PENGARUH KESENJANGAN DIGITAL (DIGITAL DIVIDE) TERHADAP INTERNET LITERACY GURU SMA NEGERI DI KOTA BANDARLAMPUNG
ABSTRACT
The Discrepancy Influence of Digital Divide Towards Internet
Literacy of Public Senior High School Teacher in Bandarlampung
By Dendi
The aim of this research are : 1. To describe the digital discrepancy (digital divide) towards Public Senior High School in Bandarlampung, 2. To reveal the difference of theacher’s internet literacy differentiation based on the shool digital discrepancy, demographic aspect and study research. Internet literacy uses Digital Divide theory with four indicators, they are : Motivation, physical and material access, digital skills and uses. 3 samples show different result in different 3 Public Senior High School which have imbalanced result. Digitally, it shows teacher’s internet literacy differentiation in Public Senior High School. Those imbalanced result show T hitung> T table (66.946 > 1,97) so that Ho is rejected. Independent sample of the test of sample T shows internet literacy differentiation between male and female teacher in Public Senior High School. The independent sample T test result show that T Hitung< T Table (55,977 < 1.6) so that Ho is accepted.
Keyword: Digital Divide, Informations and Communications Technology (ICT), internet literacy.
(2)
Abstrak
PENGARUH KESENJANGAN SIGITAL (DIGITAL DIVIDE) TERHADAP INTERNET
LITERACY GURU SMA NEGERI DI KOTA BANDARLAMPUNG
Oleh
Dendi
Tujuan penelitian ini adalah: 1. Menggambarkan kesenjangan digital (digital divide) pada SMA Negeri di Kota Bandarlampung, 2. Mengungkapkan perbedaan literasi internet (internet literacy) guru berdasarkan kesenjangan digital sekolah, aspek demografik dan bidang studi. Literasi internet menggunakan teori Digital Divide dengan empat indikator yaitu: motivasi, akes fisik dan materi, keterampilan digital dan penggunaan. Hasil uji beda terhadap sampel di tiga SMA Negeri yang senjang secara digital menunjukan adanya perbedaan literasi internet guru di SMA Negeri yang senjang secara digital. Hasil uji beda tersebut menunjukan nilai T hitung > T tabel (66.946 > 1,97) maka Ho ditolak. Hasil uji independent sample t test menunjukan adanya perbedaan literasi internet antara guru laki-laki dan guru perempuan di SMA Negeri yang senjang secara digital. Hasil uji independent sample t test tersebut menunjukan T hitung < T tabel (59.977< 1,65) maka Ho diterima.
(3)
(4)
PENGARUH KESENJANGAN DIGITAL (DIGITAL DIVIDE) TERHADAP INTERNET LITERACY GURU SMA NEGERI DI KOTA
BANDARLAMPUNG
(Skripsi)
Oleh
DENDI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2014
(5)
DAFTAR BAGAN
Bagan
Halaman 1. Hubungan antara Kemahiran ICTLiteracy ... 13 2. Model Kausal dari Sumber dan Kesesuaian Teori ... 24 3. Empat Jenis Kesuksesan dari Kesesuaian Akses Terhadap
Teknologi Digital ... 27 4. Diagram Penelitian ... 40
(6)
DAFTAR ISI
ABSTRAK... ii
JUDUL DALAM ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN ... iv
LEMBAR PENGESAHAN ... v
SURAT PERNYATAAN ... vi
RIWAYAT HIDUP ... vii
MOTO ... viii
PERSEMBAHAN ... ix
SANWACANA ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ...xii
DAFTAR BAGAN ... xiii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Kegunaan Penelitian ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Internet ... 6
B. Fasilitas Internet ... 6
1. Electronic Mail atau E-mail ... 7
2. Discussion Group ... 7
3. Mailing List ... 7
4. News Group ... 8
5. FTP ... 8
6. Telnet ... 8
7. Gopher ... 9
8. World Wide Web ... 9
C. Tinjauan Tentang Kesenjangan Digital (Digital Divide) ... 9
1. Pengertian Digital Divide ... 9
2. Aspek Digital Divide... 11
D. Tinjauan Tentang ICT Literacy ... 11
1. Konsep ICT Literacy ... 11
2. Dimensi ICT Literacy ... 16
3. Tentang Akses ICT ... 19
4. Pengetahuan ICT ... 19
5. Aplikasi ICT ... 21
E. Tinjauan Tentang Guru ... 22
(7)
1. Motivasi ... 28
2. Akses Fisik dan Materi ... 31
3. Keterampilan Digital ... 33
4. Penggunaan ... 36
G. Kerangka Pikir ... 38
H. Hipotesis ... 40
III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian ... 42
B. Metode Penelitian ... 42
C. Definisi Konsep ... 43
D. Definisi Operasional ... 43
E. Populasi dan Sampel ... 44
1. Populasi ... 44
2. Sampel ... 45
F. Teknik Pengumpulan Data ... 47
1. Survey ... 47
2. Kuesioner ... 47
3. Studi Pustaka ... 47
G. Teknik Pengolahan Data ... 47
1. Editing ... 47
2. Koding ... 48
3. Tabulasi ... 48
H. Teknik Pemberian Skor ... 48
I. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian ... 49
1. Uji Validitas ... 49
2. Uji Reliabilitas ... 50
J. Teknik Analisis Data ... 51
IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum SMA Negeri di Bandar Lampung ... 53
B. Profil Sekolah Sampel ... 53
1. Profil SMA Negeri 1 Bandar Lampung ... 54
2. Visi dan Misi Sekolah ... 54
3. Daftar Guru SMA Negeri 1 Bandar Lampung ... 55
4. Profil SMA Negeri 13 Bandar Lampung ... 56
5. Visi dan Misi Sekolah ... 56
6. Daftar Guru SMA Negeri 13 Bandar Lampung ... 57
7. Profil SMA Negeri 8 Bandar Lampung ... 57
8. Visi dan Misi Sekolah ... 57
9. Daftar Guru SMA Negeri 8 Bandar Lampung ... 59
V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Responden ... 60
(8)
C. Gambaran Karakteristik Responden ... 63
D. Pengujian Data ... 64
E. Uji Validitas ... 65
1. Uji Validitas Variabel Keterampilan TIK (ICT Literacy) dan sikap TIK ... 65
F. Uji Reliabilitas . ... 67
G. Analisis Jawaban Responden . ... 67
1. Keterampilan Guru Menggunakan Program Word ... 67
2. Guru Dapat Mengirim dan Membaca e-mail ... 69
3. Guru Mampu Mengirim dan Menerima Attachment/lampiran e-mail ... 70
4. Guru Mampu Melakukan Browsing………. ... 72
5. Guru Mampu Bernavigasi di Suatu Website Untuk Mendapatkan Informasi……….. ... 73
6. Guru Mampu Melakukan Bookmark Website yang Dianggap Bermanfaat……….. ... 74
7. Guru Familiar Dengan Milis dan Kelompok Diskusi Online…. ... 76
8. Guru Pernah Berpartisipasi dalam Online Chat……… ... 77
9. Guru Selalu Mempergunakan Program Excel untuk Mengolah Hasil Penilaian Terhadap Siswa ... 78
10.Guru Selalu Menggunakan Program Powerpoint untuk Menyampaikan Pembelajaran di Kelas………. ... 80
11.Guru Memperkaya Bahan Pembelajaran dngan Materi yang Relevan yang Dapat Diakses di Internet……… ... 81
12.Guru Memastikan Siswa Memanfaatkan Ms Word dalam Melakukan Tugas Mata Pelajaran………. ... 83
13.Guru Memastikan Siswa Memanfaatkan Excel dalam Melakukan Tugas Mata Pelajaran…… ... 84
14.Guru Memastikan Siswa Memanfaatkan Powerpoint dalam Melakukan Tugas Mata Pelajaran… ... 86
15.Guru Memastikan Siswa Mencari Materi dengan Memanfaatkan Internet untuk Melakukan Tugas Mata Pelajaran… ... 87
16.Guru Memastikan Siswa Memanfaatkan Peralatan Audio–Video untuk Melakukan Tugas Mata Pelajaran…. ... 89
17.Siswa Sudah Mampu Membuat Presentasi Tugas dalam Bentuk Multimedia……….. ... 90
H. Pengujian Hipotesis ... 92
1. Hasil Hipotesis ICT Literacy ... 92
2. Hasil Uji Beda Perbedaan ICT Literacy di Tiga SMA Negeri ... 94
3. Hasil Uji Beda ICT Literacy Guru Berdasarkan Jenis Kelamin ... 99
I. Pembahasan Hasil Penelitian….. ... 101
VI. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan…………. ... 106
(9)
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Dimensi ICTLiteracy ...17
2. Aktifitas menggunakan internet ... 43
3. Ukuran kemantapan Alpha ... 51
4. Daftar Guru SMA Negeri 1 Bandarlampung ... 55
5. Daftar Guru SMA Negeri 13 Bandarlampung ... 57
6. Daftar Guru SMA Negeri 8 Bandarlampung ... 59
7. Jumlah Guru di Tiga SMA yang Diteliti ... 61
8. Responden Penelitian di 3 SMK Negeri di Bandarlampung Berdasarkan Jenis Kelamin ... 63
9. Jumlah Responden 3 SMA Negeri di Bandarlampung Berdasarkan Bidang Studi ... 64
10.Hasil Analisis Validitas Kuesioner untuk Variabel Keterampilan TIK (ICT Literacy) ... 65
11.Hasil Analisis Validitas Kuesioner Untuk Variabel SIkap TIK ... 66
12.Hasil Uji Reliabilitas Variabel Keterampilan TIK (ICT Literacy) ... 67
13.Keterampilan Guru Menggunakan Program Word (Untuk Menulis) ... 68
14.Guru Dapat Mengirim dan Membaca E-mail ... 69
15.Guru Mampu Mengirim dan Menerima Attachment/Lampiran E-mail ... 71
16.Guru Mampu Melakukan Browsing ... 72
17.Guru Mampu Bernavigasi Di Suatu Website Untuk Mendapatkan Informasi ... 73
18.Guru Mampu Melakukan BookmarkWebsite Yang Dianggap Bermanfaat ... 75
19.Guru Familiar Dengan Milis (MailingList) dan Kelompok Diskusi Online ... 76
20.Guru Pernah Berpartisipasi Dalam OnlineChat ... 77
21.Guru Selalu Mempergunakan Program Excel Untuk Mengolah Hasil Penilaian Terhadap Siswa ... 79
22.Guru Selalu Menggunakan Program PowerPoint Untuk Menyampaikan Pembelajaran di Kelas ... 80
23.Guru Memperkaya Bahan Pembelajaran Dengan Materi Yang Relevan Yang Dapat Diakses Di Internet ... 82
24.Guru Memastikan Siswa Memanfaatkan MSWord dalam Melakukan Tugas Mata Pelajaran ... 83
25.Guru Memastikan Siswa Memanfaatkan Excel Dalam Melakukan Tugas Mata Pelajaran ... 85
26.Guru Memastikan Siswa Memanfaatkan PowerPoint dalam Melakukan Tugas Mata Pelajaran ... 86
27.Guru Memastikan Siswa Mencari Materi Dengan Memanfaatkan Internet Untuk Melakukan Tugas Mata Pelajaran ... 88
(11)
28.Guru Memastikan Siswa Memanfaatkan Peralatan Audio – Video
untuk Melakukan Tugas Mata Pelajaran ... 89
29.Siswa Sudah Mampu Membuat Presentasi Tugas dalam Bentuk Multimedia ... 91
30.Hasil Uji Beda 3 SMAN Variabel Keterampilan (ICT) ... 92
31.Hasil Uji Beda 3 SMAN Variabel Sikap ... 93
32.Hasil Uji T-Test Variable Keterampilan (ICT) Di SMAN 1 ... 95
33.Hasil Uji Beda Sikap SMAN 1 ... 95
34.Uji T-Test Variable Keterampilan (ICT) Di SMAN 13 ... 96
35.Hasil Uji Beda Sikap di SMAN 13 ... 97
36.Uji T-Test Variable Keterampilan (ICT) di SMAN 8 ... 98
37.Hasil Uji Beda Sikap di SMAN 8 ... 99
38.Hasil Uji Beda ICT Literacy Berdasarkan Jenis Kelamin ... 100
39. ICTLiteracy 3 SMA Negeri di Kota Bandarlampung ... 102
(12)
(13)
(14)
MOTO
Harga kebaikan manusia adalah diukur menurut apa yang telah dilaksanakan diperbuatnya.
( Ali Bin Abi Thalib )
La Tahzan Innallaha Ma'ana "Jangan bersedih, Sesungguhnya ALLAH bersama kita"
Sesuatu yang baik pasti akan selalu dilancarkan dan dipermudah oleh-Nya. (Dendi)
(15)
PERSEMBAHAN
Puji syukur kupanjatkan kehadirat Allah S.W.T, sholawat dan salam tercurahkan kehadirat Nabi besar Muhammad S.A.W atas segala cinta kasih, nikmat serta berkah-Nya kepadaku dan keluargaku yang hingga saat ini kami masih diberi kesehatan, serta kelancaran dalam menyelesaikan karya ini. Segala puji hanya untuk Allah S.W.T, kupersembahkan karya kecilku ini kepada orang-orang yang kukasihi serta mengasihiku :
Bapak Wahyono, sosok bapak yang kuat, cerdas dan memiliki semangat hidup untuk memberikan perhatian terhadap anak-anak nya agar menjadi pribadi yang mandiri.
Ibu Sukatma, ibu yang tidak pernah lelah memberikan semangat, dukungan, dan do’a di setiap sujudnya kepada Sang Maha Pencipta dengan harapan agar anak-anak nya menjadi pribadi yang baik.
Kakakku tercinta, Yuliana yang selalu tidak ingin melihat adik tercintanya ini jatuh. Terima kasih atas perhatianmu selama ini pula.
Adikku tersayang, Muhammad Amin yang selalu menjadi rekan tawa, suka duka dan berbagi cerita bersama, you’re the best partner bro.
Teman-teman, yang menjadi pengisi cerita jalan hidup
selama menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi
Universitas Lampung
Dan
(16)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, 26 Januari 1992 oleh pasangan Wahyono dan Sukatma.
Penulis menamatkan pendidikan dasarnya di Sekolah Dasar Negeri 3 Sawah Brebes, Kota Bandarlampung pada tahun 2003. Pendidikan menengah diselesaikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Bandar Lampung pada tahun 2006. Pendidikan menengah atas diselesaikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 12 Bandar lampung pada tahun 2009.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan ilmu komunikasi FISIP Universitas Lampung pada tahun 2009. Penulis selain beraktivitas pada perkuliahan penulis juga aktif di organisasi internal kampus pada Lembaga Kemahasiswaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sebagai:
yaitu sebgai berikut :
1. Anggota Bidang Periklanan HMJ Ilmu Komunikasi Tahun.2010-2011. 2. Anggota Bidang Fotografi HMJ Ilmu Komunikasi Tahun.2011-2012. Penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata di Desa Argomulyo, Kecamatan Banjit, Kabupaten Way Kanan pada tahun 2012.
(17)
SANWACANA
Assalamu ‘alaikum Wr.Wb
Alhamdulillahi robbil’alamin
Puji syukur penulis panjatkan atas berkah dan rahmat Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi. Penyusunan dan penulisan skripsi ini melihatkan banyak pihak yang telah membantu baik sumbangan pemikiran, tenaga dan meteriil sehingga skripsi ini dapat diwujudkan. Pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :
1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dan selaku Dosen Pembahas atas kesediannya memberikan bimbingan, saran, kritik dan waktunya yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini. 3. Ibu Dra. Ida Nurhaida, M.Si, selaku Ketua Penguji serta Pembimbing
Utama atas kesediannya memberikan bimbingan, saran, kritik dan waktunya yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
(18)
4. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitasl Lampung tang telah tulus ikhlas memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis.
5. Bapak dan Ibu di Rumah yang do’a nya selalu dipanjatkan kepada Allah SWT tanpa henti hingga saat ini.
6. Kepala SMA Negeri 1 Bandar Lampung, Kepala SMA Negeri 13 Bandar Lampung dan Kepala SMA Negeri 8 Bandar Lampung yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melakukan penelitian.
7. Rekan terbaik sepanjang masa, Andri, Bang Edo, Reni, Vhiontie, Isya, Rahma (Dudu), Rofi, Ayu Lukita, Orintia, Mas Royyan, Ekotriani, Adit, Sisca Lady.
8. Dua kakak tingkat yang paling saya sayangi, Nadya Amalia Nst, S.I,Kom, M.Si dan teteh Anggun Tiata Savitri, S.I.Kom dua kakak yang selalu memotivasi agar segera menyusul menjadi sarjana.
9. Keluarga Ilmu Komunikasi 2009 : Abang Rian Oktora Prihandoko, abang Ferdian Satria, abang Reza Christian, abang Ikol gendut dan mas Fendi Yulianto, emak Poppy, Veni Venong, Desisonia, Aya, Mia, Ainun, yuk Nia, Puri ecek, Febria, ayuk Susan, mbak Mar, bang Radhit, Agus, Gilang mangoh, Stella, Uti, cik Rica, ami Wulan, Agesh Nurdiyah Agung, Lola, Mei, Cia, Ije, Tojo, abang Anju, Iqbal, Riyan, Verina, Marissa, Betty, Oted, Yuris, Dwita, Uti, Cesa, Panji, Farah, Aan, Tanjul, Aristina, Chyntia, Dias, Pakde Khairil Anwar, Nces Rani, Ricky, Dias, Fuad, Anda, Anugra, Ncik IntanJesrian, Titan, Gegek, Kekembak Mairinda, Mbak
(19)
Anyadan teman – teman lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
10.Teman-teman Komunikasi 2010, Dewi, Rina, Eka, Deka, Jerry, Dwi, Hesty Bang Sigit, Imam, Mas Dio, Sumi, Aji, Elmie Ata, Adi, Umar, Sri (yie), Esy dan yang lainnya yang yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
11.Seluruh Teman-teman Komunikasi 2011, 2012, dan 2013 Sigit, Yoga, Arta, Bayu, Hana, Hamham, Amoy, Amy, imel, Alip, Ciwing, Mas Arya, Ayu, Ade, Hesti Husnul, Mifta, Prita, Yessi, Anisa, dek Eci, Emon, Emil, Shyntia, Dendy, Riski, Aulia dan yang lainnya yang yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
12.Rekan – rekan KKN Tematik Unila periode Januari – Februari 2012 Desa Argomulyo, Kecamatan Banjit, Kabupaten Way Kanan. Septi, Ratu, Mbak Verina, Mbak Ayu, Ibe, Ihsan, Bang Edi, Mas Dwi dan Mas Mahasin . 13.Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Bandarlampung, 10 Oktober 2014
(20)
(21)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan Indeks Pembangunan Manusia 2013 yang dikeluarkan badan PBB untuk program pembangunan, UNDP, baru-baru ini memperlihatkan bahwa Indonesia telah menunjukkan kemajuan yang kuat dalam setiap indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dalam 40 tahun terakhir. Nilai IPM Indonesia pada 2012 meningkat menjadi 0,629, menjadikannya naik tiga posisi ke peringkat 121 dari peringkat 124 pada 2011 (0,624), dari 187 negara. Menduduki peringkat yang sama dengan Indonesia adalah Afrika Selatan dan Kiribati. (http://m.voaindonesia.com/a/1624179.html)
Peringkat Indonesia masih jauh di bawah beberapa negara anggota ASEAN, termasuk Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand dan Filipina. Singapura memiliki IPM tertinggi di antara negara-negara ASEAN dengan 0,895 dan peringkat 18 di seluruh dunia. Brunei memiliki IPM 0,855 dan berada di peringkat 30, sementara Malaysia memiliki IPM 0,769 dengan peringkat 64. Thailand dan Filipina masing-masing ada di peringkat 103 dan 114, dengan IPM 0,690 dan 0,654. Negara ASEAN lain seperti Vietnam, Laos dan Kamboja ada di bawah Indonesia.
(22)
2
(http://news.detik.com/read/2013/03/19/140516/2197893/10/undp-indeks-pembangunan-manusia-ri-naik-ranking-sama-dengan-afsel)
Dalam rangka mengejar ketertinggalan tersebut dan meningkatkan daya saing, Departemen Pendidikan Nasional dan Kebudayaan (Depdikbud) telah memprogramkan implementasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam sistem pendidikan karena TIK dinilai dapat berfungsi sebagai sumber, sarana belajar, cara berkomunikasi yang efisien dan jika dikelola secara bijaksana, TIK dapat dimanfaatkan untuk mengurangi disparitas pendidikan, yang pada hakekatnya memang selalu ada seperti perbedaan letak geografis, kekurangan guru baik dari segi jumlah maupun kualitasnya perbedaan tingkat sosial, ekonomi dan sejumlah barrier lainnya (Nurhaida dkk, 2001).
Penemuan dunia internet menambah kekayaan media untuk mempercepat ketersediaan dan pertukaran informasi di seluruh dunia. banyak manfaat yang diperoleh dengan diterapkannya teknologi informasi, awa mula TI diprakarsai dengan kehadiran komputer, hampir setiap instansi maupun orang saat ini menggunakan komputer, Hal inilah yang menjadi sebab penggunaan dan penerapan teknologi komputer di suatu instansi (Penerbit Kanisius, 2008:14). Sekolah termasuk salah satu instansi di bidang pendidikan yang menerapkan teknologi dalam kegiatannya.
Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa.
(23)
3
Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah
berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya,
yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah e-learning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet (Muhammad, 2006).
Demikian juga di Kota Bandarlampung yang memiliki 17 SMA Negeri, sejalan dengan kebijakan nasional telah menerapkan TIK dalam kurikulum dan mengintegrasikan dalam proses belajar mengajar, namun dalam pelaksanaannya sangat beragam, ada sekolah telah memiliki laboratorium dan terkoneksi ke internet dan mengintegrasikan dalam proses belajar mengajar, ada laboratorium tapi tidak terkoneksi bahkan tidak memiliki laboratorium. Padahal agar terampil dalam literasi TIK, khususnya internet harus tersedia sarana dan prasarananya, maka diduga terdapat beragam kesiapan guru dalam mengimplementasikan TIK dalam pengajarannya, termasuk di dalamnya adalah keragaman dalam literasi internet atau internet literacy. Namun sampai saat ini mengukur kesiapan guru mengimplementasikan TIK dengan mengungkapkan literasi internetnya belum pernah dilakukan di Kota Bandarlampung.
(24)
4
B. Rumusan Masalah
Atas latar belakang yang diuraikan di atas, permasalahan yang akan diungkapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah Kesenjangan Digital pada SMA Negeri di Kota Bandarlampung?
2. Apakah ada perbedaan tingkat literasi internet Guru berdasarkan kesenjangan digital sekolah, faktor demografik dan bidang studi?
C. Tujuan Penelitian
1. Menggambarkan kesenjangan digital (Digital Divide) pada SMA Negeri di Kota Bandarlampung.
3. Mengungkapkan perbedaan literasi internet (Internet Literacy) guru berdasarkan kesenjangan digital sekolah, aspek demografik dan bidang studi.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini yaitu : 1. Secara teoritis
Secara teoritis penemuan penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu komunikasi di bidang Komunikasi Pembangunan, khususnya Komunikasi Inovasi di bidang TIK.
(25)
5
2. Secara praktis
Secara praktis penemuan penelitian literasi internet Guru SMA Negeri ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemegang kebijakan dalam merancang trategi mentransformasi pendidikan modern melalui e-education yaitu bagi Kementrian Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan Propinsi dan khususnya Dinas Pendidikan Kota Bandarlampung.
(26)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Internet
Internet merupakan singkatan dari Interconnection Networking. Internet ialah merupakan hubungan antara berbagai jenis komputer dan jaringan di dunia yang berbeda sistem operasi maupun aplikasinya dimana hubungan tersebut memanfaatkan kemajuan komunikasi (telepon dan satelit) yang menggunakan protokol standar dalam berkomunikasi yaitu protokol TCP/IP (Transmission Control/Internet Protocol) (Supriyanto: 2008).
Model koneksi internet itu sendiri dapat dilakukan pada komputer pribadi maupun jaringan LAN/WAN. LAN (Local Area Network) merupakan suatu jaringan yang terbentuk dengan menghubungkan beberapa komputer yang berdekatan yang berada pada suatu ruang atau gedung yang terkoneksi ke internet gateway (Nugroho Adi: 2008).
B. Fasilitas Internet
Satu hal yang paling menarik ialah keanggotaan internet tidak mengenal batas negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor-faktor lain yang biasanya menghambat pertukaran pikiran. Internet adalah suatu komunitas dunia yang sifatnya sangat demokratis serta memiliki kode etik yang dihormati segenap
(27)
7
anggotanya. Manfaat internet terutama diperoleh melalui kerjasama antar pribadi ataupun kelompok tanpa mengenal batas jarak dan waktu (Penerbit Kanisius 2008:62). Berikut ini beberapa fasilitas terpenting yang disediakan di Internet, antara lain :
1. Electronic Mail atau E-mail
E-mail adalah surat atau pesan elektronik yang dikirimkan dan diterima oleh dan antar individu atau komputer. E-mail bekerja seperti mesin penjawab telpon, walaupun kita tidak sedang online dengan internet kita masih bisa menerima e-mail dari seluruh penjuru dunia.
Saat ini, e-mail tidak hanya berisi teks saja tetapi sudah bisa dilampiri dengan grafik, gambar foto dan juga suara bahkan animasi. e-mail juga dapat digunakan untuk berkirim surat secara langsung kepada beberapa orang sekaligus. Berkirim dan menerima e-mail, saat ini sudah menjadi hal yang umum dilakukan orang di internet. Kita bisa berkomunikasi dengan siapa saja di seluruh dunia dengan fasilitas e-mail ini, asalkan sudah memiliki alamat e-mail tertentu.
contoh alamat E-mail : [email protected], [email protected] 2. Discussion Group
Biasanya kita gunakan e-mail untuk orang-orang yang sudah kita kenal dengan baik, akan tetapi kita juga dapat gunakan e-mail untuk saling bertukar informasi, berdiskusi dan berdialog dengan orang lain. Kita dapat berpartisipasi dalam diskusi dan debat dengan topik yang beragam mulai dari hobi sampai pada permasalahan komputer atau malah masalah hiburan dan artis.
3. Maling List
Mailing List atau sering disebut milis di kalangan neter Indonesia, adalah salah satu jenis discussion group di Internet. Anggota milis dapat
(28)
8
berkomunikasi dengan mengirimkan e-mail pada list address. Setiap e -mail yang masuk kemudian akan dikirim balik ke setiap member milis tersebut. Untuk menjadi member sebuah milis dimulai dengan mengirim e-mail ke subsription address. Setelah menjadi member kita bisa menerima
e-mail dari yang lain dan juga mengirimkan e-mail ke milis. Contoh alamat milis :
list address : [email protected]
langganan : [email protected]
berhenti : [email protected] 4. Newsgroups
Newsgroups adalah juga salah satu discussion groups yang ada di internet. Tidak seperti milis, newsgroups menggunakan komputer jaringan khusus yang disebut sebagai UseNet. Setiap komputer terdapat beberapa
newsgroup. Setiap newsgroups diatur berdasarkan satu topik general yang kemudian dibagi menjai beberapa subtopik dibawahnya. contoh newsgroup : rec.arts.cinema rec adalah topik utama, arts adalah subtopik dan cinema sub-subtopik.
5. FTP
FTP atau File Transfer Protocol, adalah layanan internet untuk melakukan transfer file antara komputer kita dengan server di internet. Cukup banyak server di internet yang menyediakan layanan ini sehingga kita bisa mengkopi file-file di server ke komputer kita, hal ini yang disebut download. Selain itu kita juga bisa mengkopi file-file di komputer kita ke server di internet, hal ini disebut dengan upload.
6. Telnet
Beberapa server di internet memperbolehkan kita untuk mengaksesnya dan menjalankan beberapa program yang diinstal pada komputer itu. Layanan ini disebut sebagai telnet. Penggunaan server ini sama seperti
(29)
9
kalau kita melakukannya pada komputer di jaringan lokal. Contohnya : spacelink.msfc.nasa.gov, adalah layanan telnet gratis dari NASA tentang sejarah dan seluk beluk NASA.
7. Gopher
Gopher adalah aplikasi perangkat lunak yang tesusun atas untaian menu sistem pencarian dan penemuan kembali. Situs Gopher adalah komputer yang menampilkan menu-menu yang mewakili data dan informasi yang tersedia. Secara mendasar, menu-menu ini adalah daftar isi untuk mengolah dan menunjuk ke sebuah informasi tertentu. Layanan ini menggunakan FTP untuk pertukaran file dan Telnet untuk koneksi dengan
server tertentu.
8. World Wide Web
WWW adalah layanan internet yang paling banyak dikenal orang dan paling cepat perkembangan teknologinya. Layanan ini menggunakan link hypertext yang disebut hyperlink untuk merujuk dan mengambil halaman-halaman web dari server. Halaman web dapat berisi suara, gambar, animasi, teks, dan program perangkat lunak yang menyusunnya menjadi dokumen yang dinamis. Pengguna dapat melihat World Wide Web dari sebuah browser yaitu program yang dapat menampilkan HTML (skrip halaman web).
C. Tinjauan Kesenjangan Digital (Digital divide)
1. Pengertian Digital Divide
Salah satu bentuk ancaman bagi negara berkembang seperti Indonesia untuk dapat bersaing di alam globalisasi adalah adanya fenomena
kesenjangan digital atau yang lebih dikenal sebagai digital divide– yaitu keadaan dimana terjadi gap antara mereka yang dapat mengakses internet
(30)
10
melalui infrastruktur teknologi informasi dengan mereka yang sama sekali tidak terjangkau oleh teknologi tersebut (Hayslett-Keck: 2001).
Berdasarkan OECD tahun 2001, kesenjangan digital didefinisikan sebagai berikut "....the gap between individuals, households, businesses and geographic areas at different socio-economic levels with regard both to their opportunities to access information and communication technologies (ITs) and to their use of the Internet for a wide variety of activities". Dari definisi di atas dapat ditarik kesimpulan yaitu kesenjangan digital terjadi antara tingkat individu, rumah tangga, bisnis, dan area geografi yang tingkat sosial ekonominya berbeda, berdasarkan kesempatan mereka untuk mengakses teknologi informasi dan komunikasi.
Kesenjangan digital membahas mengenai kesenjangan antara individu yang memiliki akses dan yang mampu menggunakan teknologi komunikasi dan komputer secara efektif dengan individu yang tidak mampu serta tidak memiliki akses. Mengurangi kesenjangan digital berarti membahas mengenai pengaksesan internet dan sumber dayanya, penggunaan teknologi telekomunikasi dan komputer untuk bekerja, berkomunikasi, mencari informasi, membuat dan membentuk pengetahuan yang berfungsi efektif, dan pada akhirnya menciptakan sebuah komunitas yang lebih baik dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
(31)
11
2. Aspek Digital Divide
Dalam kesenjangan digital, terdapat tiga aspek utama yang saling berhubungan dan merupakan fokus yang perlu diperhatikan (Chamacho: 2005), yaitu:
A.Akses/ infrastruktur (access/ infrastructure) adalah perbedaan kemampuan antar individu dalam perolehan akses atau infrastruktur TIK yang menyebabkan perbedaan distribusi informasi.
B.Kemampuan (skill & training) adalah perbedaan kemampuan antar individu dalam memanfaatkan atau menggunakan akses dan infrastruktur yang telah diperoleh. Selanjutnya adalah perbedaan antar individu dalam upaya pencapaian kemampuan TIK yang dibutuhkan untuk dapat memanfaatkan akses dan infrastruktur TIK.
C.Isi informasi (content/ resource): Perbedaan antar individu dalam memanfaatkan informasi yang tersedia setelah seseorang dapat mengakses dan menggunakan teknologi tersebut sesuai dengan kebutuhannya.
D. Tinjauan ICT Literacy
1. Konsep ICT Literacy
ICT Literacy berawal dari abad ke-21 bentuk dari literasi, dimana penelitian dan komunikasi informasi melalui teknologi digital adalah bagian penting pada abad-abad sebelumnya (Katz, 2008 : 50). Pada tahun 2001, Educational Testing Service (ETS) (sebuah organisasi penelitian yang misinya adalah untuk memajukan kualitas dan kesetaraan dalam
(32)
12
dunia pendidikan untuk semua orang di seluruh dunia). Mengadakan sebuah forum internasional yang terdiri dari akademisi, spesialis pengembangan dan ahli bidang komunikasi dan ahli bidang telekomunikasi perwakilan pemerintah dan swasta mempelajarim pentingnya ICT (Pernia, 2008 : 11).
Wijaya dan Sunrendo (2007:2) menjelaskan konsep ICT Literacy terdiri
dari konsep ’ICT’ dan ’Literacy’ lebih lanjut menjelaskan bahwa ICT Literacy merupakan jembatan antara literasi teknis dan melek informasi. Dalam melek teknis, satu pelajaran keterampilan dasar dalam database, mengolah kata dan presentasi data, sedangkan melek informasi adalah akses, evaluasi dan penggunaan informasi dengan menggunakan teknologi.
Hal ini untuk mendukung pernyataan forum literasi internasional bahwa konsep ICT Literacy melibatkan tiga kemahiran yang diuraikan dalam (ETS, 2002 : 14), antara lain :
a) kemampuan kognitif kehidupan sehari-hari di sekolah, di rumah dan di tempat kerja. Literasi, berhitung, memecahan masalah dan melek spasial/visual mendemonstrasikan kemahiran.
b) Kemampuan teknis, yang meliputi komponen dasar pengetahuan dasar. Ini mencakup pengetahuan dasar perangkat keras, aplikasi perangkat lunak, jaringan dan unsur-unsur teknologi digital.
c) Kemahiran ICT adalah integrasi dan penerapan ketrampilan kognitif dan teknis. Kemahiran ICT memungkinkan individu memaksimalkan
(33)
13
kemampuan teknologi. Pada tingkat tertinggi, hasil kemahiran ICT
dalam inovasi, transformasi individual dan perubahan sosial.
Bagan 1 Hubungan antara Kemahiran ICT Literacy
Sumber: ETS (2002 : 16) Kemahiran Kognitif
Diinginkan keterampilan dasar sehari-hari di sekolah, di rumah dan di tempat kerja.
Mengenal peralatan TIK serta proses kerjanya.
Mengenal komponen computer.
Dasar komponen ICT
literacy.
Kemampuan
mengidentifikasi ICT.
Mengetahui perkembangan ICT.
Memahami fitur ICT seperti SMS, Telepon, database, penyimpan informasi, web browsing, e-mail.
Akrab dengan fitur ICT.
Teknis Kemahiran
Membuat presentasi (power point).
Menggunakan aplikasi pengolah kata.
Membuat dokumen dengan table, gambar dan diagram. Membuat dokumen mail
merge.
Mencetak dokumen.
Mengetahui cara mengakses internet.
Menggunakan kata kunci di mesin pencari.
Menggunakan situs untuk pembelajaran.
Menulis, mengirim dan membalas e-mail. Diskusi di mailing list. Mengolah angka basis data
dan grafik.
Kemahiran ICT
Integrasi dan penerapan keterampilan kognitif dan teknis.
Dipandang sebagai enabler yang memungkinkan individu untuk memaksimalkan kemampuan teknologi. Pada tingkat tertinggi, kemahira ICT menghasilkan inovasi, transformasi individu dan perubahan social.
Termasuk ICTakses, manajemen, integrasi, evaluasi dan penciptaan.
(34)
14
Sebagaimana ditunjukkan pada bagan di atas, ICT mencakup kemampuan kognitif dan kemahiran teknis. Kemahiran kognitif dan teknis merupakan kedua komponen yang penting dari ICT Literacy, masing-masing mewakili domain independen dimana pengetahuan dan ketrampilan berinteraksi terkait untuk memengaruhi ICT Literacy. Keterampilan ini meliputi keaksaraan umum kognitif, seperti membaca dan berhitung serta pemikiran kritis dan pemecahan masalah. Tanpa keterampilan tersebut, forum internasional percaya bahwa benar ICTLiteracy tidak dapat dicapai. Sementara ICT dengan kapasitas besar untuk hadir, akses dan mengelola informasi yang baik, harus ada keseimbangan antara kebutuhan untuk keterampilan kognitif, literasi dan pengetahuan dan teknologi dapat tercapai dengan sendirinya (ETS, 2002:5).
Menurut ETS (2002:5), forum literasi internasional melihat ICT Literacy
sebagai rangkaian kesatuan keterampilan dan penguasaan skill dan pengetahuan, ICT literacy didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan teknologi digital, alat komunikasi dan jaringan untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, mengevaluasi, dan menciptakan informasi dalam rangka untuk kegunaan dalam suatu masyarakat pengetahuan (ibid, 2002 :3-13). Definisi forum mencerminkan gagasan
ICT Literacy sebagai kesatuan yang memungkinkan oengukuran berbagai aspek melek huruf, dari kehidupan sehari-hari keterampilan untuk menfaat transformatif kemahiran ICT. Definisi ini menunjuk lima komponen ICT Literacy yang mewakili seperangkat keterampilan dan pengetahuan yang
(35)
15
dijadikan urutan yang menunjukkan peningkatan kompleksitas kognitif sebagai ICT akses, manajemen, integrasi, evaluasi dan penciptaan. Pernia (2008:12) menegaskan bahwa kemahiran ICT didefinisikan oleh ETS gaung meningkatnya kompleksitas kemampuan termasuk :
a) Menetapkan : Menggunakan alat ICT untuk mengidentifikasikan dan merupakan kebutuhan informasi.
b) Akses : Mengetahui tentang dan bagaimana mengumpulkan dan / atau mengambil informasi dalam lingkungan digital, juga kemampuan untuk mengembangkan mesin pencari untuk menemukan informasi dalam database.
c) Mengelola: Mengorganisir informasi ke dalam skema klasifikasi yang ada.
d) Evaluasi: Mencerminkan untuk membuat penilaian tentang, relevansi, kegunaan. efisiensi, bias otoritas dan waktu informasi.
e) Mengintegrasikan : Interpreting, meringkas, menarik kesimpulan, membandingkan kontras informasi dari berbagai sumber digital.
f) Membuat : Membangkitkan informasi baru dan pengetahuan dengn mengadaptasi, menerapkan, merancang, menciptakan atau mewakili informasi dalam lingkungan ICT.
g) Berkomunikasi : Penyampaian informasi dan pengetahuan kepada berbagai individu dan kelompok.
Kemahiran ini bila dikombinasikan membuat ICT Literacy dan dalam penelitian ini, kemampuan dioperasionalkan berarti akses terhadap fasilitas
(36)
16
ICT, tingkat pengetahuan ICT dan penerapan ICT dalam fungsi kepemimpinan sekolah.
Menurut Murray (2005:3), ICT Literacy akses, manajemen, integrasi, evaluasi, penciptaan dan komunikasi pengetahuan ICT untuk orang lain. Oleh karena itu istilah ICT berarti perangkat keras, aplikasi perangkat lunak dan teknologi jaringan. Amara (2006:4) laporan dari survey bahwa
ICT bukan kemampuan keterampilan mengajar ICT atau menggunakannya dalam mengajar subjek, tetapi tes keterampilan ICT memastkan bahwa salah satu jalan di komputer, desktop dan berbagai aplikasi ICT yang umum. Namun, saat ini belum ada definisi yang biasanya diangkat dari
ICT Literacy (Venhoof et al.(2005:5). Untuk tujuan studi ini, hanya beberapa hardware umum dan Software aplikasi karena mereka dianggap relevan sebagai prasyarat ICTLiteracy untuk sekolah administrasi tujuan.
2. Dimensi ICT Literacy
Ada beberapa dimensi ICT Literacy seperti gerakan satu dimensi ke berikutnya merupakan peningkatan atau perbaikan dalam ICT
menghubungkan kemahiran atau komptensi (Pernia, 2008:13), ini diringkas dalam tabel 1.
(37)
17
Tabel 1. Dimensi ICT Literacy
Dimensi Konseptual label Deskripsi
Akses
kesadaran dan pengetahuan
Pengetahuan Dasar
Kemampuan mengidentifikasi ICT
Mengetahui perkembangan ICT
Memahami fitur ICT seperti SMS, telepon, database, penyimpanan informasi, web
browsing dan e-mail. Akrab dengan fitur ICT
Menggunakan fitur aplikasi ICT :
Ponsel, kamera, video recorder dan player, perekam suara, pemutar musik, layanan multimedia, pengolah kata dan angka.
Kemampuan mengakses dan mencari sebuah website , misal log on, mesin pencari, kata kunci.
Mampu membuat account , menulis e-mail, pasang dan download file, diskusi di jejaring sosial.
Mampu membuat database, mengatur, menyimpan dan menyaring data yang tidak relevan.
(38)
18
Lanjutan Tabel 1. Dimensi ICT Literacy
Kemampuan mengkonvensi data ke dalam grafis atau format visual lainnya.
Mampu membuat akun pengguna, penyimpanan file pribadi, forum, e-mail
dan diskusi.
Sikap Kritis Memahami
Keterampilan
Terjadi perubahan teknologi di sekolah tersebut.
Frekuensi penggunaan ICT berdampak padaprestasi akademik siswa.
Alat untuk penelitian, mengatur, mengevaluasi dan mengkomunikasikan informasi.
Tingkat penggunaan ICT konsisten dengan tingkat perkembangan ekonomi.
Sumber : Pernia, 2008:13
Dalam lingkup penelitian ini , ICT Literacy membedakan antara tiga dimensi utama: satu berhubungan dengan akses ke fasilitas ICT dan pengetahuan teknologi, yang kedua untuk keterampilan yang relevan untuk menggunakan teknologi, dan yang ketiga untuk sikap diperolehdari refleksi kritis pada penggunaan teknologi.
(39)
19
3. Akses ICT
Pernia (2008:14) melaporkan bahwa dimensi akses dari ICT adalah karakteristik oleh kesadaran pengguna ICT dan ketersediaan relevansi ini
ICT dikeduanya kehidupan pribadi dan profesional. Akses ke konten digital termasuk akan pengguna, penyimpanan file pribadi dan alat komunikasi seperti forum e-mail dan diskusi (ibid:9). Demikian pula penelitian ini mempertimbangkan perangkat keras (Hardware) seperti infrastruktur listrik, komputer, printer, scanner, internet/e-mail
infrastruktur, telepon sekolah, digital/kamera video, mesin fax, mesin photo copy, kamera pengintai, proyektor dan perangkat lunak (Software) seperti pengolahan kata, pengolahan angka, database, powerpoint, internet/e-mail.
4. Pengetahuan ICT
Pengetahuan dalam ICT termasuk satu pelatihan menerima untuk menggunakan fasilitas yang tersedia ICT (Chemwa & Mburu, 2007:1).
ICT literacy memerlukan pelatihan formal atau informal dalam keterampilan dasar seperti penggunaan perangkat keras dan perangkat lunak aplikasi (Ferrigan, 2007:20). Dia menguraikan kompetensi kunci ya ng dapat diharapkan dari individu yang telah menyelesaikan kursus dasar pada ICT sebagai berikut:
a) Keakraban dengan hardware seperti ponsel, komputer, internet dan
ICT lainnya.
(40)
20
c) Apresiasi fungsi aktual dan potensial dari teknologi dalam kehidupan sehari-hari.
d) Memahami fitur dasar dan penggunaan ICT (misalnya panggilan suara dan SMS, komputer, pengolah kata, pengolah angka, database, penyimpanan informasi, internet, web browsing, e-mail).
Dalam penelitian dimensi pengetahuan dianggap menyelidiki kemampuan guru untuk menggunakan fasilitas ICT dalam tugas-tugas kepemimpinan tertentu dan frekuensi penggunaan fasilitas ICT. Kemampuan untuk menggunakan fasilitas ICT melibatkan dimensi keterampilan guru dan sering hasil dari pengalaman dengan teknologi (Amara, 2006:4).
Kemampuan ”untuk mengambil, menilai, menyimpan, memproduksi,
hadir dan saling bertukar informasi dan untuk berkomunikasi dan
berpartisipasi dalam jaringan melalui internet” adalah keunggulan dari
seorang individu yang melek ICT (Pernia, 2008:14). Teknis pelatihan keterampilan memstikan bahwa seseorang individu adalah ahli dalam berbagai aplikasi ICT, yang meliputi pencarian sebuah informasi, mengakses, mengumpulkan data, pengorganisasian, menginterpretasikan informasi dari berbagai sumber, menilai validitas dan keandalan informasi dan menghasilkan informasi baru (ibid : 15-16). Dia menambahkan bahwa keterampilan teknis tersebut meliputi :
a) Kemampuan untuk menggunakan fitur dan aplikasi ponsel, kamera, video recorder dan player, perekam suara, pemutar musik, layanan multi-media, pengolah kata, lembar kerja, Software presentasi,
(41)
21
inframerah, bluetooth dan konektivitas internet. Untuk komputer, pengolahan kata, spreadsheet, database, penyimpanan informasi untuk internet, web browsing, e-mail, dan pesan instan.
b) Kemampuan untuk mengakses dan mencari sebuah website misalnya, log on ke internet, menggunakan mesin pencari dan memperbaiki pencarian dengan menggunakan kata kunci.
c) Kemampuan untuk menggunakan layanan berbasis internet dengan mampu membuat account, menulis e-mail, pasangan dan download file, berpartisipasi dalam diskusi untuk situs jaringan sosial dan membuat blog.
d) Kemampuan untuk mengumpulkan dan memproses data elektronik untuk segera digunakan atau mampu membuat database, mengatur, menyimpan dan menyaring data yang tidak relevan.
e) Kemampuan untuk mengkonversi data ke dalam presentasi grafis dan format visual lainnya.
f) Menggunakan ICT untuk mendukung pemikiran kreatif, kritik dan inovasi untuk pendidikan, tujuan kerja dan rekreasi. Sebagian contoh, mampu membuat sebagian besar informasi multi-media dan website. g) Frekuensi pengguanaan perangkat keras dan perangkat lunak ICT. h) Pengalaman dengan fasilitas ICT.
5. Aplikasi ICT
Kenney (2006:1) menjelaskan aplikasi ICT sebagai kemampuan untuk menggunakan teknologi sebagai alat untuk penelitian, mengatur,
(42)
22
mengevaluasi, dan mengkomunikasikan informasi. Amara (2006:4), di sisi lain, melihat penggunaan komputer sebagaimana guru menggunakan ICT
untuk mengajar dan itu termasuk penggunan proyektor untuk mengajar dan penggunaan ponsel. Pernia (2008:4) mencatat bahwa tidak mengherankan, tingkat penggunaan ICT umumnya konsisten dengan tingkat perkembangan ekonomi. Dia menambahkan bahwa integrasi ICT
juga melibatkan aplikasi yang sebenarnya dari ICTdalam pekerjaan administratif dan itu berarti komputer dan teknologi internet untuk menigkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran. ICT dasar keterampilan untuuk administrator sekolah, guru dan siswa harus mencakup manajemen file, pengolahan kata, lembar kera, e-mail dan keterampilan internet (Selwood et al, 2003:54). Aplikasi ICT terus meningkat dan memperdalam membaca kritis penggun informasi dan pengetahuan yang diakses, dikelola, terpadu, menciptakan dan komunikasi melalui ICT (Pernia, 2008:15).
E. Tinjauan Guru
Guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001:288). Sedangkan pamong mempunyai arti pendidik atas pengasuh (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1976:700). Dan guru dapat definisi adalah orang yang perkerjaan, mata pencaharian atau profesinya mengajar. Guru merupakan sosok yang mengemban tugas mengajar, mendidik dan membimbing. Jika ketiga sifat tersebut tidak melekat pada seorang guru, maka ia tidak dapat dipandang sebagai guru.
(43)
23
Menurut Suparlan (2008: 12), guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual dan emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya. Namun, Suparlan (2008:13) juga menambahkan bahwa secara legal formal, guru adalah seseorang yang memperoleh surat keputusan (SK), baik dari pemerintah maupun pihak swasta untuk mengajar.
F. Landasan Teori
Di dalam bukunya The Deepening Divide .Van Dijk telah mengembangkan teori berdasarkan hal ini tampilan relasional ketidaksetaraan. Ia menyebutnya sumber daya dan perampasan teori difusi, penerimaan dan adopsi teknologi baru. Berikut empat adalah konsep inti dari teori ini:
1. Sejumlah ketidaksetaraan kategori pribadi dan posisi dalam masyarakat 2. distribusi sumber daya yang relevan dengan jenis ketidaksetaraan 3. Sejumlah jenis akses terhadap TIK
4. Sejumlah bidang partisipasi dalam masyarakat
1 dan 2 dianggap penyebab, dan 3 adalah fenomena yang akan dijelaskan, bersama-sama dengan 4, konsekuensi potensial dari seluruh proses. Menjadi bagian dari sebuah proses, kembali pada 1 dan 2, karena lebih atau kurang partisipasi dalam beberapa bidang masyarakat akan berubah hubungan ketidaksetaraan kategoris dan distribusi sumber daya dalam masyarakat. Akhirnya, negara kelima urusan menentukan jenis ketidaksetaraan harus dijelaskan harus ditambahkan sebagai faktor sisi: karakteristik khusus
(44)
24
informasi dan komunikasi teknologi. Dengan cara ini, model dinamis dapat ditarik yang membentuk representasi teori ini. Lihat Bagan 2.
Bagan 2. Model Kausal dari Sumber dan Kesesuaian Teori
Argumen inti dapat diringkas dalam pernyataan berikut :
1. Ketidaksetaraan kategoris dalam masyarakat menghasilkan distribusi yang tidak merata sumber daya.
2. Ketimpangan distribusi sumber daya menyebabkan akses terhadap digital teknologi.
3. Akses yang tidak merata ke teknologi digital juga tergantung pada karakteristik
teknologi ini.
4. Akses yang tidak merata ke teknologi digital membawa tentang partisipasi tidak merata di masyarakat.
5. Partisipasi tidak merata dalam masyarakat memperkuat ketidaksetaraan kategoris dan distribusi tak merata sumber daya.
ketidaksetaraan kategoris pribadi dan posisi
partisipasi dalam masyarakat Akses ke TIK
distribusi sumber daya
karakteristik TIK
(45)
25
Berikut kesenjangan kategoris pribadi dapat sering ditemukan pada pembagian penelitian digital :
Usia (muda / tua)
Jenis kelamin (pria / wanita)
Ras / etnis (mayoritas / minoritas)
Intelligence (tinggi / rendah)
Kepribadian (ekstrovert / pendiam, percaya diri / tidak percaya diri)
Kesehatan (aktif / dinonaktifkan).
Hal yang sama berlaku untuk ketidaksetaraan kategori posisi berikut:
Posisi Buruh (pengusaha / pekerja, manajemen / karyawan; dipekerjakan / pengangguran)
Pendidikan (tinggi / rendah)
Rumah Tangga (keluarga / pribadi)
Bangsa (dikembangkan / berkembang)
Dalam pengamatan empiris yang paling pertama dari kategori-kategori relasional memiliki akses lebih dari yang kedua. Sumber-sumber berikut sering mencari dalam penelitian kesenjangan digital, kadang-kadang di bawah label lain seperti modal ekonomi, sosial dan budaya:
Temporal (memiliki waktu untuk menggunakan media digital)
Material (kepemilikan dan pendapatan)
(46)
26
Sosial (memiliki jaringan sosial untuk membantu dalam menggunakan media digital)
Budaya (status dan menyukai berada di dunia media digital)
Bagian inti dari model ini adalah sejumlah jenis akses berturut-turut. Di sini Konsep akses multi-tasking halus dan dipahami sebagai proses total perampasan teknologi baru. Hal ini ikut bertanggung jawab atas nama teori tentang sumber daya dan teori apropriasi. Untuk yang sesuai teknologi baru yang harus pertama termotivasi untuk menggunakannya. Ketika motivasi yang cukup dikembangkan satu harus dapat memperoleh akses fisik ke komputer, internet atau media digital lainnya. Selain itu, salah satu kebutuhan sumber daya materi untuk tetap menggunakan teknologi yang terdiri peralatan
peripheral, perangkat lunak, tinta, kertas, langganan, dan sebagainya. memiliki fisik dan akses materi tidak secara otomatis menyebabkan perampasan teknologi sebagai yang pertama harus mengembangkan beberapa keterampilan untuk menggunakan media yang bersangkutan. Semakin ini keterampilan mengembangkan penggunaan yang lebih tepat dapat dibuat dari teknologi di beberapa aplikasi. Penggunaan antara masalah lain frekuensi penggunaan dan jumlah dan keragaman aplikasi. Proses ini digambarkan pada bagan ini adalah kerangka kerja untuk eksposisi panjang relatif dari bagian berikut :
(47)
27
Bagan 3. Empat Jenis Kesuksesan dari Kesesuaian Akses Terhadap
Teknologi Digital
Karakteristik ICT sebagai teknologi merupakan faktor ke samping pada bagan 2, Ketika teknologi berpengalaman menjadi kompleks, mahal, multimedia dan sehingga menimbulkan masalah aksesibilitas dan kegunaan ini akan meningkatkan masalah akses di umum. Perangkat komputer memang tidak sama dengan, misalnya, televisi. dalam dekade pertama keberadaan ICT karakteristik yang disebutkan tersebar luas di pasokan teknologi ini. Dalam dekade terbaru kemajuan telah dibuat dalam membuat perangkat keras dan perangkat lunak yang bersangkutan lebih mudah diakses dan dapat digunakan untuk bagian yang lebih besar dari populasi. Penuh pengertian, ini telah mengurangi kesenjangan digital dalam keterampilan dan penggunaan.
Faktor terakhir dalam bagan 2 adalah wilayah atau perhatian dari kesenjangan digital. Konsekuensi akses yang tidak sama dari semua jenis lebih atau kurang partisipasi di beberapa bidang masyarakat: ekonomi (seperti pekerjaan), (misalnya kontak sosial) sosial, politik (voting dan jenis lain dari partisipasi politik), budaya (berpartisipasi dalam Budaya cyber), spasial (mampu menjalani kehidupan mobile) dan kelembagaan (mewujudkan hak-hak kewarganegaraan). Bagian berikut menyajikan hasil utama sejauh penelitian
Penggunaan -frekuensi -keragaman
Akses fisik dan materi
keterampilan digital -pembuatan konten -strategis
-Informasi / komunikasi -resmi
-operasional Motivasi
(48)
28
empiris Berikut empat jenis akses dibedakan. Sebagian hasil yang disajikan berasal dari Belanda di mana penulis bab ini mampu menguji teorinya dalam besar jumlah survei dan tes unjuk kebolehan.
1. Motivasi
Sebelum akses fisik datang keinginan untuk memiliki komputer dan terhubung ke Internet. Banyak dari mereka yang tetap di sisi 'salah' dari kesenjangan digital memiliki masalah motivasi. Tampaknya ada tidak hanya 'si miskin', tetapi juga 'wantnots' mengingat teknologi digital. Dengan munculnya teknologi baru penerimaan masalah dalam hal motivasi selalu tertinggi. Pada 1980-an dan 1990-an banyak orang memberikan jawaban dalam pertanyaan survei bahwa mereka tidak membutuhkan komputer atau Internet koneksi. Ketika teknologi sebagian besar menyebar di masyarakat motivasi untuk mendapatkan komputer dan mencapai akses Internet meningkat cepat. Pada pergantian abad Jerman dan Survei Amerika menunjukkan bahwa alasan utama penolakan ini adalah:
Tidak perlu atau peluang penggunaan yang signifikan
Tidak ada waktu atau keinginan
Penolakan dari media (internet dan komputer game sebagai 'berbahaya' Media)
Kekurangan uang
(49)
29
Pengamatan ini membawa kita ke salah satu mitos yang paling membingungkan yang dihasilkan oleh ide populer tentang kesenjangan digital: bahwa orang-orang baik dalam atau keluar, termasuk atau dikecualikan. Yang disebut survei terakhir menunjukkan bahwa populasi Internet sebenarnya adalah pernah pergeseran. Pertama, disebut ada pengguna intermiten: orang yang pergi offline untuk waktu yang lama untuk beberapa alasan. Kelompok sering tanpa disadari kedua adalah putus sekolah yang kurang lebih permanen kehilangan koneksi ke Internet. Jumlah mereka adalah 10 persen dari populasi Amerika pada tahun 2002. Kelompok berikutnya adalah 'net-evaders' yang hanya menolak untuk menggunakan internet dan tidak peduli apakah mereka memiliki sumber daya atau tidak (di antara mereka yang lebih tua manajer pengisian sekretaris mereka untuk menggunakan E-mail dan mencari di internet dan orang-orang yang bangga tidak menggunakan bahwa 'medium kotor' atau komputer karena hal ini tidak beroperasi dianggap 'pekerjaan perempuan' oleh beberapa laki-lakii pekerja). Namun, jumlah pengguna intermiten, drop-out dan 'bersih-penghindar' adalah menurun ketika teknologi menjadi alat yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.
Populasi Internet terus berubah memfokuskan perhatian kita pada kedua, mungkin bahkan lebih penting mitos yang dihasilkan oleh dikotomi menyesatkan kesenjangan digital. Ini adalah asumsi bahwa mereka yang memiliki koneksi komputer atau internet yang
(50)
benar-30
benar mereka gunakan. Banyak pengguna diasumsikan benar-benar menggunakan komputer atau internet hanya sekali seminggu atau beberapa kali sebulan; beberapa orang bahkan tidak pernah menggunakannya. Mengukur komputer dan internet akses di pertanyaan survei sering conflates kepemilikan atau sehubungan dengan penggunaan atau waktu pemakaian. Waktu studi buku harian dan sejenisnya menunjukkan jauh lebih besar perbedaan atau membagi antara kategori orang seperti yang akan dikatakan dalam ayat tersebut pada penggunaan di bawah ini. Faktor-faktor yang menjelaskan akses motivasi keduanya dari sosial atau budaya dan sifat mental atau psikologis. Penjelasan sosial primer yang hampir sepuluh tahun tua menyatakan bahwa "Internet tidak memiliki daya tarik bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah dan rendah berpendidikan orang “. Untuk menggali lebih dalam alasan kurangnya minat tampaknya tepat untuk menyelesaikan survei berskala besar dengan studi kualitatif lokal masyarakat dan kelompok budaya.
Namun, yang paling menonjol adalah penjelasan mental dan psikologis. Di sini fenomena kecemasan komputer dan techno-phobia
datang ke depan. kecemasan komputer adalah perasaan tidak nyaman, stres, atau rasa takut yang dialami ketika menghadapi komputer.
Technophobia adalah takut teknologi pada umumnya dan ketidakpercayaan dalam Surat efek menguntungkan. Menurut survei UCLA perwakilan dari 2003 lebih dari 30 persen pengguna internet
(51)
31
baru Amerika melaporkan bahwa mereka sedang sangat technophobic
dan hal yang sama diterapkan pada 10 persen pengguna internet berpengalaman. Kecemasan Komputer dan technophobia masih merupakan hambatan utama dari komputer dan akses internet di banyak negara, terutama di kalangan manula, orang dengan rendah latar belakang pendidikan dan bagian dari populasi wanita. Fenomena ini menurun, tetapi tidak benar-benar hilang dengan difusi lebih lanjut komputer dan Akses internet di masyarakat.
Kelanjutan kecemasan sebagian disebabkan oleh karakteristik kepribadian. The Big Five dimensi kepribadian (Keramahan,
conscientiousness, neuroticism, extraversion, dan keterbukaan) yang diketahui terkait dengan penggunaan komputer, sikap dan stres. Misalnya, neuroticism memperburuk masalah yang dialami dalam mendekati dan menggunakan komputer dan extraversion meredakan mereka. untuk kepribadian dimensi yang berkaitan dengan penggunaan komputer.
2. Akses Fisik dan Materi
Mayoritas investigasi kesenjangan digital didedikasikan untuk pengamatan membagi akses fisik ke komputer pribadi dan Internet antara kategori demografis yang jelas dalam hal ini: pendapatan, pendidikan, usia, jenis kelamin dan etnis. Survei pertama nasional di negara-negara maju pada akhir 1990-an dan pergantian seluruh abad
(52)
32
menunjukkan kesenjangan yang tumbuh akses antara orang-orang dengan penghasilan yang tinggi dan rendah atau pendidikan dan mayoritas etnis dibandingkan dengan etnis minoritas. Namun, jenis kelamin fisik akses membagi telah ditutup setelah mereka tahun. Namun, penutupan hampir lengkap dari kesenjangan ini hanya terjadi di Negara-negara Amerika bagian Utara dan Eropa Utara-Barat. Mengingat usia hubungan tersebut melengkung: akses fisik memuncak pada kelompok usia 25 sampai 40 menurun tajam setelah itu. Jelas, generasi termuda dan perempuan mendapatkan manfaat dari rumah tangga kepemilikan komputer, karena rumah tangga adalah unit pengukuran survei yang paling akrab. Dari tahun 2000-2002 dan seterusnya akses fisik membagi dalam negara-negara maju Eropa Utara, Amerika dan Timur-Asia mulai menurun sebagai kategori dengan berpenghasilan tinggi dan pendidikan mencapai kejenuhan parsial dan orang-orang dengan pendapatan rendah dan pendidikan mulai mengejar ketinggalan (Eurobarometer 56-63, 2001-2010). Namun, di negara-negara berkembang kesenjangan akses fisik terus melebar dan masih melebar (angka ITU tahunan saat PC global dan Koneksi internet).
Sebelah akses fisik konsep yang lebih luas akses material dapat dibedakan. Hal ini berlaku jika tidak hanya hardware inti dari komputer, smartphone atau koneksi internet tetapi juga peralatan
(53)
33
lupa berlangganan. Mereka terdiri dari tumbuh bagian dari total pengeluaran untuk media digital. Sementara biaya hardware untuk perangkat cenderung menurun, jumlah perangkat yang dibeli hari ini cenderung naik. Terbukti, pendapatan yang memadai tetap menjadi syarat penting di sini. Jadi, ketika akses fisik gap menutup, ketidaksetaraan pendapatan tetap penting untuk akses materi pada umumnya.
3. Keterampilan Digital
Setelah memperoleh motivasi untuk menggunakan komputer dan beberapa jenis akses fisik kepada mereka, kita harus belajar untuk mengelola perangkat keras dan perangkat lunak. Di sini masalah kurangnya keterampilan mungkin muncul sesuai dengan model pada Gambar 2 ini Masalah dibingkai dengan istilah-istilah seperti 'komputer, melek informasi atau multimedia' dan 'keterampilan komputer' atau 'informasi kapita'. Steyaert dan van Dijk, memperkenalkan konsep 'keterampilan digital' sebagai suksesi beberapa jenis keterampilan. Yang paling mendasar adalah 'keterampilan instrumental' (Steyaert) atau 'keterampilan operasional' (van Dijk), yang kapasitas untuk bekerja dengan hardware dan software. Keterampilan ini telah memperoleh banyak perhatian dalam literatur dan dalam opini publik. Yang paling populer adalah pandangan bahwa keterampilan masalah ini diselesaikan ketika keterampilan ini dikuasai. Namun, banyak ulama yang terlibat dengan
(54)
34
pengolahan informasi dalam masyarakat informasi telah meminta perhatian semua jenis keterampilan terkait konten yang diperlukan untuk berhasil menggunakan komputer dan internet. Steyaert membedakan antara 'keterampilan struktural' dan 'keterampilan strategis'. Van Dijk mengajukan perbedaan dibandingkan antara 'keterampilan informasi' dan 'keterampilan strategis'. Keterampilan informasi adalah keterampilan untuk mencari, pilih, dan memproses informasi dalam komputer dan sumber jaringan. Keterampilan strategis dapat didefinisikan sebagai kapasitas untuk menggunakan komputer dan sumber jaringan sebagai sarana untuk tujuan tertentu dan untuk tujuan umum meningkatkan posisi seseorang dalam masyarakat.
Dalam empat tahun terakhir penulis bab ini dan rekannya Alexander van Deursen telah jauh disempurnakan konsep keterampilan digital / Internet ke enam jenis keterampilan digital / internet dan beberapa jenis pengukuran mulai dari yang berskala survei untuk tes kinerja tugas internet di laboratorium media. Keterampilan internet menengah-terkait dan berhubungan konten berikut telah dibedakan menjadi beberapa bagian.
Terkait menengah
Keterampilan Operasional: tindakan yang diperlukan untuk mengoperasikan media digital ('tombol pengetahuan')
(55)
35
Keterampilan Formal: penanganan struktur formal menengah; di sini: browsing dan navigasi
Terkait konten
Keterampilan Informasi: mencari, memilih dan mengevaluasi informasi dalam media digital, misalnya mesin pencari
Keterampilan Komunikasi: mailing, menghubungi, menciptakan identitas online, menarik perhatian dan keterampilan memberikan pendapat
Pembuatan konten: memberikan kontribusi pada Internet dengan rencana tertentu atau desain
Keterampilan Strategis: menggunakan media digital sebagai sarana untuk mencapai tujuan profesional dan pribadi tertentu.
Penelitian ilmiah sangat sedikit yang telah dilakukan pada tingkat yang sebenarnya keterampilan digital yang dimiliki oleh orang-orang. Sayangnya hal ini sangat sulit untuk menentukan tingkat sebenarnya karena keterampilan digital yang paling tidak hasil dari kursus komputer, tetapi belajar melalui praktek dalam lingkungan pengguna sosial tertentu. Sejauh ini, hanya ada beberapa perkiraan keterampilan. Pengukuran kinerja nyata hanya terjadi di lingkungan pendidikan kecil atau sebagai bagian dari kelas komputer. Masalah pengukuran ini adalah bahwa mereka sepenuhnya normatif: apakah tujuan dari kursus tertentu telah tercapai. Masalah untuk kedua jenis pengukuran, survei
(56)
36
dan ujian tentu saja adalah bahwa mereka kebanyakan menggunakan terbatas definisi keterampilan digital yang tidak melampaui kemampuan operasional.
4. Penggunaan
Terbukti, tujuan dari proses total apropriasi adalah penggunaan. Memiliki motivasi yang cukup, akses fisik dan keterampilan untuk menerapkan media digital adalah kondisi yang diperlukan tetapi tidak cukup dari penggunaan aktual. Penggunaan memiliki alasan sendiri atau determinan. Sebagai faktor tergantung dapat diukur dalam setidaknya empat cara: 1 Penggunaan waktu dan frekuensi; 2 Jumlah dan keragaman aplikasi penggunaan; 3 Broadband atau narrowband
digunakan; 4. Lebih atau kurang aktif atau kreatif digunakan.
Pengamatan ini konfirmasi dari tesis penampilan yang disebut sebuah
gap penggunaan istilah dari komputer dan penggunaan Internet yang disarankan oleh Van Dijk, Bonfadelli, Taman, Cho et al., Zillien dan Hargittai dan lain-lain. Pernyataan dasarnya adalah bahwa beberapa bagian dari populasi akan lebih sering menggunakan aplikasi yang serius dengan efek menguntungkan tertinggi pada modal dan sumber daya (kerja, karir, studi, masyarakat partisipasi dll), sementara bagian lain akan menggunakan aplikasi hiburan dengan tidak, atau sangat sedikit, efek menguntungkan pada modal dan sumber daya. Oleh van Dijk, Bonfadelli dan lain-lain pernyataan ini pertama kali diterapkan
(57)
37
pada orang-orang dengan pendidikan rendah dan tinggi, dengan cara ini membingkai kesenjangan penggunaan pendidikan. ini tesis jelas berkaitan dengan tesis kesenjangan pengetahuan tahun 1970-an yang menyatakan bahwa tinggi berpendidikan berasal pengetahuan dari media massa seperti televisi dan koran daripada berpendidikan rendah. Hanya, kesenjangan penggunaan jauh lebih luas dan berpotensi lebih efektif dalam hal ketimpangan sosial dari kesenjangan pengetahuan karena penggunaannya gap menyangkut penggunaan diferensial dan kegiatan di semua bidang kehidupan sehari-hari, bukan hanya persepsi dan kognisi dari media massa.
Di sini terlihat bahwa akses ke komputer dan internet benar-benar penting. Bahwa mereka yang tidak memiliki akses yang jelas. Kerugian dan bahwa mereka yang hanya memiliki akses ke saluran tradisional informasi dan komunikasi tertinggal di belakang. Dengan difusi pertumbuhan digital ini media dalam masyarakat mereka mungkin akan ketinggalan semakin jauh di belakang untuk akhirnya menjadi dikecualikan dari sebagian besar masyarakat. Inilah sebabnya mengapa lebih atau partisipasi lebih atau kurang efek akhir yang sah dari akses yang tidak sama.
(58)
38
G. Kerangka Pikir
Menurut Muhamad (2009:75) Kerangka pikir adalah gambaran mengenai hubungan antar variabel dalam suatu penelitian yang diuraikan oleh jalan pikiran menurut kerangka logis. Menurut Ridwan (2004:25) Kerangka pikir adalah dasar pemikiran dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fkata, observasi, dan telaah penelitian, kerangka pikir memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Uraian dalam kerangka pikir ini menjelaskan antar variabel. Selanjutnya menurut Sekaran (1992:72) kerangka berpikir yang baik adalah memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Variabel pernah diidentifikasikan secara jelas dan diberi nama.
2. Uraiannya menyatakan bagaimana dua atau lebih variabel berhubungan satu dengan lainnya.
3. Jika sifat dan arah hubungan dapat diteorikan berdasarkan penemuan dari penelitian sebelumnya, hal ini seharusnya menjadi dasar dalam uraian kerangka berfikir apakah hubungan itu positif atau negatif.
4. Dinyatakan secara jelas mengapa peneliti berharap bahwa hubungan antara variabel itu ada.
5. Digambarkan dalam bentuk diagram skematis, sehingga pembaca dapat jelas melihat hubungan antar variabel.
Pada analisis kuantitatif, kerangka pikir ini memuat latar belakang masalah, kemudian masalah yang diteliti dan dilanjutkan dengan metode serta variabel penelitian. Terakhir kerangka ini biasanya memuat tujuan penelitian, saran atau
(59)
39
kesimpulan penelitian. Sebelum atau setelah dibuat bagan kerangka pikir penelitian, maka biasanya peneliti membuat penjelasan runtut dan sistematis terkait dengan bagan yang akan/telah dibuatnya tersebut.
Berkaitan dengan penelitian ini, penggunaan teknologi di kalangan guru SMA semakin lama semakin meningkat. Keterkaitan semakin meningkatnya dalam hal ini peneliti memberikan yaitu SMA Negeri terpilih di Bandarlampung yang sekolahnya telah memiliki laboratorium komputernya dan telah terkoneksi ke internet atau tidak, maupun yang tidak memiliki laboratorium yang memang secara psikologis sangat rentan pada pengaruh media massa khususnya internet.
Internet memiliki karakteristik sendiri dibandingkan dengan media-media massa lainnya. Berbagai jenis konten yang banyak sehingga para guru dapat memanfaatkan fasilitas ini dalam memanfaatkan koneksitas internet. Proses belajar mengajar tidak hanya terjadi dalam kelas dan tidak harus bertatap muka. Pemanfaatan internet dapat memanfaatkan waktu dan ruang yang sngat luas jika digunakan dengan tujuan yang benar. Para guru dapat memanfaatkan internet dengan beberapa tujuan dan syarat yang disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan sekolah pengguna internet. ICT litetracy memungkinkan seorang guru untuk mengatur sekolahnya agar bisa bersaing secara teknologi, mulai dari kemampuan sampai fasilitasnya. Literasi dan adopsi penggunaan teknologi sangat penting dalam motivasi untuk memanfaatkan komputer dan koneksitas internet.
(60)
40
Bagan 4. Diagram Penelitian
H. Hipotesis
Dalam buku metode penelitian (M.Nazir, 2005:151) hipotesis merupakan pegangan yang khas dalam menuntun jalan pikir penelitian. Hipotesis harus ada untuk menentukan persoalan serta memandu jalan pikiran ke arah tujuan yang ingin dicapai sehingga hasil yang ingin diperoleh akan mengenai sasaran yang tepat. Hipotesis juga merupakan sebuah gambaran yang memiliki
Digital divide
Sampel 3 sekolah yang senjang secara digital
SMA Negeri 1 (Sekolah Kategori 1)
SMA Negeri 13 (Sekolah Kategori 2)
SMA NEgeri 8 (Sekolah Kategori 3)
Indikator Keterampilan
Indikator Sikap
ICT Literacy Guru Pembagian
(61)
41
referensi telah dirumuskan serta diterima untuk sementara dan dapat menerangkan fakta-fakta maupun kondisi yang diamati untuk tujuan langkah penelitian.
Berdasarkan kerangka pikir di atas maka dapat ditarik kesimpulan yang merupakan jawaban sementara masalah penelitian sebagai berikut :
Hi : Ada perbedaan ICT Literacy terhadap guru pada SMA Negeri yang senjang secara digital
Ho: Tidak ada perbedaan ICT Literacy guru pada tiga SMA Negeri yang senjang secara digital
(62)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang model adopsi internet oleh guru SMA Negeri. Karena itu, tipe penelitian ini termasuk pada penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Isaac dan Michael menjelaskan penelitian deskriptif adalah melukiskan secara fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. Dengan metode deskriptif, kita menghimpun data, menyusun secara sistematis, faktual dan cermat (Rakhmat, 1995: 22,27).
B. Metode Penelitian
Metode penelitian ini merupakan penelitian survei. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Masri Singarimbun, 2006:3). Ciri khas penelitian ini adalah data dikumpulkan dari responden yang banyak jumlahnya dengan menggunakan kuesioner (Masri Singarimbun, 2006:5). Kuesioner merupakan lembaran yang berisi beberapa pertanyaan dengan struktur yang baku.
(63)
43
C. Definisi Konsep
Definisi konsep merupakan batasan terhadap masalah-masalah variabel, yang dijadikan pedoman dalam penelitian, sehingga tujuan dan arahnya tidak menyimpang. Definisi konsep dalam penelitian ini adalah:
ICT Literacy sebagai kemampuan untuk menggunakan teknologi digital, alat
komunikasi dan jaringan untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, mengevaluasi dan menciptakan informasi dalam rangka untuk kegunaan dalam suatu masyarakat berbasis pengetahuan (Kenney, 2006:1).
D. Definisi Operasional
Adapun indikator dari definisi operasional dalam penelitian ini adalah aktifitas menggunakan internet berupa:
Tabel 2.Aktifitas menggunakan internet
No Variabel Dimensi Indikator
1 Variabel X
ICT Literacy
Akses Kesadaran dan
pengetahuan
a. Kemampuan mengidentifikasi ICT b. Mengetahui perkembangan IC c. Memahami fitur ICT seperti SMS,
telepon (panggilan suara), penyimpanan data, web browsing
dan e-mail.
(64)
44
Lanjutan Tabel 2.Aktifitas menggunakan internet
Keterampilan teknis
a. Menggunakan fitur aplikasi ICT : Ponsel, kamera, video recorder dan player, perekam suara, pemutar musik, layanan multimedia, pengolah kata dan angka.
b. Kemampuan mengakses dan mencari sebuah website , misal log on, mesin pencari, kata kunci.
c. Mampu membuat account , menulis e-mail, pasang dan download file, diskusi di jejaring sosial.
Sikap a. Terjadi perubahan teknologi di
sekolah tersebut.
b. Frekuensi penggunaan ICT berdampak pada prestasi akademik siswa.
c. Alat untuk penelitian, mengatur,
mengevaluasi dan
mengkomunikasikan informasi.
Tingkat penggunaan ICT konsisten
dengan tingkat perkembangan
ekonomi.
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah 17 SMA Negeri di Bandar Lampung dengan kriteria sekolah yang senjang secara digital.
(65)
45
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah 3 SMA Negeri yang senjang secara digital, sementara unit analisisnya adalah guru di tiga SMA Negeri tersebut. Sampel penelitian ini diambil melalui beberapa tahap:
Tahap I adalah mengklasifikasikan sekolah berdasarkan keadaan kesenjangan digital yaitu keadaan laboraturium dan koneksitas sekolah.
Tahap II merupakan jumlah klasifikasi tahap 1 ditetapkan 3 sampel SMA Negeri yang masing-masing mewakili kategori dalam kesenjangan digital :
SMA Negeri yang memiliki Lab Komputer, terkoneksi interne, sekaligus
bandwidth (kecepatan koneksi internet).
SMA Negeri yang mempunyai Lab Komputer dan belum atau tidak terkoneksi internet
SMA Negeri yang tidak atau belum memiliki Lab Komputer maupun konektisitas internet.
Tahap III merupakan menentukan besar sampel yang terdiri dari 3 SMA Negeri di Bandarlampung yang senjang secara digital. Untuk menentukan besar sampel akan menggunakana rumus Cochran. Adapun rumus tersebut dinyatakan sebagai berikut (Cochran dalam Sudarmanto 2009:92):
(1)
107
3. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Internet Literacy atau lebih tepatnya ICT Literacy dari tiap sekolah memiliki perbedaan yang sangat signifikan, hal itu dapat dibuktkan dengan adanya hasil dari jawaban responden terhadap kuesioner yang dibagikan pada saat penelitian dilakukan. Hasil dari penelitian ini yaitu menunjukkan guru di SMA Negeri 8 memiliki tingkat Keterampilan dan Sikap terhadap ICT Literacy dengan angka tertinggi yaitu sebesar 72%, disusul oleh SMA Negeri 13 70%, dan SMA Negeri 1 64%. Demikian halnya untuk dimensi sikap terhadap ICT cenderung tidak ada perbedaan. Sikap ICT dalam kategori tinggi guru pada SMA Negeri 8 70%, SMA Negeri 13 64%, dan SMA Negeri 1 64%.
4. Keadaan guru di SMA Negeri 1 dengan dukungan tersedianya fasilitas laboratorium komputer dan koneksitas internet yang memadai, baik dari kuantitas dan kualitasnya memungkinkan guru memiliki akses yang tinggi untuk membuat perangkat pembelajaran seperti RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dan bahan ajar serta media pembelajaran seperti PowerPoint dan lain lain seharusnya memiliki tingkat ICT Literacy yang lebih unggul dari guru di SMA Negeri 13 dan SMA Negeri 8 dengan fasilitas laboratorium komputer dan koneksitas internet yang kurang baik. Namun dalam penelitian kali ini semua terlihat berbeda, dapat kita lihat di pembahasan bahwa SMA Negeri 8 yang merupakan sekolah dari kategori sekolah 3 dengan fasilitas, lab dan koneksi yang tidak stabil memiliki presentasi paling tinggi baik itu dalam keterampilan dan sikap ICT
(2)
108
Literacy nya dibandingkan SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 13 yang merupakan sekolah kategori 1 dengan fasilitas, lab dan koneksi lebih baik. 5. Dari penuturan guru di SMA Negeri 8 dan SMA Negeri 13 mereka juga
biasanya melakukan kegiatan yang berhubungan dengan ICT di rumah maupun di luar lingkungan sekolah lain nya, sehingga kegiatan mereka dalam interaksi dengan ICT tidak bergantung atau terbatas hanya di lingkungan sekolah saja.
6. Kendala yang menjadi hambatan bagi sebagian besar perempuan di dalam penelitian ini untuk menguasai ICT Literacy yaitu kebanyakan ketika mereka telah tiba di rumah, mereka terlalu sibuk dalam mengurus keluarga maupun kegiatan rumah tangga lainnya sehingga minat untuk mempelajari internet, komputer dan sejenisnya sudah berkurang karena waktu yang tersita untuk keluarga di rumah.
7. Dalam peneitian ini peneliti berhasil menemukan satu temuan dari hasil wawancara yang menunjukkan bahwa usia bukanlah menjadi halangan yang mempengaruhi kemampuan ICT Literacy guru, terbukti bahwa salah satu guru mata pelajaran bahasa Jerman di SMA Negeri 1 Bandarlampung aktif mengunakan internet dalam pekerjaan nya, memperoleh informasi beasiswa dan lain-lain yang sesuai dengan kebutuhan nya. Terbukti dalam penelitian ini bahwa motivasi merupakan satu dimensi yang sangat mempengaruhi tingkat ICT Literacy guru.
(3)
109
B. Saran
Penulis memberikan saran yang mungkin berguna untuk pemerataan literasi TIK di semua SMA Negeri di Kota Bandarlampung :
1. Pemerintah daerah Provinsi Lampung perlu memberikan perhatian khusus terhadap sarana prasarana pendidikan terutama TIK untuk menghindari adanya kesenjangan digital dalam fasilitas yang terlihat jelas perbedaan dan telah dipaparkan dalam penelitian ini.
2. Pemerintah Daerah Kota Bandarlampung baiknya bekerja sama dengan tiap kepala sekolah seluruh SMA Negeri di Kota Bandarlampung untuk memberikan pelatihan dan perhatian secara rutin terhadap guru untuk mempelajari dan mengaplikasikan ICT dalam kegiatan belajar-mengajar. 3. Guru sebagai fasilitator atau tenaga pengajar di sekolah harus memiliki
kesadaran yang lebih dalam penguasaan TIK terutama dalam profesionalisme guru di era globalisasi saat ini, karena dengan pemahaman TIK yang baik guru dapat memperoleh informasi berlimpah seperti kabar terkini dan terutama bahan ajar yang diperlukan, serta dengan pemahaman TIK yang baik juga cara mengajar dapat dilakukan dengan cara yang interaktif dan menyenangkan, sehingga materi pelajaran mudah diterima dengan baik oleh siswa.
4. Guru-guru perempuan yang mengeluhkan sulitnya membagi waktu untuk mempelajari ICT setelah sepulang sekolah agar lebih memanfaatkan waktu istirahat dan jam kosong saat di sekolah untuk mempelajari kompiter, internet dan kegunaannya dalam proses belajar-mengajar.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
_______2008. Teknologi Informasi Perpustakaan, Yogyakarta: Penerbit Kanisius Camacho, K. “ Digital Divide, Multicultural Perspectives on Information Societies”,
C & F Editions. 2005.
Efendy. Onong Uchjana. 1990. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti
Nasution.Zulkarimen.2007.Komunikasi Pembangunan, Pengenalan Teori dan Penerapannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Nugroho Adi, 2008. Konsep Pengembangan System Basis Data, Informatika; Bandung
Severin, W.J & Tankard, J.W. 2005.. Teori Komunikasi : Sejarah, Metode dan Terapan dalam Media Massa. Jakarta:Kencana
Singarimbun, Masri. 2006. Metode Penelitian Survai, Jakarta: LP3ES
Sumintono, Bambang, dkk. 2012. Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam Pengajaran : Survey Pada Guru-Guru Sains SMP di Indonesia. Johor Bahru: Fakulti Pendidikan,Universiti Teknologi Malaysia
(5)
Jurnal:
Educational Testing Service. (2002) Digital Transformation A Framework for ICT Literacy: A Report of the International ICT Literacy Panel. ETS: New Jersey. Pages: 14
Hayslett-Keck, Marlit (2001). The Digital and Civic Divides: How the digital divide affects internet voting, Georgia Tech Research Institute.
Jan A.G.M. van DIJK. 2012. The Evolution of the Digital Divide The Digital Divide turns to Inequality of Skills and Usage. University of Twente
Nurhaida, Ida, dkk. 2011. Pengembangan Model Pengukuran e-Readliness Institusi Pendidikan SLTA di Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Organisation for Economic Co-Operation and Development, OECD 2001. Understanding the digital divide. OECD Publication, Paris.
Pernia. E. Elena, 2008. Strategy Framework for Promoting ICT Leteracy in The Asia-Pacific Region, Bangkok: UNESCO Bangkok,Asia and Pacific Regional Bureau for Education
Surya Muhammad. Prof.Dr. H. 2006. Potensi Tehnologi dan komunikasi dalam peningkataan mutu pembelajaran di kelas. Pustekkom Depdiknas
Sumber Internet :
http://directory.umm.ac.id/tik/POTENSI%20TEKNOLOGI%20INFORMASI%20DA N%20KOMUNIKASI%20DALAM%20PENINGKATAN%20MUTU%20PEMB ELAJARAN%20DI%20KELAS.doc diunduh pada 30 Oktober 2014
http://faculty.petra.ac.id/dwikris/docs/desgrafisweb/www/3-fasilitas_internet.html diakses pada 20 Oktober 2014
http://gurupembaru.com/home/perkembangan-internet-sekolah-indonesia/ diakses pada tanggal 28 Maret 2013
http://m.voaindonesia.com/a/1624179.html diakses pada,27 maret 2013 http://news.detik.com/read/2013/03/19/140516/2197893/10/undp-indeks
pembangunan-manusia-ri-naik-ranking-sama-dengan-afsel diakses pada 27 maret 2013
(6)
http://tekno.kompas.com/read/2014/01/30/0844338/Internet.Indonesia.Paling.Pelan.N omor.Dua/ diakses pada 28 Maret 2014
Wahidin, Dadan. 2009. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi Sebagai Media Pembelajaran.
https://www.academia.edu/5368002/PEMANFAATAN_TEKNOLOGI_INFORM ASI_DAN_KOMUNIKASI_SEBAGAI_MEDIA diunduh pada 31 Oktober 2014 Yulfitri, Alivia. Pemodelan Pengukuran Untuk Mengurangi Kesenjangan Digital Di
Indonesia Studi Kasus: Smu Negeri Kotamadya Bandung.
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-aliviayulf-31299. diakses pada 30 Oktober 2014.