Kerangka Teoretik TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DOI MENRE DALAM PERNIKAHAN ADAT BUGIS DI SARAWAK MALAYSIA.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 11

F. Kerangka Teoretik

Para’ ulama dan fuqaha dalam mencari hukum selalu berpegang teguh pada sumber hukum Islam dan maqasid Asy –Syari’ah dimana salah satu teori penetapan hukum Islam. Oleh karena itu, Abdul Wahhab Khallaf membagi ‘urf menjadi dua macam, yang pertama adalah ‘urf yang saheh dan yang kedua adalah ‘urf yang fasid, Adapun ‘urf yang sahih adalah apa yang telah diketahui masyarakat tidak bertentangan dengan syari’at tidak menghalalkan yang haram dan tidak membatalkan yang wajib, sedangkan ‘urf yang fasid yaitu apa yang telah dikenal masyarakat akan tetapi berlainan atau bertentangan dengan Syari’at atau menghalalkan yang haram atau membatalkan yang wajib. 11 Pelaksanaan adat pemberian atau pembayaran Doi’ menre’ merupakan adat yang dijalankan oleh masyarakat, yang ada pada bagian- bagian dari setiap pelaksanaan adat tersebut mengandung ‘urf baik atau ‘urf yang saheh maupun ‘urf yang fasid, kemudian untuk melihat secara keseluruhan mengenai pelaksanaan kedua adat tersebut menurut pandangan hukum Islam yang pada hakikatnya independen. Dalil ini tidak luput dari kaidah hukum Islam “maslahah mursalah”. 12 Sedangkan penerapan kaidah maslahah mursalah ini pada dasarnya harus memenuhi beberapa syarat antara lain: 1. Maslahah tersebut harus sesuaidengan tujuan Syara’. Tidak bertentangan dengan nas-nas bersifat qat’i. 11 Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Usul al-Fiqh, Kuwait: Dar-al-Qalam, 1978,hlm,89. 12 Ibid.,hlm ,91. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 12 2. Dapat diterima akal, tidak hanya didasarkan pada perasangkaan semata.Dalam penerapannya harus benar-benar dapat merealisasikan manfaat dan menghindarkan bahaya. 3. Maslahah bersifat umum dan bukan untuk kepentingan yang bersifat bersifat pribadi ataupun kelompok. 13 Adat adalah apa yang telah dikenal dan dipraktekkan oleh masyarakat baik berupa perkataan,perbuatan ataupun tidak melaksanakan meninggalkan. Keberadaan adat ini diakui sebagai salah satu sumber hukum Islam selama tidak menyalahi ketentuan nas dan kebiasaan yang hidup dalam masyarakat. Sedangkan permasalahan yang ada di Desa Sadong Jaya, Asajaya , Sarawak, terutama yang berkaitan dengan Doi’ menre’ uang hantaran mahar sompadan cincin tunangan passio yang harus dipenuhi oleh pihak priakepada pihak perempuan itu salah satu perbuatan adat yang sangat dianjurkan dalam Islam, dalam hal ini sudah menyalahi ketentuan nas. Kalau ditinjau dari sumber pokok hukum Islam yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah yang berkaitan dengan mahar,adalah: 4 Artinya: Artinya: Berikanlah maskawin mahar kepada wanita yang kamu nikahi sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah ambillah pemberian itu sebagai makanan dengan penuh kelahapan lagi baik akibatnya.surat an-nisa’:4 13 Wahbah az-Zuhaili,Usul al-Fiqh al-Islam, Beirut:Dar al-Fikr,1986, hlm,799-800. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 13 Sedangkan dalil yang lain yang menjadi dasar dalam pembahasanya selain al-Qur’an yaitu hadis Nabi yang berbunyi: ﺎﻧﺛدﺣ ﻰﯾﺣﯾ ﺎﻧﺛدﺣ ﻊﯾﻛو ن ﻋ نﺎﯾﻔﺳ ن ﻋ ﻲ ﺑأ مز ﺎﺣ ن ﻋ لﮭﺳ ن ﺑ دﻌﺳ ن أ ﻲ ﺑﻧﻟا ﻰ ﻠﺻ ﷲ ﮫﯾﻠﻋ مﻠﺳ و ل ﺎﻗ ل ﺟ ر ﻟ ج و ز ﺗ و ﻟو مﺗﺎﺧ ﺑ ن ﻣ دﯾدﺣ 14 Artinya: Telah berkata Yahya kepada Abu Sufian Abu Hazem Bin Saad jelas bahawa Nabi saw berkata kepada orang yang berkahwin walaupun meterai besi. Ayat al-Qur’an dan al Hadis dia atas bahwa sesungguhnya pemberian yang harus diberikan calon suami terhadap suami terhadap istrinya tidak lain berdasarkan atas kemampuan dan kesanggupan calon suami dalammemberikan maharnya, bukan Doi’ menre’ uang hantaran dan yang lain mengiringi mahar tersebut sehingga memberatkan bagi calon suami. Sedangkan Islam sendiri tidak memberikan ketentuan batasan sedikitpun atau besarnya jumlah mahar. Bahkan boleh dengan benda yang bermanfaat lainnya. 15 Tapi perlu diketahui dan dicermati dengan baik bahwa doi’ menre’ adalah sebuah kebiasaan atau adat bagi masyarakat Bugis yang jumlahnya yang mengikat sesuai dengan kesepakatan bersama yang mesti dilaksanakan bagi calon suami jika hendak menikahi calon mempelai perempuan sebab itu adalah sebuah ketentuan yang telah ada dari zaman dahulu kala. 14 Al-Imam Abi ‘ Abdillah Ibn Ismail Al-Bukhari,Sahaih al-Bukhari _Beirut:Dar al- Fikr,1995,III:267, Hadis Nomor 5150 “Kitab an-Nikah,”Bba al Mahr bi al-Urud wa Khatmi min Hadid.”Hadis dari Sahal Ibn Sa’ad” 15 Mustafa al-Khin,dkk,Fiqh al-Manhaji, Damaskus: Dar al-Qalam, IV:88. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 14

G. Definisi Operasional