TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HUKUM DAN PELAKSANAAN LAFAZ CERAI DI LUAR MAHKAMAH SYARI’AH : STUDI KASUS DI SIBU SARAWAK MALAYSIA.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ABSTRAK
Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang berjudul ‚Tinjauan Hukum
Islam Terhadap Hukum Dan Pelaksanaan Lafaz Cerai Di Luar Mahkamah
Syari’ah: (Studi Kasus di Sibu Sarawak Malaysia)‛. Penelitian ini bertujuan
untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan yaitu: Bagaimana hukum dan
pelaksanaan lafaz cerai di luar mahkamah menurut Ordinan 43 Keluarga Islam
Negeri Sarawak Tahun 2001?. Seterusnya bagaimana tinjauan yuridis terhadap
kasus lafaz cerai Mazwandy Yahya terhadap isterinya yang dilafazkan di luar
mahkamah?.
Penelitian ini merupakan penelitian pustaka (Library Research). Data
yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif,
yaitu menggambarkan ketentuan-ketentuan serta hukum dan pelaksanaan lafaz
cerai di luar mahkamah menurut Undang-Undang Mahkamah Syariah Sarawak,
Malaysia, dengan pola pikir induktif. Selain metode deskriptif, penulis juga
mengunakan metode wawancara, adalah suatu bentuk komunikasi, yakni dengan

cara bertanya kepada subjek atau informan untuk mendapatkan informasi yang
diinginkan.
Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa perceraian di luar pengadilan
tidak dibolehkan oleh Ordinan 43 Keluarga Islam Negeri Sarawak Tahun 2001,
Jika didapati melakukan lafaz cerai di luar mahkamah dengan sengaja dan
terbukti barsalah makah pihak mahkamah mempunyai wewenang untuk
menggenakan sanksi kepada pihak terbabit.
Dengan adanya penelitian ini diharap dapat menjadi referensi yang
bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan bagi pembentukan suatu
produk hukum. Sekaligus diharap menjadi literatur yang bisa dipertanggung
jawabkan sebagai sumber kajian mahasiswa. Akhirnya kritik dan saran yang
membangun sangatlah dibutuhkan dari semua pihak supaya segala kekurangan
dan kekhilafan dapat dikoreksi dan dibenahi.

v
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM .......................................................................................


i

PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................................

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...............................................................

iii

PENGESAHAN............................................................................................

iv

ABSTRAK ....................................................................................................

v

MOTTO ........................................................................................................


vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................

vii

DAFTAR ISI .................................................................................................

ix

DAFTAR TRANSLITERASI ......................................................................

xi

BAB I

:

BAB II :


PENDAHULUAN ..................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah ....................................................

1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ......................................

6

C. Rumusan Masalah ..............................................................

7

D. Kajian Pustaka ...................................................................

7


E. Tujuan Penelitian ...............................................................

9

F. Kegunaan Hasil Penelitian ................................................

10

G. Definisi Operasional .........................................................

11

H. Metode Penelitian ..............................................................

12

I. Sistematika Pembahasan ...................................................

15


Tinjauan Umum Tentang Talaq ..............................................

17

A. Pengertian Talaq dan Dasar Hukum Talaq.......................

17

1. Pengertian Talaq ..........................................................

17

2. Dasar Hukum Talaq .....................................................

20

B. Syarat dan Rukun Talaq ....................................................

23


C. Macam-Macam Talaq ........................................................

24

D. Hukum Menjatuhkan Talaq............................................

31

ix

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB III :

Perceraian Di Luar Mahkamah Menurut Ordinan 43 Keluarga Islam
Tahun 2001, Negeri Sarawak: (Studi Kasus di Sibu Sarawak
Malaysia)
35
A. Ordinan 43 Keluarga Islam Tahun 2001............................


35

1. Latar Belakang Ordinan 43 Keluarga Islam Negeri
Sarawak Tahun 2001 ..................................................

35

2. Landasan dan Dasar Hukum Ordinan 43 Keluarga
Islam Negeri Sarawak Tahun 2001..............................

40

3. Sumber Rujukan Ordinan 43 Keluarga Islam Negeri
Sarawak Tahun 2001 ...................................................

44

B. Hukum Dan Pelaksanaan Menurut Undang-Undang
Syariah…………………………………………………


45

1.

Prosedur Lafaz Cerai di Luar Mahkamah ...................

45

2.

Proses Lafaz Cerai di Luar Mahkamah.......................

46

3. Tindakan Susulan Selepas Berlaku Perceraian..............

BAB IV :

BAB V :


51

C. Studi Kasus Lafaz Cerai di Luar Mahkamah ....................

51

ANALISA LAFAZ CERAI DI LUAR MAHKAMAH
MENURUT
TEORI
TALAQ
DALAM
FIQH
MUNAKAHAT .......................................................................

54

A. Perspektif Fiqh ...................................................................

54


B. Status Hukum ....................................................................

60

C. Analisa Penulis...................................................................

63

PENUTUP ...............................................................................

65

A. Kesimpulan .......................................................................

65

B. Saran .................................................................................

66

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah
Perkawinan adalah suatu akad yang menghalalkan pergaulan antara
seorang laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim serta menimbulkan hak dan
kewajiban antara keduanya.1
Perkawinan merupakan ibadah sunnah yang sangat penting dalam
kehidupan manusia karena dengan melakukan pernikahan yang sah, hubungan
laki-laki dan perempuan menjadi terhomat, sesuai dengan kedudukan manusia
sebagai makhluk yang mulia dimuka bumi ini. Sementara nikah dari segi istilah
syara’ ialah suatu akad yang memboleh kan pasangan suami isteri mengambil
kesenangan diantara satu sama lain berdasarkan cara-cara yang dibenarkan
syara’.2
Dalam Al-Qur’an perkawinan disebutkan antara lain dalamsurat An-Nisa’
ayat 1 yang berbunyi:

‫ۡج ا بَّ م ۡ ا جا ٖا‬

‫ٓيأي ا ل َاس تَق اْ َب م َل ي خ ق م مِ َفّٖۡ حدةٖ خ ق م ۡ ا‬

٢ ‫بهۦ لۡأ ۡحا ۚ إ َ لَه كا ع يۡ مۡ قيبٖا‬

‫ٖ تَق اْ لَه لَ ي تّآءل‬
ۚ ‫كثي ٖا ّٓاء‬

Artinya: ‚Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
1

Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, 5.
Mohammad Saleh, Perkawinan dan Perceraian dalam Islam, (Selangor Darul Ehsan: Hazrah
Enterprise, 2009), 4.
2

1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah
menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang
biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada
Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta
satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu‛.3
Pernikahan harus didasari dengan cinta, kasih sayang dan saling menghargai
serta menghormati. Hal ini dilakukan agar bahtera rumah tangga dapat terpelihara
dengan baik sehingga bisa abadi dan dapat mewujudkan pernikahan yakni
menjadi keluarga yang nyaman, damai, tenteram dan sejahtera. Namun begitu,
seandainya rumah tangga yang dibina dan ikatan perkawinan yang dijalankan
sudah tidak ada persefahaman lagi dan rumah tangga bahagia yang diharapkan
sudah berubah, mereka bisa memutuskan ikatan perkawinan dengan cara yang
dibenarkan oleh syara’.4
Perceraian merupakan salah satu untuk mengakhiri sebuah pernikahan.
Walaupun pada dasarnya pernikahan memiliki tujuan yang bersifat selamalamanya, tetapi adakalanya disebabkan oleh keadaan yang mengakibatkan
pernikahan tidak dapat dipertahankan lagi sehingga harus diputuskan di tengah
jalan atau terpaksa diputus melalui perceraian.
Pengertian Perceraian menurut bahsa Indonesia berarti ‚pisah‛ dari kata

3

Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahannya, 114.
Salleh Ismail, Pembubaran Perkahwinan Mengikut Fiqh dan Undang-Undang keluarga Islam (Kuala
Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, Cetakan Pertama 2003), 6.

4

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

dasar ‚cerai‛ yang memiliki arti pisah, kemudian mendapat awalan ‚per‛ dan
akhiran‛an‛, yang berfungsi sebagai pembentuk kata benda abstrak, sehingga
menjadi ‚Perceraian‛, yang berarti proses putusnya hubungan suami istri5.
Sedangkan menurut bahasa, at-t}ala@q (Perceraian) berasal dari kata at-it}la@q yang
berarti melepaskan atau meninggalkan.6
Perceraian dalam istilah fiqh disebut talak. Talak menurut arti umum ialah
segala macam bentuk perceraian baik dijatuhkan oleh suami, yang ditetapkan
oleh hakim, maupun perceraian jatuh dengan sendirinya atau perceraian karena
meninggal saalah seorang dari suami atau isteri.7 Sedangkan menurut KHI pasal
117 perceraian adalah ikrar suami di hadapan sidang pengadilan Agama yang
menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan.8
Perceraian ini terdapat pelbagai prosedur yang telah ditetapkan oleh Jabatan
Kehakiman Syariah Sarawak, Malaysia. Salah satu daripada jenis perceraian
adalah perceraian di luar mahkamah. Perceraian ini bermaksud perbuatan
menceraikan isteri tanpa ijin mahkamah. Perceraian seperti ini sering berlaku
disebabkan kejahilan dan kebanyakan tidak mengetahui akibat serta kesan
terhadap undang-undang.

5

Anton.A.Moeliono, et.al, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1996, 163.
Slamet Abidin, Fiqih Munakahat II, Bandung: Pustaka Setia, 1999, 9.
7
Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan, (Yogyakarta: Liberty,
2007), 103.
8
Pasal 117 Kompilasi Hukum Islam.

6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

Perceraian di luar mahkamah bisa berlaku dalam perbagai keadaan sama ada
secara sori@h ( jelas ) atau kina@yah (sindiran ). Al-Jazairi berpendapat bahwa
hanya kedua-dua lafaz ini saja bisa menjatuhkan talak.9
Oleh karena itu, talak tidak akan terjadi melalui perbuatan dan tindakan
suami seperti menghantar isteri pulang ke rumah orang tuanya walaupun
mempnyai niat. Selain daripada bentuk perceraian memalaui lafaz atau perkataan
ini, terdapat juga kasus yang menglibatkan perceraian melalui tulisan.
Fuqaha’ terutama dari ke empat mazhab dalam perkara ini mempunyai
pelbagai pandangan kedudukan talak melalui tulisan. Al- Syafi’yah dan alMalikiyyah berpendapat talak melalui tulisan walaupun dalam bentuk soreh (
jelas ) tidak bisa menjatuhkan talak dan tidak bisa mendatangkan kesan kecuali
disertai dengan niat.
Banyak faktor yang bisa menyebabkan terjadinya perceraian dalam sebuah
perkawinan. Antaranya adalah ke tidak sefahaman dan kurangnya sifat tolak
ansur antara suami isteri. Perceraian bisa berlaku disebabkan oleh pasangan
masing-masing tidak bisa memuaskan tuntutan seksual. Selain itu, faktor
ekonomi dan jurang pendapatan bisa menjadi punca perceraian, dan paling utama
jika suami tidak bertanggungjawab dan kekerasan dalam rumah tangga atau isteri

Abdurrahman al-Jaziri, Kitab al Fiqh ‘ala@ Madha@hib al Arba’ah, juz IV, Mesir: Maktabah alTijariyah, t.th, 278.
9

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

selingkuh dan lain-lain lagi10
Perceraian merupakan sesuatu yang diperbolehkan tetapi agama islam
memandang bahwa perceraian adalah sesuatu yang bertentangan dengan asas-asas
Hukum Islam. Sebagaimana hadist Rasulullah SAW:

.11
Artinya: Dari Ibnu Umar Radliyahllaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu

‘alaihi wa Sallam bersabda: Perbuatan halal yang paling dibenci Allah
ialah cerai.‛ Ibnu Majah.12

Namun perceraian hendaklah mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, jika
pasangan yang ingin melakukan perceraian tanpa ijin dari mahkamah, maka
mahkamah akan mengambil tindakan yang sewajarnya. Di Sarawak ada kasus
yang tidak sesuai dengan prosedur yang ditetapkan yaitu di karena suami
melafazkan talak di luar mahkamah.
Manakala menurut Ordinan 43 Keluarga Islam Negeri Sarawak tahun 2001.
Perceraian hendaklah berlaku dalam mahkamah dan dengan ijin mahkamah
10

Salleh Ismail, Pembubaran Perkahwinan Mengikut Fiqh dan Undang-Undang keluarga Islam (Kuala
Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, Cetakan Pertama 2003), 7.
11
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah dalam Mausu’ ah Al Hadist Kitabu Sittah, (Riyadh: Darus Salam,
2008), 2597.
12
Hakim, Irfan Maulana, Bulughul Maram, (Bandung: Mizan Pustaka, 2010), 437.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

berdasarkan kepada Seksyen 45 Ordinan Keluarga Islam, 2001. Sekiranya berlaku
lafaz cerai di luar mahkamah ianya merupakan satu kesalahan Seksyen 128,
Ordinan Undang-undang Keluarga Islam, 2001.13
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk
mengkaji serta meneliti masalah yang berjudul ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Hukum dan Pelaksanaan Lafaz Cerai di Luar Mahkamah Syari’ah: (Studi Kasus
di Sibu Sarawak Malaysia)‛.
B.

Identifikasi Dan Batasan Masalah
Dari uraian yang ada pada latar belakang masalah tersebut di atas, maka
dapat digambarkan masalah yang mungkin timbul yaitu:
1. Tentang Ordinan 43 Keluarga Islam Negeri Sarawak 2001.
2. Pengenalan tentang Mahkamah Syari’ah Sarawak.
3. Hukum dan pelaksanaan lafaz cerai di luar mahkamah menurut Ordinan 43
Keluarga Islam Negeri Sarawak 2001.
4. Kasus lafaz cerai Mazwandy Yahya terhadap istrinya di luar mahkamah.
Dari indentifikasi masalah tersebut di atas, maka permasalahan yang akan
dibahas, penulis membatasi sebagai berikut:

13

Ordinan 43 Keluarga Islam Negeri Sarawak Tahun 2001, seksyen 128.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

1. Hukum dan pelaksanaan lafaz cerai di luar mahkamah menurut Ordinan 43
Undang-Undang Keluarga Islam, 2011 Sarawak, Malaysia.
2.

Kasus lafaz cerai Mazwandy Yahya terhadap isterinya yang dilafazkan di
luar mahkamah.

C.

Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah
dalam skripsi ini adalah:
1. Bagaimana hukum dan pelaksanaan lafaz cerai di luar mahkamah menurut
Ordinan Undang-Undang Keluarga Islam, 2001 Sarawak, Malaysia?
2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap kasus lafaz cerai Mazwandy
Yahya terhadap isterinya yang dilafazkan di luar mahkamah?

D.

Kajian Pustaka
Penelitian ini pada dasarnya adalah untuk menegaskan bahwa kajian
penelitian

ini

bukan

merupakan

pengulangan

atau

duplikasi

dari

kajian/penelitian sebelumnya. Pembahasan yang mengenai, ‚Tinjauan Hukum

Islam Terhadap Hukum dan Pelaksanaan Lafaz Cerai di Luar Mahkamah
Syari’ah: (Studi Kasus di Sibu Sarawak Malaysia)‛, belum penulis temukan.
Adapun penelitian pustaka yang sedikit berhubungan dengan pembahasan
dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut:

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

Adapun penelitian yang sedikit berhubungan dalam karya tulis ini
adalah:
1. Skripsi yang ditulis Siti Aminah yang berjudul ‚Talak di Luar Sidang dan

Hubungannya dengan UU No. 1 Tahun 1974 serta Proses Penyelesaian
Perceraian di Pengadilan Jepara‛ . Skripsi ini menjelaskan bahwa talak
diluar sidang yang diajukan perkaranya dapat diterima dan diproses tetapi
jika tidak diajukan maka Pengadilan menolak talak tersebut.
2. Skripsi yang ditulis Virginia Runny Al Zaiban yang berjudul ‚Analisis

Yuridis di Luar Pengadilan di Desa Sera Tengah Kecamatan Bluto
Kabupaten Sumendep‛ . Skripsi ini menjelaskan bahwa proses perceraian
di luar pengadilan. Pihak yang ingin bercerai secara kekeluargaan dapat
mengajukan keinginannya utuk bercerai kepada Kepala Desa dan meminta
bantuannya untuk menceraikan dengan pasangan tanpa melalui proses
hukum yakni tidak melalui KUA ataupun Pengadilan Agama. Pengajuan
ini harus didasari dengan alasan yang kuat sehingga dapat meyakinkan
Kepala Desa bahwa hubungan keduanya memang tidak dadpat
dipertahabkan lagi. Dari segi perundang-undangan yang berlaku, bentuk
pelaksanaan ini tidak sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan oleh
Pemerintah yakni mengenai tata cara perceraian yang benar. Hal ini sesuai
dengan pasal 14 – 18 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Tentang

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

Tata cara Perceraian14.
Sedangkan skripsi ini berjudul ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Hukum dan Pelaksanaan Lafaz Cerai di Luar Mahkamah Syari’ah: (Studi
Kasus di Sibu Sarawak Malaysia)‛, berbeda dengan skripsi diatas. Penulis
memfokuskan penelitian pada hukum dan pelaksanaan Ordinan 43 Keluarga
Islam Negeri Sarawak tahun 2001.
E.

Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian perlu
untuk mengetahui satu persatu dari rumusan masalah di atas antaranya sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui hukum dan pelaksanaan lafaz cerai di luar mahkamah
menurut Ordinan Undang-Undang Keluarga Islam, 2001 Sarawak,
Malaysia.
2. Untuk mengetahui kasus lafaz cerai Marwandy Yahya terhadap isterinya
yang dilafazkan di luar mahkamah.

14

Virginia Runny Al Zaiban yang berjudul Analisis Yuridis di Luar Pengadilan di Desa Sera Tengah
Kecamatan Bluto Kabupaten Sumendep, Skripsi pada Jurusan Ahwal al-Syakhsiyah Fakutas Syari’ah
UIN Sunan Ampel Surabaya, 2013.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

F.

Kegunaan Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan memiliki nilai kegunaan sebagai
berikut:
1. Aspek Teoritis:
Untuk memperkayakan khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang

Ahwal Al-Syakhsiyah, terutama dalam bidang yang berkaitan, selain sebagai
kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa dan
terhadap para praktisi hukum yang ingin menambah wacana secara teori
terhadap pembentukan dan penerapan hukum oleh kedua negara yang
menganut hukum yang berbeda.
2. Aspek Praktis:
Penulisan ini juga diharapkan dapat memberi kontribusi wacana bagi
perkembangan dunia hukum di antara kedua negara agar segera mencapai cita
negara yang baik sebagaimana yang diamanatkan dalam undang-undang pada
kedua negara, sekaligus memberi sumbangan pemikiran bagi mereka yang
berminat mengkaji seta mengembangkan pengetahuan tentang sebuah undangundang negara lain. Di samping juga dapat dijadikan sebagai hipotesa dalam
rujukan untuk penelitian selanjutnya dalam bidang keilmuan Islam secara umum
dan sistem penerapan di negara Malaysia.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

G.

Definisi Operasional
Untuk menghindari adanya kekeliruan dan kesalahan dalam memahami
judul skripsi ini, perlunya ada pembatasan pengertian serta penjelasan terhadap
judul ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Hukum dan Pelaksanaan Lafaz Cerai di

Luar Mahkamah Syari’ah: (Studi Kasus di Sibu Sarawak Malaysia)‛, sebagai
berikut:
Lafaz cerai di
luar mahkamah

: Tindakan suami menceraikan isteri di luar
pengadilan agama yang tidak mengikut
prosedur dan ijin dari pengadilan agama.

Undang-Undang Syariah
Sarawak, Malaysia

: adalah Ordinan 43 Keluarga Islam Negeri
Sarawak

Tahun,

perkawinan,

2001

mengenai

perceraian,

nafkah,

penjagaan, dan perkara-perkara lain yang
berkaitan dengan kehidupan keluarga
khusus untuk masyarakat Islam Sarawak,
Malaysia. Sarawak merupakan negara
bahagian

dalam

Malaysia.

Sarawak

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

bergabung dalam Malaysia pada tanggal
20 juli 1963. Setiap negara bahagian
dalam

Malaysia

memiliki

undang-

undang yang berbeda antara satu sama
lain,

khususnya

dalam

urusan

keagamaan.

Jadi yang dimaksudkan dengan ‚Tinjauan Hukum Islam Terhadap Hukum

dan Pelaksanaan Lafaz Cerai di Luar Mahkamah Syari’ah: (Studi Kasus di Sibu
Sarawak Malaysia)‛, adalah menganalisa tentang hukum dan pelaksanaan lafaz
cerai di luar pengadilan menurut menurut Undang-Undang Syariah Sarawak,
Malaysia.
H.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian
pustaka. Adapun pembahasan mengenai lafaz cerai di luar mahkamah: hukum dan
pelaksanaan menurut Undang-Undang Syariah Sarawak, Malaysia dengan cara
melakukan analisa data, yaitu menganalisa buku-buku yang ada berkaitannya
dengan lafaz cerai luar mahkamah.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

1. Data yang dikumpulkan
Data tentang hukum dan pelaksanaan lafaz cerai di luar mahkamah menurut
Ordinan 43 Undang-Undang Keluarga Islam, 2001 Sarawak, Malaysia. Dalam
penelitian ini, kasus yang diteliti adalah lafaz cerai di luar mahamah,
Mazwandy Yahya terhadap istrinya.
2. Sumber data
Untuk mendapatkan data-data tersebut di atas ada dua sumber data yaitu
sumber primer dan sumber sekunder:
a. Primer:
1)

Pihak yang terlibat yaitu Mazwandy Yahya dan istrinya.

2) Ordinan 43 Undang-Undang Keluarga Islam Negeri Sarawak Tahun
2001.
b.

Sekunder:
Data sekunder, yaitu data yang mencakup dokumen-dokumen resmi bukubuku yang masih berhubungan dengan judul di atas, jurnal dan sejenisnya.
1) Jabatan Percetakan Negara Kuching, Sarawak, Ordinan Undang-Undang

Keluarga Islam Sarawak Tahun 2001.
2) Jabatan Percetakan Negara Kuching, Sarawak, Ordinan Acara Mal

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

Syari’ah Tahun 1991.
3) Jabatan Percetakan Nasional Kuching, Sarawak, Ordinan Mahkamah

Syari’ah Sarawak Tahun 1991.
4) Nora Abdul Hak, Role Of Conciliatory Committee and Hakam: Practice

and Provisions of The Islamic Family Law in Malaysia.
5) Ahmad Ibrahim & Ahilemah Joned, Sistem Undang-Undang di

Malaysia.
6) Ahmad Ibrahim, Undang-Undang Keluarga Islam Malaysia.
3. Teknik pengumpulan data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan dua metode yaitu:
a. Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi, yakni dengan cara bertanya
kepada subjek atau informan untuk mendapatkan informasi yang
diinginkan guna mencapai tujuannya dan memperoleh data yang akan
dijadikan sebagai bahan laporan penelitiannya. Wawancara dalam hal ini
dilakukan terhadap Mazwandy Yahya yang melafazkan cerai terhadap
istrinya di luar mahkamah.
b. Dokumentasi, yaitu meneliti tentang Ordinan 43 Keluarga Islam Negeri
Sarawak Tahun 2011, Syeksen 128 yang membahas tentang perceraian di

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

luar Mahkamah Syari’ah serta menelaah secara teliti data yang berkaitan
dengan masalah yang dibahas.
4. Teknik analisis data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
Deskriptif, yaitu menggambarkan ketentuan-ketentuan serta hukum dan
pelaksanaan lafaz cerai di luar mahkamah menurut Undang-Undang Mahkamah
Syariah Sarawak, Malaysia, dengan pola pikir induktif.
I.

Sistematika Pembahasan
Dalam setiap pembahasan sesuatu masalah, sistematika pembahasan
merupaka sesuatu aspek yang sangat penting, karena sistematika pembahasan
ini dimaksud untuk mempermudahkan bagi pembaca dalam mengetahui alur
pembahasan yang terkandung di dalam skripsi. Untuk memberikan jaminan
bahwa pembahasan yang termuat dalam penulisan ini benar-benar mengarah
kepada tercapainya tujuan yang ada maka penulis membuat sistematika sebagai
berikut:
Bab I Berupa pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, identifikas
dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka, tujuan penelitian,
kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metode penelitian dan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

sistematika pembahasan.
Bab II Pembahasan mengenai tinjauan umum tentang talaq, meliputi:
Pengertian Talak, Dasar Hukum Talak, Syarat dan Rukun Talak, MacamMacam Talak, Hukum Menjatuhkan Talak.
Bab III Pembahasan mengenain Ordinan 43 Undang-Undang Keluarga Islam
Negeri Sarawak Tahun 2001, mengenai lafaz cerai di luar mahkamah. Serta
kasus Mazwandy Yahya malafazkan cerai terhadap istrinya di luar mahkamah.
Bab IV Analisis lafaz cerai di luar mahkamah menurut teori talaq dalam fikih
munakahat.
Bab V Adalah penutup yang memuatkan kesimpulan, saran dan lampiran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG TALAQ

A. Pengertian Dan Dasar Hukum Talaq
1. Pengertian
Menurut bahasa, talak berasal dari kata ‫ اإرسال‬: ‫ ااطاق‬yang
bermaksud melepaskan, meninggalkan atau melepaskan ikatan perkawinan.1
Dalam kitab kifayatul akhyar disebutkan bahwa talak menurut bahasa adalah
melepaskan ikatan.2
Menurut istilah, seperti yang dituliskan al-Jaziri, talak adalah
melepaskan ikatan (‫ )حل القيد‬atau bisa juga disebutkan pelepasan ikatan
dengan menggunakan kata-kata yang telah ditentukan.3 Sayyid Sabiq
mendefinikan talak dengan upaya untuk melepaskan ikatan perkawinan dan
selanjutnya mengakhiri hubungan perkawinan itu sendiri.4
Di dalam kitab kifa@yatul akhya@r menjelaskan talak sebagai sebuah
nama untuk melepaskan ikatan perkawinan dan talak adalah lafadz jahiliyyah
yang setelah islam datang menetapkan lafadz itu sebagai kata untuk

1

Wahbah Zuhaili, Fiqh dan Perundangan Islam, Terjemahan Ahmad Syeid Husain, Dewan
Bahasa dan Pustaka, Jilid VII (Selangor, 2001), 579.
2

Taqituddin, Kifayatul Akhyar, Juz II (Bandung: Al- Haromain Jaya, 2005), 84.

3

Abdurrahman Al-Jaziri, Kitab Al-Fiqh ‘Ala@ Madha@hib Al-Arba’ah, Juz IV (Kairo: Dar Fikr,t.t),
278.
4

Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, Juz II (Beirut: Dar Fikr, 1983), 206.

17

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

melepaskan nikah. Dalil-dalil tentang talak itu berdasarkan al-kitab, hadits,
ijma’ ahli agama dan ahli sunnah. 5
Dari defini di atas, bahwa talak adalah pemutusan tali perkawinan dan
talak merupakan suatu yang disyariatkan.6 Dan jelaslah bahwa talak
merupakan sebuah institusi yang digunakan untuk melepaskan sebuah ikatan
perkawinan, dengan demikian ikatan perkawinan sebenarnya dapat putus dan
tata caranya telah di atur baik dalam fikih maupun di dalam Undang-Undang
No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam (KHI).7
Pada dasarnya, kehidupan rumah tangga harus didasari oleh
mawaddah, rahmah dan cinta kasih, yaitu bahwa suami isteri harus
memerankan peran masing-masing, yang satu dengan yang lainnya saling
melengkapi. Di samping itu harus juga diwujudkan keseragaman. Keeratan .
kelembutan dan saling pengertian satu dengan yang lain sehingga rumah
tangga menjadi hal yang sangat menyenangkan, penuh kebahagiaan,
kenikmatan dan melahirkan generasi yang baik yang merasakan kebahagian
yang dirasakan oleh orang tua mereka.8
Jika mata air cinta dan kasih sayang sudah kering dan tidak lagi
memancarkan airnya, sehingga hati salah satu pihak atau keduanya (suami
isteri) sudah tidak lagi merasakan cinta kasih, lalu kedua-duanya sudah tidak

5

Taqiyuddin, Kifa@yatul Akhya@r, 84.

6

Syeikh Hassan Ayyub, Fikih Keluarga, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006), 207.

7

Amiur Nuruddin, dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia , (Jakarta:
Kencana 2004) 207.
8

Syeikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, 205.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

saling mempedulikan satu dengan lainnya serta sudah tidak menjalankan
tugas dan kewajibannya masing-masing, sehingga yang tinggal hanya
pertengkaran dan tipu daya. Kemudian keduanya berusaha memperbaiki,
namun tidak berhasil, begitu juga keluarganya yang telah berusaha
melakukan perbaikan, namun tidak kunjung berhasil pula, maka pada saat itu,
talak adalah kata yang paling tepat seakan-akan ia merupakan setrika yang di
dalamnya terdapat obat penyembuh, namun ia merupakan obat yang paling
akhir diminun.9
Sebagaimana yang disebut dalam pasal 1 Undang-Undang No. 1
Tahun 1974 tentang Perkawinaan dijelaskan bahwa tujuan perkawinan adalah
membentuk keluarga yanag bahagia, kekal berdaassarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa atau dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) disebutkan dengan

mitsaqan ghalizha (ikatan yang kuat), namun dalam realitanya seringkali
perkawinan disebut kandas di tengah jalan yang mengakibatkan putusnya
perkawinan baik karena kematian, perceraian ataupun karena putusnya
berdasarkan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang.10
Kompilasi Hukum Islam (KHI) menjelaskan yang dimaksud dengan
talak adalah: ‚Ikrar suami di hadapan sidang pengadilan agama yang menjadi
salah satu sebab putusnya perkawinan dengan cara sebagaimana dimaksud
dalam pasal 129, 130, dan 131.‛11
9

Ibid, Fikih Keluarga, 205.

10

Martiman Prodjohamidjodjo, Hukum Perkawinan Indonesia, (Jakarta: Indonesia Legal Center
Publishing, 2002), 41.
11

Amiur Nuruddin, dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, 220.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

2. Dasar Hukum Talak
Setiap produk hukum pastilah selalu didasarkan dengan hukum yang
mempertimbangkan akan kedudukan produk hukum tersebut, tidak terkecuali
dengan adanya talak. Berikut yang menjadi landasan hukum terhadap
eksistensi talak dalam rumah tangga.
a) Dalil al-Qur’an
i. Firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah 229 :

َ‫ه‬

ۡ‫ل مۡ أ تأۡخ اْ م َآ ءاتي‬

‫ لا ي‬฀ ّۡ‫ّ ق م َتا ف مّۡا ب عۡ ف أ ۡ تّۡ ي ب ح‬
َ‫ل‬

ۡ ‫لَه ف ا ج ا ع يۡ ا في ا فۡ د‬
٤

‫لَه ف ۡ خفۡ مۡ ألَا يقي ا حد‬

ّ
َ ‫هم ل‬

ٓ‫لَه فأ ْل‬

‫شيًۡا إلَٓا أ ي افٓا ألَا يقي ا حد‬

‫لَه ف ا تعۡ د هاۚ م ي عدَ حد‬

‫بهۦ ت ۡ حد‬

“Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan

cara yang ma´ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi
kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada
mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan
hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak
dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya
tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah
hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang
melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang zalim‛.(Q.S.

Al-Baqarah: 229).12

ii. Firman Allah SWT dalam surat al-Thalaq:1-2

‫يٓأي ا ل َ ي إ ا طَقۡ م ل ِّآء فِّق ه َ لعدَت َ أحۡص اْ لۡعدَة تَق اْ لَه بَ مۡ لا ت ۡ ج ه َ م‬
ۡ‫لَه فقد‬

‫لَهۚ م ي عدَ حد‬

‫ۚ ت ۡ حد‬฀ ِ‫ م ي‬฀ ‫بي ت َ لا ي ۡ جۡ إلَٓا أ يأۡتي بف ش‬
٢ ‫ا‬฀ ۡ‫ظ م فّۡه ۚ لا تدۡ ي لع َ لَه ي ۡد بعۡد ل أم‬

12

Departeman Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahannya, 36.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

ۡ‫ ِم م‬฀ ۡ‫يۡ عد‬

ْ‫ أشۡ د ا‬฀‫ف ا ب غۡ أج َ فأمّۡ ه َ ب عۡ ف أ ۡ فا ق ه َ ب عۡ ف‬

‫ش دة لَهۚ ل مۡ ي عظ بهۦ م كا ي ۡم ب لَه لۡي ۡ لۡأٓخ ۚ م ي َق لَه ي ۡع لَه‬
َ ‫أقي اْ ل‬
‫ا‬฀

ۡ ‫م‬

Artinya: ‚Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka hendaklah

kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi)
iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah
kepada Allah Tuhanmu. Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah
mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka
mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah
dan barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah, maka
sesungguhnya dia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Kamu
tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal
yang baru 2 Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka
rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik
dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara kamu
dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah
diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari
akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
mengadakan baginya jalan keluar‛.(Q.S. Al-Thalaq: 1-2).13

b) Hadits Nabi SAW

‫الَه‬

‫ في ع ْد س‬- ‫ هي حائض‬- ‫ ضي الَه ع ْ ا أ َه طَق ا ْم أته‬-

ْ ‫ م‬: ‫اه ع يه س م ع ْ ل ? فقا‬
‫ إ ْ شاء‬, ‫ ثمَ إ ْ شاء أمّْ بعْد‬,

‫الَه ص‬

‫س‬

ّ
ْ ‫ ث َم ت‬, ‫ ثمَ ت يض‬,

‫ع ابْ ع‬

‫اه ع يه س م فّأ ع‬

‫ص‬

ّ
ْ ‫ ث َم لْي ّْ ْ ا ح َ ت‬, ‫ف ْي اج ْع ا‬

‫ ف ْ الْعدَة الَ ي أم الَه أ ْ تَّق ل ا ال ِّاء م َفق ع يْه‬, ّ
َ ‫طَق بعْد أ ْ ي‬
Artinya: ‚Dari Ibnu Umar r. a. Bahwasannya dia menceraikan isterinya yang

dalam keadaan haid pada masa Rasulullah saw. Maka Umar bin Khatab
bertanya kepada Rasulullah tentang hal tersebut, Rasulullah menjawab:
Perintahkan anakmu itu supaya rujuk (kembali) kepada isterinya itu,
kemudian hendaklah ia teruskan pernikahan tersebut sehingga ia suci
dari haid, lalu haid kembaki dan kemudian suci dari haid yang kedua.
Maka, jika berkehendak, ia boleh meneruskan sebagaimana yang telah

13

Departeman Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahannya, 558.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

berlalu, dan jika mengkehendaki, ia boleh menceraikan sebelum itu
mencampurinya. Demikianlah iddah diperintahkan Allah saat wanita
itu diceraikan‛ (HR. Muttafaqun ‘Alaih).14
Para ulama sepakat membolehkan talak. Bisa saja sebuah rumah
tangga mengalami keretakan hubungan yang mengakibatkan rumitnya
keadaan sehingga pernikahan mereka berada dalam keadaan kritis, terancam
perpecahan, serta pertengkaran yang tidak membawa keuntungan sama
sekali. Dan pada saat itu, dituntut adanya jalan untuk menghindari dan
menghilangkan berbagai hal negatif tersebut dengan cara talak.15
c) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Talak (perceraian) disebutkan dalam Undang-Undang No.1 Tahun
1974 tentang Perkawinan pada pasal 38 yang berbunyi: ‚Perkawinan dapat

putus karena: a. Kematian, b. Perceraian, dan c. Keputusan Pengadilan.‛
Dalam pasal 39 yang berbunyi: ‚(1) Perceraian hanya dapat dilakukan di

depan Sidang Pengadilan setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha
dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. (2) Untuk melakukan
perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami isteri itu tidak akan
dapat hidup rukun sebagai suami isteri. (3) Tata cara perceraian di depan
Sidang Pengadilan diatur dalam Peraturan Perundangan tersendiri.‛
d) Kompilasi Hukum Islam (KHI)

14

Ahmad Mudjab Mahalli dan Ahmad Rodli Hasbullah, Hadits-Hadits Muttafa’q alaih Bahagian
Munakahat dan Mu’amalat, (Jakarta: Kencana, 2004), 62.
15

Syeikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, 208.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

Tidak hanya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,
tetapi dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pun menjelaskan perceraian. Di
antaranya pada pasal 113 yang menyebutkan: ‚Perkawinan dapat putus

karena: (a) kematian, (b) perceraian, dan (c) atas putusan Pengadilan.‛ Dan
pasal 114 menyebutkan: ‚Putusnya perkawinan yang disebabkan karena

perceraian dapat terjadi karena talak atau berdasarkan gugatan perceraian.‛

B. Syarat dan Rukun Talak
1. Syarat Talak
a) Ikatan Suami Isteri
Syarat jatuhnya talak adalah terjadinya ikatan suami isteri,
jika tidak terjadi ikatan suami isteri maka tidak sah talaknya.16
Yang tidak menyebabkan terjatuhnya talak ada empat: anak kecil,
orang gila, orang yang tidur, dan orang mabuk.17
b) Baligh
Seseorang yang menjatuhkan talak harus mumayyiz, amak
kecil tidak dapat menjatuhkan talak. Baligh merupakan istilah
dalam hukum Islam yang menunjukan seseorang telah mencapai
kedewasaan. ‚Baligh‛ diambil dari kata Arab yang secara bahasa
memiliki arti ‚sampai‛, maksudnya ‚telah sampai usia seseorang
pada tahap kedewasaan‛.
16

Taqiyyudin, Kifa@yatul Akhya@r, 102

17

Ibid, 104

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

c) Berakal Sehat
Yang dimaksudkan

dengan berakal sehat adalah seorang

suami yang menjatuhkan talak kepada isterinya dalam keadaan
sehat. Oleh karena itu, orang gila tidak sah talaknya, baik
kegilaannya terus menerus atau hanya sewaktu-waktu yang
diakibatkan oleh penyakit.
Bukan hanya gila bisa disebut sebagai alasan yang tidak dapat
mensahkan talak, tetapi tidur pun masuk kategori yang tidak bisa
mensahkan talak.
2. Rukun Talak
Pada dasarnya rukun talak terbagi kepada tiga, yaitu:
a. Suami, selain suaminya isteri yang ditalak tidak dapat mentalak.
b. Isteri, yaitu orang yang berada di bawah perlindungan suami dan ia
adalah objek yang akan mendapatkan talak.
c. Sighat, yaitu lafaz yang menunjukkan adanya talak, baik itu
diucapkan secara terang-terangan maupun dilakukan melalui sindiran
dengan syarat harus disertai adanya niat.18
C.

Macam-Macam Talak
Talak terbagi kepada beberapa macam. Bila talak itu mutlak oleh
kehendak suami maka terbagi 2 (dua) macam, yaitu talak raj’i dan talak

ba’in. Bila talak itu datang dari kehendak seorang isteri disebut khuluk.19
18

Syeikh Kamil Muhammad Uwaidah, Fiqh Wanita, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1996) atul akhya@@>r, h. 87.

21

Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Premena Jaya, 2006), 191.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

Talak raj’i hanya terjadi pada talak pertama dan kedua saja,
berdasarkan firman Allah SWT, dalam surat al-Baqarah ayat 229 yang
berbunyi:

َ‫ه‬

ۡ‫ل مۡ أ تأۡخ اْ م َآ ءاتي‬

‫ لا ي‬฀ ّۡ‫ّ ق م َتا ف مّۡا ب عۡ ف أ ۡ تّۡ ي ب ح‬
َ‫ل‬

ۡ ‫لَه ف ا ج ا ع يۡ ا في ا فۡ د‬
٤

ّ
َ ‫هم ل‬

‫لَه ف ۡ خفۡ مۡ ألَا يقي ا حد‬
ٓ‫لَه فأ ْل‬

‫شيًۡا إلَٓا أ ي افٓا ألَا يقي ا حد‬

‫لَه ف ا تعۡ د هاۚ م ي ع َد حد‬

‫بهۦ ت ۡ حد‬

Artinya: ‚Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi

dengan cara yang ma´ruf atau menceraikan dengan cara yang baik.
Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah
kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak
akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir
bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum
Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang
diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum
Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa yang
melanggar hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang
zalim‛ (QS. Al-Baqarah 299).22

2. Talak Ba’in
Talak ba’in adalah talak yang tidak memberi hak merujuk bagi
mantan suami terhadap mantan isterinya. Untuk mengembalikan mantan
isteri ke dalam ikatan perkawinan dengan mantan suami harus melalui akad
nikah baru, lengkap dengan rukun dan syarat-syaratnya.23
Talak ba’in terdapat 2 (dua) macam, yaitu:
a) Talak Ba’in Shughra

22

Departeman Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahannya, 36.

23

Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, 198.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Talak ba’in shughra adalah talak ba’in yang menghilangkan
pemilikan mantan suami terhadap isteri tetapi tidak menghilangkan
kehalalan mantan suami untuk kawin kembali dengan mantan isteri, baik
dalam iddahnya maupun sesudah berakhinya masa iddah.
Pasal 119 Kompilasi Hukum Islam (KHI) menyebutkan:
(1) Talak ba’in shughra adalah talak yang tidak boleh dirujuk tetapi boleh
akad nikah baru dengan bekas suaminya meskipun dalam iddah.
(2) Talak ba’in shughra sebagaimana tersebut pada Ayat (1) adalah:
a. talak yang terjadi qabla al-dukhul;
b. talak dengan tebusan atau khuluk;
c talak yang dijatuhkan oleh Pengadilan Agama.
b) Talak Ba’in Kubra

Talak ba’in kubra adalah talak yang menghilangkan pemilikan
mantan suami terhadap mantan isterinya serta menghilangkan kehalalan
mantan suami untuk berkawin kembali dengan mantan isterinya. Kecuali
setelah mantan isteri itu kawin dengan laki-laki lain, telah berkumpul dengan
suami keduanya itu serta telah bercerai secara wajar dan telah selesai
menjalankan masa iddahnya. Talak ba’in kubra terjadi pada talak yang
ketiga. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat 230
yang menyebutkan:

ٓ‫طَق ا ف ا ج ا ع يۡ آ أ ي اجعا‬
٢

‫ف‬

ۡ‫ۡجًا غي‬

‫له م بعۡد ح َ ت‬

‫طَق ا ف ا ت‬

‫ف‬

ۡ‫ يع‬฀ ۡ ‫لَه ي يِ ا لق‬

‫لَه ت ۡ حد‬

‫إ ظ َٓا أ يقي ا حد‬

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

Artinya: ‚Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah talak yang kedua), maka
perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain.
Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi
keduanya (bekas suami pertama dan isteri) untuk kawin kembali jika keduanya
berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum
Allah, diterangkan-Nya kepada kaum yang (mau) mengetahui‛ (QS Al-Baqarah

230).24

Pasal 120 Kompilasi Hukum Islam (KHI) juga menyebutkan dan
memberikan definisi talak ba’in kubra, ‚Talak ba’in kubra adalah talak yang
terjadi untuk yang ketiga kalinya. Talak jenis ini tidak dapat dirujuk dan
tidak dapat dinikahkan kembali, kecuali apabila pernikahan itu dilakukan
setelah bekas isteri menikah dengan orang lain dan kemudian terjadi
perceraian ba’da ad-dukhul dan habis masa iddahnya‛

c) Talak Sunni

Talak sunni adalah talak yang diperbolehkan untuk dijatuhkan kepada
isteri, yaitu talak dijatuhkan kepada isteri yang dalam keadaan suci serta
tidak dicampuri.25 Begitupun Kompilasi Hukum Islam (KHI) menyebutkan
pengertian talak sunni yang terdapat dalam pasal 121 yang berbunyi: ‚Talak

sunni adalah talak yang dibolehkan yaitu talak yang dijatuhkan terhadap
isteri yang sedang suci dan tidak dicampuri dalam waktu suci tersebut.

24

Departeman Agama Republik Indonesia, al-Qur’an dan Terjemahannya, 36.

25

Taqiyyudin, Kifa>yatul Akhya>r, 87-88.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

d) Talak Bid’i

Talak bid’i adalah larangan menjatuhkan talak kepada isteri yang
dalam keadaan haid atau suci tetapi setelah digauli dan nifas. 26 Bila
diperinci, terdiri dari beberapa macam.27
1. Apabila seorang suami menceraikan isterinya ketika sedang dalam
keadaan haid atau nifas.
2. Jika seorang suami menceraikan isterinya ketika dalam keadaan suci,
namun ia telah menyetubuhinya pada masa suci tersebut.
3. Seorang suami menjatuhkan talak tiga terhadap isterinya dengan satu
kalimat atau tiga kalimat dalam satu waktu.
Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pula mendefinisikan talak

bid’i sebagaiman yang tercantum pada pasal 122: ‚Talak bid’i adalah talak
yang dilarang, yaitu talak yang dijatuhkan pada waktu isteri dalam keadaan
haid, atau isteri dalam keadaan suci tetapi sudah dicampuri pada waktu suci
tersebut.‛
e) Khuluk
Talak yang terjadi akibat khuluk, yaitu suatu ikatan perkawinan
yang putus karena pihak isteri telah memberikan hartanya untuk
membebaskan dirinya dari ikatan perkawinan. Selain itu, khuluk adalah
perceraian yang terjadi atas permintaan isteri dengan memberikan tebusan
atau uang ‘iwad kepada dan atas persetujuan suaminya. Oleh karena itu,
26

Ibid, 88.

27

Syeikh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, 211.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

khuluk adalah perceraian yang terjadi dalam bentuk mengurangi jumlah talak
dan tidak dapat dirujuk. Hal ini berdasarkan pasal 161 KHI yang berbunyi:
‚Perceraian dengan jalan khuluk mengurangi jumlah talak dan tidak dapat
dirujuk.‛28
Kompilasi Hukum Islam (KHI) menerangkan pula mengenai khuluk
pada pasal 124 yang berbunyi: ‚Khuluk harus berdasarkan atas alasan
perceraian sesuai ketentuan Pasal 116.‛ Dan pasal 116 berbunyi: ‚Perceraian
dapat terjadi karena alasan atau alasan-alasan: (a) salah satu pihak berbuat
zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang
sukar disembuhkan; (b) salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2
(dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah
karena hal lain di luar kemampuannya; (c) salah satu pihak mendapatkan
hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman lebih berat setelah
perkawi