kepandaian berbicara, „pernyataan yang dilebih-lebihkan‟ dhalang harus mampu menggambarkan semua keindahan yang dicipta dengan kata-kata
yang penuh perasaan yang mempertingginya di atas realitas melulu, serta dengan satu cara yang cocok bagi pewayangan. Kemahiran-kemahiran lain
yang esensial bagi dhalang, terutama teknik dalam seni pewayangan antara lain antawecana, sabetan atau teknik menggerakkan wayang Purwadi,
2007 : 35.
B. Kerangka Berfikir
Wayang wong merupakan drama tari berdialog yang berkembang di Indonesia. Beberapa daerah mempunyai ciri khas masing-masing tergantung dari
kebudayaan daerah tersebut, salah satunya daerah Jawa Tengah. Pada daerah yang mayoritas masyarakatnya menggunakan bahasa Jawa itu, terdapat sebuah
paguyuban wayang wong yang bernama Paguyuban Parikesit. Paguyuban tersebut terletak di Desa Brajan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten.
Wayang wong memiliki kelebihan di dalamnya mengandung ajaran- ajaran dan tidak hanya sebagai tontonan, tetapi juga dijadikan sebagai tuntunan.
Wayang wong memiliki beberapa unsur pokok antara lain : gerak, busana, gendhing, panggung, dan antawecana. Antawecana adalah dialog antar tokoh
dalam wayang wong. Dialog yang dimaksud merupakan percakapan antar tokoh dalam wayang wong yang menggunakan Bahasa Jawa.
Peran penting antawecana dalam sebuah pertunjukan wayang wong yaitu untuk menyampaikan misi dan nilai-nilai kehidupan yang tidak hanya sebagai
tontonan tetapi juga sebagai tuntunan. Hal-hal inilah yang membuat penonton
tertarik untuk menyaksikan pertunjukan wayang wong. Melihat begitu pentingnya antawecana dalam wayang wong menjadikan antawecana perlu
mendapatkan perhatian khusus agar pertunjukan wayang wong lebih diminati para generasi muda.
C. Hasil Penelitian yang Relevan
Sejauh pengetahuan penulis, belum ada penelitian yang membahas tentang antawecana dalam wayang wong. Ada penelitian tentang peran
Wayang Wong dalam sebuah upacara adat di Magelang oleh Dwi Wahyudiarto dalam penelitiannya dengan judul
“Wayang Wong Lakon Lumbung Tugu Mas Dalam Upacara Suran di Desa Tutup Ngisor, Kabupaten
Magelang. ” Penelitian tersebut mendeskripsikan tentang upacara adat Suran
yang menggunakan salah satu lakon wayang wong. Relevansi dengan penelitian ini adalah adanya pembahasan antawecana dalam penelitian
tersebut.
16
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang penulis kaji, yaitu tentang antawecana wayang wong dalam lakon Gatutkaca Wisudha di Paguyuban
Parikesit Klaten, Jawa Tengah, maka penelitian ini menggunakan metode kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan pendekatan naturalistik untuk mencari dan menemukan pengertian atau pemahaman
tentang fenomena dalam suatu latar yang berkonteks khusus. Menurut Moleong 2004 : 6,
“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata, bahasa, dan gambar pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.
Dlenzim dan Lincoln Moleong, 2004: 5, menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar belakang alamiah, dengan
maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Pada pendekatan ini peneliti membuat
suatu gambaran kompleks tentang objek yang dikaji. Menurut Sugiyono 2008 : 205,
“Masalah dalam penelitian kualitatif bersifat sementara, tentatif dan akan berkembang atau berganti setelah peneliti berada di
lapangan”.