PENGARUH PENGGUNAAN LINGKUNGAN SEKITAR SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Perintis 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)
(2)
ii
ABSTRAK
PENGARUH PENGGUNAAN LINGKUNGAN SEKITAR SEKOLAH SEBAGAI SUMBER BELAJAR TERHADAP KEMAMPUAN
BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM
(Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Perintis 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran
2012/2013)
Oleh
SILVIA PRANA MAHKOTA
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan lingkungan
sekitar sekolah sebagai sumber belajar terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
pada materi pokok Ekosistem.
Desain penelitian adalah pretest-postest non ekuivalen. Sampel pada penelitian
ini adalah siswa kelas VIIA dan VIIB yang dipilih secara purposive sampling.
Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif
yaitu hasil belajar kognitif siswa yang diperoleh dari pretest dan posttest. Analisis
data kuantitatif menggunakan uji-U. Data kualitatif yaitu aktivitas belajar siswa
yang diperoleh dari lembar observasi, dan tanggapan siswa terhadap penggunaan
lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar yang diperoleh dari angket
kemenarikan penggunaan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar yang
(3)
iii
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan lingkungan sekitar sekolah
sebagai sumber belajar efektif dalam meningkatkan hasil belajar (aspek kognitif)
siswa (N-gain 0,74) lebih tinggi dan berbeda nyata daripada kelas yang
pembelajarannya menggunakan metode diskusi (N-gain 0,25). Indikator
menyimpulkan merupakan indikator tertinggi yang dicapai siswa pada kelas yang
menggunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar. Aktivitas
belajar siswa yang menggunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber
belajar menunjukan persentase sebesar 78,49%, sedangkan pada kelompok
kontrol sebesar 68,4%. Aspek mengumpulkan data merupakan aktivitas tertinggi
yang dilakukan siswa pada kelas yang menggunakan lingkungan sekitar sekolah
sebagai sumber belajar. Selain itu, sebagian besar siswa (±70%) memberikan
tanggapan positif terhadap penggunaan media lingkungan sekitar sekolah. Dengan
demikian Penggunaan media lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar
berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir kritis dan aktivitas siswa pada
materi pokok ekosistem.
Kata kunci : Lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar, kemampuan berpikir kritis, Ekosistem.
(4)
(5)
(6)
(7)
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xviii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
F. Kerangka Pikir ... 7
G. Hipotesis ... 9
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Sumber Pembelajaran ... 10
B. Pembelajaran Inkuiri ... 14
C. Keterampilan Berpikir Kritis ... 20
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 23
B. Populasi dan Sampel ... 23
C. Desain Penelitian ... 23
D. Prosedur penelitian ... 24
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 31
F. Teknik Analisis Data ... 33
G. Mendeskripsikan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 35
H. Pengolahan Data Aktivitas Belajar Siswa ... 36
I. Pengolaahan Data Angket Tanggapan Siswa ... 37
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 40
(8)
xiv
B. Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 55
LAMPIRAN 1. Silabus ... 58
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 60
3. Lembar Kerja Kelompok ... 87
4. Rubrik Lembar Kerja Kelompok ... 106
5. Kunci Jawaban Lembar Kerja Kelompok... 108
6. Kisi-Kisi Pretest Posttest ... 118
7. Soal Pretest dan Posttest... 121
8. Rubrik Test ... 124
9. Kunci Jawaban Pretest Posttest ... 125
10. Data-Data Hasil Penelitian ... 126
11. Analisis Uji Statistik Data Hasil Penelitian ... 139
(9)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
dengan aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual agama, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) memiliki peran penting dalam
peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik
yang berkualitas, yaitu manusia Indonesia yang mampu berpikir kritis, kreatif,
logis, dan berinisiatif dalam menanggapi isu-isu di masyarakat yang
diakibatkan oleh dampak perkembangan IPA dan teknologi (BSNP, 2006: iv).
Berdasarkan pengertian pendidikan, proses pelaksanaan pendidikan
seharusnya memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada peserta
didik, sehingga peserta didik mengalami sendiri dan memiliki keterampilan
yang diperlukannya untuk memecahkan masalah yang ditemuinya kelak.
Kemampuan berpikir kritis dirasakan perlu untuk ditingkatkan dalam kegiatan
(10)
menyebabkan informasi yang bersifat baik ataupun buruk akan terus mengalir
dan dapat mempengaruhi sifat mental anak. Oleh sebab itu, diperlukan suatu
kemampuan berpikir dengan jelas dan imajinatif, menilai bukti, bermain
logika, dan mencari alternatif untuk menemukan suatu solusi, memberi anak
sebuah rute yang jelas ditengah kekacauan pemikiran pada zaman teknologi
dan globalisasi saat ini (Johnson, 2007: 187).
Kenyataan yang terjadi dalam proses pembelajaran di sekolah, belum banyak
guru yang menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan aktivitas siswa
untuk melakukan proses berpikir kritis. Hal tersebut juga sesuai dengan hasil
observasi dan diskusi dengan guru IPA yang mengajar di Kelas VII SMP
Perintis 1 Bandar Lampung, diketahui bahwa kemampuan berpikir kritis pada
pelajaran IPA masih lemah dan kurang optimal, salah satunya yaitu materi
Ekosistem. Nilai rata-rata siswa Kelas VII semester genap tahun pelajaran
2012/2013 pada pokok bahasan Ekosistem baru mencapai 58,0. Hasil tersebut
masih rendah jika dibandingkan dengan standar ketuntasan belajar minimal
disekolah tersebut yaitu ≥ 67,0.
Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPA SMP Perintis 1 Bandar
Lampung, menyebutkan bahwa terdapat beberapa masalah dalam pembelajaran
Ekosistem, antara lain: guru lebih sering menggunakan metode ceramah
sehingga siswa mudah merasa bosan, guru jarang mengaitkan aplikasi konsep
dengan konsep sehari-hari, guru hanya terpaku pada materi yang ada pada buku
teks yang dijadikan sebagai bahan ajar padahal masih banyak buku teks yang
(11)
untuk mengemukakan hipotesis, mengidentifikasi, menyebutkan contoh, dan
memberikan penjelasan sederhana, sehingga siswa kurang tepat dalam menarik
kesimpulan. Selain itu, hasil observasi lingkungan sekitar SMP Perintis 1
Bandar Lampung menunjukkan bahwa sawah di lingkungan sekitar sekolah
dapat digunakan sebagai sumber belajar, karena sawah tersebut memiliki
semua komponen ekosistem baik siklus materi maupun aliran energi sehingga
sawah tersebut dapat dikatakan sebagai ekosistem buatan. Namun pada
kenyataannya belum pernah ada guru IPA SMP Perintis 1 yang berinisiatif
untuk menggunakan sawah tersebut sebagai sumber belajar.
Oleh karena itu, diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat membantu
siswa untuk memahami materi dengan melibatkan siswa secara aktif
mengeksplorasi atau menggali kemampuan awal mereka untuk memperoleh
informasi lebih banyak mengenai materi yang dipelajari dan merangsang siswa
untuk berpikir kritis. Salah satu model alternatif yang diduga dapat digunakan
untuk mengatasi masalah terkait hasil belajar adalah model Inkuiri.
Pembelajaran inkuiri menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 77) merupakan
kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan
peserta didik untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia, atau
peristiwa) secara sistematis. Kritis logis sehingga mereka dapat menemukan
sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan
perilaku. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa bahwa model pembelajaran
ini banyak menuntut kemampuan berpikir kritis dan aktivitas siswa, terutama
(12)
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Septina (2010: 42) bahwa
penerapan model pembelajaran inkuiri terpimpin pada materi pokok ekosistem
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
Selain itu, melalui penelitian yang telah dilaksanakan oleh Khasanah (2011: 1)
dan Afifudin (2009: 3-7) tentang penggunaan lingkungan sekitar sekolah
sebagai sumber belajar dapat disimpulkan bahwa penggunaan lingkungan
sekitar sekolah sebagai sumber belajar dapat meningkatkan keterampilan
berpikir kritis (KBK) siswa, maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Pengaruh Penggunaan Lingkungan Sekitar Sekolah Sebagai Sumber Belajar Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada
Materi Pokok Ekosistem”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah penggunaan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar
berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi ekosistem?
2. Apakah penggunaan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar
berpengaruh terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi
(13)
C. Tujuan Penilitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh Penggunaan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar
terhadap peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi
Ekosistem.
2. Pengaruh penggunaan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar
terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa pada materi Ekosistem.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Bagi guru/calon guru biologi, dapat memberikan alternatif dalam memilih
dan menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk menggali
kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran ekosistem.
2. Bagi siswa, dapat lebih memahami materi komponen-komponen ekosistem dan
memperoleh pengalaman belajar yang menyenangkan melalui interaksi langsung dengan lingkungan.
3. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan pengalaman dalam pembelajaran
(14)
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari kesalahan penafsiran pada permasalahan yang dibahas,
maka batasan masalah yang diberikan yaitu:
1. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah sawah yang berada di
lingkungan sekitar sekolah.
2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing yang dimaksud dalam penelitian ini,
dilaksanakan atas petunjuk guru, guru mengajukan berbagai pertanyaan
yang melacak dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik ke titik
kesimpulan yang diharapkan. Selanjutnya, siswa melakukan percobaan
untuk membuktikan pendapat yang dikemukakannya (Hanafiah dan Suhana,
2009:77). Langkah pembelajaran dalam model inkuiri terpimpin adalah (1)
mengajukan pertanyaan atau permasalahan, (2) merumuskan hipotesis, (3)
mengumpulkan data, (4) analisis data, dan (5) membuat kesimpulan.
3. Keterampilan berpikir kritis siswa yang diukur dalam penelitian ini
meliputi: (1) mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk
mempertimbangkan memungkinan jawaban, (2) mengemukakan hipotesis,
(3) memberikan penjelasan sederhana, (4) menyebutkan contoh, (5) menarik
kesimpulan dari hasil menyelidiki.
4. Aktivitas yang diamati yaitu adalah (1) mengajukan pertanyaan atau
permasalahan, (2) merumuskan hipotesis, (3) mengumpulkan data dan (4)
membuat kesimpulan.
5. Materi yang diteliti yaitu ekosistem dengan kompetensi dasar “menentukan
(15)
6. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VIIA (kelas eksperimen) dan VIIB
(kelas kontrol) semester genap tahun pelajaran 2012/2013 di SMP Perintis 1
Bandar Lampung.
F. Kerangka Pikir
Pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA) memiliki peran penting dalam
peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan peserta didik
yang berkualitas, yaitu manusia Indonesia yang mampu berpikir kritis, kreatif,
logis dan berinisiatif dalam menanggapi isu-isu di masyarakat yang
diakibatkan oleh dampak perkembangan IPA dan teknologi. Kemampuan
berpikir kritis dirasakan perlu untuk ditingkatkan dalam kegiatan pembelajaran
karena segala informasi global masuk dengan mudah, hal tersebut
menyebabkan selain informasi yang bersifat baik ataupun buruk akan terus
mengalir tanpa henti dan dapat mempengaruhi sifat mental anak. Oleh sebab
itu, diperlukan suatu kemampuan berpikir dengan jelas dan imajinatif, menilai
bukti, bermain logika, dan mencari alternatif untuk menemukan suatu solusi,
memberi anak sebuah rute yang jelas ditengah kekacauan pemikiran pada
zaman teknologi dan globalisasi saat ini.
Pelaksanaan penyelidikan dalam pembelajaran inkuiri terbimbing dilakukan
oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk yang diberikan pada
umumnya berbentuk pertanyaan membimbing. Pelaksanaan pembelajaran
dimulai dari suatu pertanyaan inti. Siswa melakukan penyelidikan untuk
membuktikan pendapat yang telah dikemukakan dari jawaban yang
(16)
mengajukan pertanyaan atau permasalahan, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, analisis data dan membuat kesimpulan.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk membantu siswa menguasai
materi pelajaran biologi ialah dengan memanfaatkan lingkungan alam yang
terdapat di sekitar sekolah sebagai sumber belajar siswa untuk menambah
pengetahuan tentang materi pokok ekosistem. Lingkungan memberikan
pengalaman langsung kepada siswa. Dengan lingkungan, siswa dapat
berinteraksi secara langsung dengan benda, lokasi atau peristiwa sesungguhnya
secara alamiah. Selain itu, lingkungan sekitar sekolah memiliki beberapa
keuntungan lain diantaranya adalah memberikan pengalaman yang riil kepada
siswa, pembelajaran menjadi lebih konkrit, tidak verbalistik; benda-benda
berasal dari lingkungan siswa, maka benda-benda tersebut akan sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan siswa. Hal ini juga sesuai dengan konsep
pembelajaran kontekstual (contextual lerning), serta pelajaran lebih aplikatif.
Sehingga pembelajaran akan menjadi lebih mudah di pahami dan bermakna
bagi siswa.
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran
tipe Inquiry Terbimbing dan variabel terikat adalah kemampuan berpikir kritis.
(17)
Ket: X = pembelajaran menggunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar
Y = berpikir kritis siswa
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat
G. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. H0 = Penggunaan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber
belajar tidak berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Materi Ekosistem.
2. H1 = Penggunaan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber
belajar berpengaruh signifikan terhadap peningkatan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa pada Materi Ekosistem.
(18)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Sumber Pembelajaran
Belajar pada hakikatnya adalah suatu interaksi antara individu dan lingkungan.
Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu dan
sebaliknya individu memberikan respons terhadap lingkungan. Dalam proses
interaksi itu dapat terjadi perubahan pada diri individu berupa perubahan
tingkah laku. Pengaruh lain yang akan terjadi adalah individu menyebabkan
terjadinya perubahan pada lingkungan, baik yang positif atau bersifat negatif.
Hal ini menunjukkan, bahwa fungsi lingkungan merupakan faktor yang penting
dalam proses belajar mengajar (Hamalik, 2010: 194).
Tokoh-tokoh pendidikan masa lampau berpandangan bahwa faktor lingkungan
sangat bermakna dan dijadikan sebagai landasan dalam mengembangkan
konsep pendidikan dan pengajaran. Misalnya Rousseau dengan teorinya
“Kembali ke Alam” menunjukkan betapa pentingnya pengaruh alam terhadap
perkembangan anak didik. Karena itu pendidikan anak harus dilaksakan di
lingkungan alam yang bersih, tenang, suasana menyenangkan, dan segar
sehingga sang anak tumbuh sebagai manusia yang baik. Jan Ligthart terkenal
dengan “Pengajaran Alam Sekitar”. Menurut tokoh ini pendidikan sebaiknya disesuaikan dengan keadaan alam sekitar (Hamalik, 2010: 195).
(19)
Ada beberapa pendapat lain mengenai alam sekitar, Menurut Millieu, alam
sekitar adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita. Pengajaran berdasarkan
alam sekitar akan membantu anak didik untuk menyesuaikan dirinya dengan
keadaan sekitarnya. Decroly dikenal dengan teorinya, bahwa “Sekolah adalah dari kehidupan dan untuk kehidupan (Ecole pour la vie par lavie)”.
Dikemukakan bahwa “bawalah kehidupan ke dalam sekolah agar kelak anak
didik dapat hidup di masyarakat”. Pandangan ketiga tokoh pendidikan tersebut sedikit banyak menggambarkan, bahwa lingkungan merupakan dasar
pendidikan/pengajaran yang penting, bahkan dengan dasar ini dapat
dikembangkan suatu model persekolahan yang berorientasi pada lingkungan
masyarakat, (Hamalik, 2010: 195).
Lingkungan (environment) sebagai dasar pengajaran adalah faktor kondisional
yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor belajar yang
penting (Hamalik, 2010: 195). Lingkungan yang ada disekitar kita dapat
dijadikan sebagai sumber belajar. Lingkungan tersebut meliputi: (1)
masyarakat disekeliling sekolah (2) lingkungan fisik di sekitar sekolah
bahan-bahan yang tersisa atau tidak dipakai dan bahan-bahan-bahan-bahan bekas dan bila di olah
dapat dimanfaatkan sebagai sumber atau alat bantu dalam belajar, dan (3)
peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat (Arsyad, 2009:
107).
Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data,
orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam
(20)
mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai
kompetensi tertentu. Dalam pemanfaatan sumber belajar, guru mempunyai
tanggung jawab membantu peserta didik belajar agar belajar lebih mudah, lebih
lancar, lebih terarah. Oleh sebab itu guru dituntut untuk memiliki kemampuan
khusus yang berhubungan dengan pemanfaatan sumber belajar antara lain guru
harus mampu: (a) menggunakan sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran
sehari-hari (b) mengenalkan dan menyajikan sumber belajar (c) menerangkan
peranan berbagai sumber belajar dalam pembelajaran. (d) menyusun
tugas-tugas penggunaan sumber belajar dalam bentuk tingkah laku. (e) mencari
sendiri bahan dari berbagai sumber (f) memilih bahan sesuai dengan prinsip
dan teori belajar (g) menilai keefektifan penggunaan sumber belajar sebagai
bagian dari bahan pembelajarannya dan (h) merencanakan kegiatan
penggunaan sumber belajar secara efektif (Dikti, 1983: 38-39).
Kegiatan belajar yang memanfaatkan lingkungan dimungkinkan akan lebih
menarik bagi anak sebab lingkungan menyediakan sumber belajar yang sangat
beragam dan banyak pilihan. Begitu banyaknya nilai dan manfaat yang dapat
diraih dari lingkungan sebagai sumber belajar dalam pendidikan, bahkan
hampir semua tema kegiatan dapat dipelajari dari lingkungan. Namun
demikian diperlukan adanya kreativitas dan jiwa inovatif dari para guru untuk
dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar (Eko, 2009: 1-2).
Jika pada saat belajar di kelas anak diperkenalkan oleh guru mengenai tanaman
padi, dengan memanfaatkan lingkungan persawahan, anak akan dapat
(21)
lingkungan tersebut guru dapat membawa kegiatan-kegiatan yang biasanya
dilakukan di dalam ruangan kelas ke alam terbuka dalam hal ini lingkungan.
Namun jika guru menceritakan kisah tersebut di dalam ruangan kelas, nuansa
yang terjadi di dalam kelas tidak akan sealamiah seperti halnya jika guru
mengajak anak untuk memanfaatkan lingkungan. Artinya belajar tidak hanya
terjadi di ruangan kelas namun juga di luar ruangan kelas dalam hal ini
lingkungan sebagai sumber belajar yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan fisik, keterampilan sosial, budaya, perkembangan emosional
serta intelektual. Anak-anak belajar melalui interaksi langsung dengan
benda-benda atau ide-ide ( Eko, 2009: 1-2).
Lingkungan menawarkan kepada guru kesempatan untuk menguatkan kembali
konsep-konsep seperti warna, angka, bentuk dan ukuran. Memanfaatkan
lingkungan pada dasarnya adalah menjelaskan konsep-konsep tertentu secara
alami. Konsep warna yang diketahui dan dipahami anak di dalam kelas
tentunya akan semakin nyata apabila guru mengarahkan anak-anak untuk
melihat konsep warna secara nyata yang ada pada lingkungan sekitar.
Memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran memiliki banyak
keuntungan. Beberapa keuntungan tersebut antara lain:
Menghemat biaya, karena memanfaatkan benda-benda yang telah ada di
lingkungan
Memberikan pengalaman yang riil kepada siswa, pelajaran menjadi lebih
(22)
Karena benda tersebut berasal dari lingkungan siswa, maka
benda-benda tersebut akan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Hal
ini juga sesuai dengan konsep pembelajaran kontekstual (contextual
learning).
Pelajaran lebih aplikatif, materi belajar yang diperoleh siswa melalui
media lingkungan kemungkinan besar akan dapat diaplikasikan langsung,
karena siswa akan sering menemui benda-benda atau peristiwa serupa
dalam kehidupannya sehari-hari.
Media lingkungan memberikan pengalaman langsung kepada siswa.
Dengan media lingkungan, siswa dapat berinteraksi secara langsung
dengan benda, lokasi atau peristiwa sesungguhnya secara alamiah.
Lebih komunikatif, sebab benda dan peristiwa yang ada di lingkungan
siswa biasanya mudah dicerna oleh siswa, dibandingkan dengan media
yang dikemas (didesain).
Memahami berbagai keuntungan tersebut, seharusnya kita dapat tergugah
untuk memanfaatkan semaksimal mungkin lingkungan di sekitar kita untuk
menunjang kegiatan pembelajaran kita. Lingkungan kita menyimpan berbagai
jenis sumber dan media belajar yang hampir tak terbatas. Lingkungan dapat
kita manfaatkan sebagai sumber belajar untuk berbagai mata pelajaran. Kita
tinggal memilihnya berdasarkan prinsip-prinsip atau kriteria pemilihan media
dan menyesuaikannya dengan tujuan, karakteristik siswa dan topik pelajaran
(23)
B. Pembelajaran Inkuiri
Inquiri berasal dari bahasa inggris ”inquiry”, yang secara harfiah berarti penyelidikan. Piaget (dalam Mulyasa, 2007:108) mengemukakan bahwa
metode inkuiri merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada
situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang
terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan
mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan penemuan yang satu
dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan
yang ditemukan peserta didik lain. Model pembelajaran ini dikembangkan
oleh seorang tokoh yang bernama Suchman. Suchman meyakini bahwa
anak-anak merupakan individu yang penuh rasa ingin tahu akan segala sesuatu.
Oleh karena itu, prosedur ilmiah dapat diajarkan secara langsung kepada
mereka.
Model inkuiri menurut Sumiati dan Asra (2008: 103) terbagi menjadi tiga
macam cara, yaitu: Pertama, inkuiri terpimpin. Pelaksanaan penyelidikan
inkuiri terpimpin dilakukan oleh siswa berdasarkan petunjuk-petunjuk guru.
Petunjuk yang diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan membimbing.
Pelaksanaan pembelajaran dimulai dari suatu pertanyaan inti. Jawaban yang
dikemukakan digunakan siswa untuk melakukan penyelidikan untuk
membuktikan pendapat yang telah dikemukakan. Kedua, inkuiri bebas. Siswa
melakukan penelitian bebas sebagaimana seorang scientis. Masalah
dirumuskan sendiri, eksperimen (penyelidikan) dilakukan sendiri, dan
(24)
Berdasarkan masalah yang diajukan guru, dengan konsep atau teori yang sudah
dipahami siswa melakukan penyelidikan untuk membuktikan kebenarannya.
Ada beberapa kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya
kegiatan inkuiri bagi siswa seperti yang dikemukakan oleh Joyce (1996: 186),
yaitu antara lain aspek sosial di dalam kelas dan suasana bebas-terbuka dan permisif
yang mengundang siswa berdiskusi, berfokus pada hipotesis yang perlu diuji
kebenarannya, penggunaan fakta sebagai evidensi dan di dalam proses pembelajaran dibicarakan validitas dan reabilitas tentang fakta, sebagaimana lazimnya dalam pengujian hipotesis.
Proses inkuiri dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:
1) Merumuskan masalah; adapun kemampuan yang dituntut adalah
kesadaran terhadap masalah, melihat pentingnya masalah, dan
merumuskan masalah.
2) Mengembangkan hipotesis; adapun kemampuan yang dituntut dalam
mengembangkan hipotesis ini adalah menguji dan menggolongkan data
yang dapat diperoleh, melihat dan merumuskan hubungan yang ada
secara logis dan merumuskan hipotesis.
3) Menguji jawaban tentatif; adapun kemampuan yang dituntut adalah
merakit peristiwa, terdiri dari: mengidentifikasi peristiwa yang
dibutuhkan, mengumpulkan data, dan mengevaluasi data; menyusun
data, terdiri dari: mentranslasikan data, menginterpretasikan data dan
mengklasifikasikan data; analisi data, terdiri dari: melihat hubungan,
mencatat persamaan dan perbedaan, dan mengidentifikasikan trend,
(25)
4) Menarik kesimpulan; adapun kemampuan yang dituntut adalah mencari
pola dan makna hubungan, merumuskan kesimpulan.
5) Menerapkan kesimpulan dan generalisasi
Gulo (dalam Trianto, 2009: 168-169) berpendapat bahwa kemampuan
yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah
mengajukan pertanyaan atau permasalahan, merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data, analisis data, dan membuat kesimpulan
Penelitian ini menggunakan inkuri terpimpin. Seperti yang diungkapkan
oleh Hanafiah dan Suhana (2009: 77) proses inkuiri ini dilaksanakan atas
petunjuk guru, guru mengajukan berbagai pertanyaan yang melacak
dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik ke titik kesimpulan yang
diharapkan. Selanjutnya, siswa melakukan percobaan untuk
membuktikan pendapat yang dikemukakannya.
Model inkuiri terbimbing adalah sebuah metode pembelajaran yang
termasuk dalam model pembelajaran pemrosesan informasi. Menurut
Joyce dan Weil (1996: 187), model inkuiri terbimbing adalah sebuah
model yang intinya melibatkan siswa ke dalam masalah asli dan
menghadapkan mereka dengan sebuah penyeledikan, membantu mereka
mengidentifikasi konseptual atau metode pemecahan masalah yang
terdapat dalam penyelidikan, dan mengarahkan siswa untuk mencari
jalan keluar dari masalah tersebut.
Para ahli pendidikan mengemukakan berbagai macam definisi mengenai
(26)
2009: 22) berpendapat bahwa, model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial
dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk
didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.
Selanjutnya Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran
mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu
peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Adapun Nurulwati (dalam Trianto, 2009: 22) mengemukakan maksud
dari model pembelajaran yaitu, kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar
untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman
bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses
pembelajaaran sebagai model pemrosesan informasi ialah model
pembelajaran inkuiri. Inkuiri berasal dari bahasa inggris inquiry yang
dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban
terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Pertanyaan ilmiah adalah
pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap
obyek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk
memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi
(27)
terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan
kemampuan berpikir kritis dan logis dari Schmidt (Trianto, 2009: 166).
Pendekatan Inkuiri didukung oleh empat karakteristik utama siswa, yaitu
(1) secara instintif siswa selalu ingin tahu; (2) di dalam percakapan siswa
selalu ingin bicara dan mengkomunikasikan idenya; (3) dalam
membangun (konstruksi) siswa selalu ingin membuat sesuatu; (4) siswa
selalu mengekspresikan seni. Dari sudut pandang siswa, metode
pembelajaran ini merupakan akhir dari paradigma kelas belajar melalui
mendengar dan memberi mereka kesempatan mencapai tujuan yang
nyata dan autentik. Bagi guru, pendidikan berbasis inkuiri merupakan
akhir dari paradigma berbicara untuk mengajar dan mengubah peran
mereka menjadi kolega dan mentor bagi siswanya. inkuiri terbimbing
sebagai pendekatan pembelajaran melibatkan proses penyelidikan alam
atau materi alam, dalam rangka menjawab pertanyaan dan melakukan
penemuan melalui penyelidikan untuk memperoleh pemahaman baru
(Amri dan Ahmadi, 2010: 85). Gulo (dalam Trianto, 2009: 168-169)
berpendapat bahwa kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan
pembelajaran inkuiri adalah: 1) mengajukan pertanyaan atau
permasalahan 2) merumuskan hipotesis 3) mengumpulkan data 4)
analisis data 5) membuat kesimpulan.
Kelebihan-kelebihan dari model pembelajaran inkuiri terbimbing ini
menurut Suryosubroto (2002:201) sebagai berikut: 1) membantu siswa
mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan penguasaan
(28)
pada siswa misalkan siswa merasakan jerih payah penyelidikannya,
menemukan keberhasilan dan kadang-kadang kegagalan 3) memberi
kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan
kemampuannya 4) membantu memperkuat pribadi siswa dengan
bertambahnya kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses
penemuan. Siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi
untuk belajar.
Pada inkuiri terbimbing pelaksanaan penyelidikan dilakukan oleh siswa
berdasarkan petunjuk-petunjuk guru. Petunjuk yang diberikan pada
umumnya berbentuk pertanyaan membimbing. Pelaksanaan
pembelajaran dimulai dari suatu pertanyaan inti. Dari jawaban yang
dikemukakan, siswa melakukan penyelidikan untuk membuktikan
pendapat yang telah dikemukakan (Sumiati dan Asra, 2008: 103).
C. Keterampilan Berpikir Kritis
Pengertian berpikir kritis menurut kamus Webster’s (dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 62) menyatakan, “Kritis” (critical) adalah “Menerapkan
atau mempraktikkan penilaian yang teliti dan obyektif” sehingga
“berpikir kritis” dapat diartikan sebagai berpikir yang membutuhkan
kecermatan dalam membuat keputusan.
Pengertian yang lain diberikan oleh Suryanti dkk (dalam Amri dan
Ahmadi, 2010: 62) yaitu: berpikir kritis merupakan proses yang
bertujuan untuk membuat keputusan yang masuk akal mengenai apa yang
(29)
satu tahapan berpikir tingkat tinggi. Sugiarto (dalam Amri dan Ahmadi,
2010: 62) mengkategorikan proses berpikir kompleks atau berpikir
tingkat tinggi ke dalam empat kelompok yang meliputi pemecahan
masalah (problem solving), pengambilan keputusan (decision making),
berpikir kritis (critical thinking), dan berpikir kreatif (creative thingking).
Berpikir kritis diperlukan dalam kehidupan karena dalam kehidupan di
masyarakat, manusia selalu dihadapkan pada permasalahan yang
memerlukan pemecahan. Untuk memecahkan suatu permasalahan
tertentu diperlukan data-data agar dapat dibuat keputusan yang logis, dan
untuk membuat suatu keputusan yang tepat, diperlukan kemampuan kritis
yang baik.
Menurut Krulik (dalam Trianto, 2007: 85) penalaran meliputi berpikir
dasar (basic thinking), berpikir kritis (critical thinking), dan berpikir
kreatif (creative thinking). Terdapat delapan buah penelitian yang dapat
dihubungkan dengan berpikir kritis, yaitu menguji, menghubungkan, dan
mengevaluasi semua aspek dari sebuah situasi atau masalah,
memfokuskan pada bagian dari sebuah situasi atau masalah,
mengumpulkan atau mengorganisasikan informasi, memvalidasi dan
menganalisis informasi, mengingat, dan menganalisis informasi,
menentukan masuk tidaknya sebuah jawaban, menarik kesimpulan yang
valid, memiliki sifat analitis dan refleksif.
Beberapa kemampuan yang dikaitkan dengan konsep berpikir kritis
adalah kemampuan-kemampuan untuk memahami masalah, menyeleksi
(30)
asumsi-asumsi, merumuskan dan menyeleksi hipotesis yang relevan,
serta menarik kesimpulan yang valid dan menentukan kevalidan dari
kesimpulan-kesimpulan Dressel (dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 63).
Pernyataan diatas didukung oleh Amri dan Ahmadi (2010: 64) dalam
berpikir kritis siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang
tepat untuk menguji keandalan gagasan, pemecahan masalah, dan
mengatasi masalah serta kekurangannya. Hal ini sejalan dengan
pendapat Sugiarto (dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 64), bahwa berpikir
kritis merupakan berpikir disiplin yang dikendalikan oleh kesadaran.
Cara berpikir ini merupakan cara berpikir yang terarah, terencana,
mengikuti alur logis sesuai dengan fakta yang diketahui. Keterampilan
dan indikator berpikir kritis lebih lanjut diuraikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Indikator Keterampilan berpikir kritis
No Keterampilan
Berpikir Kritis Indikator
1 Memberikan
argumen
Argumen dengan alasan; menunjukan perbedaan dan persamaan; serta argumen yang utuh.
2 Melakukan deduksi
Mendeduksikan secara logis, kondisi logis, serta melakukan interpretasi terhadap pernyataan.
3 Melakukan induksi
Melakukan pengumpulan data; Membuat generalisasi dari data; membuat tabel dan grafik.
4 Melakukan evaluasi
Evaluasi diberikan berdasarkan fakta, berdasarkan pedoman atau prinsip serta memberikan alternatif.
(31)
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di SMP Perintis 1 Bandar Lampung pada
semester genap tahun ajaran 2012/2013. Waktu penelitian pada bulan Mei
2013.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Perintis
1 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2012/2013. Sampel
dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIIA (n=31 siswa) sebagai kelas
eksperimen dan kelas VIIB (n=34 siswa) sebagai kelas kontrol yang telah dipilih secara purposive sampling. Dua kelas yang dijadikan sampel
dipilih dari populasi yang telah ditentukan sendiri oleh peneliti untuk
penelitian dengan alasan kelas tersebut sesuai dengan kriteria yang
diperlukan dalam penelitian tersebut.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan desain
pretest-postest non ekuivalen. Pada desain penelitian ini kelas eksperimen (VIIA)
diberi perlakuan penggunaan model pembelajaran inquiry dengan
(32)
kontrol (VIIB) menggunakan model inquiry tanpa menggunakan media lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar. Setelah itu, kedua
kelompok diberi tes/soal KBK berupa soal essay yang sama di awal dan
akhir kegiatan pembelajaran (pretest-postest). Kemudian pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol mendapat tes awal dan tes akhir struktur
desain penelitian digambarkan sebagai berikut:
Kelas tes awal perlakuan tes akhir
I1 O1 X O2 I2 O1 C O2
Keterangan: I1 = Kelas eksperimen (kelas VIIA) I2 = Kelas kontrol (kelas VIIB)
X = Perlakuan di kelas eksperimen dengan media lingkungan
C = Perlakuan di kelas kontrol tidak dengan media lingkungan
O1 = Pretes O2 = Postes
Gambar 2. Desain pretest-postest non- ekuivalen (dimodifikasi dari Riyanto, 2001: 43).
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu pra penelitian dan pelaksanaan
penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut adalah:
1. Pra penelitian
Kegiatan yang dilakukan pada pra penelitian sebagai berikut :
a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan untuk observasi ke sekolah.
b.Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian untuk
(33)
c. Menetapkan sampel penelitian untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen
dengan purposive sampling.
d.Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
e. Membuat instrumen penelitian yang terdiri dari bahan kajian kelompok,
dan soal test formatif berupa soal tes awal dan tes akhir.
f. Membuat lembar observasi kegiatan belajar mengajar berupa lembar
observasi aktivitas siswa dan catatan lapangan.
g.Membentuk kelompok diskusi pada kedua kelas eksperimen dan kelas
kontrol yang bersifat heterogen berdasarkan nilai akademik siswa, 2
siswa dengan nilai tinggi, 1 siswa dengan nilai sedang, dan 2 siswa
dengan nilai yang rendah. Setiap kelompok terdiri dari 5 orang siswa.
Nilai diperoleh dari dokumentasi pada guru kelas.
2. Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan penggunaan
lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar untuk kelas eksperimen,
sedangkan untuk kelas kontrol tidak menggunakan lingkungan sebagai
sumber belajar. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan.
Pertemuan pertama membahas tentang komponen ekosistem, peran, dan
interaksinya. Pertemuan kedua membahas tentang rantai makanan dan
(34)
a) Kelas eksperimen dengan model Inquiry Terbimbing
menggunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar. Kegiatan Pendahuluan
1) Guru memberikan tes awal berupa soal esai.
2) Guru membacakan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar
(KD)
3) Guru menggali pengetahuan awal siswa (apersepsi) dengan
memberikan pertanyaan (Pertemuan I) : “Pada pertemuan sebelumnya kalian telah membahas mengenai keragaman pada sistem organisasi
kehidupan mulai dari tingkat sel sampai organisme. Keragaman
organisme yang berada dalam satu tempat yang sama, memungkinan
adanya saling ketergantungan antar organisme dan bisa membentuk
suatu ekosistem, untuk mengetahui saling ketergantungan antar
organisme tersebut maka hari ini kita akan membahas lebih dalam lagi
mengenai ekosistem“. (Pertemuan II): “Pada pertemuan sebelumnya kita telah mempelajari tentang komponen ekosistem, peran, dan
interaksinya. “Setelah pengamatan yang kalian lakukan kemarin, apakah ada interaksi antar organisme yang kalian temukan? Jika ada
bagaimana pengaruhnya dan sebaliknya jika tidak ada?”.
4) Guru memberikan motivasi dengan cara mengajukan pertanyaan: (Pertemuan I) : ”dengan mempelajari materi ekosistem, kita dapat mengetahui bahwa setiap komponen dalam ekosistem saling memiliki
ketergantungan, dengan ilmu yang telah kita pelajari tersebut, maka
kita akan senantiasa menjaga kelestarian tiap komponen ekosistem
(35)
mempelajari tentang rantai makanan dan jaring-jaring makanan,
dengan mempelajari materi hari ini kalian dapat mengetahui rantai
makanan dan jaring-jaring makanan yang mungkin terjadi pada
ekosistem sawah dan kalian dapat memberikan contoh-contoh
jaring-jaring makanan yang mungkin akan terbentuk di sana”.
5) Guru menyajikan materi sebagai pengantar. Pertemuan pertama
membahas tentang komponen ekosistem, peran, dan interaksinya.
Pertemuan kedua membahas tentang rantai makanan dan jaring-jaring
makanan.
Kegiatan inti
1) Guru membagi kelompok dan meminta siswa duduk dalam
kelompoknya masing-masing 5-6 orang dari 31 siswa.
(Pertemuan I): Guru mengajak siswa ke lapangan sekolah untuk
belajar tentang Ekosistem materi komponen ekosistem, peran dan
interaksinya.
(Pertemuan II): Guru menampilkan skema mengenai ranti makanan
dan jaring-jaring makanan.
2) Guru membagikan Lembar Kerja Kelompok (LKK) yang berisi
permasalahan kepada setiap kelompok yang harus diselidiki oleh
siswa.
(Pertemuan I) : LKK tentang komponen ekosistem, peran, dan
Interaksinya.
(Pertemuan II) : LKK tentang Rantai makanan dan jaring-jaring
makanan.
(36)
suatu hipotesis menyangkut masalah yang mereka amati.
4) Dari hipotesis yang disetujui oleh kelompok masing-masing, siswa
melakukan pengamatan terhadap objek yang diamati.
5) Guru meminta siswa mencari informasi yang dibutuhkan,
misalnya membandingkan apa yang mereka temui dari hasil
pengamatan dengan sumber buku pelajaran. Dengan sumber-
sumber yang ada dan fakta yang telah terkumpul, selanjutnya siswa
menguji hipotesis.
6) Guru meminta siswa menggunakan data yang terkumpul dan hasil-
hasil pengujian hipotesis untuk merumuskan jawaban terhadap
pertanyaan pokok.
7) Guru berkeliling untuk membimbing siswa dalam menemukan
jawaban dari permasalahan yang ada dalam LKK.
8) Guru memilih perwakilan dari masing-masing kelompok untuk
maju mempresentasikan hasil penemuannya secara bergantian.
9) Guru membahas masalah-masalah yang ada di dalam LKK yang
belum dapat ditemukan oleh siswa.
10) Guru memberi pujian kepada kelompok dengan penampilan
terbaik.
Penutup
1) Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai konsep
yang belum dipahami.
2) Guru meminta salah satu siswa untuk membuat kesimpulan dari materi
(37)
3) Guru memberikan tes akhir pada pertemuan kedua.
b) Kelas kontrol dengan model Inquiri Terbimbing tanpa
menggunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar Kegiatan Pendahuluan
1) Guru memberikan tes awal berupa soal essai.
2) Guru membacakan standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD),
dan indikator pembelajaran.
3) Guru menggali pengetahuan awal siswa (apersepsi) dengan
memberikan pertanyaan (Pertemuan I); “menurut kalian apa saja organisme yang ada di sawah? Apakah persawahan di samping sekolah
kita dapat digolongkan sebagai ekosistem?“.(Pertemuan II): “pada pertemuan sebelumnya kita telah mempelajari tentang komponen
ekosistem, peran, dan interaksinya. Apakah ada interaksi antar
organisme yang kalian telah kalian pelajari sebelumnya? Jika ada
bagaimana pengaruhnya dan sebaliknya jika tidak ada?”.
4) Guru memberikan motivasi dengan cara mengajukan pertanyaan: (Pertemuan I) : ” hari ini kita akan mempelajari tentang komponen ekosistem, peran, dan interaksinya, dengan mempelajari materi ini
kalian dapat mengetahui komponen apa saja yang terdapat pada sawah
yang termasuk dalam ekosistem, serta peran dan interaksinya”. (Pertemuan II): ”hari ini kita akan mempelajari tentang rantai
makanan dan jaring-jaring makanan, dengan mempelajari materi hari
ini kalian dapat mengetahui rantai makanan dan jaring-jaring makanan
(38)
memberikan contoh-contoh jaring-jaring makanan yang mungkin akan
terbentuk di sana”
Kegiatan Inti
1) Guru menempatkan siswa ke dalam 5 kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 6-7 siswa terdiri dari 34 siswa.
2) Guru memberikan LKK (Lembar Kerja Kelompok) yang berisi
pertanyaan- pertanyaan yang berkaitan dengan materi pokok
ekosistem; (pertemuan I), mengenai materi komponen ekosistem,
peran dan interaksinya; (pertemuan II), mengenai rantai makanan
dan jaring-jaring makanan.
3) Berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, siswa membuat
suatu hipotesis menyangkut masalah yang mereka amati
4) Guru meminta siswa mencar informasi yang dibutuhkan misalnya
membandingkan apa yang mereka temui dari hasilpengamatan
dengan sumber buku pelajaran. Dengan sumber-sumber yang ada dan
fakta yang telah terkumpul, selanjutnya siswamenguji hipotesis.
5) Guru meminta siswa menggunakan data yang terkumpul dan hasil-
hasil pengujian hipotesis untuk merumuskan jawaban terhadap
pertanyaan pokok.
6) Guru berkeliling untuk membimbing siswa dalam
menemukanjawaban dari permasalahan yang ada dalam LKK.
7) Guru memilih perwakilan dari masing-masing kelompok untuk maju
mempresentasikan hasil penemuannya secara bergantian.
(39)
belumdapat ditemukan oleh siswa.
9) Guru memberi pujian kepada kelompok dengan penampilan terbaik.
Penutup
1) Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai konsep
yang belum dipahami.
2) Guru meminta salah satu siswa untuk membuat kesimpulan dari
materi yang telah dibahas.
3) Guru memberikan tes akhir pada pertemuan kedua.
E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data
Jenis dan teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah :
1. Jenis Data
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu berupa data keterampilan berpikir kritis siswa
pada materi pokok ekosistem yang diperoleh dari nilai pretest dan
postes.Kemudian dihitung selisih antara nilai pretes dengan posttest,
lalu dianalisis secara statistik.
b. Data Kualitatif
Data kualitatif berupa data aktivitas siswa dan data angket tanggapan
siswa terhadap lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar
(40)
2. Teknik Pengambilan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:
a Pretest dan Posttest
Data keterampilan berpikir kritis berupa nilai pretest dan posttest. Nilai
pretest diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen
maupun kontrol, sedangkan nilai posttest diambil di akhir
pembelajaran. Bentuk soal yang diberikan berupa soal uraian.
Teknik penskoran nilai pretest dan posttest yaitu :
S = R x 100
N
Keterangan : S = nilai yang diharapkan (dicari); R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008: 112).
b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang
diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Aspek yang diamati
yaitu: (1) aktivitas siswa bekerjasama dengan teman, (2) melakukan
kegiatan diskusi, dan (3) mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
c. Angket Tanggapan Siswa
Angket tanggapan siswa berisi tentang semua pendapat tentang
penggunaan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar dengan
(41)
Angket ini berupa 8 pernyataan, terdiri dari 4 pernyataan positif dan 4
pernyataan negatif. Angket tanggapan siswa ini memiliki 4 pilihan
jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
F. Teknik Analisis Data
Data penelitian berupa nilai pretest, posttest, dan skor N-gain. Untuk
mendapatkan skor N-gain menggunakan rumus Meltzer (dalam Coletta dan
Phillips, 2005: 1) yaitu:
Skor N-gain = 100
Y Z
Y
X
Keterangan : X = nilai posttest; Y = nilai pretest; Z = skor maksimal.
Nilai pretest, posttest, dan skor N-gain pada kelompok kontrol dan
eksperimen dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSSversi 17, yang
sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:
1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program
SPSS versi 17.
a. Hipotesis
Ho : Sampel berdistribusi normal
H1 : Sampel tidak berdistribusi normal b. Kriteria Pengujian
Terima Ho jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak Ho untuk harga
(42)
2. Pengujian Hipotesis
Apabila data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka dilakukan
Uji U atau Uji Mann Whitney.
a. Hipotesis
Ho = Tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol
H1 = Terdapat perbedaan nilai rata-rata antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol
b. Kriteria Uji
a. Jika p-value> 0,05 maka terima Ho
b. Jika p-value< 0,05 maka tolak Ho (Pratisto. 2004: 36).
G. Mendeskripsikan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Untuk mendeskripsikan keterampilan berpikir kritis siswa dalam
pembelajaran biologi sebagai berikut:
1. Menjumlahkan skor seluruh siswa.
2. Menentukan skor tiap indikator keterampilan berpikir kritis dengan
menggunakan rumus:
P
= Nf 100
Keterangan : P = Poin yang dicari; f = Jumlah poin keterampilan berpikir kritis yang diperoleh; N = Jumlah total poin keterampilan berpikir kritis tiap indikator (dimodifikasi dari Sudijono, 2004: 40).
(43)
3) Rubrik keterampilan berpikir kritis siswa sebagai berikut:
Tabel 2. Rubrik kriteria keterampilan berpikir kritis siswa
Catatan : Berilah tanda checklist(√) pada setiap item yang sesuai.
Skor pada tiap soal keterampilan berpikir kritis tertera pada rubrik penilaian soal di lampiran (dimodifikasi dari Arief, 2009: 9).
4) Setelah data diolah dan diperoleh poinnya, maka keterampilan
berpikir kritis siswa tersebut dapat dilihat dari kriteria sebagai berikut:
Tabel 3. Kriteria keterampilan berpikir kritis siswa
Sumber: dimodifikasi dari Arikunto (2010: 245)
H. Pengolahan Data Aktivitas Belajar Siswa
Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data
yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis menggunakan indeks
aktivitas siswa. Langkah-langkah yang dilakukan yaitu: No
Nama
Aspek Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
F P Kriteria Memberikan Argumen Melakukan Deduksi Melakukan Induksi Melakukan Evaluasi
No soal … No soal … No soal … No soal …
Skor 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3
1 2 3 4 5 Dst Jumlah (F) Poin (P) Kriteria Poin Kriteria 80,1-100 60,1-80 40,1-60 20,1-40 0,0-20 Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
(44)
1. Menghitung persentase aktivitas menggunakan rumus:
∑Xi
X = x 100 % n
Tabel 4. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Sumber: dimodifikasi dari Carolina (2010: 29)
Keterangan: X = persentaseaktivitas siswa; ∑Xi= Jumlah skor yang diperoleh; n= Jumlah skor maksimum
(Sudjana, 2002:69.
Keterangan kriteria penilaian aktivitas siswa: a. Mengajukan Pertanyaan atau permasalahan:
1. Diam saja, tidak mengajukan pertanyaan dalam kelompok
2. Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak sesuai dengan permasalahan 3. Mengajukan pertanyaan sesuai dengan permasalahan.
b. Merumuskan hipotesis:
1. Diam saja, tidak merumuskan hipotesis
2. Merumuskan hipotesis tidak sesuai dengan teori 3. Merumuskan hipotesis sesuai dengan teori
c. Mengumpulkan data:
1. Tidak mengumpulkan data (diam)
2. Mengumpulkan data hanya dari satu sumber. 3. Mengumpulkan data lebih dari satu.
d. Membuat kesimpulan:
1. Mengajukan kesimpulan tetapi bias atau rancu 2. Mengajukan kesimpulan tetapi kurang tepat 3. Mengajukan kesimpulan dengan tepat
No Nama Aspek yang diamati Xi
A B C D
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 2 3 dst..
(45)
2. Menafsirkan atau menentukan katagori Indeks Aktivitas Siswa sesuai
klasifikasi pada tabel
Tabel 5. Klasifikasi Indeks Aktivitas Siswa
Sumber: dimodifikasi dari Hake dalam Colleta dan Phillips (2005: 5)
I. Pengolahan Data Angket Tanggapan Siswa Terhadap Penggunaan Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Sumber Belajar dengan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Data tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan lingkungan
sekitar sekolah sebagai sumber belajar dengan model pembelajaran Inkuiri
Terbimbing dikumpulkan melalui penyebaran angket. Angket tanggapan
berisi 8 pernyataan yang terdiri dari 4 pernyataan positif dan 4 pernyataan
negatif. Pengolahan data angket dilakukan sebagai berikut:
1. Skor angket
Tabel 6. Skor per soal angket
Keterangan: SS = sangat setuju; S = setuju; TS = tidak setuju;
STS = sangat tidak setuju (dimodifikasi dari Rahayu, 2010: 29)
Kategori indeks aktivitas siswa (%)
Interprestasi
0,00 – 29,99 Sangat Rendah
30,00 – 54,99 Rendah
55,00 – 74,99 Sedang
75,00 – 89,99 Tinggi
90,00 – 100,00 Sangat Tinggi
No. Soal Skor per soal angket
3 2 1 0
1.(+) SS S TS STS
2.(+) SS S TS STS
3. (-) STS TS S SS
4.(+) SS S TS STS
5.(-) STS TS S SS
6.(-) STS TS S SS
7.(-) STS TS S SS
(46)
2. Tabel 7. Penskoran angket tanggapan siswa pada pembelajaran
menggunakan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Sumber: dimodifikasi dari Rahayu (2010: 30)
3. Menghitung persentase skor angket dengan menggunakan rumus sebagai
berikut: % 100
maks in S S XKeterangan: Xin = Persentase jawaban siswa;
S = Jumlah skor jawaban;maks
S = Skor maksimum yang diharapkan (Sudjana, 2002: 69).
4. Melakukan tabulasi data temuan pada angket berdasarkan klasifikasi
yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan
kecenderungan dari setiap jawaban berdasarkan pernyataan angket.
Tabel 8. Tabulasi data angket tanggapan siswa terhadap penggunaan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar
No. Pertanyaan Angket
Pilihan Jawaban
Nomor Responden (siswa) Ket
Frekuensi
1 2 3 4 5 6 7 8 9 dst.
1. SS S TS STS 2. SS S TS STS … dst. SS S TS STS
Sumber: dimodifikasi dari Rahayu (2010: 31)
No responden
(siswa)
Skor angket per item soal Skor
total
No. soal (1) No. soal (2) No. soal (3) No. soal (4) Dst
0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 0 1 2 3 1.
2. dst.
(47)
5. Menafsirkan persentase angket untuk mengetahui tanggapan siswa yang
pembelajarannya menggunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai
sumber belajar dengan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
Tabel 9. Tafsiran persentase jawaban
Sumber: dimodifikasi dari Hastriani (2006: 43)
Persentase (%) Kriteria
100 76-99 51-75
50 26-49
1-25 0
Semuanya Sebagian besar Pada umumnya Setengahnya Hampir setengahnya
Sebagian kecil Tidak ada
(48)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut.
1. Penggunaan media lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar
berpengaruh signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis oleh siswa
pada materi pokok ekosistem.
2. Penggunaan media lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar
berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa pada materi pokok ekosistem.
B. SARAN
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut.
1. Pembelajaran menggunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber
belajar harus mempertimbangkan efisiensi waktu yang digunakan,
sehingga pembelajaran berlangsung efektif.
2. Untuk penelitian selanjutnya, penulis menyarankan agar pembuatan soal
dalam LKK dan soal pretest dan posttest, hendaknya dapat lebih
memperhatikan indikator mengemukakan hipotesis dan menarik
kesimpulan yang masih belum meningkat secara signifikan dalam
(49)
3. Sebelum melakukan penelitian hendaknya peneliti melakukan observasi
terlebih dahulu, untuk memastikan layak atau tidak lingkungan tersebut
(50)
DAFTAR PUSTAKA
Afifudin. 2009. Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sekolah Sebagai Media
Pembelajaran Dalam Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Biologi Materi Ekosistem Di Kelas X. Google. Diakses dari:
http://begawanafif.blogspot.com/2009/02/makalah-dan-artikel_26.html pada Kamis, 16 Mei 2011 pukul 21.42.
Amri, S. dan I. K, Ahmadi. 2010. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif
dalam Kelas. PT Prestasi Pustakaraya. Jakarta.
Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Arief, S. 2009. Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Rajawali Press. Jakarta.
Arsyad, A. 2009. Media Pembelajaran. Rajawali Press. Jakarta.
BSNP. 2006. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/Model Silabus
SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Carollina, H. S. 2010. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin Pada Materi Pokok Ekosistem Terhadap Keterampilan Proses
Sain Siswa. Lampung: Universitas Lampung.
Colleta, V. P. Dan J. A, Phillips. 2005. Interpreting FCI scores: Normalized gain,
preinstruction scores, and scientific reasoning ability. Department of
Physics, Loyola Marymount University. California.
Dikti. 1983. Undang-Undang Tentang Pendidikan Tinggi. Google. Diakses dari: http://www.slideshare.net/ryezas/ruu-dikti-versi-22-februari-2012 pada Kamis, 16 Mei 2013 20.35.
Duron, R., Lumbach B., dan W, Waugh. 2006. Critical Thinking Framework for
Any Discipline. Dalam International Journal of Teaching and Learning and
Higher Education 2006, Vol. 17, Number 2, 160-166.
Eko, H. S. 2009. Lingkungan sebagai Sumber dan Media Pembelajaran. Wordpress. Diakses dari:
http://ekohs.wordpress.com/2009/09/01/lingkungan-sebagai-sumber-dan-media-pembelajaran/ pada hari kamis, 28 Februari 2013 pukul 21.00.
(51)
Gulo, W. 2005. Strategi Belajar Mengajar. Grasindo. Jakarta.
Hamalik, O. 2010. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Hanafiah, N. dan Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. PT. Refika Aditama. Bandung.
Hastriani, A. 2006. Penerapan Model Pencapaian Konsep dalam upaya
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Matematika SMP. Skripsi Jurusan
Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. Tidak diterbitkan. Bandung.
Herniza, L. 2011. Pengaruh Media Audio -Visual Melalui Model NHT Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Pada Materi Pokok Sistem
Pernapasan. Universitas Lampung. Lampung.
Johnson, E. B. 2007. Contextual Teaching & Learning. Mizan Learning Center. Bandung.
Joyce, B. dan M. Weil. 1996. Models of Teaching. Allyn and Bacon. Boston.
Khasanah, U. 2011. Pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah untuk meningkatkan keaktifan dan kemampuan kognitif anak kelompok B pada pembelajaran
sains di TK-SD Satu Atap Mergosono 2 Malang. Google. Diakses dari:
http://library.um.ac.id/ptk/index.php?mod=detail&id=50741/ pada hari kamis, 16 Mei 2013 pukul 21.42.
Khoiriyah, R. 2012. Pengaruh Penggunaan Lingkungan Sekitar Sekolah Sebagai Sumber Belajar Dengan Model Inkuiri Terbimbing Terhadap
Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Materi Pokok Ekosistem. (Skripsi).
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Kurniadi. 2010. Penggunaan Lingkungan Sekita Sekolah Sebagai Media
Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA. Malang
http//:www.wordpress.com/Belajar-SD-IPA ( 8 Juni 2010: 14.10 WIB)
Mulyasa. 2007. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan,
Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Bumi Aksara. Jakarta.
Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan
Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.
Purwanto. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Rahayu, S.P. 2010. Deskripsi Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Melalui Pendekatan Pengungkapan Nilai (Values Clarification Approach) Pada
Kelas VII MTs Guppi Natar. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar
(52)
Riyanto, Y. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. SIC. Surabaya
Rustaman, N. Y. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. UM Press. Malang.
Sardiman. 2004. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo: Media Buana Pustaka
Sardiman, A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Septina, C. H. 2010. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri
Terpimpin Pada Materi Pokok Ekosistem Terhadap Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa. Unila. Bandar Lampung.
Sudijono, A. 2007. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT RajaGrafindo. Jakarta.
Sudjana dan Rivai. 2009. Media Pembelajaran. Sinar Baru Algesindo. Bandung.
Sumiati dan Asra. 2008. Metode Pembelajaran. CV Wacana Prima. Bandung.
Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Trianto. 2009. Model Pembelajaran Terpadu. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
(53)
SILABUS
Nama Sekolah : SMP Perintis 1 Bandar Lampung
Mata Pelajaran : Biologi
Kelas : VII
Semester : 2 (Genap)
Standar Kompetensi : 7. 1 Memahami saling ketergantungan dalam ekositem
Kompetensi Dasar : 7.1 Menentukan ekosistem dan saling hubungan antara komponen ekosistem
Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Kelas Kontrol Kegiatan Pembelajaran Kelas
Eksperimen Indikator
Penilaian Alokasi
waktu Sumber/Bahan/Alat Nilai Karakter Ekosistem Satuan-satuan makhluk hidup dalam ekosistem Komponen penyusun ekosiste Saling kebergantun gan antar komponen dalam ekosistem Pola interaksi antarorganis me Mengamati gambar ekosistem Melakukan diskusi secara kelompok dan studi literatur Mempresentasika
n hasil diskusi
Membuat kesimpulan Mengamati lingkungan sekitar sekolah sebagai ekosistem Melakukan kegiatan inkuiri secara berkelompok Mempresentasikan hasil diskusi Membuat kesimpulan.
Menentukan jenis
ekosistem berdasarkan proses terbentuknya Menjelaskan komponen-komponen dalam ekosistem
Menjelaskan saling
hubungan antar komponen dalam ekosistem Jenis: Tes tertulis, Non tes Bentuk instrumen: Uraian, LKK, Lembar observasi aktivitas siswa
4X 40’ Sumber:
Yusa, Djoko Arisworo, dan Nana Sutresna.2006. IPA untuk kelas VII. Bandung. Grafindo. Kadaryanto, dkk. 2006. Biologi I. Yudhistira. Jakarta. Media: Lingkungan ekosistem sawah sekitar sekolah. Bahan: LKK tentang Ekosistem
Rasa ingin tahu Kerja keras
Tanggung jawab Jujur Disiplin Toleransi Bersahabat/kom unikatif Gemar membaca 58
(54)
Bandar Lampung, Mei 2013
Guru Mitra Peneliti
Beta Ruziyani, S.Si Silvia Prana Mahkota
NPM 0913024114
Mengetahui,
Kepala SMP Perintis 1 Bandar Lampung
Dra. Fitri Soleha
(55)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Eksperimen)
Sekolah : SMP Perintis 1 Bandar Lampung
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (Biologi) Kelas / Semester : VII / 2 (Genap)
Pertemuan ke- : 1
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : 7. Memahami Saling Ketergantungan dalam ekosistem
Kompetensi Dasar : 7.1 menentukan ekosistem dan saling hubungan antar
komponen ekosistem.
Indikator : 1) Kognitif
a. Produk:
Menentukan jenis ekosistem berdasarkan proses terbentuknya
Menjelaskan komponen-komponen dalam ekosistem
b. Proses:
Melakukan proses berpikir kritis:
1. Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan memungkinan jawaban
2. Mengemukakan hipotesis
3. Memberikan penjelasan sederhana 4. Menyebutkan contoh
5. Menarik kesimpulan dari hasil menyelidiki
2) Afektif
a. Mengembangkan nilai karakter, meliputi: tetap menjaga kelestarian lingkungan yang ada, rasa ingin tahu terhadap lingkungan, kerja keras menggali informasi yang ada di lingkungan, tanggung jawab, jujur, disiplin, toleransi, bersahabat/komunikatif, gemar membaca.
b. Meningkatkankan keterampilan sosial, meliputi: peduli lingkuungan, bertukar informasi, mengemukakan ide/gagasan yang di dapatkan dari lingkungan, mempresentasikan hasil diskusi, dan bertanya.
(56)
A. Tujuan Pembelajaran 1) Kognitif
a. Produk
Setelah selesai melakukan proses inkuiri terpimpin dan studi literatur, siswa mampu:
Menentukan jenis ekosistem berdasarkan proses terbentuknya
Membedakan pengertian individu, populasi, komunitas dengan benar
Memberi contoh individu, populasi, komunitas secara teliti dan bertanggungjawab
Menyebutkan contoh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan benda mati
Menjelaskan hubungan timbal balik antara komponen biotik abiotik penyusun ekosistem
b. Proses
Setelah selesai melakukan proses inkuiri dan studi literatur, siswa mampu melakukan keterampilan berpikir kritis:
1. Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria satuan makhluk hidup dalam ekosistem
2. Mengemukakan hipotesis kemungkinan komponen penyusun ekosistem 3. Memberikan penjelasan sederhana contoh individu, populasi, dan
komunitas
4. Menyebutkan contoh komponen penyusun ekosistem
5. Menarik kesimpulan mengenai komponen biotik dan abiotik penyusun ekosistem
2) Afektif
a. Mengembangkan nilai karakter, meliputi: tetap menjaga kelestarian lingkungan yang ada, rasa ingin tahu terhadap lingkungan, kerja keras menggali informasi yang ada di lingkungan, tanggung jawab, jujur, disiplin, toleransi, bersahabat/komunikatif, gemar membaca.
b. Meningkatkankan keterampilan sosial, meliputi: peduli lingkuungan, bertukar informasi, mengemukakan ide/gagasan yang di dapatkan dari lingkungan, mempresentasikan hasil diskusi, dan bertanya.
B. Materi Pembelajaran
Ekosistem
o Satuan-satuan makhluk hidup dalam ekosistem o Komponen penyusun ekosistem
(57)
C. Metode Pembelajaran
Model Inkuiri Terpimpin dan Studi Literatur
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke-1
Skenario Pembelajaran Sintaks Inkuiri
Terpimpin
Indikator Berpikir Kritis
Waktu (menit)
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Kegiatan Pendahuluan
Memastikan setiap siswa sudah duduk dengan rapih dan siap untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Tes awal (pretes) dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya selama 20 menit.
Guru membacakan Standar Kompetensi (SK),
Kompetensi Dasar (KD), dan indikator serta tujuan pembelajaran
Guru menggali
pengetahuan awal siswa (apersepsi) dengan memberikan pertanyaan
(Pertemuan I) : “Pada pertemuan sebelumnya kalian telah membahas mengenai keragaman pada sistem organisasi
kehidupan mulai dari tingkat sel sampai organisme. Keragaman organisme yang berada dalam satu tempat yang sama, memungkinan adanya saling ketergantungan antar organisme dan bisa membentuk suatu ekosistem, untuk mengetahui saling ketergantungan antar organisme tersebut maka hari ini kita akan
Mengkondisikan dan mempersiapkan diri untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru. Memperhatikan penjelasan guru dan menanggapi/menja wab pertanyaan yang diajukan 10
(58)
membahas lebih dalam lagi
mengenai ekosistem“.
Guru memberikan motivasi dengan cara mengajukan pertanyaan:
(Pertemuan I) : ”dengan mempelajari materi ekosistem, kita dapat mengetahui bahwa setiap komponen dalam
ekosistem saling memiliki ketergantungan, dengan ilmu yang telah kita pelajari tersebut, maka kita akan senantiasa menjaga kelestarian tiap komponen ekosistem yang ada di sekitar kita”. Memberikan pengarahan sebelum melaksanakan pengamatan, misalnya menyampaikan mengenai pembelajaran inkuiri, keterampilan sosial, dan karakter yang harus dicapai serta aturan-aturan pembelajaran inkuiri yang akan dilaksanakan.
memperhatikan penjelasan guru dengan rasa ingin tahu.
Memperhatikan penjelasan guru
Kegiatan Inti a. Eksplorasi
Memastikan setiap siswa sudah duduk dalam kelompok yang sudah ditentukan, setiap kelompok terdiri dari 5 orang (pembagian kelompok dilakukan pada hari sebelumnya), yang terdiri dari 7 kelompok heterogen berdasarkan nilai akademik siswa semester ganjil dan jenis kelamin.
Membagikan LKK pertemuan pertama kepada setiap kelompok. Memberikan pengarahan kepada siswa. Mengkondisikan dan mempersiapkan diri secara disiplin untuk
mengerjakan LKK.
Menerima LKK dengan tertib dan toleransi.
Mendengarkan pengarahan guru.
(59)
Guru membimbing siswa bersama kelompok berdiskusi menentukan hipotesis yang disetujui oleh kelompok masing-masing, kemudian guru mengarahkan siswa untuk pergi ke sawah dengan tertib, lalu melakukan pengamatan terhadap komponen-komponen ekosistem lingkungan sekitar sekolah (sawah).
Membimbing siswa mengobservasi komponen-komponen ekosistem yang ada di sawah.
Guru meminta siswa mencari informasi yang dibutuhkan, misalnya membandingkan apa yang mereka temui dari hasil pengamatan dengan sumber-sumber yang ada dan fakta yang telah terkumpul.
Guru meminta siswa menggunakan data yang terkumpul untuk merumuskan jawaban terhadap pertanyaan pokok melalui pengamatan terhadap ekosistem lingkungan sekitar sesuai yang mereka dapat.
Guru berkeliling untuk membimbing siswa dalam menemukan jawaban dari permasalahan yang ada dalam LKK dan meminta siswa menyimpulkan dari LKK tersebut.
b. Elaborasi
Guru meminta siswa mengumpulkan LKK yang telah dikerjakan. Mengarahkan siswa Tiap kelompok berdiskusi untuk menuliskan hipotesis mereka, kemudian siswa memastikan bahwa kelompoknya telah siap untuk melakukan observasi untuk mengumpulkan data. Mengobservasi komponen-komponen ekosistem yang ada di sawah. siswa melakukan studi literatur dan menguji hipotesis Siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk menganalisis data yang diperoleh. Siswa mendengarkan penjelasan guru dan menuliskan kesimpulan pada LKK.
Setiap kelompok mengumpulkan LKK yang telah dikerjakan pada guru Siswa memerhatikan Mengajukan pertanyaan Mengembangkan hipotesis Mengumpulkan data Menguji hipotesis dengan data/menganalisis data Menyimpulkan Presentasi Mengemukakan hipotesis mengidentifikasi Menyebutkan contoh memberikan penjelasan sederhana Menarik Kesimpulan
(60)
mempersiapkan hasil diskusinya untuk dipresentasikan di depan siswa lainnya.
Guru memilih perwakilan dari masing – masing kelompok dan memberikan LKK yang telah
dikumpulkan kepada kelompok yang akan presentasi untuk maju mempresentasikan hasil penemuannya secara bergantian, setiap kelompok melakukan presentasi hasil diskusi mereka, dan kelompok yang lain dapat
memberikan tanggapan.
c. Konfirmasi
Memberikan konfirmasi serta memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami. Meminta siswa mengumpulkan LKK.. pengarahan dengan seksama. Kelompok yang akan mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas secara bergantian dan menerima LKK .
Kegiatan Penutup
Membimbing siswa menuliskan
simpulan/rangkuman materi yang telah dipelajari.
Guru memberikan refleksi terhadap kegiatan
pembelajaran yang sudah dilaksanakan. Guru menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. Menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Memperhatikan penjelasan guru. Memperhatikan penjelasan guru. Menyimpulkan 10
(61)
E. Sumber/Alat/Bahan Belajar Sumber:
1. Kadaryanto, dkk. 2006. Biologi I. Yudhistira. Jakarta
2. Yusa, Djoko Arisworo, dan Nana Sutresna.2006. IPA untuk kelas VII. Bandung. Grafindo.
Bahan:
- LKK berbasis keterampilan berpikir kritistentang Ekosistem
F. Penilaian
Jenis: Bentuk:
1) Tes tertulis - Uraian
2) Nontes - LKK
- Lembar observasi aktivitas siswa
Bandar Lampung, April 2013
Guru Mitra Mahasiswa/Peneliti
Beta Ruziyani, S. Si Silvia Prana Mahkota
NPM 0913024114
Mengetahui,
Kepala SMP Perintis 1 Bandar Lampung
(62)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Kelas Eksperimen)
Sekolah : SMP Perintis 1 Bandar Lampung
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (Biologi) Kelas / Semester : VII / 2 (Genap)
Pertemuan ke- : 2
Alokasi Waktu : 2 x 40 menit
Standar Kompetensi : 7. Memahami Saling Ketergantungan dalam ekosistem
Kompetensi Dasar : 7.1 menentukan ekosistem dan saling hubungan antar
komponen ekosistem.
Indikator : 1) Kognitif
a. Produk:
1. Menjelaskan saling hubungan antar komponen dalam ekosistem
b. Proses:
Melakukan proses berpikir kritis:
1. Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan memungkinan jawaban
2. Mengemukakan hipotesis
3. Memberikan penjelasan sederhana 4. Menyebutkan contoh
5. Menarik kesimpulan dari hasil menyelidiki
2) Afektif
a. Mengembangkan nilai karakter, meliputi: tetap menjaga kelestarian lingkungan yang ada, rasa ingin tahu terhadap lingkungan, kerja keras menggali informasi yang ada di lingkungan, tanggung jawab, jujur, disiplin, toleransi, bersahabat/komunikatif, gemar membaca.
b. Meningkatkankan keterampilan sosial, meliputi: peduli lingkungan, bertukar informasi, mengemukakan ide/gagasan yang di dapatkan dari lingkungan, mempresentasikan hasil diskusi, dan bertanya.
(63)
B. Tujuan Pembelajaran 1) Kognitif
a. Produk
Setelah selesai melakukan proses inkuiri terpimpin dan studi literatur, siswa mampu:
1. Membuat contoh bagan rantai makanan dan jaring-jaring makanan 2. Menyebutkan contoh pola interaksi antarorganisme
3. Menggolongkan pola interaksi antarorganisme 4. Mendefinisikan pola interaksi antarorganisme
b. Proses
Setelah selesai melakukan proses inkuiri dan studi literatur, siswa mampu melakukan keterampilan berpikir kritis:
1. Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria mengenai saling hubungan antar komponen
2. Mengemukakan hipotesis kemungkinan rantai makanan dan jaring-jaring makanan yang mungkin terjadi
3. Memberikan penjelasan sederhana mengenai pola interaksi antarorganisme
4. Menyebutkan contoh pola interaksi antarorganisme
5. Menarik kesimpulan mengenai saling hubungan antar komponen ekosistem
2) Afektif
a. Setelah selesai melakukan diskusi dan studi literatur, siswa mampu mengembangkan nilai karakter, meliputi: rasa ingin tahu, kerja keras, tanggung jawab, jujur, disiplin, toleransi, bersahabat/komunikatif, gemar membaca.
b. Setelah selesai melakukan diskusi dan studi literatur, siswa mampu meningkatkankan keterampilan sosial, meliputi: bertukar informasi, mengemukakan ide/gagasan, mempresentasikan hasil diskusi, dan bertanya.
B. Materi Pembelajaran
Ekosistem
o Saling kebergantungan antar komponen dalam ekosistem o Pola interaksi antarorganisme
C. Metode Pembelajaran
(64)
D. Langkah-Langkah Pembelajaran
Skenario Pembelajaran Sintaks Inkuiri
Terpimpin
Indikator Berpikir Kritis
Waktu (menit)
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Kegiatan Pendahuluan
Memastikan setiap siswa sudah duduk dengan rapih dan siap untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Tes awal (pretes) dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya selama 20 menit.
Guru membacakan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator serta tujuan pembelajaran
Guru menggali pengetahuan awal siswa (apersepsi) dengan memberikan pertanyaan (Pertemuan II) : “Pada pertemuan sebelumnya kita telah mempelajari tentang komponen ekosistem, peran dan interaksinya. Setelah pengamatan yang kalian lakukan kemarin, apakah ada interaksi antar organisme yang kalian temukan? Jika ada bagaimana pengaruhnya dan
sebaliknya jika tidak ada?”
Guru memberikan motivasi dengan cara mengajukan pertanyaan: (Pertemuan II) :
”Hari ini kita akan mempelajari tentang rantai makanan dan jaring-jaring makanan, dengan mempelajari materi hari ini kalian akan dapat mengetahui rantai makanan dan jaring-jaring makanan yang mungkin terjadi pada ekosistem sawah dan kalian dapat memberikan contoh-contoh jaring-jaring makanan yang mungkin akan
terbentuk disana”. Memberikan pengarahan sebelum melaksanakan pengamatan, menyampaikan mengenai pembelajaran
Mengkondisikan dan mempersiapkan diri untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran
Siswa mendengarkan penjelasan dari guru
Memperhatikan penjelasan guru dan menanggapi/menjawa b pertanyaan yang diajukan.
Memperhatikan penjelasan guru dengan rasa ingin tahu
memperhatikan penjelasan guru
(65)
inkuiri, keterampilan sosial, dan karakter yang harus dicapai serta aturan-aturan pembelajaran inkuiri yang akan dilaksanakan.
Kegiatan Inti d. Eksplorasi
Memastikan setiap siswa sudah duduk dalam kelompok yang sudah ditentukan, setiap kelompok terdiri dari 5 orang (pembagian kelompok dilakukan pada hari
sebelumnya), yang terdiri dari 7 kelompok heterogen berdasarkan nilai akademik siswa semester ganjil dan jenis kelamin.
Membagikan LKK pertemuan kedua kepada setiap
kelompok.
Memberikan pengarahan kepada siswa.
Guru membimbing siswa bersama kelompok berdiskusi menentukan hipotesis yang disetujui oleh kelompok masing-masing, lalu melakukan pengamatan terhadap rantai makanan dan jaring-jaring makanan yang mungkin terjadi pada ekosistem lingkungan sekitar sekolah (sawah).
Membimbing siswa mengobservasi rantai makanan dan jaring-jaring makanan yang ada di sawah.
Guru meminta siswa mencari iinformasi yang dibutuhkan, misalnya membandingkan apa yang mereka temui dari hasil pengamatan dengan sumber-sumber yang ada dan fakta yang telah terkumpul
Mengkondisikan dan mempersiapkan diri secara disiplin untuk mengerjakan LKK.
Menerima LKK dengan tertib dan toleransi. Mendengarkan pengarahan guru. Tiap kelompok berdiskusi untuk menuliskan hipotesis mereka, kemudian siswa memastikan bahwa kelompoknya telah siap untuk melakukan observasi untuk mengumpulkan data.
Mengobservasi rantai makanan dan jaring-jaring makanan yang ada di sawah.
siswa melakukan studi literatur dan menguji hipotesis Mengajukan pertanyaan Mengembangkan hipotesis Mengumpulkan data Menguji hipotesis dengan data/menganalisis data Mengemukakan hipotesis Mengidentifikasi Menyebutkan contoh memberikan penjelasan sederhana 60
(66)
Guru meminta siswa menggunakan data yang terkumpul untuk merumuskan jawaban terhadap pertanyaan pokok melalui pengamatan terhadap ekosistem lingkungan sekitar sesuai yang mereka dapat. Guru berkeliling untuk membimbing siswa dalam menemukan jawaban dari permasalahan yang ada dalam LKK dan meminta siswa menyimpulkan dari LKK tersebut.
e. Elaborasi
Guru meminta siswa mengumpulkan LKK yang telah dikerjakan.
Mengarahkan siswa mempersiapkan hasil diskusinya untuk dipresentasikan di depan siswa lainnya.
Guru memilih perwakilan dari
masing – masing kelompok
dan memberikan LKK yang telah dikumpulkan kepada kelompok yang akan presentasi untuk maju mempresentasikan hasil penemuannya secara bergantian, setiap kelompok melakukan presentasi hasil diskusi mereka, dan kelompok yang lain dapat memberikan tanggapan.
f. Konfirmasi
Memberikan konfirmasi serta memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan hal-hal yang belum dipahami.
Meminta siswa mengumpulkan LKK.
Siswa berdiskusi dalam kelompoknya untuk menganalisis data yang diperoleh.
Siswa mendengarkan penjelasan guru dan menuliskan kesimpulan pada LKK.
Setiap kelompok mengumpulkan LKK yang telah dikerjakan pada guru.
Siswa memerhatikan pengarahan dengan seksama.
Kelompok yang akan mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas secara bergantian dan menerima LKK .
Siswa mengumpulkan LKK dengan tertib
Menyimpulkan
Presentasi
Menarik Kesimpulan
(67)
E. Sumber/Alat/Bahan Belajar Sumber:
3. Kadaryanto, dkk. 2006. Biologi I. Yudhistira. Jakarta
4. Yusa, Djoko Arisworo, dan Nana Sutresna.2006. IPA untuk kelas VII. Bandung. Grafindo.
Bahan:
- LKK berbasis keterampilan berpikir kritistentang Ekosistem
F. Penilaian
Jenis: Bentuk:
a. Tes tertulis - Uraian
b. Nontes - LKK
- Lembar observasi aktivitas siswa
Kegiatan Penutup
Membimbing siswa menuliskan
simpulan/rangkuman materi yang telah dipelajari. Guru memberikan refleksi terhadap kegiatan
pembelajaran yang sudah dilaksanakan.
guru mengumumkan bahwa minggu depan akan diadakan postest
Menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
Memperhatikan penjelasan guru.
siswa mendengarkan penjelasan guru.
Menyimpulkan
(68)
Bandar Lampung, Mei 2013
Guru Mitra Mahasiswa/Peneliti
Beta Ruziyani, S. Si Silvia Prana Mahkota
NPM 0913024114
Mengetahui,
Kepala SMP Perintis 1 Bandar Lampung
(1)
154
GAMBAR 18. Siswa mempresentasikan LKK
(2)
155
(3)
(4)
(5)
(6)