PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN METODE DISCOVERY TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 20
Alqoshosh ‘Alastihya’ Hamid
ABSTRAK
PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN
METODE DISCOVERY TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR
DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA
MATERI POKOK EKOSISTEM
(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap
SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Oleh
ALQOSHOSH ‘ALASTIHYA’ HAMID
Aktivitas belajar siswa menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Hasil observasi di SMP Negeri 20 Bandar lampung, diketahui
bahwa aktivitas dan penguasaan materi siswa masih cukup rendah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan ajar leaflet dengan
metode discovery terhadap aktivitas dan penguasaan materi siswa.
Desain penelitian ini adalah pretes postes kelompok tak ekuivalen. Sampel
penelitian adalah siswa kelas VIIB dan VIIA yang dipilih secara cluster random
sampling. Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data
kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretes, postes, dan N-gain yang dianalisis
menggunakan uji U pada taraf kepercayaan 5% melalui SPSS 17. Data kualitatif
berupa data aktivitas siswa dan tanggapan siswa terhadap penggunaan bahan ajar
leaflet dengan metode discovery.
Alqoshosh ‘Alastihya’ Hamid
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahan ajar leaflet dengan
metode discovery dapat meningkatkan penguasaan materi dengan rata-rata nilai
pretes (37,64); postes (69,41); dan N-gain (50,64). Aktivitas belajar juga
mengalami peningkatan untuk semua aspek yang diamati pada kelas eskperimen,
yaitu aspek bekerjasama dalam kelompok (92,16%); aspek melakukan diskusi
(82,35%); dan aspek mempresentasikan hasil diskusi (75,49%). Selain itu,
sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan bahan
ajar leaflet dengan metode discovery. Dengan demikian, pembelajaran
menggunakan bahan ajar leaflet dengan metode discovery dapat meningkatkan
aktivitas belajar dan penguasaan materi oleh siswa.
Kata kunci :
bahan ajar leaflet, ekosistem, metode discovery, aktivitas siswa,
penguasaan materi.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
I. PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Latar Belakang ................................................................................... .. 1
Rumusan Masalah .............................................................................. .. 6
Tujuan Penelitian ............................................................................... .. 6
Manfaat Penelitian ............................................................................. .. 7
Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. .. 7
Kerangka Pikir ................................................................................... .. 8
Hipotes ............................................................................................... .. 11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
B.
C.
D.
Bahan Ajar Leaflet ...............................................................................
Metode Discovery ................................................................................
Aktivitas Belajar Siswa ........................................................................
Penguasaan Materi Belajar Siswa ........................................................
12
14
17
20
III. METODE PENELITIAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................
Populasi dan Sampel Penelitian ...........................................................
Desain Penelitian ..................................................................................
Prosedur Penelitian................................................................................
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ....................................................
Teknik Analisis Data ............................................................................
23
23
24
24
31
33
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 40
B. Pembahasan .......................................................................................... 47
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .............................................................................................. 56
B. Saran ................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 57
xii
LAMPIRAN
1. Silabus Pembelajaran ........................................................................... 60
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .......................................... 64
3. Lembar Kerja Siswa (LKS) .................................................................. 76
4. Soal Pretes-Postes Penguasaan Materi siswa ........ ................................. 82
5. Angket Tanggapan Siswa ........................................................................ 91
6. Data Hasil Penelitian ............................................................................ 94
7. Foto-foto Penelitian .............................................................................. 110
xiii
1
I.
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa
Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
dan diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, menurut UndangUndang Nomor 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara (Depdiknas, 2003:1).
Saat ini perhatian pemerintah terhadap masalah pendidikan masih terasa
rendah, gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang
terjadi. Hasil belajar siswa masih rendah, pengajar kurang profesional, dan
pendidikan yang mahal (Muliani, 2009:1). Dampak dari pendidikan yang
buruk itu, pendidikan di negara ini kedepannya makin terpuruk dan belum
bisa bersaing dengan negara-negara berkembang lainnya. Dalam pendidikan
di sekolah, masalah yang sering dihadapi adalah dari segi proses
pembelajaran. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak
2
tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami siswa. Guru
dituntut mampu meningkatkan mutu pendidikan di sekolah terutama
mengenai penguasaan materi pembelajaran siswa sesuai dengan bidang studi
yang diajarkan. Harapan tidak pernah sirna dan selalu guru dituntut adalah
bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh siswa
secara tuntas (Djamarah dan Zain, 2006:1).
Hasil wawancara dengan guru biologi di SMP Negeri 20 Bandar Lampung,
dalam proses pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah,
diskusi, dan penugasan. Metode-metode seperti ini diduga kurang
memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
menerima materi secara luas dan kreatif. Metode ceramah menyebabkan
siswa hanya diam mendengarkan penjelasan guru, pada metode diskusi tidak
efektif karena hanya bersifat informatif saja, penugasan tidak optimal karena
siswa hanya mengerjakan soal-soal latihan di buku IPA Terpadu dan
merangkum materi yang tersedia di perpustakaan sekolah.
Aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan
mencatat hal-hal yang dianggap penting saja, padahal menurut Sardiman
(2007:95), aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja tetapi
lebih menitik beratkan pada aktivitas atau keikutsertaan siswa dalam proses
pembelajaran misalnya menyatakan pendapat, bertanya, menggambar,
memecahkan masalah, dapat menganalisis dan menggambil keputusan dan
lain-lain. Itulah sebabnya, aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat
penting di dalam interaksi belajar mengajar. Motivasi dan minat siswa di
3
dalam proses pembelajaranpun masih rendah, seperti masih banyak diantara
siswa yang tidak mendengarkan penjelasan dari guru, dan rasa antusiasisme
siswa terhadap pelajaran juga belum ada, terlihat dari tidak adanya siswa yang
bertanya dan tidak ada siswa yang menjawab pertanyaan guru kecuali bila
disebutkan namanya.
Kurang efektifnya pembelajaran tersebut diduga berdampak juga terhadap
penguasaan beberapa materi pokok Biologi, salah satunya yaitu materi pokok
Ekosistem. Dari hasil observasi, diketahui bahwa penguasaan materi oleh
siswa kelas VII pada materi pokok ekosistem tahun pelajaran 20011/2012
menunjukan bahwa rata-rata nilai yang diperoleh siswa hanya mencapai 62.
Nilai tersebut, belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
telah ditetapkan oleh sekolah yaitu ≥ 67 untuk semua Standar Kompetensi
yang ada. Siswa yang telah mencapai KKM hanya sekitar 45% dari jumlah
siswa kelas VII.
Dalam proses pembelajaran, belum ada pengembangan dengan menggunakan
bahan ajar sebagai sumber belajar. Sumber belajar yang digunakan selama ini
berasal dari buku teks yang tersedia di perpustakaan sekolah, dengan jumlah
yang sangat terbatas dan biasanya hanya dipinjam pada saat jam pelajaran
berlangsung. Dari hasil observasi tersebut, dirasa sangat perlu adanya
penggunaan bahan ajar yang diharapkan dapat meningkatkan minat belajar
siswa sehingga mempermudah dalam penguasaan materi, khususnya
terhadap pembelajaran Biologi pada materi pokok Ekosistem. Salah satu
bahan ajar yang dapat digunakan adalah bahan ajar leaflet.
4
Penggunaan leaflet sebagai bahan ajar diharapkan dapat membantu siswa
dalam memahami materi pelajaran. Leaflet ini disusun dari berbagai sumber
belajar, dengan bahasa yang sederhana yang mudah dimengerti siswa, serta
disisipkan ilustrasi yang mendukung materi pelajaran, sehingga mampu untuk
menarik minat baca siswa dalam proses pembelajaran. Dengan demikian,
diharapkan siswa akan termotivasi untuk belajar dan memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi karena, siswa telah mempunyai gambaran yang jelas mengenai
penjelasan guru, sehingga materi yang akan disampaikan diharapkan dapat
dikuasai dengan baik.
Pembelajaran tidak akan berjalan efektif apabila hanya menggunakan bahan
ajar yang menarik, maka dari itu akan lebih baik apabila didukung dengan
metode pembelajaran yang tepat, kombinasi bahan ajar dan metode dalam
pembelajaran dapat mendukung satu sama lain. Hal ini sesuai dengan
pendapat Suyitno (2000:37) bahwa untuk menunjang kelancaran
pembelajaran disamping pemilihan metode yang tepat juga perlu digunakan
suatu media yang sangat berperan dalam membimbing abstraksi siswa.
Salah satu diantaranya adalah metode discovery, menurut Hamalik
(2011:220) langkah-langkah dalam metode discovery yaitu mengidentifikasi
dan merumuskan topik, mengajukan suatu pertanyaan dengan fakta,
memformulakan hipotesis untuk menjawab pertanyaan tentang masalah
yanmg diajukan, mengumpulakan informasi yang relefan dengan hipotesis,
dan menguji setiap hipotesis dengan data yang terkumpul dan merumuskan
5
jawaban atas pertanyaan sesungguhnya dan menyatakan jawaban sebagai
preposisi tentang fakta.
Hasil penelitian, oleh Merta (2012:1) Pengaruh Pengunaan Bahan Ajar
Leaflet Dengan Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD)
Terhadap Penguasaan Konsep Pada Materi Pokok Sistem Pernpasan (Studi
Eksperimen Semu Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 6 Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2011/2012), dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
menggunakan bahan ajar leaflet berpengaruh terhadap peningkatan
penguasaan konsep oleh siswa pada materi Ekosistem yaitu, pada aspek
pemahaman (C2) pada kelas eksperimen I sebesar 96,25 sedangkan kelas
eksperimen II sebesar 68,54. Selain itu, pada hasil penelitian Aini (2011:54)
Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Leaflet Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Pada Materi Pokok Ekosistem (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas
VII SMP Negeri 5 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran
2010/2011), dapat disimpulkan juga bahwa pembelajaran menggunakan
bahan ajar leaflet berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada materi
pokok Ekosistem, yaitu sebesar 18,44 dari prestasi belajar siswa sebelum
pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar leaflet.
Oleh karena itu, maka peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian di
SMP Negeri 20 Bandar menggunakan bahan ajar dengan metode discovery,
diharapkan akan berpengaruh terhadap terhadap aktivitas belajar dan
penguasaan materi dan dapat membantu siswa untuk mencapai standar
ketuntasan belajar minimal di sekolah yaitu ≥ 67. Dalam hal ini, peneliti akan
6
memfokuskan pada materi ekosistem yang dipelajari pada kelas VII semester
genap oleh siswa pada materi pokok Ekosistem
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh penggunaan bahan ajar leaflet dengan metode
discovery terhadap penguasaan materi oleh siswa pada materi pokok
ekosistem?
2. Bagaimana pengaruh penggunaan bahan ajar leaflet dengan metode
discovery terhadap aktivitas belajar siswa pada materi pokok ekosistem?
3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunaan bahan ajar leflet dengan
metode discovery?
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh penggunaan bahan ajar leaflet dengan metode discovery
terhadap penguasaan materi oleh siswa pada materi pokok ekosistem.
2. Pengaruh penggunaan bahan ajar leaflet dengan metode discovery
terhadap aktivitas belajar siswa pada materi pokok ekosistem.
3. Tanggapan siswa terhadap penggunaan bahan ajar leaflet dengan metode
discovery.
7
D. Manfaat penelitan
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi peneliti, dapat memberikan wawasan, pengalaman, dan bekal
berharga bagi peneliti sebagai calon guru biologi yang profesional,
terutama dalam pemilihan bahan ajar yang tepat.
2. Bagi guru, dapat memberikan informasi mengenai bahan ajar leaflet
sehingga dapat dijadikan alternatif dalam memilih bahan ajar yang tepat
untuk megembangkan kemampuan penguasaan materi oleh siswa.
3. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga
diharapkan mampu melatih, mengasah, serta mengembangkan kemampuan
siswa dalam aktivitas dan penguasaan materi.
E. Ruang lingkup
Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan
dibahas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut.
1. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 20
Bandar Lampung tahun pelajaran 2012-2013.
2. Penyampaian materi dilakukan dengan mengunakan bahan ajar leaflet.
Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak
dimatikan/dijahit (Setyono, 2005:19).
3. Penggunaan bahan ajar dikombinasikan dengan metode pembelajaran
discovery dengan langkah-langkah sebagaai berikut:
a. Mengidentifikasi dan merumuskan topik,
8
b. Mengajukan suatu pertanyaan tentang fakta,
c. Memformulasikan hipotesis atau beberapa hipotesis untuk menjawab
pertanyaan pada langkah b,
d. Mengumpulkan informasi yang relevan dengan hipotesis dan menguji
setiap hipotesis dengan data yang terkumpul,
e. Merumuskan jawaban atas pertanyaan sesungguhnya dan menyatakan
jawaban sebagai preposisi tentang fakta.
4. Aktivitas siswa dalam penelitian ini adalah kegiatan siswa selama
pembelajaran berlangsung yaitu (1) kemampuan mengemukakan pendapat;
(2) bekerjasama dengan teman dalam menyelesaikan tugas kelompok; (3)
mempresentasikan hasil diskusi kelompok; (4) kemampuan bertanya; (5)
kemampuan menjawab pertanyaan; dan (6) membuat kesimpulan.
5. Penguasaan materi yang diamati pada penelitian ini diukur berdasarkan
nilai yang diperoleh dari hasil pretes, postes, dan N-Gain pada materi
pokok ekosistem.
6. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII A sebagai kelompok
kontrol dan kelas VII B sebagai kelompok eksperimen.
F. Kerangka Pemikiran
Proses pembelajaran adalah proses bertujuan, salah satu tujuannya yaitu
untuk meningkatkan penguasaan materi pelajaran oleh siswa yang dapat
membentuk pola perilaku siswa itu sendiri. Oleh sebab itu, apa yang
dilakukan oleh seorang guru harus mengarah pada pencapaian tujuan dan
keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran. Keberhasilan dalam suatu
9
proses pembelajaran, dapat didukung oleh beberapa faktor antara lain yaitu
media, bahan ajar, ataupun metode dan pendekatan yang dilakukan oleh guru
dalam pembelajaran. Saat ini, peran guru tidak hanya mengacu pada satusatunya pemberi informasi dalam proses belajar namun, lebih menekankan
pada salah satu pemberi fasilitas bagi siswa untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan dalam proses pembelajaran. Salah satu yang dapat dilakukan
oleh seorang guru, yaitu dengam memvariasikan bahan ajar sebagai salah satu
sumber belajar bagi siswa.
Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan yaitu dengan leaflet. Penggunaan
leaflet, diharapkan dapat menarik perhatian siswa untuk membacanya, dan
diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Leaflet
ini disusun dari berbagai sumber belajar, didesain secara cermat, dilengkapi
dengan ilustrasi serta menggunakan bahasa yang sederhana,singkat, dan
mudah dipahami, sehingga diharapkan mampu menarik minat baca, dan
memberikan motivasi belajar pada siswa. Selain itu, penggunaan leaflet ini
dirasa lebih tepat jika dikombinasikan dengan salah satu metode
pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan yaitu
dengan metode discovery. Kombinasi antara keduanya, tercermin pada fase
yaitu penyampaian materi pembelajaran yang dilakukan melalui bahan ajar
leaflet.
Discovery ialah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu
konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati,
mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan metode ini siswa
10
dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru
hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian pembelajaran
discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses
kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri
dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.
Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode pengajaran yang
menitikberatkan pada aktivitas siswa dalam belajar. Dalam proses
pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing
dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil,
prosedur, algoritma dan semacamnya.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah bahan ajar leaflet (X),
sedangkan variabel terikatnya adalah aktifitas belajar siswa (Y1) dan
penguasaan materi siswa (Y2). Untuk lebih jelasnya, dapat dijelaskan dengan
paradigma pemikirian sebagai berikut.
Y1
X
Y2
Keterangan: X = Bahan Ajar Leaflet, Y1 = Aktivitas belajar siswa,
Y2 = Penguasaan materi oleh siswa
Gambar 1. Diagram Hubungan variabel bebas dengan variabel terikat.
11
G. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. H0 = Penggunaan bahan ajar leaflet dengan metode discovery tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan penguasaan
materi siswa pada materi pokok ekosistem.
H1 = Penggunaan bahan ajar leaflet dengan metode discovery berpengaruh
secara signifikan terhadap peningkatan penguasaan materi siswa
pada materi pokok ekosistem.
2. Penggunaan bahan ajar leaflet dengan metode discovery berpengaruh
dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa.
3. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan
bahan ajar leaflet dengan metode discovery.
12
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Leaflet
Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak
dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara
cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana,
singkat serta mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat
materi yang dapat menggiring siswa untuk menguasai satu atau lebih KD
(Murni, 2010:1).
Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan
pamflet. Hal tersebut dapat dijelaskan oleh Hermiko (2010:1): “Pamphlet
(pamplet) adalah semacam booklet (buku kecil) yang tak berjilid. Mungkin
hanya terdiri dari satu lembar yang dicetak di kedua permukaannya. Tapi
bisa juga dilipat di bagian tengahnya sehingga menjadi empat halaman. Atau
bisa juga dilipat tiga sampai empat kali hingga menjadi beberapa halaman.
Jika dilipat menjadi empat, pamphlet itu memiliki nama tersendiri yaitu
leaflet. Penggunaan pamphlet atau leaflet umumnya dilakukan untuk
pemasaran aneka produk dan juga untuk penyebaran informasi politik”.
Leaflet sebagai bahan ajar harus disusun secara sistematis, bahasa yang
mudah dimengerti dan menarik. Semua itu bertujuan untuk menarik minat
baca dan meningkakan motivasi belajar siswa. Sehingga Dalam
13
penyusunannya leaflet sebagai bahan ajar perlu mempertimbangkan hal-hal
antara lain sebagai berikut:
1. Substansi materi memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi
pokok yang harus dikuasai oleh siswa.
2. Materi memberikan informasi secara jelas dan lengkap tentang hal-hal
yang penting sebagai informasi.
3. Padat pengetahuan.
4. Kebenaran materi dapat dipertanggungjawabkan
5. Kalimat yang disajikan singkat, jelas.
6. Menarik siswa untuk membacanya baik penampilan maupun isi materinya.
7. Dapat diambil dari berbagai museum, obyek wisata, instansi pemerintah,
swasta, atau hasil download dari internet.
Dalam menyusun sebuah Leaflet sebagai bahan ajar, leaflet paling tidak
memuat antara lain:
1. Judul diturunkan dari kompetensi dasar atau materi pokok sesuai dengan
besar kecilnya materi.
2. Kompetensi dasar/materi pokok yang akan dicapai, diturunkan dari
Kurikulum 2004.
3. Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik,
memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan
pengalaman pembacanya. Untuk siswa SMA upayakan untuk membuat
kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata perkalimat dan
dalam satu paragraf 3 – 7 kalimat.
14
4. Tugas-tugas dapat berupa tugas membaca buku tertentu yang terkait
dengan materi belajar dan membuat resumenya. Tugas dapat diberikan
secara individu atau kelompok dan ditulis dalam kertas lain.
5. Penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan.
6. Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya
buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian (Setyono, 2005:38-39).
B. Metode Discovery
Salah satu metode mengajar yang banyak digunakan di sekolah-sekolah yang
sudah maju menurut Suryosubroto (2002: 191) adalah “metode penemuan.”
Hal ini disebabkan karena metode penemuan itu:
1. Suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif.
2. Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang
diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tak mudah dilupakan
anak.
3. Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul
dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain.
4. Dengan menggunakan strategi penemuan anak belajar menguasai salah
satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya.
5. Dengan metode penemuan ini juga, anak belajar berpikir analisis dan
mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan
ditransfer dalam kehidupan masyarakat.
15
Metode discovery menurut Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai suatu
prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi
obyek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi.
Berdasarkan pendapat Gilstrap (dalam Suryosubroto 2002: 197) langkahlangkah pelaksanaan metode discovery adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya sebagai dasar
untuk menentukan tujuan yang berguna dan realistis untuk mengajar
dengan penemuan.
Seleksi pendahuluan atas dasar kebutuhan dan minat siswa, prinsipprinsip, generalisasi, pengertian dalam hubungannya dengan apa yang
akan dipelajarai.
Mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga memudahkan
terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar dengan penemuan.
Berkomunikasi dengan siswa akan membantu menjelaskan peranan
penemuan.
Menyiapkan suatu situasi yang mengandung masalah yang minta
dipecahkan.
Mengecek pengertian siswa tentang masalah yang digunakan untuk
merangsang belajar dengan penemuan.
Menambah berbagai alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan
penemuan.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan
bekerja dengan data, misalnya tiap siswa mempunyai sebuah tabung yang
diamati dan dicatatnya.
Mempersilahkan siswa mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan
kecepatannya sendiri, sehingga memperoleh tilikan umum.
Memberi kesempatan kepada siswa melanjutkan pengalaman belajarnya,
walaupun sebagian atas tanggung jawabnya sendiri.
Memberi jawaban dengan cepat dan tepat sesuai dengan data dan
informasi bila ditanya dan kalau ternyata diperlukan siswa dalam
kelangsungan kegiatannya.
Memimpin analisisnya sendiri melalui percakapan dan eksplorasinya
sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi
proses.
Mengajarkan keterampilan untuk belajar dengan penemuan yang
diidentifikasi oleh kebutuhan siswa, misalnya latihan penyelidikan.
Merangsang interaksi siswa dengan siswa, misalnya merundingkan
strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis dan data yang terkumpul.
Mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun pertanyaan tingkat yang
sederhana.
16
16. Bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa, pandangan dan tafsiran
yang berbeda. Bukan menilai secara kritis tetapi membantu menarik
kesimpulan yang benar.
17. Membesarkan siswa untuk memperkuat pernyataannya dengan alasan
dan fakta.
18. Memuji siswa yang sedang bergiat dalam proses penemuan, misalnya
seorang siswa yang bertanya kepada temannya atau guru tentang
berbagai tingkat kesukaran dan siswa siswa yang mengidentifikasi hasil
dari penyelidikannya sendiri.
19. Membantu siswa menulis atau merumuskan prinsip, aturan ide,
generalisasi atau pengertian yang menjadi pusat dari masalah semula dan
yang telah ditemukan melalui strategi penemuan.
20. Mengecek apakah siswa menggunakan apa yang telah ditemukannya,
misalnya teori atau teknik, dalam situasi berikutnya, yaitu situasi dimana
siswa bebas menentukan pendekatannya.
Sedangkan langkah-langkah pembelajaran yang berorientasi discovery
menurut Hamalik (2006:220) adalah:
1.
Mengidentifikasi dan merumuskan topik,
2.
Mengajukan suatu pertanyaan tentang fakta,
3.
Memformulasikan hipotesis atau beberapa hipotesis untuk menjawab
pertanyaan pada langkah 2,
4.
Mengumpulkan informasi yang relevan dengan hipotesis dan menguji
setiap hipotesis dengan data yang terkumpul,
5.
Merumuskan jawaban atas pertanyaan sesungguhnya dan menyatakan
jawaban sebagai preposisi tentang fakta. Jawaban itu mungkin
merupakan sintesis antara hipotesis yang diajukan dan hasil-hasil dari
hipotesis yang diuji dengan informasi yang terkumpul.
Hamalik (2011: 187) menyatakan bahwa metode discovery paling baik bila
dilaksanakan dalam kelompok belajar yang kecil, namun dapat juga
dilaksanakan dalam kelompok belajar yang lebih besar. Metode discovery
17
dapat dilaksanakan dalam bentuk komunikasi satu arah atau komunikasi dua
arah.
1. Sistem satu arah (ceramah reflektif)
Struktur penyajian sistem satu arah dalam bentuk usaha merangsang siswa
melakukan proses discovery di depan kelas. Guru mengajukan suatu
masalah, dan kemudian memecahkan masalah tersebut melalui langkahlangkah discovery.
2. Sistem dua arah (Discovery terbimbing)
Sistem dua arah melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
guru. Siswa melakukan discovery, sedangkan guru membimbing mereka
ke arah yang tepat/benar. Gaya pengajaran demikian, oleh Cagne disebut
sebagai guide discovery. Dalam sistem ini, guru perlu memiliki
keterampilan memberikan bimbingan, yakni mengdiagnosis kesulitan
siswa dan memberikan bantuan dalam memecahkan masalah yang mereka
hadapi.
C. Aktivitas Belajar
Aktivitas merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai
tujuan tertentu. Aktivitas sangat diperlukan dalam proses belajar agar
kegiatan belajar mengajar menjadi efektif. Pengajaran yang efektif adalah
pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan
aktivitas sendiri (Hamalik, 2011:171). Melalui aktivitas, siswa dapat
mengembangkan kemampuan yang dimilikinya.
18
Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian, di
sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas. Aktivitas siswa
tidak cukup hanya dengan mendengarkan atau mencatat seperti yang lazim
dilaksanakan selama ini. Akan tetapi perlu adanya aktivitas-aktivitas positif
lain yang dilakukan oleh siswa. Diedrich (dalam Sardiman, 2007: 100-101)
membuat suatu data yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain
dapat digolongkan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
”Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,
interupsi.
Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato.
Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,
angket, menyalin.
Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,
beternak.
Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup”.
Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam
berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa
sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah
kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk berbeda. Atau siswa akan bertanya,
mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat
siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik,
diagram, intisari dari pelajaran yang disajikan oleh guru. Bila siswa menjadi
19
partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik
(Slameto, 2003:36).
Dalam suatu proses pembelajaran, penting bagi siswa untuk melakukan
berbagai aktivitas yang relevan. Menurut Djamarah dan Zain (2006:40)
menyatakan bahwa anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar. Aktivitas anak didik dalam hal ini, baik secara
fisik maupun secara mental, aktif. Inilah yang sesuai dengan konsep CBSA.
Jadi, tidak ada gunanya melakukan kegiatan belajar mengajar, kalau anak
didik hanya pasif. Karena anak didiklah yang belajar, maka merekalah yang
harus melakukannya.
Belajar bukanlah hanya sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi.
Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, pengalaman belajar siswa harus
dapat mendorong agar siswa beraktivitas melakukan sesuatu. Aktivitas tidak
dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas
yang bersifat psikis seperti aktivitas mental (Sanjaya, 2009:170). Aktivitas
fisik ialah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu,
bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau
hanya pasif. Peserta didik yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah,
jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam
rangka pengajaran (Rohani, 1997:6).
20
D. Penguasaaan Materi
Penguasaan materi merupakan aspek dalam ranah kognitif dari tujuan
kegiatan belajar mengajar. Ranah kognitif meliputi beberapa tingkatan, dari
tingkatan terendah sampai tertinggi yaitu pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Penguasaan merupakan
kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajarai
(Oktaviani, 2008:21). Penguasaan bukan hanya sekedar mengingat mengenai
apa yang dipelajari, tetapi menguasai lebih dari itu yakni melibatkan berbagai
proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis (Arikunto, 2010:115).
Sudijono (2008:50) menyatakan bahwa ranah kognitif terdiri dari 6 jenis
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk
mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama
istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya tanpa mengharapkan
kemampuan untuk menggunakannya.
Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk
mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan
diingat. Dengan kata lain mamahami adalah mengetahui tentang sesuatu
dan dapat melihatnya dari berbagai sisi. Seorang siswa dikatakan
memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau
memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan
kata-katanya sendiri.
Penerapan atau aplikasi (application) adalah kesanggupan seseorang
untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun
metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya
dalam situasi yang baru dan konkret.
Analisis (analyze) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang
lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau
faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor yang lain.
Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan
kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses
yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga
menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.
21
6.
Penilaian atau evaluasi (evaluation) adalah kemampuan seseorang untuk
membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai atau ide, misalnya jika
seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu
memilih satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau
kriteria yang ada.
Penguasaan materi pelajaran oleh siswa dapat diukur dengan mengadakan
evaluasi. Menurut Percival dalam Hamalik (2011 : 146) evaluasi adalah
serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur keefektifan sistem
mengajar/belajar sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi merupakan alat yang
penting untuk mengetahui ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang
telah ditentukan (Sanjaya, 2010 : 244). Sasaran evaluasi belajar adalah
perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kongnitif, afektif dan
psikomotor secara seimbang (Suryosubroto, 2002 : 55).
Untuk mengevaluasi suatu kegiatan pembelajaran menggunakan instrument
dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.
Salah satu instrument atau alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi
adalah tes. Tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah dan
petunjuk yang ditunjukkan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai
dengan petunjuk itu (Thoha, 1994 : 43). Fungsi tes adalah untuk menilai
sampai dimana para siswa telah menguasai kemampuan-kemampuan yang
telah kita rumuskan dalam tujuan-tujuan tersebut (Suryosubroto, 2002 : 60).
Selain itu, menurut Thoha (1994:1) evaluasi merupakan kegiatan yang
terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan
instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh
kesimpulan. Instrumen atau alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi
22
adalah tes. Arikunto (2010:53) menyatakan bahwa tes merupakan alat atau
prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan
cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
Tes untuk mengukur berapa banyak atau berapa persen tujuan pembelajaran
dicapai setelah satu kali mengajar atau satu kali pertemuan adalah postes atau
tes akhir. Disebut tes akhir karena sebelum memulai pelajaran guru
mengadakan tes awal atau pretes. Kegunaan tes ini ialah terutama untuk
dijadikan bahan pertimbangan dalam memperbaiki rencana pembelajaran.
Dalam hal ini, hasil tes tersebut dijadikan umpan balik dalam meningkatkan
mutu pembelajaran (Daryanto, 1999:195-196).
23
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2013 di SMP Negeri 20
Bandar Lampung
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 20
Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari
tujuh kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random
sampling. Pada tahap pertama, dari seluruh populasi yang ada dilakukan
random dan diambil dua kelas secara acak sebagai sampel penelitian, kelas
yang terpilih yaitu VII A dengan jumlah siswa 36 siswa dan VII B dengan
jumlah 34 siswa. Kemudian dari dua kelas yang terpilih dilakukan random
kembali untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, sehingga
terpilih kelas VII B sebagai kelas eksperimen dan kelas VII A sebagai kelas
kontrol. Cluster random sampling digunakan karena terdiri dari kelompokkelompok individu atau sehingga kelompok-kelompok dalam populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel
(Margono, 2005:127).
24
C. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan eksperimental semu (quasi eksperiment) dengan
desain pretes-postes kelompok tak ekuivalen. Kelompok eksperimen (kelas
VIIB) diberi perlakuan dengan bahan ajar leaflet metode discovery, sementara
kelompok kontrol (kelas VIIA) diberi perlakuan dengan metode diskusi.
Setelah itu, kedua kelompok diberi tes/soal penyelesaian masalah berupa soal
pilihan jamak yang sama di awal dan akhir kegiatan pembelajaran .
Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kelompok
I
II
Pretes
O1
O1
Perlakuan
X
C
Postes
O2
O2
Keterangan: I = Kelompok eksperimen (kelas VIIB); II = Kelompok kontrol
(kelas VIIA); X= Perlakuan di kelas eksperimen dengan bahan
ajar leaflet metode discovery; C = Perlakuan di kelas kontrol
dengan metode diskusi; O1 = Pretes; O2 = Postes
Gambar 2.
Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen
(dimodifikasi dari Riyanto, 2001:43).
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut.
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut :
a. Membuat surat izin penelitian ke sekolah tempat diadakannya
penelitian.
25
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,
untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan
menjadi subjek penelitian.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
e. Membuat bahan ajar leaflet sebagai materi.
f. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretes/postes, lembar
observasi aktivitas siswa, dan angket tanggapan siswa.
g. Melakukan uji ahli pada soal pretes/postes.
h. Membentuk kelompok diskusi bersifat heterogen pada kelas
eksperimen dan kontrol berdasarkan nilai akademik siswa semester
ganjil. Setiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa
2. Pelaksanaan Penelitian
Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan penggunaan bahan ajar leaflet
disertai metode discovery untuk kelas eksperimen dan penggunaan metode
diskusi untuk kelas kontrol.
Penelitian ini direncanakan sebanyak dua kali pertemuan. Pertemuan I
membahas satuan-satuan dalam ekosistem dan komponen penyusun
ekosistem. Pertemuan II membahas aliran energi dalam ekosistem dan
pola interaksi antarorganisme, dengan langkah-langkah pembelajaran
sebagai berikut:
26
a. Kelas Eksperimen (Pembelajaran Menggunakan Bahan Ajar
Leaflet dengan Metode Discovery)
1) Pendahuluan
a) Guru memberikan pretes pada pertemuan I mengenai satuansatuan dalam ekosistem dan komponen penyusun ekosistem,
aliran energi dalam ekosistem, dan pola interaksi antarorganisme.
b) Guru menyajikan tujuan pembelajaran.
c) Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan pertanyaan :
Pertemuan I : ”sebelumnya kalian telah mempelajari materi
mengenai sel sampai organisme, disebut apakah organisme atau
mahluk hidup tunggal yang mendiami suatu wilayah tertentu?”
Pertemuan II : ”disebut apakah rantai makanan yang saling
berhubungan?”
d) Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara :
Pertemuan I : Guru memberikan pernyataan kepada siswa
”Pernahkah kalian pergi ke sawah yang luas? Disana kalian
melihat berbagai macam mahluk hidup seperti kambing, sapi,
kerbau juga hewan lain berada di sawah yang luas tersebut untuk
mencari makan. Kita bisa lihat keanekaragaman yang membentuk
ekosistem. Materi pelajaran kali ini tentang komponen penyusun
ekosistem.
27
Pertemuan II : Guru mengajukan pernyataan ”Pernahkah kalian
melihat tanaman pisang dengan daun yang berlubang-lubang atau
tidak utuh lagi? Tahukah kalian daun itu berlubang karena
dimakan oleh ulat, suatu ketika ulat tersebut dimakan oleh burung
lalu burung dimakan musang, dan kemudian musang tersebut
mati lalu bangkainya diuraikan oleh bakteri dan jamur, di sana
kita bisa lihat hubungan antara makhluk hidup yang satu dengan
makhluk hidup yang lain.
2) Kegiatan inti
a. Eksplorasi
1. Membagi siswa ke dalam kelompok, dimana masing-masing
kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa.
2. Membagikan Leaflet berisi materi yang akan dipelajari dan
meminta siswa untuk membacanya.
b. Elaborasi
1. Memberikan LKS kepada setiap kelompok dan meminta siswa
memberikan hipotesis terhadap masalah yang diajukan
2. Meminta siswa mulai mengerjakan LKS yang telah dibagikan
secara kelompok yang dilakukan dengan mengamati
3. Membimbing siswa serta mengamati siswa
4. Mengintruksikan siswa untuk mendiskusikan materi dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam LKS
28
5. Menginstruksikan perwakilan masing-masing kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
6. Memberikan pujian bagi siswa yang berperan aktif dalam
proses pembelajaran.
c. Konfirmasi
1. Mengevaluasi masalah-masalah dalam LKS yang belum
terpecahkan
2. Membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
3) Penutup
a) Melakukan evaluasi, setelah semua siswa memahami materi yang
telah di berikan maka guru akan memberikan post tes pada akhir
pembelajaran pertemuan II dang memberikan soal yang sama
dengan soal pretes
b) Guru memberi informasi tentang materi untuk pertemuan yang
akan datang.
b. Kelas Kontrol (Pembelajaran Tanpa Menggunakan Bahan Ajar
Leaflet dengan Metode Diskusi Kelompok)
1) Pendahuluan
a) Guru memberikan pretes pada pertemuan I mengenai satuansatuan dalam ekosistem dan komponen penyusun ekosistem,
aliran energi dalam ekosistem, dan pola interaksi antarorganisme.
b) Guru menyajikan tujuan pembelajaran.
c) Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan pertanyaan :
29
Pertemuan I : ”sebelumnya kalian telah mempelajari materi
mengenai sel sampai organisme, disebut apakah organisme atau
mahluk hidup tunggal yang mendiami suatu wilayah tertentu?”
Pertemuan II : ”disebut apakah rantai makanan yang saling
berhubungan?”
d) Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara :
Pertemuan I : Guru memberikan pernyataan kepada siswa
”Pernahkah kalian pergi ke sawah yang luas? Disana kalian
melihat berbagai macam mahluk hidup seperti kambing, sapi,
kerbau juga hewan lain berada di sawah yang luas tersebut untuk
mencari makan. Kita bisa lihat keanekaragaman yang membentuk
ekosistem. Materi pelajaran kali ini tentang komponen penyusun
ekosistem.
Pertemuan II : Guru mengajukan pernyataan ”Pernahkah kalian
melihat tanaman pisang dengan daun yang berlubang-lubang atau
tidak utuh lagi? Tahukah kalian daun itu berlubang karena
dimakan oleh ulat, suatu ketika ulat tersebut dimakan oleh burung
lalu burung dimakan musang, dan kemudian musang tersebut
mati lalu bangkainya diuraikan oleh bakteri dan jamur, di sana
kita bisa lihat hubungan antara makhluk hidup yang satu dengan
makhluk hidup yang lain.
30
2) Kegiatan inti
d. Eksplorasi
1.
Membagi siswa ke dalam kelompok, dimana masing-masing
kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa.
2.
Membuka materi yang akan dipelajari dan meminta siswa
untuk membacanya.
3.
Menjelaskan secara garis besar tentang saling hubungan antar
komponen biotik.
e. Elaborasi
1.
Memberikan LKS kepada setiap kelompok dan membimbing
siswa dalam berdiskusi dengan cara berkeliling ke setiap
kelompok.
2.
Menginstruksikan perwakilan masing-masing kelompok
untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
f. Konfirmasi
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan tanya
jawab tentang materi yang dipresentasikan oleh masing-masing
kelompok.
Memberikan penguatan terhadap jawaban hasil diskusi siswa dan
menambahkan informasi yang kurang dari hasil diskusi.
31
3) Penutup
a) Melakukan evaluasi, setelah semua siswa memahami materi yang
telah di berikan maka guru akan memberikan post test pada akhir
pembelajaran pertemuan II berupa soal pilihan jamak yang sama
dengan soal pretes
b) Guru memberi informasi tentang materi untuk pertemuan yang
akan datang.
E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah :
1. Jenis Data
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu berupa data kemampuan penguasaan materi pada
materi pokok ekosistem yang diperoleh dari nilai pretes, postes, dan NGain.
b. Data Kualitatif
Data kualitatif berupa data aktivitas siswa yang diperoleh dari lembar
observasi aktivitas siswa yang meliputi tiga aspek, yaitu bekerjasama
dalam kelompok, melakukan diskusi serta mempresentasikan hasil
diskusi. Data kualitatif yang lain yakni data tanggapan siswa terhadap
penggunaan terhadap bahan ajar leaflet dan metode discovery.
32
2. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:
a. Pretes dan Postes
Data penguasaan materi berupa nilai pretes dan postes. Nilai pretes
diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen maupun
kontrol, sedangkan nilai postes diambil di akhir pembelajaran pada
pertemuan ketiga setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol.
Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal pilihan jamak
Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu :
S = R x 100
N
Keterangan : S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = jumlah skor dari
item atau soal yang dijawab benar; N = jumlah skor
maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008 : 112).
b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang
diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin
kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar
observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Aspek yang
diamati yaitu: aktivitas siswa bekerjasama dengan teman, melakukan
kegiatan diskusi, mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
33
c. Angket Tanggapan Siswa
Angket tanggapan siswa berisi tentang semua pendapat penggunaan
bahan ajar leaflet dengan metode discovery dalam pembelajaran di
kelas. Angket ini berupa 10 pernyataan, terdiri dari 5 pernyataan positif
dan 5 pernyataan negatif. Angket tanggapan siswa ini memiliki 2
pilihan jawaban yaitu setuju dan tidak setuju.
F. Teknik Analisis Data
1.
Data Kuantitatif
Nilai pretes, postes, dan N-gain pada kelas eksperimen dan kontrol
dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17, yang
sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas dan uji MannWhitney U data:
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan
program SPSS versi 17.
Hipotesis
H0 = Sampel berdistribusi normal
H1 = Sampel tidak berdistribusi normal
Kriteria Pengujian
Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk
harga yang lainnya (Pratisto, 2004:5).
34
b. Uji Mann-Whitney U
1. Hipotesis
H0 : Rata-rata nilai pada kedua sampel tidak berbeda
H1 : Rata-rata nilai pada kedua sampel berbeda
2. Kriteria Uji :
Ho ditolak jika sig < 0,05 Dalam hal lainnya Ho diterima
2. Data Kualitatif
a. Pengolahan Data Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa diperoleh melalui observasi saat kegiatan
pembelajaran berlangsung.
Menghitung rata–rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus:
Xi x100
X
n
Keterangan:
X : Rata-rata skor aktivitas siswa, Xi: Jumlah skor
yang diperoleh, n: Jumlah skor maksimum
(Widiyaningrum, 2010:44).
35
Tabel 1. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
No
Nama
1
Aspek yang diamati
A
B
C
2 3 1 2 3 1 2
Xi
3
̅
1
2
3
dst..
Jumlah (Xi)
Berilah tanda checklist (√) pada setiap item yang sesuai (dimodifikasi
dari Carolina, 2010: 29).
Keterangan: ̅ = Persentase aktivitas siswa; ∑xi = Jumlah skor yang
diperoleh; n = Jumlah skor maksimum (Sudjana,
2002:69).
Keterangan kriteria penilaian aktivitas siswa:
A. Bekerja sama dengan teman :
1) Tidak bekerja sama dengan teman (diam saja)
2) Bekerja sama tetapi hanya satu atau dua teman.
3) Bekerja sama baik dengan semua anggota kelompok
B. Melakukan kegiatan diskusi :
1) Diam saja, tidak melakukan diskusi dalam kelompok
2) Melakukan diskusi, tapi kurang tepat dan tidak sesuai dengan
permasalahan
3) Melakukan diskusi dengan tepat dan sesuai dengan permasalahan
C. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok :
1) Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan cara
yang kurang sistematis, dan tidak dapat menjawab pertanyaan.
2) Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan cara
yang kurang sistematis tetapi dapat menjawab pertanyaan dengan
benar.
3) Siswa dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok de
ABSTRAK
PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN
METODE DISCOVERY TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR
DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA
MATERI POKOK EKOSISTEM
(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap
SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Oleh
ALQOSHOSH ‘ALASTIHYA’ HAMID
Aktivitas belajar siswa menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Hasil observasi di SMP Negeri 20 Bandar lampung, diketahui
bahwa aktivitas dan penguasaan materi siswa masih cukup rendah. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan ajar leaflet dengan
metode discovery terhadap aktivitas dan penguasaan materi siswa.
Desain penelitian ini adalah pretes postes kelompok tak ekuivalen. Sampel
penelitian adalah siswa kelas VIIB dan VIIA yang dipilih secara cluster random
sampling. Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data
kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretes, postes, dan N-gain yang dianalisis
menggunakan uji U pada taraf kepercayaan 5% melalui SPSS 17. Data kualitatif
berupa data aktivitas siswa dan tanggapan siswa terhadap penggunaan bahan ajar
leaflet dengan metode discovery.
Alqoshosh ‘Alastihya’ Hamid
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahan ajar leaflet dengan
metode discovery dapat meningkatkan penguasaan materi dengan rata-rata nilai
pretes (37,64); postes (69,41); dan N-gain (50,64). Aktivitas belajar juga
mengalami peningkatan untuk semua aspek yang diamati pada kelas eskperimen,
yaitu aspek bekerjasama dalam kelompok (92,16%); aspek melakukan diskusi
(82,35%); dan aspek mempresentasikan hasil diskusi (75,49%). Selain itu,
sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan bahan
ajar leaflet dengan metode discovery. Dengan demikian, pembelajaran
menggunakan bahan ajar leaflet dengan metode discovery dapat meningkatkan
aktivitas belajar dan penguasaan materi oleh siswa.
Kata kunci :
bahan ajar leaflet, ekosistem, metode discovery, aktivitas siswa,
penguasaan materi.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
I. PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
Latar Belakang ................................................................................... .. 1
Rumusan Masalah .............................................................................. .. 6
Tujuan Penelitian ............................................................................... .. 6
Manfaat Penelitian ............................................................................. .. 7
Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. .. 7
Kerangka Pikir ................................................................................... .. 8
Hipotes ............................................................................................... .. 11
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
B.
C.
D.
Bahan Ajar Leaflet ...............................................................................
Metode Discovery ................................................................................
Aktivitas Belajar Siswa ........................................................................
Penguasaan Materi Belajar Siswa ........................................................
12
14
17
20
III. METODE PENELITIAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................
Populasi dan Sampel Penelitian ...........................................................
Desain Penelitian ..................................................................................
Prosedur Penelitian................................................................................
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ....................................................
Teknik Analisis Data ............................................................................
23
23
24
24
31
33
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................... 40
B. Pembahasan .......................................................................................... 47
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .............................................................................................. 56
B. Saran ................................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 57
xii
LAMPIRAN
1. Silabus Pembelajaran ........................................................................... 60
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) .......................................... 64
3. Lembar Kerja Siswa (LKS) .................................................................. 76
4. Soal Pretes-Postes Penguasaan Materi siswa ........ ................................. 82
5. Angket Tanggapan Siswa ........................................................................ 91
6. Data Hasil Penelitian ............................................................................ 94
7. Foto-foto Penelitian .............................................................................. 110
xiii
1
I.
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa
Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
dan diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, menurut UndangUndang Nomor 20 tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara (Depdiknas, 2003:1).
Saat ini perhatian pemerintah terhadap masalah pendidikan masih terasa
rendah, gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang
terjadi. Hasil belajar siswa masih rendah, pengajar kurang profesional, dan
pendidikan yang mahal (Muliani, 2009:1). Dampak dari pendidikan yang
buruk itu, pendidikan di negara ini kedepannya makin terpuruk dan belum
bisa bersaing dengan negara-negara berkembang lainnya. Dalam pendidikan
di sekolah, masalah yang sering dihadapi adalah dari segi proses
pembelajaran. Berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak
2
tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami siswa. Guru
dituntut mampu meningkatkan mutu pendidikan di sekolah terutama
mengenai penguasaan materi pembelajaran siswa sesuai dengan bidang studi
yang diajarkan. Harapan tidak pernah sirna dan selalu guru dituntut adalah
bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh siswa
secara tuntas (Djamarah dan Zain, 2006:1).
Hasil wawancara dengan guru biologi di SMP Negeri 20 Bandar Lampung,
dalam proses pembelajaran guru hanya menggunakan metode ceramah,
diskusi, dan penugasan. Metode-metode seperti ini diduga kurang
memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
menerima materi secara luas dan kreatif. Metode ceramah menyebabkan
siswa hanya diam mendengarkan penjelasan guru, pada metode diskusi tidak
efektif karena hanya bersifat informatif saja, penugasan tidak optimal karena
siswa hanya mengerjakan soal-soal latihan di buku IPA Terpadu dan
merangkum materi yang tersedia di perpustakaan sekolah.
Aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan
mencatat hal-hal yang dianggap penting saja, padahal menurut Sardiman
(2007:95), aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja tetapi
lebih menitik beratkan pada aktivitas atau keikutsertaan siswa dalam proses
pembelajaran misalnya menyatakan pendapat, bertanya, menggambar,
memecahkan masalah, dapat menganalisis dan menggambil keputusan dan
lain-lain. Itulah sebabnya, aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat
penting di dalam interaksi belajar mengajar. Motivasi dan minat siswa di
3
dalam proses pembelajaranpun masih rendah, seperti masih banyak diantara
siswa yang tidak mendengarkan penjelasan dari guru, dan rasa antusiasisme
siswa terhadap pelajaran juga belum ada, terlihat dari tidak adanya siswa yang
bertanya dan tidak ada siswa yang menjawab pertanyaan guru kecuali bila
disebutkan namanya.
Kurang efektifnya pembelajaran tersebut diduga berdampak juga terhadap
penguasaan beberapa materi pokok Biologi, salah satunya yaitu materi pokok
Ekosistem. Dari hasil observasi, diketahui bahwa penguasaan materi oleh
siswa kelas VII pada materi pokok ekosistem tahun pelajaran 20011/2012
menunjukan bahwa rata-rata nilai yang diperoleh siswa hanya mencapai 62.
Nilai tersebut, belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
telah ditetapkan oleh sekolah yaitu ≥ 67 untuk semua Standar Kompetensi
yang ada. Siswa yang telah mencapai KKM hanya sekitar 45% dari jumlah
siswa kelas VII.
Dalam proses pembelajaran, belum ada pengembangan dengan menggunakan
bahan ajar sebagai sumber belajar. Sumber belajar yang digunakan selama ini
berasal dari buku teks yang tersedia di perpustakaan sekolah, dengan jumlah
yang sangat terbatas dan biasanya hanya dipinjam pada saat jam pelajaran
berlangsung. Dari hasil observasi tersebut, dirasa sangat perlu adanya
penggunaan bahan ajar yang diharapkan dapat meningkatkan minat belajar
siswa sehingga mempermudah dalam penguasaan materi, khususnya
terhadap pembelajaran Biologi pada materi pokok Ekosistem. Salah satu
bahan ajar yang dapat digunakan adalah bahan ajar leaflet.
4
Penggunaan leaflet sebagai bahan ajar diharapkan dapat membantu siswa
dalam memahami materi pelajaran. Leaflet ini disusun dari berbagai sumber
belajar, dengan bahasa yang sederhana yang mudah dimengerti siswa, serta
disisipkan ilustrasi yang mendukung materi pelajaran, sehingga mampu untuk
menarik minat baca siswa dalam proses pembelajaran. Dengan demikian,
diharapkan siswa akan termotivasi untuk belajar dan memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi karena, siswa telah mempunyai gambaran yang jelas mengenai
penjelasan guru, sehingga materi yang akan disampaikan diharapkan dapat
dikuasai dengan baik.
Pembelajaran tidak akan berjalan efektif apabila hanya menggunakan bahan
ajar yang menarik, maka dari itu akan lebih baik apabila didukung dengan
metode pembelajaran yang tepat, kombinasi bahan ajar dan metode dalam
pembelajaran dapat mendukung satu sama lain. Hal ini sesuai dengan
pendapat Suyitno (2000:37) bahwa untuk menunjang kelancaran
pembelajaran disamping pemilihan metode yang tepat juga perlu digunakan
suatu media yang sangat berperan dalam membimbing abstraksi siswa.
Salah satu diantaranya adalah metode discovery, menurut Hamalik
(2011:220) langkah-langkah dalam metode discovery yaitu mengidentifikasi
dan merumuskan topik, mengajukan suatu pertanyaan dengan fakta,
memformulakan hipotesis untuk menjawab pertanyaan tentang masalah
yanmg diajukan, mengumpulakan informasi yang relefan dengan hipotesis,
dan menguji setiap hipotesis dengan data yang terkumpul dan merumuskan
5
jawaban atas pertanyaan sesungguhnya dan menyatakan jawaban sebagai
preposisi tentang fakta.
Hasil penelitian, oleh Merta (2012:1) Pengaruh Pengunaan Bahan Ajar
Leaflet Dengan Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD)
Terhadap Penguasaan Konsep Pada Materi Pokok Sistem Pernpasan (Studi
Eksperimen Semu Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 6 Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 2011/2012), dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
menggunakan bahan ajar leaflet berpengaruh terhadap peningkatan
penguasaan konsep oleh siswa pada materi Ekosistem yaitu, pada aspek
pemahaman (C2) pada kelas eksperimen I sebesar 96,25 sedangkan kelas
eksperimen II sebesar 68,54. Selain itu, pada hasil penelitian Aini (2011:54)
Pengaruh Penggunaan Bahan Ajar Leaflet Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Pada Materi Pokok Ekosistem (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas
VII SMP Negeri 5 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran
2010/2011), dapat disimpulkan juga bahwa pembelajaran menggunakan
bahan ajar leaflet berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa pada materi
pokok Ekosistem, yaitu sebesar 18,44 dari prestasi belajar siswa sebelum
pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar leaflet.
Oleh karena itu, maka peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian di
SMP Negeri 20 Bandar menggunakan bahan ajar dengan metode discovery,
diharapkan akan berpengaruh terhadap terhadap aktivitas belajar dan
penguasaan materi dan dapat membantu siswa untuk mencapai standar
ketuntasan belajar minimal di sekolah yaitu ≥ 67. Dalam hal ini, peneliti akan
6
memfokuskan pada materi ekosistem yang dipelajari pada kelas VII semester
genap oleh siswa pada materi pokok Ekosistem
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh penggunaan bahan ajar leaflet dengan metode
discovery terhadap penguasaan materi oleh siswa pada materi pokok
ekosistem?
2. Bagaimana pengaruh penggunaan bahan ajar leaflet dengan metode
discovery terhadap aktivitas belajar siswa pada materi pokok ekosistem?
3. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penggunaan bahan ajar leflet dengan
metode discovery?
C.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh penggunaan bahan ajar leaflet dengan metode discovery
terhadap penguasaan materi oleh siswa pada materi pokok ekosistem.
2. Pengaruh penggunaan bahan ajar leaflet dengan metode discovery
terhadap aktivitas belajar siswa pada materi pokok ekosistem.
3. Tanggapan siswa terhadap penggunaan bahan ajar leaflet dengan metode
discovery.
7
D. Manfaat penelitan
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagi peneliti, dapat memberikan wawasan, pengalaman, dan bekal
berharga bagi peneliti sebagai calon guru biologi yang profesional,
terutama dalam pemilihan bahan ajar yang tepat.
2. Bagi guru, dapat memberikan informasi mengenai bahan ajar leaflet
sehingga dapat dijadikan alternatif dalam memilih bahan ajar yang tepat
untuk megembangkan kemampuan penguasaan materi oleh siswa.
3. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda sehingga
diharapkan mampu melatih, mengasah, serta mengembangkan kemampuan
siswa dalam aktivitas dan penguasaan materi.
E. Ruang lingkup
Untuk menghindari anggapan yang berbeda terhadap masalah yang akan
dibahas maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut.
1. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VII semester genap SMP Negeri 20
Bandar Lampung tahun pelajaran 2012-2013.
2. Penyampaian materi dilakukan dengan mengunakan bahan ajar leaflet.
Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak
dimatikan/dijahit (Setyono, 2005:19).
3. Penggunaan bahan ajar dikombinasikan dengan metode pembelajaran
discovery dengan langkah-langkah sebagaai berikut:
a. Mengidentifikasi dan merumuskan topik,
8
b. Mengajukan suatu pertanyaan tentang fakta,
c. Memformulasikan hipotesis atau beberapa hipotesis untuk menjawab
pertanyaan pada langkah b,
d. Mengumpulkan informasi yang relevan dengan hipotesis dan menguji
setiap hipotesis dengan data yang terkumpul,
e. Merumuskan jawaban atas pertanyaan sesungguhnya dan menyatakan
jawaban sebagai preposisi tentang fakta.
4. Aktivitas siswa dalam penelitian ini adalah kegiatan siswa selama
pembelajaran berlangsung yaitu (1) kemampuan mengemukakan pendapat;
(2) bekerjasama dengan teman dalam menyelesaikan tugas kelompok; (3)
mempresentasikan hasil diskusi kelompok; (4) kemampuan bertanya; (5)
kemampuan menjawab pertanyaan; dan (6) membuat kesimpulan.
5. Penguasaan materi yang diamati pada penelitian ini diukur berdasarkan
nilai yang diperoleh dari hasil pretes, postes, dan N-Gain pada materi
pokok ekosistem.
6. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII A sebagai kelompok
kontrol dan kelas VII B sebagai kelompok eksperimen.
F. Kerangka Pemikiran
Proses pembelajaran adalah proses bertujuan, salah satu tujuannya yaitu
untuk meningkatkan penguasaan materi pelajaran oleh siswa yang dapat
membentuk pola perilaku siswa itu sendiri. Oleh sebab itu, apa yang
dilakukan oleh seorang guru harus mengarah pada pencapaian tujuan dan
keberhasilan dalam suatu proses pembelajaran. Keberhasilan dalam suatu
9
proses pembelajaran, dapat didukung oleh beberapa faktor antara lain yaitu
media, bahan ajar, ataupun metode dan pendekatan yang dilakukan oleh guru
dalam pembelajaran. Saat ini, peran guru tidak hanya mengacu pada satusatunya pemberi informasi dalam proses belajar namun, lebih menekankan
pada salah satu pemberi fasilitas bagi siswa untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan dalam proses pembelajaran. Salah satu yang dapat dilakukan
oleh seorang guru, yaitu dengam memvariasikan bahan ajar sebagai salah satu
sumber belajar bagi siswa.
Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan yaitu dengan leaflet. Penggunaan
leaflet, diharapkan dapat menarik perhatian siswa untuk membacanya, dan
diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran. Leaflet
ini disusun dari berbagai sumber belajar, didesain secara cermat, dilengkapi
dengan ilustrasi serta menggunakan bahasa yang sederhana,singkat, dan
mudah dipahami, sehingga diharapkan mampu menarik minat baca, dan
memberikan motivasi belajar pada siswa. Selain itu, penggunaan leaflet ini
dirasa lebih tepat jika dikombinasikan dengan salah satu metode
pembelajaran. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan yaitu
dengan metode discovery. Kombinasi antara keduanya, tercermin pada fase
yaitu penyampaian materi pembelajaran yang dilakukan melalui bahan ajar
leaflet.
Discovery ialah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu
konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati,
mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan,
mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan metode ini siswa
10
dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru
hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian pembelajaran
discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses
kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri
dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.
Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode pengajaran yang
menitikberatkan pada aktivitas siswa dalam belajar. Dalam proses
pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing
dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil,
prosedur, algoritma dan semacamnya.
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah bahan ajar leaflet (X),
sedangkan variabel terikatnya adalah aktifitas belajar siswa (Y1) dan
penguasaan materi siswa (Y2). Untuk lebih jelasnya, dapat dijelaskan dengan
paradigma pemikirian sebagai berikut.
Y1
X
Y2
Keterangan: X = Bahan Ajar Leaflet, Y1 = Aktivitas belajar siswa,
Y2 = Penguasaan materi oleh siswa
Gambar 1. Diagram Hubungan variabel bebas dengan variabel terikat.
11
G. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. H0 = Penggunaan bahan ajar leaflet dengan metode discovery tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan penguasaan
materi siswa pada materi pokok ekosistem.
H1 = Penggunaan bahan ajar leaflet dengan metode discovery berpengaruh
secara signifikan terhadap peningkatan penguasaan materi siswa
pada materi pokok ekosistem.
2. Penggunaan bahan ajar leaflet dengan metode discovery berpengaruh
dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa.
3. Sebagian besar siswa memberikan tanggapan positif terhadap penggunaan
bahan ajar leaflet dengan metode discovery.
12
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Leaflet
Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak
dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara
cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana,
singkat serta mudah dipahami. Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat
materi yang dapat menggiring siswa untuk menguasai satu atau lebih KD
(Murni, 2010:1).
Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan
pamflet. Hal tersebut dapat dijelaskan oleh Hermiko (2010:1): “Pamphlet
(pamplet) adalah semacam booklet (buku kecil) yang tak berjilid. Mungkin
hanya terdiri dari satu lembar yang dicetak di kedua permukaannya. Tapi
bisa juga dilipat di bagian tengahnya sehingga menjadi empat halaman. Atau
bisa juga dilipat tiga sampai empat kali hingga menjadi beberapa halaman.
Jika dilipat menjadi empat, pamphlet itu memiliki nama tersendiri yaitu
leaflet. Penggunaan pamphlet atau leaflet umumnya dilakukan untuk
pemasaran aneka produk dan juga untuk penyebaran informasi politik”.
Leaflet sebagai bahan ajar harus disusun secara sistematis, bahasa yang
mudah dimengerti dan menarik. Semua itu bertujuan untuk menarik minat
baca dan meningkakan motivasi belajar siswa. Sehingga Dalam
13
penyusunannya leaflet sebagai bahan ajar perlu mempertimbangkan hal-hal
antara lain sebagai berikut:
1. Substansi materi memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi
pokok yang harus dikuasai oleh siswa.
2. Materi memberikan informasi secara jelas dan lengkap tentang hal-hal
yang penting sebagai informasi.
3. Padat pengetahuan.
4. Kebenaran materi dapat dipertanggungjawabkan
5. Kalimat yang disajikan singkat, jelas.
6. Menarik siswa untuk membacanya baik penampilan maupun isi materinya.
7. Dapat diambil dari berbagai museum, obyek wisata, instansi pemerintah,
swasta, atau hasil download dari internet.
Dalam menyusun sebuah Leaflet sebagai bahan ajar, leaflet paling tidak
memuat antara lain:
1. Judul diturunkan dari kompetensi dasar atau materi pokok sesuai dengan
besar kecilnya materi.
2. Kompetensi dasar/materi pokok yang akan dicapai, diturunkan dari
Kurikulum 2004.
3. Informasi pendukung dijelaskan secara jelas, padat, menarik,
memperhatikan penyajian kalimat yang disesuaikan dengan usia dan
pengalaman pembacanya. Untuk siswa SMA upayakan untuk membuat
kalimat yang tidak terlalu panjang, maksimal 25 kata perkalimat dan
dalam satu paragraf 3 – 7 kalimat.
14
4. Tugas-tugas dapat berupa tugas membaca buku tertentu yang terkait
dengan materi belajar dan membuat resumenya. Tugas dapat diberikan
secara individu atau kelompok dan ditulis dalam kertas lain.
5. Penilaian dapat dilakukan terhadap hasil karya dari tugas yang diberikan.
6. Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi misalnya
buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian (Setyono, 2005:38-39).
B. Metode Discovery
Salah satu metode mengajar yang banyak digunakan di sekolah-sekolah yang
sudah maju menurut Suryosubroto (2002: 191) adalah “metode penemuan.”
Hal ini disebabkan karena metode penemuan itu:
1. Suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif.
2. Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka hasil yang
diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tak mudah dilupakan
anak.
3. Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul
dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain.
4. Dengan menggunakan strategi penemuan anak belajar menguasai salah
satu metode ilmiah yang akan dapat dikembangkannya.
5. Dengan metode penemuan ini juga, anak belajar berpikir analisis dan
mencoba memecahkan problema yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan
ditransfer dalam kehidupan masyarakat.
15
Metode discovery menurut Suryosubroto (2002:192) diartikan sebagai suatu
prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi
obyek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi.
Berdasarkan pendapat Gilstrap (dalam Suryosubroto 2002: 197) langkahlangkah pelaksanaan metode discovery adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya sebagai dasar
untuk menentukan tujuan yang berguna dan realistis untuk mengajar
dengan penemuan.
Seleksi pendahuluan atas dasar kebutuhan dan minat siswa, prinsipprinsip, generalisasi, pengertian dalam hubungannya dengan apa yang
akan dipelajarai.
Mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga memudahkan
terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar dengan penemuan.
Berkomunikasi dengan siswa akan membantu menjelaskan peranan
penemuan.
Menyiapkan suatu situasi yang mengandung masalah yang minta
dipecahkan.
Mengecek pengertian siswa tentang masalah yang digunakan untuk
merangsang belajar dengan penemuan.
Menambah berbagai alat peraga untuk kepentingan pelaksanaan
penemuan.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk bergiat mengumpulkan dan
bekerja dengan data, misalnya tiap siswa mempunyai sebuah tabung yang
diamati dan dicatatnya.
Mempersilahkan siswa mengumpulkan dan mengatur data sesuai dengan
kecepatannya sendiri, sehingga memperoleh tilikan umum.
Memberi kesempatan kepada siswa melanjutkan pengalaman belajarnya,
walaupun sebagian atas tanggung jawabnya sendiri.
Memberi jawaban dengan cepat dan tepat sesuai dengan data dan
informasi bila ditanya dan kalau ternyata diperlukan siswa dalam
kelangsungan kegiatannya.
Memimpin analisisnya sendiri melalui percakapan dan eksplorasinya
sendiri dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi
proses.
Mengajarkan keterampilan untuk belajar dengan penemuan yang
diidentifikasi oleh kebutuhan siswa, misalnya latihan penyelidikan.
Merangsang interaksi siswa dengan siswa, misalnya merundingkan
strategi penemuan, mendiskusikan hipotesis dan data yang terkumpul.
Mengajukan pertanyaan tingkat tinggi maupun pertanyaan tingkat yang
sederhana.
16
16. Bersikap membantu jawaban siswa, ide siswa, pandangan dan tafsiran
yang berbeda. Bukan menilai secara kritis tetapi membantu menarik
kesimpulan yang benar.
17. Membesarkan siswa untuk memperkuat pernyataannya dengan alasan
dan fakta.
18. Memuji siswa yang sedang bergiat dalam proses penemuan, misalnya
seorang siswa yang bertanya kepada temannya atau guru tentang
berbagai tingkat kesukaran dan siswa siswa yang mengidentifikasi hasil
dari penyelidikannya sendiri.
19. Membantu siswa menulis atau merumuskan prinsip, aturan ide,
generalisasi atau pengertian yang menjadi pusat dari masalah semula dan
yang telah ditemukan melalui strategi penemuan.
20. Mengecek apakah siswa menggunakan apa yang telah ditemukannya,
misalnya teori atau teknik, dalam situasi berikutnya, yaitu situasi dimana
siswa bebas menentukan pendekatannya.
Sedangkan langkah-langkah pembelajaran yang berorientasi discovery
menurut Hamalik (2006:220) adalah:
1.
Mengidentifikasi dan merumuskan topik,
2.
Mengajukan suatu pertanyaan tentang fakta,
3.
Memformulasikan hipotesis atau beberapa hipotesis untuk menjawab
pertanyaan pada langkah 2,
4.
Mengumpulkan informasi yang relevan dengan hipotesis dan menguji
setiap hipotesis dengan data yang terkumpul,
5.
Merumuskan jawaban atas pertanyaan sesungguhnya dan menyatakan
jawaban sebagai preposisi tentang fakta. Jawaban itu mungkin
merupakan sintesis antara hipotesis yang diajukan dan hasil-hasil dari
hipotesis yang diuji dengan informasi yang terkumpul.
Hamalik (2011: 187) menyatakan bahwa metode discovery paling baik bila
dilaksanakan dalam kelompok belajar yang kecil, namun dapat juga
dilaksanakan dalam kelompok belajar yang lebih besar. Metode discovery
17
dapat dilaksanakan dalam bentuk komunikasi satu arah atau komunikasi dua
arah.
1. Sistem satu arah (ceramah reflektif)
Struktur penyajian sistem satu arah dalam bentuk usaha merangsang siswa
melakukan proses discovery di depan kelas. Guru mengajukan suatu
masalah, dan kemudian memecahkan masalah tersebut melalui langkahlangkah discovery.
2. Sistem dua arah (Discovery terbimbing)
Sistem dua arah melibatkan siswa dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
guru. Siswa melakukan discovery, sedangkan guru membimbing mereka
ke arah yang tepat/benar. Gaya pengajaran demikian, oleh Cagne disebut
sebagai guide discovery. Dalam sistem ini, guru perlu memiliki
keterampilan memberikan bimbingan, yakni mengdiagnosis kesulitan
siswa dan memberikan bantuan dalam memecahkan masalah yang mereka
hadapi.
C. Aktivitas Belajar
Aktivitas merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk mencapai
tujuan tertentu. Aktivitas sangat diperlukan dalam proses belajar agar
kegiatan belajar mengajar menjadi efektif. Pengajaran yang efektif adalah
pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan
aktivitas sendiri (Hamalik, 2011:171). Melalui aktivitas, siswa dapat
mengembangkan kemampuan yang dimilikinya.
18
Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian, di
sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas. Aktivitas siswa
tidak cukup hanya dengan mendengarkan atau mencatat seperti yang lazim
dilaksanakan selama ini. Akan tetapi perlu adanya aktivitas-aktivitas positif
lain yang dilakukan oleh siswa. Diedrich (dalam Sardiman, 2007: 100-101)
membuat suatu data yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain
dapat digolongkan sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
”Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
Oral activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,
interupsi.
Listening activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato.
Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,
angket, menyalin.
Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,
beternak.
Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.
Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,
gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup”.
Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam
berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa
sendiri, kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi dipikirkan, diolah
kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk berbeda. Atau siswa akan bertanya,
mengajukan pendapat, menimbulkan diskusi dengan guru. Dalam berbuat
siswa dapat menjalankan perintah, melaksanakan tugas, membuat grafik,
diagram, intisari dari pelajaran yang disajikan oleh guru. Bila siswa menjadi
19
partisipasi yang aktif, maka ia memiliki ilmu/pengetahuan itu dengan baik
(Slameto, 2003:36).
Dalam suatu proses pembelajaran, penting bagi siswa untuk melakukan
berbagai aktivitas yang relevan. Menurut Djamarah dan Zain (2006:40)
menyatakan bahwa anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar. Aktivitas anak didik dalam hal ini, baik secara
fisik maupun secara mental, aktif. Inilah yang sesuai dengan konsep CBSA.
Jadi, tidak ada gunanya melakukan kegiatan belajar mengajar, kalau anak
didik hanya pasif. Karena anak didiklah yang belajar, maka merekalah yang
harus melakukannya.
Belajar bukanlah hanya sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi.
Belajar adalah berbuat, memperoleh pengalaman tertentu sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, pengalaman belajar siswa harus
dapat mendorong agar siswa beraktivitas melakukan sesuatu. Aktivitas tidak
dimaksudkan terbatas pada aktivitas fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas
yang bersifat psikis seperti aktivitas mental (Sanjaya, 2009:170). Aktivitas
fisik ialah peserta didik giat-aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu,
bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau
hanya pasif. Peserta didik yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah,
jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam
rangka pengajaran (Rohani, 1997:6).
20
D. Penguasaaan Materi
Penguasaan materi merupakan aspek dalam ranah kognitif dari tujuan
kegiatan belajar mengajar. Ranah kognitif meliputi beberapa tingkatan, dari
tingkatan terendah sampai tertinggi yaitu pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Penguasaan merupakan
kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajarai
(Oktaviani, 2008:21). Penguasaan bukan hanya sekedar mengingat mengenai
apa yang dipelajari, tetapi menguasai lebih dari itu yakni melibatkan berbagai
proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis (Arikunto, 2010:115).
Sudijono (2008:50) menyatakan bahwa ranah kognitif terdiri dari 6 jenis
sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untuk
mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama
istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya tanpa mengharapkan
kemampuan untuk menggunakannya.
Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk
mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan
diingat. Dengan kata lain mamahami adalah mengetahui tentang sesuatu
dan dapat melihatnya dari berbagai sisi. Seorang siswa dikatakan
memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau
memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan
kata-katanya sendiri.
Penerapan atau aplikasi (application) adalah kesanggupan seseorang
untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun
metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya
dalam situasi yang baru dan konkret.
Analisis (analyze) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang
lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau
faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor yang lain.
Sintesis (synthesis) adalah kemampuan berpikir yang merupakan
kebalikan dari proses berpikir analisis. Sintesis merupakan suatu proses
yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis sehingga
menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk pola baru.
21
6.
Penilaian atau evaluasi (evaluation) adalah kemampuan seseorang untuk
membuat pertimbangan terhadap situasi, nilai atau ide, misalnya jika
seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu
memilih satu pilihan yang terbaik, sesuai dengan patokan-patokan atau
kriteria yang ada.
Penguasaan materi pelajaran oleh siswa dapat diukur dengan mengadakan
evaluasi. Menurut Percival dalam Hamalik (2011 : 146) evaluasi adalah
serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur keefektifan sistem
mengajar/belajar sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi merupakan alat yang
penting untuk mengetahui ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang
telah ditentukan (Sanjaya, 2010 : 244). Sasaran evaluasi belajar adalah
perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kongnitif, afektif dan
psikomotor secara seimbang (Suryosubroto, 2002 : 55).
Untuk mengevaluasi suatu kegiatan pembelajaran menggunakan instrument
dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.
Salah satu instrument atau alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi
adalah tes. Tes adalah alat pengukuran berupa pertanyaan, perintah dan
petunjuk yang ditunjukkan kepada testee untuk mendapatkan respon sesuai
dengan petunjuk itu (Thoha, 1994 : 43). Fungsi tes adalah untuk menilai
sampai dimana para siswa telah menguasai kemampuan-kemampuan yang
telah kita rumuskan dalam tujuan-tujuan tersebut (Suryosubroto, 2002 : 60).
Selain itu, menurut Thoha (1994:1) evaluasi merupakan kegiatan yang
terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan
instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh
kesimpulan. Instrumen atau alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi
22
adalah tes. Arikunto (2010:53) menyatakan bahwa tes merupakan alat atau
prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan
cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
Tes untuk mengukur berapa banyak atau berapa persen tujuan pembelajaran
dicapai setelah satu kali mengajar atau satu kali pertemuan adalah postes atau
tes akhir. Disebut tes akhir karena sebelum memulai pelajaran guru
mengadakan tes awal atau pretes. Kegunaan tes ini ialah terutama untuk
dijadikan bahan pertimbangan dalam memperbaiki rencana pembelajaran.
Dalam hal ini, hasil tes tersebut dijadikan umpan balik dalam meningkatkan
mutu pembelajaran (Daryanto, 1999:195-196).
23
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2013 di SMP Negeri 20
Bandar Lampung
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 20
Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari
tujuh kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random
sampling. Pada tahap pertama, dari seluruh populasi yang ada dilakukan
random dan diambil dua kelas secara acak sebagai sampel penelitian, kelas
yang terpilih yaitu VII A dengan jumlah siswa 36 siswa dan VII B dengan
jumlah 34 siswa. Kemudian dari dua kelas yang terpilih dilakukan random
kembali untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol, sehingga
terpilih kelas VII B sebagai kelas eksperimen dan kelas VII A sebagai kelas
kontrol. Cluster random sampling digunakan karena terdiri dari kelompokkelompok individu atau sehingga kelompok-kelompok dalam populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel
(Margono, 2005:127).
24
C. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan eksperimental semu (quasi eksperiment) dengan
desain pretes-postes kelompok tak ekuivalen. Kelompok eksperimen (kelas
VIIB) diberi perlakuan dengan bahan ajar leaflet metode discovery, sementara
kelompok kontrol (kelas VIIA) diberi perlakuan dengan metode diskusi.
Setelah itu, kedua kelompok diberi tes/soal penyelesaian masalah berupa soal
pilihan jamak yang sama di awal dan akhir kegiatan pembelajaran .
Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kelompok
I
II
Pretes
O1
O1
Perlakuan
X
C
Postes
O2
O2
Keterangan: I = Kelompok eksperimen (kelas VIIB); II = Kelompok kontrol
(kelas VIIA); X= Perlakuan di kelas eksperimen dengan bahan
ajar leaflet metode discovery; C = Perlakuan di kelas kontrol
dengan metode diskusi; O1 = Pretes; O2 = Postes
Gambar 2.
Desain penelitian pretes-postes kelompok tak ekuivalen
(dimodifikasi dari Riyanto, 2001:43).
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut.
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut :
a. Membuat surat izin penelitian ke sekolah tempat diadakannya
penelitian.
25
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian,
untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan
menjadi subjek penelitian.
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
e. Membuat bahan ajar leaflet sebagai materi.
f. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretes/postes, lembar
observasi aktivitas siswa, dan angket tanggapan siswa.
g. Melakukan uji ahli pada soal pretes/postes.
h. Membentuk kelompok diskusi bersifat heterogen pada kelas
eksperimen dan kontrol berdasarkan nilai akademik siswa semester
ganjil. Setiap kelompok terdiri dari 5-6 siswa
2. Pelaksanaan Penelitian
Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan penggunaan bahan ajar leaflet
disertai metode discovery untuk kelas eksperimen dan penggunaan metode
diskusi untuk kelas kontrol.
Penelitian ini direncanakan sebanyak dua kali pertemuan. Pertemuan I
membahas satuan-satuan dalam ekosistem dan komponen penyusun
ekosistem. Pertemuan II membahas aliran energi dalam ekosistem dan
pola interaksi antarorganisme, dengan langkah-langkah pembelajaran
sebagai berikut:
26
a. Kelas Eksperimen (Pembelajaran Menggunakan Bahan Ajar
Leaflet dengan Metode Discovery)
1) Pendahuluan
a) Guru memberikan pretes pada pertemuan I mengenai satuansatuan dalam ekosistem dan komponen penyusun ekosistem,
aliran energi dalam ekosistem, dan pola interaksi antarorganisme.
b) Guru menyajikan tujuan pembelajaran.
c) Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan pertanyaan :
Pertemuan I : ”sebelumnya kalian telah mempelajari materi
mengenai sel sampai organisme, disebut apakah organisme atau
mahluk hidup tunggal yang mendiami suatu wilayah tertentu?”
Pertemuan II : ”disebut apakah rantai makanan yang saling
berhubungan?”
d) Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara :
Pertemuan I : Guru memberikan pernyataan kepada siswa
”Pernahkah kalian pergi ke sawah yang luas? Disana kalian
melihat berbagai macam mahluk hidup seperti kambing, sapi,
kerbau juga hewan lain berada di sawah yang luas tersebut untuk
mencari makan. Kita bisa lihat keanekaragaman yang membentuk
ekosistem. Materi pelajaran kali ini tentang komponen penyusun
ekosistem.
27
Pertemuan II : Guru mengajukan pernyataan ”Pernahkah kalian
melihat tanaman pisang dengan daun yang berlubang-lubang atau
tidak utuh lagi? Tahukah kalian daun itu berlubang karena
dimakan oleh ulat, suatu ketika ulat tersebut dimakan oleh burung
lalu burung dimakan musang, dan kemudian musang tersebut
mati lalu bangkainya diuraikan oleh bakteri dan jamur, di sana
kita bisa lihat hubungan antara makhluk hidup yang satu dengan
makhluk hidup yang lain.
2) Kegiatan inti
a. Eksplorasi
1. Membagi siswa ke dalam kelompok, dimana masing-masing
kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa.
2. Membagikan Leaflet berisi materi yang akan dipelajari dan
meminta siswa untuk membacanya.
b. Elaborasi
1. Memberikan LKS kepada setiap kelompok dan meminta siswa
memberikan hipotesis terhadap masalah yang diajukan
2. Meminta siswa mulai mengerjakan LKS yang telah dibagikan
secara kelompok yang dilakukan dengan mengamati
3. Membimbing siswa serta mengamati siswa
4. Mengintruksikan siswa untuk mendiskusikan materi dan
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam LKS
28
5. Menginstruksikan perwakilan masing-masing kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
6. Memberikan pujian bagi siswa yang berperan aktif dalam
proses pembelajaran.
c. Konfirmasi
1. Mengevaluasi masalah-masalah dalam LKS yang belum
terpecahkan
2. Membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
3) Penutup
a) Melakukan evaluasi, setelah semua siswa memahami materi yang
telah di berikan maka guru akan memberikan post tes pada akhir
pembelajaran pertemuan II dang memberikan soal yang sama
dengan soal pretes
b) Guru memberi informasi tentang materi untuk pertemuan yang
akan datang.
b. Kelas Kontrol (Pembelajaran Tanpa Menggunakan Bahan Ajar
Leaflet dengan Metode Diskusi Kelompok)
1) Pendahuluan
a) Guru memberikan pretes pada pertemuan I mengenai satuansatuan dalam ekosistem dan komponen penyusun ekosistem,
aliran energi dalam ekosistem, dan pola interaksi antarorganisme.
b) Guru menyajikan tujuan pembelajaran.
c) Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan pertanyaan :
29
Pertemuan I : ”sebelumnya kalian telah mempelajari materi
mengenai sel sampai organisme, disebut apakah organisme atau
mahluk hidup tunggal yang mendiami suatu wilayah tertentu?”
Pertemuan II : ”disebut apakah rantai makanan yang saling
berhubungan?”
d) Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan cara :
Pertemuan I : Guru memberikan pernyataan kepada siswa
”Pernahkah kalian pergi ke sawah yang luas? Disana kalian
melihat berbagai macam mahluk hidup seperti kambing, sapi,
kerbau juga hewan lain berada di sawah yang luas tersebut untuk
mencari makan. Kita bisa lihat keanekaragaman yang membentuk
ekosistem. Materi pelajaran kali ini tentang komponen penyusun
ekosistem.
Pertemuan II : Guru mengajukan pernyataan ”Pernahkah kalian
melihat tanaman pisang dengan daun yang berlubang-lubang atau
tidak utuh lagi? Tahukah kalian daun itu berlubang karena
dimakan oleh ulat, suatu ketika ulat tersebut dimakan oleh burung
lalu burung dimakan musang, dan kemudian musang tersebut
mati lalu bangkainya diuraikan oleh bakteri dan jamur, di sana
kita bisa lihat hubungan antara makhluk hidup yang satu dengan
makhluk hidup yang lain.
30
2) Kegiatan inti
d. Eksplorasi
1.
Membagi siswa ke dalam kelompok, dimana masing-masing
kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa.
2.
Membuka materi yang akan dipelajari dan meminta siswa
untuk membacanya.
3.
Menjelaskan secara garis besar tentang saling hubungan antar
komponen biotik.
e. Elaborasi
1.
Memberikan LKS kepada setiap kelompok dan membimbing
siswa dalam berdiskusi dengan cara berkeliling ke setiap
kelompok.
2.
Menginstruksikan perwakilan masing-masing kelompok
untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.
f. Konfirmasi
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan tanya
jawab tentang materi yang dipresentasikan oleh masing-masing
kelompok.
Memberikan penguatan terhadap jawaban hasil diskusi siswa dan
menambahkan informasi yang kurang dari hasil diskusi.
31
3) Penutup
a) Melakukan evaluasi, setelah semua siswa memahami materi yang
telah di berikan maka guru akan memberikan post test pada akhir
pembelajaran pertemuan II berupa soal pilihan jamak yang sama
dengan soal pretes
b) Guru memberi informasi tentang materi untuk pertemuan yang
akan datang.
E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah :
1. Jenis Data
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu berupa data kemampuan penguasaan materi pada
materi pokok ekosistem yang diperoleh dari nilai pretes, postes, dan NGain.
b. Data Kualitatif
Data kualitatif berupa data aktivitas siswa yang diperoleh dari lembar
observasi aktivitas siswa yang meliputi tiga aspek, yaitu bekerjasama
dalam kelompok, melakukan diskusi serta mempresentasikan hasil
diskusi. Data kualitatif yang lain yakni data tanggapan siswa terhadap
penggunaan terhadap bahan ajar leaflet dan metode discovery.
32
2. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:
a. Pretes dan Postes
Data penguasaan materi berupa nilai pretes dan postes. Nilai pretes
diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen maupun
kontrol, sedangkan nilai postes diambil di akhir pembelajaran pada
pertemuan ketiga setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol.
Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal pilihan jamak
Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu :
S = R x 100
N
Keterangan : S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = jumlah skor dari
item atau soal yang dijawab benar; N = jumlah skor
maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008 : 112).
b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang
diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin
kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar
observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Aspek yang
diamati yaitu: aktivitas siswa bekerjasama dengan teman, melakukan
kegiatan diskusi, mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
33
c. Angket Tanggapan Siswa
Angket tanggapan siswa berisi tentang semua pendapat penggunaan
bahan ajar leaflet dengan metode discovery dalam pembelajaran di
kelas. Angket ini berupa 10 pernyataan, terdiri dari 5 pernyataan positif
dan 5 pernyataan negatif. Angket tanggapan siswa ini memiliki 2
pilihan jawaban yaitu setuju dan tidak setuju.
F. Teknik Analisis Data
1.
Data Kuantitatif
Nilai pretes, postes, dan N-gain pada kelas eksperimen dan kontrol
dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17, yang
sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas dan uji MannWhitney U data:
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan
program SPSS versi 17.
Hipotesis
H0 = Sampel berdistribusi normal
H1 = Sampel tidak berdistribusi normal
Kriteria Pengujian
Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk
harga yang lainnya (Pratisto, 2004:5).
34
b. Uji Mann-Whitney U
1. Hipotesis
H0 : Rata-rata nilai pada kedua sampel tidak berbeda
H1 : Rata-rata nilai pada kedua sampel berbeda
2. Kriteria Uji :
Ho ditolak jika sig < 0,05 Dalam hal lainnya Ho diterima
2. Data Kualitatif
a. Pengolahan Data Aktivitas Siswa
Data aktivitas siswa diperoleh melalui observasi saat kegiatan
pembelajaran berlangsung.
Menghitung rata–rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus:
Xi x100
X
n
Keterangan:
X : Rata-rata skor aktivitas siswa, Xi: Jumlah skor
yang diperoleh, n: Jumlah skor maksimum
(Widiyaningrum, 2010:44).
35
Tabel 1. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
No
Nama
1
Aspek yang diamati
A
B
C
2 3 1 2 3 1 2
Xi
3
̅
1
2
3
dst..
Jumlah (Xi)
Berilah tanda checklist (√) pada setiap item yang sesuai (dimodifikasi
dari Carolina, 2010: 29).
Keterangan: ̅ = Persentase aktivitas siswa; ∑xi = Jumlah skor yang
diperoleh; n = Jumlah skor maksimum (Sudjana,
2002:69).
Keterangan kriteria penilaian aktivitas siswa:
A. Bekerja sama dengan teman :
1) Tidak bekerja sama dengan teman (diam saja)
2) Bekerja sama tetapi hanya satu atau dua teman.
3) Bekerja sama baik dengan semua anggota kelompok
B. Melakukan kegiatan diskusi :
1) Diam saja, tidak melakukan diskusi dalam kelompok
2) Melakukan diskusi, tapi kurang tepat dan tidak sesuai dengan
permasalahan
3) Melakukan diskusi dengan tepat dan sesuai dengan permasalahan
C. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok :
1) Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan cara
yang kurang sistematis, dan tidak dapat menjawab pertanyaan.
2) Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan cara
yang kurang sistematis tetapi dapat menjawab pertanyaan dengan
benar.
3) Siswa dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok de