DIGITAL DIVIDE DAN PENGARUHNYA PADA ICT LITERACY GURU SMA SWASTA DI KOTA BANDAR LAMPUNG

DIGITAL DIVIDE DAN PENGARUHNYA PADA ICT LITERACY
GURU SMA SWASTA DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh
Firman Luqmanulhakim

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA ILMU KOMUNIKASI
Pada
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan IlmuPolitik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014

ABSTRAK

DIGITAL DIVIDE DAN PENGARUHNYA PADA ICT LITERACY GURU

SMA SWASTA DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang sangat pesat
menyebabkan keunggulan komputer tidak hanya terbatas pada kemampuan
mengolah data namun digunakan juga sebagai salah satu alternatif media
pembelajaran. Digital divide adalah kesenjangan antara kelompok-kelompok,
dalam hal akses, penggunaan, atau pengetahuan tentang teknologi informasi dan
komunikasi (TIK).
Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan dan mengungkapkan perbedaan ICT
Literacy guru yang disebabkan digital divide sekolah, SMA Al-Kautsar, SMA
Pangudi Luhur dan SMA Tunas Harapan di Kota Bandar Lampung. Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan populasi sebanyak 45
SMA swasta se-kota Bandar Lampung, adapun sampel dipilih tiga SMA swasta
yang mewakili kualitas dalam fasilitas laboratorium komputer dan koneksitas
internetnya. Sebagai responden dari sampel sekolah yang terpilih terdiri dari 84
orang guru. Aspek-aspek yang diukur dalam penelitian ini, yaitu ICT Literacy
yang meliputi dimensi pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Adapun teknik
pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner. Data yang terkumpul
kemudian dianalisis dengan teknik tabulasi silang dan persentase.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan ICT literacy yang disebabkan

digital divide sekolah pada dimensi keterampilan TIK, yaitu guru SMA AlKautsar 36,51%, SMA Pangudi Luhur 29,16%, dan SMA Tunas Harapan
29,41%. Sedangkan untuk dimensi pengetahuan TIK guru dan sikap terhadap
TIK tidak menunjukkan perbedaan. Dengan demikian kesenjangan digital hanya
berpengaruh pada dimensi keterampilan TIK guru.
Kata Kunci : Digital Divide, ICT Literacy, Guru SMA

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pada saat ini perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah
menyentuh di segala aspek kehidupan manusia. Mulai dari dunia bisnis sampai
dunia

pendidikan

sangat

dirasakan

kebermanfaatannya.


perkembangan tersebut, maka teknologi

Sejalan

dengan

komputer sangat pesat, sehingga

keunggulan komputer tidak hanya terbatas pada kemampuan mengolah data dan
pengolah kata tetapi lebih dari itu komputer dapat menunjang berbagai proses
pengambilan keputusan. Melalui komputer dapat dijalankan berbagai informasi
yang berbasiskan komputer, sehingga data dan kata yang masuk akan diolah
secara tepat, akurat, mudah dalam mengaksesnya.

Selain sarana untuk menyajikan informasi, data, dan kata, komputer dapat juga
dimanfaatkan di berbagai bidang termasuk bidang pendidikan. Pemanfaatan
komputer sudah berkembang tidak hanya sebagai alat yang dipergunakan untuk
membantu urusan keadministrasian pendidikan atau pembelajaran saja, melainkan
juga sangat dimungkinkan untuk digunakan sebagai salah satu alternatif yang

digunakan sebagai media pembelajaran.

Berdasarkan laporan UNDP (United Nations Development Program) pada tahun
2012 bahwa indeks pembangunan manusia (IPM) untuk zona ASEAN, Indonesia

2

berada di peringkat 124 dari 187 negara. Secara rinci untuk bidang pendidikan
Indonesia berada di peringkat 119. Di ASEAN Indonesia berada di peringkat 6
dari 11 negara masih berada di bawah lima negara ASEAN lainnya, yaitu
Singapura, Brunei, Malaysia, Thailand, dan Filipina. (Schwab, 2012) Dalam
rangka mengejar ketertinggalan tersebut dan meningkatkan daya saing bangsa,
kementerian

pendidikan

nasional

(Kemendiknas)


telah

memprogramkan

implementasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam sistem
pendidikan. TIK selain menjadi materi yang harus diajarkan pada semua mata
pelajaran di sekolah, juga sebagai wahana transformasi pendidikan modern
dengan mengintegrasikan TIK pada semua mata pelajaran dan sistem sekolah.
Komputer, internet, printer, LCD, Telepon, TV dan teknologi manajemen
informasi lainnya adalah manajemen sarana dan pembelajaran yang harus
disediakan. Di sisi lain sumber daya manusia (SDM) seperti guru, staf
administrasi, tenaga teknik harus terampil TIK dan mempunyai persepsi positif
untuk bekerja dalam budaya baru, yaitu budaya pendidikan modern berbasis TIK.

Namun dalam faktanya, sebagian besar sekolah belum terkoneksi ke Internet. Hal
tersebut dikemukakan Sekretaris Jenderal Depdiknas Doddy Nandika dalam
jumpa pers menjelang "International Symposium on Open, Distance, and ELearning” (ISODEL) 2009,

baru 6% dari populasi sekolah yang berjumlah


300.000 yang terkoneksi ke internet. Bahkan koneksi ke internet yang diprakarsai
oleh Kementrian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan dalam program Schoolnet
pada tahun 2011 baru merancang 16.678 sekolah yang terlibat atau baru 7,2% dari
total sekolah di Indonesia. Sementara sarana laboratorium komputer sebagai

3

sarana membangun kompetensi TIK juga faktanya sama saja.

Hasil studi

Nurhaida dkk (2009) juga menemukan bahwa 43% SMA yang ada di Kota Bandar
Lampung yang nota bene adalah ibu kota propinsi banyak tidak memiliki
laboratorium komputer yang memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Banyak sekolah, utamanya SMA swasta memiliki komputer kurang dari 10 unit,
padahal siswa yang harus dilayani lebih dari 40 siswa. Demikian juga sekolah
SMA negeri, yang mempunyai sumber finansial yang sama namun faktanya
keadaan laboratorium dan implementasi TIK dalam sistim sekolahnya sangat
beragam. Padahal dalam program Percepatan pelaksanaan Prioritas Pembangunan
Nasional Tahun 2010 (Inpres No.1 Tahun 2010) targetnya 40% SMA dan 20%

SMP menerapkan sistem sekolah berbasis TIK. (Yusuf, 2012)

Tuntutan guru yang lebih profesional pada abad ICT mengharuskan seorang guru
untuk memiliki keterampilan menggunakan internet (internet literacy). Kemajuan
teknologi yang sangat pesat mengharuskan seorang guru untuk selalu dapat
mengikutinya. Guru yang profesional menurut Undang-undang sisdiknas memiliki
4 kompetensi, yaitu kompetensi paedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian.
Kompetensi paedagogik menuntut guru mampu mengembangkan perangkat
pembelajaran yang meliputi media pembelajaran dan sumber pembelajaran yang
inovatif dan interaktif.

Kesenjangan digital dapat mengacu pada kesenjangan antara individu dan sekolah
yang berbeda pada tingkat wilayah. Digital Divide atau kesenjangan digital adalah

4

kesenjangan antara kelompok-kelompok, dalam hal akses, penggunaan, atau
pengetahuan tentang teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

Sekolah swasta juga disebut sebagai sekolah independen, tidak dikelola oleh

pemerintah daerah atau pemerintah pusat. Biasanya sekolah swasta dikelola oleh
masyarakat dalam bentuk yayasan. Mereka memperoleh hak untuk menyeleksi
siswa dan didanai seluruhnya atau sebagian dengan membebankan biaya sekolah
kepada siswa, daripada bergantung dana pemerintah. Siswa dapat memperoleh
beasiswa masuk sekolah swasta yang menjadikan biaya sekolah lebih mudah
tergantung bakat siswa, misalnya beasiswa olahraga, beasiwa seni, beasiswa
akademik, dll. (Wikipedia, 2013)

Tentu saja kemampuan sekolah swasta dalam menyediakan sarana prasarana antar
sekolah swasta dan sekolah lainnya akan sangat berbeda yang tergantung pada
kemampuan finansial masing-masing yayasan yang mengelolanya padahal tujuan
pendidikan masing masing sekolah sama saja. Ada sekolah SMA Swasta yang
mempunyai Laboratorium komputer dan koneksitas ke internet laboratorium
komputer saja atau bahkan tidak memiliki keduanya. Keadaan yang disebut
kesenjangan digital ini (digital divide) diduga akan mempengaruhi keterampilan
di bidang TIK atau ICT Literacy yang didalamnya ada internet literacy maka
perlu diketahui bagaimana kesenjangan digital sekolah di SMA Swasta di Bandar
Lampung. Apakah kesenjangan digital ini mempengaruhi ICT Literacynya.

5


Kota Bandar Lampung memiliki 45 SMA Swasta yang berbeda kemampuan
dalam mengelola laboratorium komputer dan mengoneksi ke internet. Apakah
faktor ini dapat mempengaruhi ICT Literacy seorang guru di sekolah tersebut?

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang pengaruh Digital Divide terhadap ICT Literacy Guru, maka permasalahan
yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah ICT Literacy guru pada SMA Swasta di Kota Bandar Lampung?
2. Apakah ada perbedaan ICT Literacy guru pada sekolah SMA Swasta yang
senjang secara digital?

C. Tujuan Penelitian
1. Menggambarkan ICT Literacy guru SMA Swasta di Kota Bandar Lampung
2.Mengungkapkan perbedaan ICT Literacy guru yang disebabkan Digital Divide
sekolah
D. Kegunaan Penelitian
Secara teoritis temuan penelitian ini bermanfaat dalam pengembangan ilmu

komunikasi di bidang komunikasi inovasi khususnya dalam hal inovasi di bidang
teknologi komunikasi dan informasi. Secara praktis temuan penelitian ini
diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemegang kebijakan dalam rangka
mentransformasi pendidikan modern melalui e-education, yaitu Kementrian
Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan Provinsi dan khususnya Dinas
Pendidikan Kota Bandar Lampung.

DAFTAR PUSTAKA
Adminsidiknas. (2012, Maret 26). Dipetik Januari 20, 2013, dari
www.kemdikbud.go.id: http://www.kemdikbud.go.id/kemdikbud/guru
Arifin, Anwar. 1998. Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Balikpapan, F. S. (2009, Juli 26). Dipetik April 16, 2013, dari
www.kesenjangandigitalbppn.blogspot.com:
http://kesenjangandigitalbppn.blogspot.com/
Cangara, Hafied. 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
Chaeruman, U. A. (2008, Januari 31) Dipetik Maret 15, 2013, dari
www.teknologipendidikan.net:
www.teknologipendidikan.net/wp.../speech-of-menkominfover04.pdf

Daeng, M. F. (2009, Desember 8). Dipetik Maret 13, 2013, dari www.oase.
kompas.com: http://oase.kompas.com/read/2009/12/08/ 20103641/18.000.
Sekolah.Telah.Tersambung.Jardiknas
Devianita, S. (2011, Oktober 10). Dipetik Januari 20, 2012, dari
www.suchideppyanita.blogspot.com:
http://suchideppyanita.blogspot.com/2011/10/pengertian-pengaruh.html
Digital Transformation A Framework for ICT Literacy. (2007). Dipetik Maret 15,
2013, dari
www.ets.org/Media/Tests/Information_and...Literacy/ictreport.pdf
Febrian, Jack. 2005. Menggunakan Internet. Jakarta: Informatika
Firmanto, A. (2012, November 20). Dipetik Januari 19, 2013, dari
www.kelompokbelajaretika.blogspot.com:
http://kelompokbelajaretika.blogspot.com/2012/11/cyber-crime-andcyber-space.html
Iqbal, Hasan. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya,
Jakarta: Ghalia Indonesia

Islamuddin. (2008, Juni 15). Dipetik Januari 15, 2013, dari www.slideshare.net:
http://www.slideshare.net/Islamuddin/pemanfaatan-teknologi-informasidan-komunikasi-untuk-meningkatkan-mutu-pembelajaran251878

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2001. Jakarta: Balai Pustaka.
Katz, I. R. (2007, September). Testing Information Literacy in Digital
Environments. Dipetik Maret 20, 2013, dari www.ala.org:
www.ala.org/lita/ital/files/26/3/katz.pdf
Katz, I. R., & Macklin, A. S. (2006). Information and communication technology
(ICT) literacy: integration and assessment in higher education. In
proceedings of the 4th International Conference on Education and
Information Systems, Technologies, and Applications,. Caracas,
Venezuela: International Institute of Informatics and Systemics.
MKKS SMA Kota Bandar Lampung. 2013. Data SMA Swasta Kota Bandar
Lampung, Bandar Lampung: Dinas Pendidikan
Mortimer, J. H. (2008, September). Dipetik April 15, 2013, dari
www.dera.ioe.ac.uk:
dera.ioe.ac.uk/1661/1/becta_2008_lasurvey_report.pdf
Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia
Pernia, E.E. (2008). Strategy Framework for Promoting ICT Literacy. Bangkok:
UNESCO Bangkok. Retrieved April 16 April 2013.
Rakhmat, Jalaluddin. 1999. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
_________________.2004. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Riduwan. 2006. Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Cetakan 4, Bandung:
Alfabeta
Rosidin, Undang. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandar Lampung:
CV. Aura
Rye. (2012, 12). Dipetik Maret 20, 2013, dari www.blog-rye.blogspot.com:
http://blog-rye.blogspot.com/2012/12/sejarah-internet.html
Schwab, P. K. (2011). The Global Competitiveness Report 2011–2012. Dipetik
Maret 15, 2013, dari www3.weforum.org: www3.weforum.org/docs/
WEF_GCR_Report_2011-12.pdf diunduh pada 15 maret 2013
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Bisnis, Jakarta: Salemba empat
Severin, W. J., & Tankard, J. W. (2005). Teori Komunikasi. Jakarta: Kencana.

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, (Ed). 2006. Metode Penelitian Survai.
Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Pustaka LP3ES.
Stevanus wisnu wijaya dan Kridanto Surendro. Juni (2005). Kajian Teori: Model
E-Government Readinnes Pemerintahan Kabupaten/Kotamadya Dan
Keberhasilan E-Government. Dipetik Tanggal 28 maret 2013 dari <
www.bridges.org>
unescobkk. (2008, Agustus 1). Dipetik April 15, 2013, dari www.unescobkk.org:
http://www.unescobkk.org/elib/publications/188/promotingICT_literacy.pdf
Warschaeur, M (2003). Reconceptualizing the digital divide. First Monday, 7(7)
diunduh 12 Februari 2014 dari
http://firstmonday.org/issues/issue7_7/warschauer/index.html
Wikipedia. (2013, April 17). Dipetik Januari 14, 2013, dari wikipedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_swasta
Wikipedia. (2013, October 31). Dipetik Januari 15, 2013, dari wikipedia:
http://en.wikipedia.org/wiki/Digital_divide
Wikipedia. (2013, Oktober 1). Dipetik Januari 20, 2013, dari wikipedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Internet
Wikipedia. (2013, Agustus 24). Dipetik Januari 20, 2013, dari Wikipedia:
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran_elektronik
Yusuf, O. (2012, Desember 13). Dipetik Januari 14, 2013, dari
www.tekno.kompas.com:
http://tekno.kompas.com/read/2012/12/13/10103065/2013.pengguna.intern
et.indonesia.bisa.tembus.82.juta