PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK TERHADAP PENGUASAAN MATERI SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Muhammadiyah 1 Pringsewu Tahun Ajaran 2012/2013)

(1)

(2)

ii ABSTRAK

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK TERHADAP PENGUASAAN MATERI SISWA PADA MATERI POKOK

EKOSISTEM

(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Muhammadiyah 1 Pringsewu

Tahun Ajaran 2012/2013)

Oleh

YULIA SUSIDAWATI

Hasil observasi dan wawancara dengan guru biologi yang mengajar di kelas VII SMP Muhammadiyah 1 Pringsewu, diketahui bahwa hasil belajar siswa masih rendah. Hal ini dikarenakan guru masih sering menggunakan metode ceramah akibatnya kurang merangsang aktivitas dan penguasaan materi siswa Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran talking stick terhadap aktivitas dan penguasaan materi siswa.

Penelitian ini merupakan kuasi eksperimental dengan desain pretest posttest

kelompok tak ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII1 dan VII2 yang dipilih dari populasi secara cluster random sampling. Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa rata-rata nilai pretest, posttest, dan n-gain yang dianalisis secara statistik menggunakan uji-t pada taraf


(3)

iii

kepercayaan 95% dan data kualitatif berupa data aktivitas belajar siswa dan angket tanggapan siswa.

Penelitian ini menunjukkan terjadinya peningkatan penguasaan materi siswa pada kelas eksperimen dengan rata-rata N-gain (69,75) lebih tinggi dari N-gain kelas kontrol (46,69). Peningkatan indikator penguasaan materi oleh siswa dengan kriteria tinggi yakni indikator mengingat dan analisis. Aktivitas belajar siswa juga

mengalami peningkatan dengan rata-rata persentase pada kelas eksperimen (82,22) lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (66,66). Aspek konsentrasi saat proses pembelajaran merupakan aktivitas dengan kriteria sangat tinggi. yang dicapai siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran talking stick.

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran talking stick dapat meningkatkan penguasaan materi dan aktivitas belajar siswa pada materi pokok ekosistem.

Kata kunci: Talking stick, penguasaan materi, ekosistem.


(4)

(5)

(6)

(7)

xiii

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xviii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

F. Kerangka Fikir ... 7

G. Hipotesis ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran talking Stick ... 9

B. Aktivitas Belajar Siswa ... 11

C. Penguasaan Materi ... 14

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 17

B. Populasi dan Sampel ... 17

C. Desain Penelitian ... 18

D. Prosedur penelitian ... 18

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data ... 25

F. Teknik Analisis Data ... 26

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 34


(8)

xiv

B. Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 56

LAMPIRAN 1. Silabus ... 58

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 62

3. Lembar Kerja Kelompok ... 80

4. Soal Pretest dan Posttest ... 103

5. Data Hasil Penelitian ... 124

6. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 135


(9)

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam dunia kehidupan manusia. Pendidikan merupakan proses pertumbuhan yang menyesuaikan dengan lingkungan, suatu pengarahan dan bimbingan yang diberikan kepada anak dalam pertumbuhannya, suatu usaha sadar untuk menciptakan suatu keadaan atau situasi tertentu yang dikehendaki oleh masyarakat, suatu pembentukan kepribadian dan kemampuan anak dalam menuju kedewasaan (Fuad, 2005: 5). Menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang (Depdiknas, 1989).

Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara (SNP, 2009: 243).


(10)

Proses pendidikan berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, yakni kompetensi yang harus dicapai dalam ikhtiar pendidikan.

Bagaimanapun bagus dan idealnya suatu rumusan kompetensi, pada akhirnya keberhasilannya sangat tergantung kepada pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru (Sudjana, 2006: 5). Proses pembelajaran yang baik adalah melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan sendiri suatu

penguasaan materi. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilisator dan moderator dalam proses pembelajaran tersebut (Anonim, 2010: 1).

Saat proses pembelajaran, nampaknya belum banyak guru yang menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa untuk melakukan proses pembelajaran dengan baik. Oleh karena itu, guru diharapkan dapat

menyajikan pembelajaran yang penuh variasi agar menarik dan merangsang keaktifan siswa. Untuk itu, guru harus memiliki keterampilan dalam

menerapkan model pembelajaran yang tepat, guna menciptakan situasi pembelajaran yang efektif. Melalui situasi pembelajaran yang efektif ini, diharapkan tujuan-tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai.

Biologi merupakan mata pelajaran sains yang mempelajari tentang

kehidupan. Pembelajaran yang tepat untuk biologi adalah pembelajaran yang menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung (Dewi, 2011: 1). Di dalam kegiatan belajar tersebut diperlukan partisipasi siswa, sehingga siswa dapat menyerap arti dari materi yang diberikan oleh guru (Asrofudin, 2010: 1).


(11)

Di SMP Muhammadiyah 1 Pringsewu diketahui rata-rata nilai mata pelajaran biologi siswa belum mencapai KKM yang telah ditentukan oleh sekolah, rendahnya rata-rata nilai mata pelajaran biologi dapat dilihat pada materi pokok ekosistem dari hasil belajar siswa kelas VII1 dan VII2 pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012 masih rendah yaitu 66 dan 65. Hasil belajar tersebut masih rendah jika dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditentukan oleh sekolah yaitu ≥ 68. Hal ini kemungkinan penguasaan materi siswa belum tercapai karena pembelajaran masih

didominasi oleh guru sehingga siswa pasif dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran biologi kelas VII metode pembelajaran yang digunakan menggunakan metode ceramah pada materi pokok Ekosistem. Sehingga pemahaman siswa hanya terbatas pada konsep dan lebih banyak sebagai sesuatu yang diingat dan tidak terapresiasi secara mendalam.

Kurang efektifnya penggunaan model pembelajaran yang digunakan diduga mengakibatkan aktivitas belajar siswa pasif dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa menjadi rendah. Kegiatan pembelajaran perlu beragam agar siswa mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya secara optimal. Hal ini mendorong agar para guru mampu memilih model

pembelajaran yang baik. Model pembelajaran yang baik diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dikelas dan dapat meningkatkan penguasaan materi biologi siswa. Maka diperlukan suatu inovasi penggunaan model pembelajaran yang sesuai yaitu model pembelajaran talking stick. Salah satu keunggulan dari model pembelajaran ini adalah menekankan pada


(12)

keterlibatan siswa pada proses belajar mengajar, untuk berani mengemukakan pendapat. Model pembelajaran ini dapat memberi motivasi kepada siswa supaya belajar aktif dalam memahami dan menemukan konsep, sehingga siswa mampu menghubungkan soal dengan teori yang ada (Haryati, 2007: 22).

Saat penelitian dipilih model pembelajaran talking stick diharapkan siswa dapat mencapai ketuntasan belajar. Berdasarkan hasil penelitian Mutarto (2011: 15) dapat diketahui bahwa penggunaan model pembelajaran talking stick meningkatkan prestasi belajar ditinjau dari motivasi belajar siswa SMP Negeri Wonogiri. Penelitian mengenai penggunaan model pembelajaran talking stick belum pernah dilakukan dalam pembelajaran biologi di SMP Muhammadiyah 1 Pringsewu. Oleh karena itu, dengan model pembelajaran talking stick diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai model pembelajaran talking stick di SMP Muhammadiyah 1 Pringsewu. Tujuan dilakukan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh penggunaan model talking stick terhadap penguasaan materi oleh siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 1 Pringsewu pada materi pokok Ekosistem tahun pelajaran 2012/2013.


(13)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh penggunaan model pembelajaran talking stick dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok ekosistem? 2. Adakah pengaruh penggunaan model pembelajaran talking stick dalam

meningkatkan penguasaan materi oleh siswa pada materi pokok ekosistem?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Penggunaan model pembelajaran talking stick terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi pokok Ekosistem di SMP

Muhammadiyah 1 Pringsewu Tahun pelajaran 2012/2013.

2. Penggunaan model pembelajaran talking stick terhadap peningkatan penguasaan materi oleh siswa pada materi pokok Ekosistem di SMP Muhammadiyah 1 Pringsewu Tahun pelajaran 2012/2013.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan dapat bermanfaat:

1. Bagi peneliti yaitu memberikan pengalaman sebagai calon guru dan menerapkan model pembelajaran talking stick dikelas.


(14)

2. Bagi guru yaitu menjadikan model pembelajaran talking stick sebagai alternatif model pembelajaran untuk diterapkan dalam pembelajaran biologi.

3. Bagi siswa yaitu dapat memberikan pengalaman belajar berbeda yang dapat menumbuhkan rasa kerjasama yang positif antar siswa dan dapat meningkatkan penguasaan materi.

4. Bagi sekolah yaitu memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran biologi disekolah dengan penggunaan model pembelajaran talking stick.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk menghindari kesalahpahaman maka diperlukan ruang lingkup penelitian sebagai berikut:

1. Model pembelajaran talking stick yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut: (1) membentuk kelompok; (2) menyiapkan tongkat sepanjang 20 cm; (3) membaca dan mempelajari materi pegangan; (4) berdiskusi; (5) menjawab pertanyaan; (7) menarik kesimpulan; (8) evaluasi (Hanafiah dan Suhana, 2012: 48).

2. Aktivitas belajar siswa yang diamati pada penelitian ini yaitu aktivitas bertanya, mengemukakan pendapat/ide, menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh guru, bekerja sama dengan teman dan melakukan kegiatan diskusi.


(15)

3. Penguasaan materi yang diperoleh dari hasil pretest dan posttest pada materi pokok Ekosistem.

4. Materi pokok yang diajarkan dalam penelitian ini adalah Ekosistem. 5. Subjek penelitian ini adalah siswa SMP Muhammadiyah 1 Pringsewu

kelas VII2 sebagai kelas eksperimen dan kelas VII1 sebagai kelas kontrol.

F. Kerangka Pikir

Pembelajaran biologi merupakan kegiatan atau proses menggunakan pikiran dalam memahami gejala-gejala alam. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan yang pokok dilakukan dalam proses pembelajaran disekolah Tercapainya tujuan pembelajaran sangat dipengaruhi strategi pembelajaran yang digunakan oleh guru. Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan mempengaruhi penguasaan materi yang terlihat dari hasil belajar siswa. Oleh karena itu, penggunaan model pembelajaran talking stick yang tepat akan menciptakan penguasaan materi siswa dan menciptakan proses pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan, artinya siswa terlibat langsung secara aktif dalam proses pembelajaran.

Penelitian ini akan menggunakan model pembelajaran talking stick.

Pembelajaran ini merupakan model pembelajaran dalam bentuk permainan (games) yang menggunakan alat berupa tongkat (stick) hal ini untuk melatih berbicara, menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif. Pada model pembelajaran ini siswa dituntut untuk menjawab


(16)

materi yang diberikan. Dengan demikian, penguasaaan materi siswa akan semakin meningkat, dan hasil belajar siswa juga akan meningkat.

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah pengaruh penggunaan model pembelajaran talking stick sedangkan variabel terikatnya penguasaan materi oleh siswa yang mencakup aspek kognitif. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ditunjukkan pada bagan dibawah ini.

Keterangan : X = Variabel bebas : pembelajaran yang menggunakan model talking stick; Y = Variabel terikat yaitu penguasaan materi siswa.

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho = penggunaan model pembelajaran talking stick tidak dapat meningkatkan penguasaan materi siswa pada materi pokok Ekosistem.

H1 = penggunaan model pembelajaran talking stick dapat meningkatkan penguasaan materi siswa pada materi pokok Ekosistem.

Y X


(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Talking Stick

Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Saat proses pembelajaran dikelas, kemampuan yang dimiliki peserta didik akan di tentukan oleh penggunaan model yang sesuai dengan tujuan. Penggunaan model pembelajaran yang tepat berarti tujuan pembelajaran akan dapat dicapai. Saat penggunaan model pembelajaran, guru sebaiknya tidak hanya menguasai satu model saja tetapi perlu menguasai model lainya karena dalam pembelajaran diperlukan model bervariasi agar terciptanya suasana yang efektif.

Model pembelajaran talking stick (tongkat berbicara) adalah model yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum. Talking stick merupakan salah satu model pembelajaran model kooperatif.

Pembelajaran menggunakan model talking stick mendorong siswa berani mengemukakan pendapat. Model pembelajaran ini dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.


(18)

Menurut (Hanafiah dan Suhana, 2012: 48) langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran talking stick sebagai berikut:

1. Guru membentuk kelompok yang terdiri atas lima orang. 2. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.

3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.

4. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana. 5. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari

isinya, guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.

6. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawab pertanyaan dari guru, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru.

7. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota

kelompoknya tidak bisa menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh guru. 8. Guru memberikan kesimpulan untuk materi yang telah di berikan tadi. 9. Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun

individu.

10.Guru menutup pembelajaran.

Suprijono (2009: 109) mengungkapkan bahwa model pembelajaran talking stick mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Model pembelajaran talking stick ini sangat tepat digunakan dalam pengembangan proses pembelajaran PAIKEM yaitu pembelajaran partisipatif, aktif, inovatif,


(19)

kreatif, efektif, dan menyenangkan. Pembelajaran PAIKEM adalah

pembelajaran bermakna yang dikembangkan dengan cara membantu peserta didik membangun keterkaitan pengetahuan baru dengan pengalaman yang telah dimiliki dan di kuasai peserta didik. Menggunakan model pembelajaran talking stick ini siswa menjadi termotivasi untuk belajar lebih giat, kegiatan belajar mengajar menjadi menyenangkan dan tidak membosankan.

Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu faktor penting yang dapat mendukung ketercapaian kompetensi pembelajaran siswa.

Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik, 2002: 172).

B. Aktivitas Belajar Siswa

Sardiman (2003: 100) mengungkapkan bahwa belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa adanya aktivitas, belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakam rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal-hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berfikir, membaca dan segala kegiatan yang dilakukan dapat menunjang prestasi belajar. Siswa yang

beraktivitas akan memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat.


(20)

Berikut ini adalah daftar macam-macam kegiatan siswa menurut Diendrich (Sardiman, 2003: 101) dan Whipple (Hamalik, 2008: 173) sebagai berikut: 1. Visual activities yang termasuk didalamnya misalnya, membaca,

memperhatikan gambar demontrasi, percobaan, pekerjaan orang lain. 2. Oral activities seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,

mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi. 3. Listeningactivities sebagai contoh, mendengarkan uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities seperti misalnya, menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin, membuat rangkuman.

5. Drawing activities misalnya, menggambar, membuat grafik, peta, diagram, charta, poster.

6. Motor activities yang masuk didalamnya antara lain, melakukan percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7. Mental activities sebagai contoh, misalnya mencari informasi, menganggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emosional activities seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, semangat, bergairah, berani, tegang, gugup.


(21)

C. Penguasaan materi

Materi pembelajaran merupakan bahan ajar utama minimal yang harus dipelajari oleh siswa untuk menguasai kompetensi dasar yang sudah dirumuskan dalam kurikulum (Muhammad, 2003: 17). Suatu materi pembelajaran memungkinkan siswa dapat mempelajari kompetensi atau kompetensi dasar secara sistematis, sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu. Materi pembelajaran merupakan informasi, alat, dan teks yang diperlukan guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran (Awaluddin, 2008: 1).

Penguasaan materi merupakan aspek dalam ranah kognitif dari tujuan kegiatan belajar mengajar. Ranah kognitif meliputi beberapa tingkatan, dari tingkatan terendah sampai tertinggi yaitu pengetahuan, pemahaman,

penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Penguasaan merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajarai

(Oktaviani, 2008: 21). Penguasaan bukan hanya sekedar mengingat mengenai apa yang dipelajari, tetapi menguasai lebih dari itu yakni melibatkan berbagai proses kegiatan mental sehingga lebih bersifat dinamis (Arikunto, 2003: 115). Menurut Anderson (dalam Aprilia, 2012: 12) Ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut :

1. Remember mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. pengetahuan itu meliputi fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, metode.


(22)

2. Understand mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang dipelajari.

3. Apply mencakup kemampuan menerangkan metode dan kaidah untuk masalah yang nyata dan baru.

4. Analyze mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya: mengurai masalah menjadi bagian yang kecil.

5. Evaluate mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

6. Create mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

Penguasaan konsep merupakan hasil belajar dari ranah kognitif. Hasil belajar dari ranah kognitif mempunyai hirarki atau bertingkat-tingkat. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah: (1) informasi non verbal, (2) informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal dikenal atau dipelajari dengan cara penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal atau dipelajari dengan cara mendengarkan orang lain dan dengan jalan membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep-konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip-prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah atau di dalam kreativitas (Slameto, 2001: 131).


(23)

Pada ranah kognitif kompetensi yang ingin dicapai meliputi menghafal, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, menilai, dan kreatif. Pengalaman belajar untuk kegiatan hafalan dapat berupa berlatih menghafal verbal atau paraprase di luar kepala, berlatih menemukan tehnik menghafal misalnya menggunakan jembatan ingatan. Jenis materi pembelajaran yang perlu di hafal dapat berupa fakta, konsep, prinsif, dan prosedur. Pengalaman belajar untuk tingkat pemahaman dilakukan dengan membandingkan (menunjukkan, persamaan, dan perbedaan), mengidentifikasi karakteristik, menggeneralisasi, menyimpulkan. Pengalaman belajar tingkat aplikasi dilakukan dengan jalan menerapkan rumus, dalil, atau prinsip terhadap kasus-kasus nyata yang terjadi dilapangan. Pengalaman belajar untuk mencapai kemampuan dasar tingkatan penilaian dilakukan dengan memberikan penilaian terhadap objek studi penggunaan kriteria tertentu. Pengalaman belajar tingkat kreatif dilakukan dengan memadukan berbagai unsur atau komponen, menyusun, membentuk bangunan, mengarang, melukis dan menggambar (Muhaemin, 2006: 41).

Penguasaan materi pelajaran oleh siswa dapat diukur dengan mengadakan evaluasi. Menurut Percival (dalam Hamalik 2008: 146) evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk mengukur keefektifan sistem mengajar/belajar sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi merupakan alat yang penting untuk mengetahui ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan (Sanjaya, 2010: 244). Sasaran evaluasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup bidang kongnitif, afektif dan psikomotor secara seimbang (Suryosubroto, 2003: 55).


(24)

Menurut Thoha (1994: 1) Evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan

hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Salah satu instrumen atau alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi adalah tes. Sedangkan menurut Arikunto (2003: 53) tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Fungsi tes adalah untuk menilai sampai dimana para siswa telah menguasai kemampuan-kemampuan yang telah kita rumuskan dalam tujuan-tujuan tersebut (Suryosubroto, 2003: 60).

Tes untuk mengukur berapa banyak atau berapa persen tujuan pembelajaran dicapai setelah satu kali mengajar atau satu kali pertemuan adalah posttest atau tes akhir. Disebut tes akhir karena sebelum memulai pelajaran guru mengadakan tes awal atau pretest. Kegunaan tes ini ialah terutama untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam memperbaiki rencana pembelajaran. Dalam hal ini, hasil tes tersebut dijadikan umpan balik dalam meningkatkan mutu pembelajaran (Daryanto, 1999: 195).

Bentuk instrument penilaian tes menurut Depdiknas (2003: 10) adalah pilihan ganda, uraian objektif, uraian non objektif, dan portofolio serta unjuk kerja. Bentuk soal pilihan ganda dapat mencakup banyak materi, penskorannya objektif, dan dapat dikoreksi dengan komputer.


(25)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 1 Pringsewu Kabupaten Pringsewu pada semester genap bulan Mei tahun pelajaran 2012/2013.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII semester genap SMP Muhammadiyah 1 Pingsewu tahun pelajaran 2012/2013 yang teridiri atas 4 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik cluster random

sampling. Sampling pertama yaitu menentukan kelas yang digunakan untuk sampel penelitian dan yang keluar yaitu kelas VII1 dan VII2. Sampling kedua menentukan kelas yang digunakan sebagai kelas eksperimen dan kontrol. Kedua sampel tersebut adalah siswa kelas VII2 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 29 siswa dan siswa kelas VII1 sebagai kelas kontrol dengan jumlah 30 siswa, yang dimaksud cluster random sampling yaitu populasi tidak terdiri dari individu-individu melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster misalnya kelas sebagai cluster (Margono, 2009: 127).


(26)

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan eksperimental semu (kuasi eksperiment) dengan desain pretest-posttest tak ekuivalen. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model pembelajaran talking stick, sedangkan kelas kontrol menggunakan metode ceramah. Hasil pretest dan posttest pada kedua kelompok subyek dibandingkan. Sehingga struktur desain penelitiannya adalah sebagai berikut:

Kelompok pretest perlakuan posttest I O1 X O2 II O1 C O2 Keterangan : I = Kelas eksperimen; II = Kelas kontrol; O1 = Pretest; O2 =

Posttest; X = Perlakuan model pembelajaran talking stick; C = perlakuan metode ceramah (Dimodifikasi dari Riyanto, 2001: 43).

Gambar 2. Desain pretest posttest tak ekuivalen

D. Prosedur Penelitian

1. Tahap Prapenelitian.

Kegiatan prapenelitian sebagai berikut:

a) Membuat surat izin penelitian untuk melakukan penelitian ke sekolah. b) Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk

mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang telah diteliti. c) Menetapkan sampel penelitian untuk kelas eksperimen dan kontrol. d) Mengambil data berupa nilai akademik siswa semester ganjil yang akan


(27)

2. Tahap Perencanaan.

Menurut (Lie, 2008: 42) kegiatan perencanaan meliputi:

a) Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), membuat instrumen evaluasi yaitu soal pretest pada pertemuan I berupa soal essay dan posttest pada pertemuan II berupa soal essay.

b) Membentuk daftar kelompok yang bersifat heterogen berdasarkan nilai akademik siswa dan jenis kelamin, dua siswa dengan nilai tinggi, dua siswa dengan nilai sedang, dan satu siswa dengan nilai yang rendah. Setiap kelompok terdiri dari lima orang siswa.

3. Tahap Pelaksanaan.

Mengadakan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran talking stick untuk kelas eksperimen dan motode ceramah untuk kelas kontrol. Penelitian ini direncanakan sebanyak dua kali pertemuan. Pertemuan pertama membahas komponen-komponen penyusun ekosistem, satuan mahkluk hidup dalam ekosistem, macam-macam ekosistem, pertemuan kedua membahas saling ketergantungan antar komponen ekosistem, interaksi dalam ekosistem, langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut: Urutan tahap pelaksanaan di kelas, sebagai berikut :


(28)

a. Kelas eksperimen (pembelajaran dengan menggunakan model talking stick)

1) Kegiatan Pendahuluan

a) Guru memberikan pretest pada pertemuan I berupa soal essay tentang komponen-komponen penyususun ekosistem, satuan makhluk hidup dalam ekosistem, macam-macam ekosistem, saling ketergantungan antar komponen ekosistem, dan interaksi dalam ekosistem.

b) Guru menyajikan tujuan pembelajaran.

c) Guru membentuk kelompok siswa dengan cara membagi siswa dalam enam kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6-7 siswa. Kelompok bersifat heterogen (Lie, 2008: 32).

d) Guru memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa untuk menggali pengetahuan awal siswa dengan cara:

1) Guru memberikan apersepsi dengan cara: (pertemuan I); mengajukan pertanyaan “Di dalam ekosistem terdapat komponen-komponen penyusunnya, apa saja komponen penyusun ekosistem yang kalian ketahui ?” ; (pertemuan II) mengajukan pertanyaan .“ aliran energi apakah yang terjadi berdasarkan peristiwa tersebut ?”

2) Guru memberikan motivasi dengan cara: (pertemuan I); “guru memberikan motivasi kepada siswa “bahwa dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui pentingnya menjaga suatu ekosistem untu menjaga kelestarian lingkungan” ; (pertemuan


(29)

II); Guru memberikan motivasi kepada siswa ’'dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui saling ketergantungan antar komponen ekosistem”.

3) Guru menyajikan materi sebagai pengantar. Pertemuan pertama membahas komponen-komponen penyususun ekosistem, satuan makhluk hidup dalam ekosistem, macam-macam ekosistem, pertemuan II membahas tentang saling ketergantungan antar komponen ekosistem, interaksi dalam ekosistem.

2) Kegiatan Inti

a) Guru menjelaskan mekanisme pembelajaran melalui model pembelajaran talking stick dan menginformasikan siswa untuk duduk berkelompok sesuai pembagian kelompok yang telah ditentukan sebelumnya.

b) Guru membagikan lembar kerja kelompok (LKK) untuk di kerjakan dan di diskusikan dengan anggota kelompok masing-masing.

c) Guru membimbing siswa untuk memecahkan masalah melalui diskusi masing-masing kelompok.

d) Guru meminta kepada siswa untuk mengumpulkan lembar kerja kelompok yang telah dikerjakan dan di diskusikan.

e) Guru memberikan tongkat pada salah satu siswa pada anggota kelompok dan siswa yang mendapatkan tongkat harus menjawab pertanyaan yang di ajukan oleh guru sedangkan anggota kelompok


(30)

yang lain dapat membantu apa bila siswa yang memegang tongkat tidak dapat menjawab. Seperti itu seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat giliran.

3) Kegiatan Penutup

a) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan/ rangkuman dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. b) Guru memberikan informasi tentang materi untuk pertemuan yang

akan datang.

c) Guru memberikan posttest komponen-komponen penyususn ekosistem, satuan makhluk hidup dalam ekosistem, macam-macam ekosistem, saling ketergantungan antar komponen ekosistem, dan interaksi dalam ekosistem pada pertemuan ke II.

b. Kelas Kontrol (pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah)

1) Kegiatan pendahuluan

a) Guru memberikan pretest pada pertemuan I berupa soal essay tentang komponen-komponen penyususn ekosistem, satuan makhluk hidup dalam ekosistem, macam-macam ekosistem, ketergantungan antar komponen ekosistem, dan interaksi dalam ekosistem.

b) Guru menyajikan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD) dan indikator dan tujuan pembelajaran.


(31)

c) Guru memberikan apersepsi dan motivasi kepada siswa dengan cara :

1) Guru memberikan apersepsi dengan cara: (pertemuan I); mengajukan pertanyaan “Di dalam ekosistem terdapat komponen-komponen penyusunnya, apa saja komponen penyusun ekosistem yang kalian ketahui?” ; (pertemuan II) mengajukan pertanyaan “Aliran energi apakah yang terjadi berdasarkan peristiwa tersebut?”.

2) Guru memberikan motivasi dengan cara: (pertemuan I); guru menyampaikan “bahwa dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui pentingnya menjaga suatu ekosistem untu menjaga kelestarian lingkungan”.; (pertemuan II); guru menyampaikan ’'dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui saling ketergantungan antar komponen ekosistem”. 3) Guru menyajikan materi pokok sebagai pengantar. Pertemuan

pertama membahas tentang komponen-komponen penyususn ekosistem, satuan makhluk hidup dalam ekosistem, macam-macam ekosistem, pertemuan kedua membahas tentang saling ketergantungan antar komponen ekosistem, interaksi dalam ekosistem.

2) Kegiatan Inti

a) Guru menyajikan materi pembelajaran tentang komponen-komponen penyususn ekosistem, satuan makhluk hidup dalam


(32)

ekosistem, macam-macam ekosistem, pertemuan kedua membahas tentang saling ketergantungan antar komponen ekosistem, interaksi dalam ekosistem.

b) Guru meminta siswa mencatat materi yang sudah dijelaskan. c) Siswa diberi tugas rumah untuk dikerjakan.

3) Kegiatan penutup

a) Guru membimbing siswa membuat kesimpulan/rangkuman dari materi pelajaran yang telah dilakukan.

b) Guru melakukan refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang sudah di laksanakan dengan memberikan pertanyaan kepada siswa.

c) Guru memberikan informasi tentang materi untuk pertemuan yang akan datang.

d) Guru memberikan posttest pada pertemuan kedua berupa soal essay tentang komponen-komponen penyususn ekosistem, satuan makhluk hidup dalam ekosistem, macam-macam ekosistem, saling ketergantungan antar komponen ekosistem, dan interaksi dalam ekosistem.


(33)

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data

1. Jenis data

Jenis data berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa dan angket. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari data penguasaan materi yang diperoleh dari nilai pretest dan posttest pada materi pokok ekosistem. Rata-rata nilai posttest dua kali pertemuan dikurang rata-rata nilai pretest, kemudian dihitung selisih nilai antara nilai pretest dengan posttest. Selisih tersebut disebut sebagai N-gain pada setiap pertemuan menggunakan formula Rulon.

2. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pretest dan posttest

Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pretest dan posttest. Pretest dilakukan pada pertemuan I dan posttest dilakukan pada pertemuan II. Soal pretest dan posttest ini diberikan dalam bentuk essay. Nilai pretest diambil sebelum pembelajaran baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol, sedangkan nilai posttest diambil setelah pembelajaran baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Teknik penskoran nilai pretes dan posttes yaitu :

S = x 100 R


(34)

Keterangan:

S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = Jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008: 112).

b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa diperoleh dengan lembar observasi aktivitas siswa yang berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada proses

pembelajaran. Setiap siswa diamati pada saat proses pembelajaran dengan cara memberi tanda (√) pada lembar observasi aktivitas siswa sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.

c. Angket Tanggapan Siswa

Angket tanggapan siswa berisi tentang semua pendapat siswa mengenai pengguanaan model pembelajaran talking stick dalam pembelajaran di kelas. Angket ini berupa 10 pernyataan, terdiri dari 5 pernyataan positif dan 5 pernyataan negatif. Angket tanggapan siswa ini memiliki pilihan jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

F. Teknik Analisis Data

a) Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari nilai pretest dan posttest kemudian dihitung selisih nilainya, sebagai berikut:

N-gain = X - Y x 100 Skor max-Y

Keterangan: X = nilai posttest Y = nilai pretest


(35)

Data penelitian ini yang berupa nilai pretest, posttest, dan N-gain baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol di analisis dengan uji t menggunakan software SPSS versi 17.

1. Uji Normalitas Data (uji Lilliefors)

Uji normalitas data dihitung dengan menggunakan software SPSS versi 17 untuk mengetahui apakah sampel berdistrubusi normal atau tidak.

a. Hipotesis

Ho: Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal b. Kriteria Pengujian

Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga yang lainnya (Nurgiantoro, 2002: 118).

2. Uji Homogenitas Data

Apabila masing-masing data berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varians dengan menggunakan SPSS 17.

a. Hipotesis

Ho: Kedua sampel mempunyai varians sama. H1: Kedua sampel mempunyai varians berbeda. b. Kriteria Uji

Jika F hitung < F table atau probolitasnya > 0,05 maka Ho diterima Jika F hitung > F table atau probolitasnya < 0,05 maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 71).


(36)

3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan 2 rata-rata dan uji perbedaan 2 rata-rata yang dihitung dengan uji t menggunakan software SPSS versi 17.

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata 1). Hipotesis

Ho: rata-rata nilai kedua sampel sama H1: rata-rata nilai kedua sampel berbeda 2). Kriteria Uji

Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 13).

b. Uji Perbedaan Dua rata-rata 1) Hipotesis

H0 = rata-rata nilaipada kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol.

H1 = rata-rata nilai pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.

2) Kriteria Uji

Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 10).


(37)

4. Uji Mann-Whitney U

Bila data tidak normal dilakukan uji hipotesis dengan uji Mann-Whitney U sebagai berikut:

a. Hipotesis

HO = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama b. Kriteria Uji

Jika –Z tabel < Z hitung < Z tabel atau p-value > 0,05, maka Ho diterima Jika Z hitung < -Z tabel atau Z hitung > Z tabel, atau p-value < 0,05, maka Ho ditolak (Martono, 2010: 158).

b) Data Kualitatif

1. Pengolahan Data Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dalam bentuk persentase aktivitas siswa dengan langkah-langkah sebagai berikut:

Tabel 1. Lembar observasi aktivitas siswa

Catatan : Berilah tanda checklist(√) pada setiap item yang sesuai.(dimodifikasi dari Carolina, 2010: 29)

No Nama Aspek yang diamati

A B C D

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1

2 3 Dst

Xi ̅


(38)

Keterangan :

A. Kemampuan mengemukakan pendapat atau ide dalam proses pembelajaran

1. Tidak mengemukakan pendapat atau ide (diam saja).

2. Mengemukakan pendapat atau ide namun tidak sesuai dengan pembahasan pada materi pokok ekosistem.

3. Mengemukakan pendapat atau ide dengan jelas dan benar sesuai dengan pembahasan pada materi pokok ekosistem.

B. Konsentrasi saat proses pembelajaran

1. Siswa tidak berkonsentrasi saat proses pembelajaran. 2. Siswa kurang berkonsentrasi saat proses pembelajaran. 3. Siswa berkonsentrasi saat proses pembelajaran.

C. Kemampuan menjawab pertanyaan 1. Tidak bisa menjawab pertanyaan.

2. Menjawab pertanyaan tetapi tidak sesuai dengan materi ekosistem. 3. Menjawab pertanyaan sesuai dengan materi ekosistem.

D. Mengajukan pertanyaan

1. Tidak mengajukan pertanyaan.

2. Mengajukan pertanyaan tetapi tidak sesuai dengan materi ekosistem. 3. Mengajukan pertanyaan sesuai dengan materi ekosistem.

Setelah memperoleh rata-rata skor aktivitas siswa kemudian menghitung rata-rata persentase aktivitas dengan menggunakan rumus:

% 100 n

xi

x

x

Keterangan ̅ = Rata-rata persentase aktivitas siswa ∑xi = Jumlah skor yang diperoleh


(39)

Setelah memperoleh indeks aktivitas siswa kemudian menentukan atau menafsirkan kategori indeks aktivitas siswa sesuai klasifikasi pada tabel berikut:

Tabel 2. Klasifikasi Aktivitas Siswa

Interval Kategori

0,00-29,99 Sangat Rendah

30,00-54,99 Rendah

55,00-74,49 Sedang

75,00-89,99 Tinggi

90,00-100,00 Sangat Tinggi

Sumber Hake dalam Colleta dan Philips (1999: 5)

2) Pengolahan Data Angket Siswa

Angket tanggapan siswa berisi tentang semua pendapat siswa mengenai pengguanaan model talking stick dalam pembelajaran di kelas. Angket ini berupa 10 pernyataan, terdiri dari 5 pernyataan positif dan 5

pernyataan negatif. Pernyataan disajikan sebagai berikut : 1. Membuat pernyataan angket tanggapan siswa

Tabel 3. Pernyataan angket tanggapan siswa terhadap model pembelajaran talking stick

No. Pernyataan-pernyataan SS S TS STS

1. Saya senang mempelajari materi pokok ekosistem dengan menggunakan model pembelajaran yang diberikan oleh guru.

2. Saya lebih mudah memahami materi yang dipelajari dengan menggunakan model pembelajaran yang diberikan oleh guru.

3. Saya bingung dalam menyelesaikan masalah dengan menggunakan model pembelajaran yang diberikan oleh guru.

4. Saya lebih mudah mengerjakan soal-soal setelah belajar dengan model pembelajaran yang diberikan oleh guru.

5. Saya merasa bosan dalam proses belajar dengan model pembelajaran yang diberikan oleh guru. 6. Model pembelajaran yang diberikan kepada saya


(40)

7. Saya belajar menggunakan kemampuan sendiri dengan model pembelajaran yang diberikan oleh guru.

8. Saya merasa sulit berinteraksi dengan teman dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

9. Saya merasa sulit mengerjakan tugas dengan model pembelajaran diberikan oleh guru.

10. Saya dapat mengarahkan sendiri cara belajar saya dengan model pembelajaran yang diberikan oleh guru.

2. Membuat skor angket tanggapan siswa

Tabel 4. Skor tipe pernyataan tanggapan siswa terhadap pembelajaran talking stick

Keterangan : SS = Sangat setuju; S= Setuju; TS = Tidak Setuju; STS = Sangat TIdak Setuju.

No.

Soal Sifat pernyataan

Skor per soal angket

3 2 1 0

1 Positif SS S TS STS

2 Positif SS S TS STS

3 Negatif STS TS S SS

4 Positif SS S TS STS

5 Negatif STS TS S SS

6 Negatif STS TS S SS

7 Positif SS S TS STS

8 Negatif STS TS S SS

9 Negatif STS TS S SS


(41)

3. Membuat tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi yang dibuat.

Tabel 5. Tabulasi tanggapan siswa terhadap model pembelajaran talking stick

No Pilihan jawaban

Nomor responden (siswa) persentase

1 2 3 4 Dst

1 Ss

S Ts

Sts

2 Ss

S

Ts

Sts

Dst

Sumber dari Rahayu (2010: 31)

4. Menafsirkan persentase angket untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model pembelajaran talking stick

Tabel 6. Tafsiran kriteria tanggapan siswa terhadap model pembelajaran talking stick

Persentase Kriteria

> 70 30 ≤ x <70

< 30

Tinggi Sedang Rendah Sumber dari Hake (1999: 1).


(42)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Penggunaan model pembelajaran talking stick berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok ekosistem. 2. Penggunaan model pembelajaran talking stick berpengaruh dalam

meningkatkan penguasaan materi oleh siswa pada materi pokok ekosistem. B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut. 1. Peneliti lain yang akan menerapkan model pembelajaran talking stick,

hendaknya terlebih dahulu mengajar materi lain dengan model pembelajaran talking stick sehingga siswa terlatih dan terbiasa dengan model yang digunakan. 2. Peneliti hendaknya memperhatikan pembagian waktu yang tepat pada saat

pengerjaan tes evaluasi dan diskusi sehingga alokasi waktu pada kegiatan pembelajaran tidak menyimpang dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sudah dirancang.


(43)

3. Peneliti perlu menyiapkan pertanyaan yang beragam sebelum proses pembelajaran talking stick berjalan, sehingga sabagian besar siswa memperoleh pertanyaan secara merata.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Agus. 2010. CooperativeLearning Teori dan Aplikasi Paikem. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Aprilia, Ria yeni. 2012. Pengaruh Penggunaan Model Giving Question And Getting Answers Terhadap Penguasaan Materi Oleh Siswa Pada Materi Pokok Sistem Ekskresi. Skripsi. Universitas Lampung: Bandar Lampung. Anonim. 2010. Proses Belajar Mengajar. http// www.google.com (25 november

2011). 14.23 WIB.

Arikunto, S. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta. Asrofudin. 2010. Kegiatan Belajar Mengajar. www.blogrankings.com /../ 2982

html. (25 februari 2013). 15.40 WIB.

Awaluddin, A. 2008. Materi Ajar.http// andhysastera.blogspot.com (28 Januari 2013): 21.35 WIB.

Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta.

Depdiknas. 2003. Undang- Undang Sistem Pendidikan nasional Nomor 20 tahun 2003. http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf.23 november 2011, 09.10 WIB.

Dewi, I. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 13 Bandar Lampung Pada Sub Materi Vertebrata. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hamzah. 2007. Model Pembelajaran Menentukan Proses Belajar- mengajar yang Kreatif dan efektif. Bumi Aksara. Gorontalo.

Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Score. Diakses dari

http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855 23 november 2011, 09.15 WIB.

Hamalik, O. 2008. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara. Jakarta.


(45)

Hanafiah dan Suhana. 2012. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama. Bandung.

Haryati. 2007. Penerapan Model Talking Stick Terhadap Hasil Belajar Biologi Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Jaten. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.

Lie, A. 2008. Memperaktikan Cooperatif Learning di Ruang ruang Kelas.. Grasindo. Jakarta.

Margono. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Muhaemin, A.D. 2006. Perencanaan Pembelajaran IPA. Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Muhammad, H. 2003. Pengembangan Khusus Pengembangan silabus berbasis Kompetensi. http:// www. Google.com. (21 februari 2013). 14.58 WIB. Mutarto. 2011. Efektifitas Pembelajaran Model Talking Stick Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Materi Ekosistem.

(http://sditalqalam.wordpress.com/2011/01/09,strategi-pembelajaran-active-learning/) diakses pada 25 maret 2013.

Nurgiantoro B., Gunawan dan Marzuki. 2002. Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Gadjah Mada Universty Press. Yogyakarta.

Oktaviani, E. 2008. Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Terhadap Aktifitas dan Penguasaan Materi Biologi. Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi. Bandar Lampung. Universitas Lampung. Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan

Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-Prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada Kelas VII MTs Guppi Natar.(Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(46)

Sagala. 2010. Proses Pembelajaran Talking Stick. www.blogrankings.com /../ 4584 html. (3 desember 2012). 08.20 WIB

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group. Jakarta

Sardiman, A. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press. Yogjakarta. Slameto. 2001. Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester. Bumi

Aksara. Jakarta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Rineka Cipta. Jakarta.

SNP. 2009. Dihimpun oleh Afnil Guza. Asa Mandiri. Jakarta.

Sudijono, A. 2004. Pengantar Statistik Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. PT Rineka Cipta. Jakarta


(1)

yang dibuat.

Tabel 5. Tabulasi tanggapan siswa terhadap model pembelajaran talking stick

No Pilihan jawaban

Nomor responden (siswa) persentase

1 2 3 4 Dst

1 Ss

S Ts Sts

2 Ss

S Ts Sts Dst

Sumber dari Rahayu (2010: 31)

4. Menafsirkan persentase angket untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap model pembelajaran talking stick

Tabel 6. Tafsiran kriteria tanggapan siswa terhadap model pembelajaran talking stick

Persentase Kriteria

> 70 30 ≤ x <70

< 30

Tinggi Sedang Rendah Sumber dari Hake (1999: 1).


(2)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Penggunaan model pembelajaran talking stick berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pokok ekosistem. 2. Penggunaan model pembelajaran talking stick berpengaruh dalam

meningkatkan penguasaan materi oleh siswa pada materi pokok ekosistem.

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut. 1. Peneliti lain yang akan menerapkan model pembelajaran talking stick,

hendaknya terlebih dahulu mengajar materi lain dengan model pembelajaran talking stick sehingga siswa terlatih dan terbiasa dengan model yang digunakan. 2. Peneliti hendaknya memperhatikan pembagian waktu yang tepat pada saat

pengerjaan tes evaluasi dan diskusi sehingga alokasi waktu pada kegiatan pembelajaran tidak menyimpang dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang sudah dirancang.


(3)

pembelajaran talking stick berjalan, sehingga sabagian besar siswa memperoleh pertanyaan secara merata.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agus. 2010. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Aprilia, Ria yeni. 2012. Pengaruh Penggunaan Model Giving Question And Getting Answers Terhadap Penguasaan Materi Oleh Siswa Pada Materi Pokok Sistem Ekskresi. Skripsi. Universitas Lampung: Bandar Lampung. Anonim. 2010. Proses Belajar Mengajar. http// www.google.com (25 november

2011). 14.23 WIB.

Arikunto, S. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bina Aksara. Jakarta. Asrofudin. 2010. Kegiatan Belajar Mengajar. www.blogrankings.com /../ 2982

html. (25 februari 2013). 15.40 WIB.

Awaluddin, A. 2008. Materi Ajar. http// andhysastera.blogspot.com (28 Januari 2013): 21.35 WIB.

Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta.

Depdiknas. 2003. Undang- Undang Sistem Pendidikan nasional Nomor 20 tahun 2003. http://www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf.23 november 2011, 09.10 WIB.

Dewi, I. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Terhadap Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 13 Bandar Lampung Pada Sub Materi Vertebrata. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hamzah. 2007. Model Pembelajaran Menentukan Proses Belajar- mengajar yang Kreatif dan efektif. Bumi Aksara. Gorontalo.

Hake, R.R. 1999. Analizing Change/Gain Score. Diakses dari

http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855 23 november 2011, 09.15 WIB.

Hamalik, O. 2008. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara. Jakarta.


(5)

Bandung.

Haryati. 2007. Penerapan Model Talking Stick Terhadap Hasil Belajar Biologi Ditinjau Dari Kemampuan Awal Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Jaten. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya.

Lie, A. 2008. Memperaktikan Cooperatif Learning di Ruang ruang Kelas.. Grasindo. Jakarta.

Margono. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Muhaemin, A.D. 2006. Perencanaan Pembelajaran IPA. Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Muhammad, H. 2003. Pengembangan Khusus Pengembangan silabus berbasis Kompetensi. http:// www. Google.com. (21 februari 2013). 14.58 WIB. Mutarto. 2011. Efektifitas Pembelajaran Model Talking Stick Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Materi Ekosistem.

(http://sditalqalam.wordpress.com/2011/01/09,strategi-pembelajaran-active-learning/) diakses pada 25 maret 2013.

Nurgiantoro B., Gunawan dan Marzuki. 2002. Statistik Terapan Untuk Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial. Gadjah Mada Universty Press. Yogyakarta.

Oktaviani, E. 2008. Penerapan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat Terhadap Aktifitas dan Penguasaan Materi Biologi. Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi. Bandar Lampung. Universitas Lampung. Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan

Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-Prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada Kelas VII MTs Guppi Natar. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung.


(6)

Sagala. 2010. Proses Pembelajaran Talking Stick. www.blogrankings.com /../ 4584 html. (3 desember 2012). 08.20 WIB

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group. Jakarta

Sardiman, A. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali Press. Yogjakarta. Slameto. 2001. Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester. Bumi

Aksara. Jakarta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Rineka Cipta. Jakarta.

SNP. 2009. Dihimpun oleh Afnil Guza. Asa Mandiri. Jakarta.

Sudijono, A. 2004. Pengantar Statistik Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. PT Rineka Cipta. Jakarta


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GIVING QUESTION AND GETTING ANSWERS TERHADAP PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM EKSKRESI (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas XI Semester Genap SMA N 1 Waway Karya Lampung Timur Tahun Ajaran 2011/2012)

0 10 56

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN CIRI MAKHLUK HIDUP TERHADAP PENGUASAAN KONSEP DAN AKTIVITAS SISWA (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 6 Kotabumi Kabupaten Lampung Utara Tahun Pelajara

0 7 62

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap MTs Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 4 57

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA VIDEO TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap MTs Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 11 57

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN METODE DISCOVERY TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 20

2 23 109

PENGARUH PENGGUNAAN LINGKUNGAN SEKITAR SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Perintis 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 154

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PBL) TERHADAP PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII MTs Nurul Iman Sekincau Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 38 44

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF INDEX CARD MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Kuasi Eksperiment pada Siswa Kelas X Semester Genap MA Ma’arif 06 Pasir Sakti Tahun Ajaran 2012/2013)

0 11 51

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TALKING STICK TERHADAP PENGUASAAN MATERI SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Muhammadiyah 1 Pringsewu Tahun Ajaran 2012/2013)

1 8 46

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI POKOK EKOSISTEM (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 18 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 3 53