27
Dari pohon masalah diatas dapat dijelaskan bahwa dari hasil belajar ulangan harian siswa yang tidak tuntas atau belum memenuhi kriteria nilai
KKM, siswa kurang antusias mengikuti pembelajaran, kegiatan kelompok yang tidak berjalan menyebabkan kualitas pembelajaran rendah.
Dalam belajar tuntas mastery learning, tolok ukur yang digunakan pada pencapaian hasil belajar dengan pendekatan tersebut adalah tingkat
kemampuan siswa per orang, bukan per kelas. Dengan demikian, siswa yang memiliki tingkat kecerdasan atau penguasaan pengetahuan dan keterampilan
di atas rata-rata kelas, siswa yang bersangkutan berhak memperoleh pengayaan materi atau melanjutkan ke unit kompetensi selanjutnya,
sebaliknya apabila siswa tersebut belum mampu mencapai standar kompetensi yang diharapkan maka siswa tersebut harus mengikuti program perbaikan
remedial materi. Tujuan proses belajar-mengajar secara ideal adalah agar
bahan yang dipelajari dikuasai sepenuhnya oleh murid, ini disebut mastery learning atau belajar tuntas, artinya penguasaan penuh.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang diajukan dalam penelitian ini, dapat diajukan hipotesis bahwa belajar tuntas mastery
learning dapat meningkatan kualitas pembelajaran siswa kelas XI SMKN 1 Seyegan.
28
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian classroom action research. Classroom action research atau penelitian tindakan kelas merupakan salah satu
bentuk rancangan penelitian dalam lingkup ruang kelas, dimana dalam penelitian tindakan peneliti mendeskripsikan, menginterprentasi dan menjelaskan suatu
situasi sosial pada waktu yang bersamaan dengan melakukan perubahan atau intervensi dengan tujuan perbaikan atau partisipasi.
Pada dasarnya penelitian tindakan kelas PTK mempunyai karakteristik yaitu: 1 bersifat situasional, artinya mencoba mendiagnosis masalah dalam
konteks tertentu, dan berupaya menyelesaikannya dalam konteks itu; 2 adanya kolaborasi-partisipatoris; 3 self – evaluative, yaitu modifikasi-modifikasi yang
dilakukan secara kontinyu – dievaluasi dalam situasi yang terus berjalan secara siklus, dengan tujuan adanya peningkatan dalam praktek nyatanya.
Penelitian yang dilakukan berbentuk siklus dengan mengacu pada model spiral Kemmis Taggart menurut Suharsimi Arikunto 2007-16 menyatakan
bahwa terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu 1 perencanaan, 2 pelaksanaan, 3 pengamatan, 4 refleksi, dengan model sebagai berikut :