaku di dalam transaksi adalah adil bila para
hakim dalam mengadili dan memutus perkara Putusan 1887 mengikuti saja prinsip ilmu hukum dengan cara menetapkan lex causae dan menerapkan prinsip
hukum perdagangan internasional yaitu lex mercatoria, khususnya konversi.
Aspek selanjutnya dalam analisi ini perlu dikemukakan bahwa baik PMH maupun konversi, di sana-sini telah dinyatakan mempunyai unsur yang sejatinya
sama, menurut pandangan penulis pada prinsipnya adalah perikatan-perikatan obligations atas kontrak-kontrak contracts yang lahir karena adanya perbuatan
melawan hukum, dalam hal ini adalah perbuatan melawan hak dalam perdagangan internasional.
80
3.3. Matrix Perbandingan Wanprestasi dan PMH