Pengaruh Digital Divide Terhadap Literasi Internet Guru Madrasah Aliyah Swasta (Studi Pada Madrasah Aliyah Swasta Di Kota Bandar Lampung)

(1)

ABSTRACT

The Influence of Digital Divide on Private Madrasah Aliyah Teachers Internet Literacy

(A Case Study Private Madrasah Aliyah in Bandar Lampung) By

Rina Puteri Octarina

The purpose of this study is: 1. Reveals teachers internet literacy in Private Madrasah Aliyah in Bandar Lampung, 2. Knowing the teachers internet literacy difference in three Private Madrasah Aliyah with digital divide. 3. Knowing the difference between male teachers and female teachers internet literacy in three Private Madrasah Aliyah with digital divide. Internet Literacy uses Elena P. Pernia (2008) assessment model with three indicators, knowledge, skills and attitude. The results of the different test on three sample of Private Madrasah Aliyah showed a difference in internet literacy of teachers at Private Madrasah Aliyah with digital divide. Where thitung > ttabel, therefore Ho is rejected. Independent sample t test results showed there is no internet literacy difference between male teachers and female teachers. Where thitung < ttabel (1,060 < 1,996), therefore Ho is accepted.

Keyword: Digital divide, Informations and Communications Technology (ICT), Internet literacy


(2)

ABSTRAK

Pengaruh Digital Divide Terhadap Literasi Internet Guru Madrasah Aliyah Swasta

(Studi Pada Madrasah Aliyah Swasta Di Kota Bandar Lampung) Oleh

Rina Puteri Octarina

Tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengungkapkan literasi internet guru Madrasah Aliyah Swasta di Kota Bandar Lampung, 2. Mengetahui perbedaan literasi internet guru di tiga Madrasah Aliyah Swasta yang senjang secara digital, 3. Mengetahui perbedaan literasi internet antara guru laki-laki dan guru perempuan di tiga Madrasah Aliyah Swasta yang senjang secara digital. Literasi internet menggunakan model assesmen Elena E. Pernia (2008) dengan tiga indikator yaitu: pengetahuan, keterampilan dan sikap. Hasil uji beda di tiga sampel Madrasah Aliyah Swasta menunjukan adanya perbedaan literasi internet guru di Madrasah Aliyah Swasta yang senjang secara digital. Hasil uji beda tersebut menunjukan nilai Thitung > Ttabel maka Ho ditolak. Hasil uji independent sample t test

menunjukan tidak adanya perbedaan literasi internet antara guru laki-laki dan guru perempuan di Madrasah Aliyah Swasta yang senjang secara digital. Hasil uji

independent sample t test tersebut menunjukan Thitung < Ttabel (1,060 < 1,996) maka Ho diterima.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bengkulu pada tanggal 28 Oktober 1992. Penulis merupakan putri kelima dari lima bersaudara, buah hati dari pasangan Hi. Basri Maulana dengan Hj. Coriyati. Penulis menyelesaikan pendidikan SD Taman Siswa Bandar Lampung pada tahun 2004, SMP Negeri 3 Bandar Lampung pada tahun 2007, SMA Negeri 4 Bandar Lampung pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Semasa menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kepengurusan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Komunikasi periode 2011-2012 sebagai anggota bidang

photography, diteruskan pada periode kepengurusan 2012-2013 sebagai ketua bidang


(8)

Moto

Nothing worth having


(9)

PERSEMBAHAN

Untuk Ayah, Mamah, Kakak, Mbak, Abang, Kalian dan Kamu. Terimakasih untuk

seluruh cinta dan semangatnya yang tak henti mengiringi saat mengerjakan karya kecil

nan istimewa ini. Saya menyayangi kalian semua.

-RPO


(10)

SANWACANA

Bismillahirohmanirrahim. Puji syukur yang tiada terkira penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

Pengaruh Digital Divide Terhadap Literasi Internet Guru Madrasah Aliyah Swasta (Studi pada Madrasah Aliyah Swasta di Kota Bandar Lampung)”. Adapun maksud dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat dalam upaya untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung .

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan, namun dapat teselesaikan dengan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis megucapkan rasa hormat dan ucapan terimaksih kepada:

1. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si, Selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si selaku ketua jurusan Ilmu Komunikasi, untuk segala keramahan, kesabaran serta keiklasannya mendidik dan membantu mahasiswa selama ini.

3. Ibu Dra. Ida Nurhaida, M.Si, selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah meluangkan banyak waktu untuk sabar membimbing dan memberikan penulis banyak ilmu dan pengetahuan baru yang bermanfaat.


(11)

5. Ibu Dhanik Sulistyarini, S.Sos., MComn&MediaSt, selaku sekretaris jurusan Ilmu Komunikasi, Ibu Wulan Suciska, S.Ikom,M.Si., selaku dosen pembimbing akademik penulis dan seluruh jajaran dosen FISIP Universitas Lampung khususnya jurusan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan bermanfaat selama penulis menuntut ilmu di jurusan ini.

6. Kepala MAS Al-Hikmah, MAS Muhammadiyah dan MAS Al-Assy’arriyah beserta guru dan staf, terimakasih untuk waktu yang telah diluangkan Bapak dan Ibu demi membantu kelancaraan skripsi penulis.

7. Kedua orangtua ku, ayah H. Basri Maulana dan mamah Hj. Coriyati, terimakasih untuk setiap harapan yang dihembuskan melalui doa setiap hari, setiap malam. Untuk setiap keringat dan air mata perjuangan yang walau tak pernah tampak di depan anak-anaknya, aku tahu seberapa besar perjuangan kalian, terimakasih untuk selalu mengajarkan ku agar menjadi wanita yang kuat. Juga untuk kakak, mbak, abang dan ponakanku yang terlucu sedunia: Nayla dan Reva.

8. My-17-years-best-friend, Shinta Septiana. Terimakasih untuk semuanya, terimakasih untuk persahabatan yang begitu lama kita rajut, terimakasih untuk semangat dan kata-kata bijak yang selalu menenangkan, dan yang paling penting: terimakasih untuk tetap bertahan ketika yang lain menjauh.

9. Handika Wibowo. Terimakasih untuk segalanya, terimakasih untuk selalu ada kapan pun dan dimanapun aku membutuhkanmu. Terimakasih untuk semangat serta perjuangannya.


(12)

semangat, bantuan, kasih sayang dan persahabatan ini. Kalau nanti kita pisah, jangan lupain persabatan kita ya met, you’re my best mate ever!!), Deka Vivi Rosela, Fitri Amalia, Tia Lidarni dan Putri Ariesta (terimakasih untuk segalanya, seluruh semangat, bantuan, canda tawa, kasih sayang kalian kepadaku sampai saat ini, semoga kita ber-6 masih terus merajut persahabatan ini hingga nanti dan selamanya).

11.Teman se-turlap-an, Hafiz Wiratama a.k.a Ojan dan Hesty Prihastuti. Terimakasih untuk kerjasamanya, semangatnya dan gupek bareng-barengnya. Alhamdulilah, we did it guys!!

12.Teman-teman satu penelitian, Dendi, Mbak Susan, Jerry, Dwi, Esy, Mbak Balqis, Dewi, Deka, Hafiz, dan Hesti. Terimakasih untuk masukan-masukan yang sangat bermanfaat. 13.Ardika, Ahong, Obi, Sigit, Pandu, Umar, Dio, Imam, Togar, Xendra, Mas oyo, I gede

(semangat ngelarin skripsi nya guuyyss!!), Kak Adit, Pendi, Sinta, Putri Habibah, Cahya, Fina, Hani, Siti, Eca, Atod, dan seluruh teman-teman Ilmu Komunikasi angkatan 2010 yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

14.Mita Saraswati, Astria Noviana dan Novri (terimakasih untuk semangat kalian, untuk mita dan novri terus semangat mengejar wisuda yah) // Zubaidah Ayu Soraya (sukses untuk kita berdua ya be dan semoga kita masih bisa terus seperti ini, amin) // Sepupu terkece Religia Islamayanda dan Febilian (terimakasih untuk kata-kata penyemangatnya ya mi, semoga mia dan billy cepat menyusul) // Ayutia (adik tingkat kesayangan aku, terimakasih semangatnya, kupingnya yang selalu mendengar keluh kesah ku, lanjutkan perjuangan ya yu, jangan cepat menyerah dan jadilah wanita yang kuat).


(13)

Radit.

16.Adik-adik komunikasi, terimakasih untuk selalu bertanya kapan aku lulus dan inilah jawabannya. Semoga kalian dilancarkan dan dimudahkan dalam menyusun skripsi kalian, amin.

17.Keluarga besar HMJ Ilmu Komunikasi UNILA yang telah memberi pengalaman berharga dan pertemanan yang sangat berarti. Sukses selalu buat HMJ Ilmu Komunikasi Unila! 18.Keluarga dan teman-teman KKN Desa Margasari, Kec. Labuhan Maringgai, Kab.

Lampung Timur. Untuk Ibu dan Bapak, Kak Nano, Kak Nani, dan Agung. Untuk Ayud (kesayangan kedua ku, terimakasih untuk segala bantuan dan semangatnya), Handika, Abang Roy, Cicik Fafai, Mamih Dwi, Ocha, Putra, Elly Bocil dan Yay Darwin terimakasih untuk satu bulan penuh pengalaman dan canda tawanya, aku merindukan kalian semua.

19.Untuk yang awalnya beriringan namun memilih jalan berlawanan. Perlu diketahui aku tak pernah menginginkan situasi seperti ini, mungkin suatu saat nanti kalian akan mengerti bagaimana perasaan ku yang sebenarnya kepada kalian.

20.Semua teman-teman SD, SMP, SMA penulis.

21.Serta kepada yang membaca dan meminjam skripsi ini, semoga dapat berguna dan bermanfaat bagi pribadimu dan pribadi lainnya.

Penulis,


(14)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ABSTRACT

HALAMAN PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP PERSEMBAHAN MOTTO

SANWACANA DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR DAFTAR BAGAN DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Tinjauan Tentang Internet ... 11

2.1.1 Pengertian Internet ... 11

2.1.2 Pemanfaatan Internet dalam Pembelajaran di Sekolah ... 12

2.2 Konsep Dasar Literasi ... 13

2.2.1 Pengertian Literasi ... 13

2.2.2 Ragam Literasi ... 14

2.3 Literasi Internet dan ICT Literacy ... 15

2.4 Tinjauan Tentang ICT Literacy ... 16

2.4.1Konsep ICT Literacy ... 16

2.4.2 Dimensi ICT Literacy ... 21

2.4.3 Pengertian Akses ICT ... 22

2.4.4 Pengertian Pengetahuan ICT ... 23

2.4.5 Pengertian Aplikasi ICT ... 25


(15)

2.7 Model Assesmen ICT Literacy... 30

2.7.1 Model Assesmen Elena E. Pernia ... 30

2.8 Kerangka Pikir ... 31

2.9 Hipotesis ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

3.1 Tipe Penelitian ... 35

3.2 Metode Penelitian... 35

3.3 Definisi Konsep ... 36

3.4 Definisi Operasional... 36

3.5 Populasi dan Sampel ... 37

3.5.1 Populasi ... 37

3.5.2 Sampel ... 38

3.6 Sumber Data ... 44

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 45

3.8 Teknik Pengolahan Data ... 45

3.9 Teknik Pemberian Skor ... 46

3.10 Teknik Pengujian Instrumen Penelitian ... 47

3.10.1 Uji Validitas ... 47

3.10.2 Uji Reliabilitas ... 48

3.11 Teknik Analisa Data ... 49

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 50

4.1 Gambaran Umum MAS Al-Hikmah ... 50

4.1.1 Profil MAS Al-Hikmah ... 50

4.1.2 Visi dan Misi Serta Tujuan MAS Al-Hikmah ... 51

4.1.2.1 Visi MAS Al-Hikmah ... 51

4.1.2.2 Misi MAS Al-Hikmah ... 51

4.1.2.3 Tujuan MAS Al-Hikmah ... 52

4.1.3 Keadaan Siswa dan Guru MAS Al-Hikmah ... 52

4.1.3.1 Jumlah Siswa ... 52

4.1.3.2 Daftar Guru ... 53

4.1.4 Sarana dan Prasarana MAS Al-Hikmah ... 54

4.1.5 Pandangan MAS Al-Hikmah Terhadap Teknologi Internet ... 55

4.2 Gambaran Umum MAS Muhammadiyah ... 57

4.2.1 Profil MAS Muhammadiyah ... 57

4.2.2 Visi dan Misi Serta Tujuan MAS Muhammadiyah ... 57

4.2.2.1 Visi MAS Muhammadiyah ... 57

4.2.2.2 Misi MAS Muhammadiyah ... 57

4.2.2.3 Tujuan MAS Muhammadiyah ... 57

4.2.3 Keadaan Siswa dan Guru MAS Muhammadiyah ... 58

4.2.3.1 Jumlah Siswa ... 58


(16)

4.3.1 Profil MAS Al-Asy’arriyah ... 62

4.3.2 Visi dan Misi serta Tujuan MAS Al-Asy’arriyah ... 64

4.3.2.1 Visi MAS Al-Asy’arriyah ... 64

4.3.2.2 Misi MAS Al-Asy’arriyah ... 64

4.3.2.3 Tujuan MAS Al-Asy’arriyah ... 64

4.3.3 Keadaan Siswa dan Guru MAS Al-Asy’arriyah ... 65

4.3.3.1 Jumlah Siswa ... 65

4.3.3.2 Daftar Guru ... 65

4.3.4 Keadaan Sarana dan Prasarana MAS Al-Asy’arriyah ... 66

4.3.4.1 Sarana dan Prasarana MAS Al-Asy’arriyah ... 67

4.3.5 Pandangan MAS Al-Asy’arriyah Terhadap Teknologi Internet ... 68

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 69

5.1 Karakteristik Responden ... 69

5.2 Uji Validitas ... 70

5.2.1 Uji Validitas Variabel Literasi Internet ... 71

5.3 Uji Reliabilitas ... 72

5.4 Uji Normalitas ... 73

5.5 Analisis Jawaban Responden ... 74

5.5.1 Analisis Jawaban Responden Variabel Pengetahuan Literasi Internet ... 74

5.5.1.1 Analisa Data Berdasarkan Jawaban Responden Variabel Pengetahuan Literasi Internet ... 85

5.5.2 Analisis Jawaban Responden Variabel Keterampilan Literasi Internet ... 88

5.5.2.1 Analisa Data Berdasarkan Jawaban Responden Variabel Keterampilan Literasi Internet ... 100

5.5.3 Analisis Jawaban Responden Variabel Sikap Literasi Internet ... 103

5.5.3.1 Analisa Data Berdasarkan Jawaban Responden Variabel Sikap Literasi Internet ... 129

5.6 Pengujian Hipotesis ... 132

5.6.1 Hasil Pengujian Hipotesis Literasi Internet ... 132

5.6.2 Hasil Pengujian Hipotesis Literasi Internet Guru Berdasarkan Jenis Kelamin ... 136

5.7 Pembahasan Hasil Penelitian ... 138

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 147

6.1 Kesimpulan ... 147

6.2 Saran ... 148

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Dimensi ICT Literacy ... 21

2. Definisi Operasional ... ... ... 36

3. Data Hasil Sensus 8 Madrasah Aliyah Swasta ... ... ... 39

4. Interval Kelas dari Jumlah Komputer ... ... ... 42

5. Peringkat MAS Berdasarkan Kategori Kesenjangan Digital ... ... 42

6. Jumlah guru MAS Al-Hikmah, Muhammadiyah, Al-asy'ariyah ... ... 44

7. Ukuran Kemantapan Alpha ... ... ... 49

8. Jumlah Siswa MAS Al-Hikmah ... ... ... 52

9. Daftar Guru MAS Al-Hikmah ... ... ... 53

10. Sarana dan Prasarana MAS Al-Hikmah ... ... ... 54

11. Jumlah Siswa MAS Muhammadiyah ... ... ... 58

12. Jumlah Guru MAS Muhammadiyah ... ... ... 58

13. Sarana dan Prasarana MAS Muhammadiyah ... ... ... 59

14. Jumlah Siswa MAS Al-Asy’arriyah ... ... ... 65

15. Jumlah Guru MAS Al-Asy’arriyah ... ... ... 65

16. Sarana dan Prasarana MAS Al-Asy’arriyah ... ... ... 67

17. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Bidang Studi Di Tiga MAS ... ... ... 69

18. Uji Validitas Variabel Literasi Internet ... ... ... 70

19. Hasil Uji Reliabilitas ... ... ... 71

20. Hasil Uji Normalitas ... ... ... 72

21. Lancar Menggunakan Program Ms. Word ... ... ... 74

22. Dapat Mengirim dan Membaca E-mail ... ... ... 77

23. Mampu Mengirim dan Menerima Attachment lewat Email ... ... 79

24. Melakukan Browsing di Internet ... ... ... 83

25. Analisis Tingkat Pengetahuan Literasi Internet di Tiga MAS yang Senjang Secara Digital ... ... ... 86

26. Tingkat Pengetahuan Literasi Internet Antar Sekolah ... ... ... 87

27. Mampu Bernavigasi di Suatu Website untuk Mendapatkan Informasi yang diinginkan ... ... ... 89

28. Mampu Melakukan Bookmark Website yang Bermanfaat ... ... 92

29. Familiar dengan Milis dan Kelompok Diskusi Online ... ... ... 95

30. Pernah Berpartisipasi Dalam Online Chat ... ... ... 98

31. Analisis Tingkat Keterampilan Literasi Internet di Tiga MAS yang Senjang Secara Digital ... ... ... 101


(18)

33. Selalu Menggunakan Program Ms. Excel untuk Mengolah Hasil

Penilaian Terhadap Siswanya ... ... ... 104 34.Selalu Menggunakan Program Ms. PowerPoint untuk Menyampaikan

Pembelajaran di Kelasnya ... ... ... 106 35. Memperkaya Bahan Pembelajaran dengan Materi Yang Relevan Yang

didapat Dari Akses Di Internet ... ... ... 109 36.Memastikan Siswa Memanfaatkan Ms.Word dalam Melakukan Tugas

untuk Mata Pelajarannya ... ... ... 112 37. Memastikan Siswa Memanfaatkan Ms. Excel dalam Melakukan Tugas

Untuk Mata Pelajarannya ... ... ... 115 38.Memastikan Siswa Memanfaatkan Ms.PowerPoint dalam Melakukan

Tugas untuk Mata Pelajarannya ... ... ... 118 39. Memastikan Siswa Mencari Materi Dengan Memanfaatkan Internet

Untuk Melakukan Tugas ... ... ... 121 40. Memastikan Siswanya Memanfaatkan Peralatan Audio-Video untuk

Melakukan Tugas ... ... ... 124 41. Siswanya Sudah Mampu Membuat Presentasi Tugas dalam Bentuk

Multimedia ... ... ... 127 42. Analisis Tingkat Sikap Literasi Internet di Tiga MAS yang Senjang

Secara Digital ... ... ... 130 43. Analisis Tingkat Sikap Literasi Internet Antar Sekolah ... ... 131 44. Hasil Uji Beda Variabel Pengetahuan Literasi Internet di Tiga

MAS ... ... ... 133 45. Hasil Uji Beda Variabel Keterampilan Literasi Internet di Tiga

MAS ... ... ... 134 46. Hasil Uji Beda Variabel Sikap Literasi Internet di Tiga MAS ... ... 135 47. Hasil Uji Independent Sample T Test Literasi Internet Guru


(19)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. MAS Al-Hikmah ... 50

2. Laboratorium MAS Al-Hikmah ... 55

3. MAS Muhammadiyah ... 57

4. Laboratorium MAS Muhammadiyah ... 60

5. MAS Al-Asy’arriyah ... 62

6. Diagram Tingkat Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap Literasi Internet Guru di MAS yang Senjang Secara Digital ... 143


(20)

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

1. The Stages on HR ICT Literacy ... 16

2. Bagan hubungan antara kemahiran ICT Literacy... 18

3. Kerangka Pikir ... 33

4. Struktur Organisasi MAS Al-Hikmah ... 56

5. Struktur Organisasi MAS Muhammadiyah ... 62


(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan di bidang teknologi komunikasi yang luar biasa, termasuk telekomunikasi, seakan-akan menjadikan dunia ini kian kecil (global village). Sejak manusia ada, teknologi sudah diciptakan, bahkan teknologi dianggap sebagai ciri-ciri khas manusia. Di tengah era informasi yang terjadi pada masyarakat sekarang ini, menggunakan teknologi internet sebagai salah satu sumber untuk mendapatkan informasi, telah menjadi hal yang biasa. Hampir setiap orang dapat mengakses internet kapan dan dimana saja.1

Perkembangan teknologi informasi menjadi salah satu hal yang berkaitan dalam program pembangunan di masing-masing Negara di dunia. Laporan United Nations Development Program (UNDP) tahun 2013 yang menunjukan bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia berada di peringkat 121 dari 187 negara. Di lingkup ASEAN, Indonesia hanya berada di peringkat 6 dari 10 negara. Peringkat ini jauh lebih rendah daripada Singapura (18), Brunei Darussalam (30), Malaysia (64), Thailand (103), dan Filipina (114). Bila disimak lebih jauh indeks pendidikan Indonesia berada di urutan 6 dari 10

1

Kartikasari Yudaninggar. Internet dan Perubahan Sosial. http://jurnal-kommas.com/docs/KARTIKASARI_D0209047.pdf. Akses pada 14/1/2014.


(22)

Negara ASEAN dan indeks daya saing (competitiveness index) berada di ranking 5 dari 10 negara ASEAN.2

Dalam rangka mengejar ketertinggalan tersebut dan meningkatkan daya saing, Departemen Pendidikan Nasional dan Kebudayaan (Depdikbud) telah memprogramkan implementasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam sistem pendidikan karena TIK dinilai dapat berfungsi sebagai sumber, sarana belajar, cara berkomunikasi yang efesien dan jika dikelola secara bijaksana, TIK dapat dimanfaatkan untuk mengurangi disparitas pendidikan, yang pada hakekatnya memang selalu ada seperti perbedaan letak geografis, kekurangan guru baik dari segi jumlah maupun kualitasnya, perbedaan tingkat sosial, ekonomi dan sejumlah barrier lainnya.3

Sejak tahun 1994, TIK telah menjadi mata ajar wajib dalam kurikulum sekolah mulai dari SD sampai SLTA yang mengajarkan keterampilan komputer dan internet (ICT literacy). Kemudian TIK juga diimplementasikan dalam sistem sekolah termasuk dalam proses belajar mengajar. Namun dalam pelaksanaannya di lapangan sangat beragam, ada sekolah-sekolah yang berhasil mengimplemetasikan dengan baik, ada juga yang banyak mengalami kendala, seperti sekolah tidak memiliki laboratorium komputer, koneksitas internet, ketidaksiapan guru baik karena rendahnya ICT literacy (dalam hal ini internet)

2

UNDP: Nilai Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Naik. Mar. 2013. http://m.voaindonesia.com/a/1624179.html. Akses pada 14/1/2014. 3


(23)

maupun mispersepsi, ketiadaan kepemimpinan teknologi dan sejumlah barrier

lainnya.4

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), dalam jangka waktu yang relatif singkat, berkembang dengan sangat pesat. Pengguna Internet di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Berdasarkan data perkiraan APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) sampai dengan akhir tahun 2013 pengguna internet indonesia mencapai 71,19 juta pengguna, naik hampir 13 % dibandingkan dengan data pengguna internet tahun 2012 yang mencapai 63 juta pengguna.5

Pengguna internet yang begitu besar di Indonesia membuktikan bahwa internet memiliki banyak manfaat yang dapat digunakan oleh berbagai aspek kehidupan, khususnya pada pendidikan. Manfaat internet pada pendidikan antara lain adalah memperluas wawasan dan pengetahuan guru serta pelajar. Hal ini didukung dengan lebih leluasanya mereka dalam mendapatkan data/informasi untuk menyelesaikan tugas ataupun mendapatkan bahan ajar. Internet juga bermanfaat sebagai sarana komunikasi yang memudahkan guru serta pelajar untuk berkomunikasi dan bertukar informasi dengan sesama teman tanpa ada batasan jarak dan waktu. Manfaat internet yang lain adalah sebagai medium pembelajaran TIK. Apabila pelajar terbiasa dalam mengakses internet, maka mereka juga akan terbiasa menggunakan komputer (TIK) sehingga

4

Nurhaida, Ida, dkk. 2011. Pengembangan Model Pengukuran e-Readlines Institusi Pendidikan SLTA di Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

5

Royke Sinaga. APJII: penguna internet di Indonesia terus meningkat. Jan. 2014. http://www.antaranews.com/berita/414167/apjii-penguna-internet-di-indonesia-terus-meningkat. Akses pada 27/1/2014.


(24)

mereka tidak gagap teknologi yang pada akhirnya menghasilkan anak muda bangsa yang mampu bersaing di era globalisasi.

Namun dalam faktanya berkembang juga misadoption terhadap internet, baik dalam penggunaan individual seperti dampak negatif internet, yaitu berupa adiksi (kecanduan) pada game online, pornografi, penipuan, kekerasan dan lain sebagainya. Juga terhadap proses belajar mengajar yang menimbulkan salah persepsi dari guru yang beranggapan bahwa kegiatan mengajar itu harus face to face communication atau komunikasi tatap muka, karena disitu ada proses/interaksi antara guru dan siswa. Intinya pandangan ini mengatakan bahwa mengajar tidak hanya transfer ilmu tetapi juga membentuk kepribadian, budi pekerti luhur yang diperlukan untuk membentuk generasi muda unggul, maka dari itu pembelajaran yang digantikan internet (e-learning) dianggap bukan sebagai hal yang positif, karena teknologi ini dianggap lebih banyak memberikan dampak negatif daripada dampak positif.

Internet ibarat sebuah pisau bermata dua, disatu sisi berbahaya jika digunakan dan berdampak buruk bagi penggunanya namun disisi lain bermanfaat. Segala dampak baik dan buruk dari penggunaan internet seharusnya dapat disikapi dengan baik oleh setiap individu yang menggunakan, karena semua kembali pada diri masing-masing individu untuk melakukan filterisasi terhadap konten negatif dari internet yang dapat merusak moral generasi bangsa khususnya bagi pelajar yang merupakan masa depan bangsa. Perkembangan teknologi internet tidak sepatutnya dijauhi, melainkan harus dirangkul dan dimanfaatkan dengan


(25)

sebaik-baiknya agar internet dapat dijadikan alat atau media yang efektif sebagai media pembelajaran disekolah.

Dalam perkembangan internet dan TIK yang cepat dan menyebar luas inilah maka kemudian didapat fenomena kesenjangan digital. Pada awalnya kesenjangan digital didefinisikan sebagai perbedaan akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi (TIK), namun seiring perkembangannya, kesenjangan digital mulai mengalami pergeseran pengertian. Kesenjangan digital tidak lagi hanya merupakan kesenjangan antara mereka yang memiliki akses terhadap TIK dengan yang tidak, namun kesenjangan digital juga merupakan kesenjangan antara mereka yang memiliki akses dan dapat memiliki kemampuan untuk menggunakan TIK dengan mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk menggunakannya.6

Kesenjangan digital dikemukakan oleh Fong dkk. (2001) sebagai kesenjangan akses komputer dan internet antara pria dan wanita, antara orang dengan status sosial ekonomi yang berbeda (pendidikan, pendapatan, pekerjaan, kekayaan), usia dan antar area atau daerah. Kemampuan TIK yang bervariasi juga menyebabkan kesenjangan digital antar sumber daya manusia. Kesenjangan digital tidak hanya berbicara mengenai kesenjangan akses tehadap TIK namun juga kesenjangan kemampuan dalam menggunakan TIK. Baik akses maupun

6

Hargittai, E. “The Digital Divide and What To Do About It”,

www.princeton.edu/~eszter/research/pubs/hargittai-digitaldivide.pdf,2003. Akses pada 14/1/2014.


(26)

penggunaan internet, seperti halnya TIK, keduanya adalah tidak mungkin dilepaskan dari kemampuan dan kecakapan yang dimiliki oleh individu. 7

Kemampuan dan pemahaman guru terhadap TIK dipengaruhi antara lain oleh persepsi. Persepsi guru sebagai hasil proses mental menghasilkan bayangan sehingga ia dapat mengenal obyek dengan jalan asosisiasi pada suatu ingatan lebih lama. Proses mental yang dikembangkan merupakan hal positif sehingga guru menyadari keberadaan dan fungsinya sebagai pentransfer nilai, ide dan konsep kepada siswanya. Persepsi guru dalam dalam menggunakan teknologi baru yaitu internet merupakan hal yang sangat penting dalam mengimplementasikan TIK di sekolah.

Madrasah Aliyah merupakan sekolah berbasis agama dimana latar belakang pendidikan agama sangat dijunjung tinggi. Madrasah Aliyah mempunyai pandangan bahwa penggunaan internet di sekolah lebih banyak memberikan dampak negatif seperti kecanduan game online, pornografi, penipuan, kekerasan dan lain sebagainya yang bertentangan dengan aqidah dan syariah agama daripada dampak positifnya.

Dalam pandangan Islam menurut hukum asalnya, segala sesuatu itu adalah mubah (boleh) termasuk segala sesuatu yang disajikan oleh berbagai peradaban baik yang lama ataupun yang baru. Semua itu sebagaimana diajarkan oleh Islam tidak ada yang hukumnya haram kecuali jika terdapat dalil yang tidak

7

Syarif Hidayatullah. Pengukuran Kesenjangan Digital Di Dinas Perkebunan Dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan. ejournal.unp.ac.id inde .php jptk article download . Akses pada 14/1/2014.


(27)

tegas dan pasti mengherankan. Kemajuan teknologi modern yang begitu pesat telah memasyarakatkan internet yang menawarkan berbagai kemudahan bagi setiap penggunanya, namun tentunya internet tidak bertanggung jawab atas apa yang diakibatkannya. Tanggung jawab tersebut justru berada di atas pundak manusia yang menggunakannya. Sebab dengan adanya berbagai media informasi yang dimiliki dunia saat ini, manusia dapat berbuat apa saja karena manusia lah yang menentukan operasionalnya. Hal tersebut dapat menjadi manfaat ketika manusia dapat menggunakanya dengan baik dan tepat. Tetapi dapat pula mendatangkan dosa dan malapetaka ketika manusia menggunakannya untuk mengumbar hawa nafsu dan kesenangan semata.8

Dalam islam, teknologi sangat penting untuk membangun peradaban yang kuat dan tangguh. Sebagaimana halnya dahulu para khalifah mendorong kaum muslim untuk mencipatakan teknologi dan membuat karya ilmiah guna mengembangkan dan memanfaatkan sumber daya manusia yang ada. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: “Kalian lebih tahu urusan dunia kalian.” Hadits ini menunjukan kebolehan mengenai teknologi. Maka dengan hal ini jelaslah sudah bahwa produk dari teknologi dalam pandangan Islam adalah mubah (boleh).9

Pandangan-pandangan mengenai internet tersebut menimbulkan literasi internet yang berbeda pula pada setiap penggunanya (dalam hal ini guru). Diperlukan

8

Pandangan Islam Terhadap Perkembangan Teknologi.

http://wendamongmong.wordpress.com/2012/06/10/pandangan-islam-terhadap-perkembangan-teknologi/. Akses pada 20/3/2014.

9 ibid


(28)

adanya peran guru yang tidak hanya memberikan kontribusi kepada anak didik dalam menyampaian materi tambahan melalui media internet, namun juga ikut mengawasi penggunaan internet siswanya di sekolah. Guru dituntut menjadi seorang motivator sekaligus “partner” bagi para siswanya yang kritis. Sebagai

motivator maksudnya adalah guru harus memberikan arahan dan rambu-rambu kepada siswa agar internet bisa benar bermanfaat bagi mereka dan benar-benar dipergunakan untuk mencari informasi yang berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang dibahas. Sedangkan sebagai “partner” diskusi bagi para

siswanya yang kritis, maksudnya adalah guru juga harus belajar dan terus belajar agar tidak ketinggalan jauh dengan siswanya.

Untuk meminamilisir dampak negatif internet dan memaksimalkan sisi positifnya maka diperlukan pemberian pembekalan, pengetahuan khususnya guru sebagai pembentuk karakter bangsa berupa literasi internet. Hal ini sangat diperlukan agar guru itu sendiri mampu mengimplementasikan keterampilan komputer dan internet (ICT Literacy) dengan baik kepada siswanya di sekolah.

ICT Literacy adalah kemampuan untuk menggunakan teknologi digital, alat komunikasi dan jaringan untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, mengevaluasi dan menciptakan informasi dalam rangka untuk kegunaan dalam suatu masyarakat berbasis pengetahuan (Kenney, 2006:1).

Demikian juga di Kota Bandar Lampung yang memiliki 12 MA yang terdiri dari dua MA Negeri dan 10 MA Swasta, sejalan dengan kebijakan nasional yang telah menerapkan TIK dalam kurikulum dan mengintegrasikan dalam proses belajar mengajar. Namun dalam pelaksanaannya sangat beragam, ada


(29)

sekolah telah memiliki laboratorium komputer dan terkoneksi ke internet dan mengintergrasikan dalam proses belajar mengajar, ada laboratorium tapi tidak terkoneksi bahkan tidak memiliki laboratorium. Padahal agar dapat terampil dan literate TIK, khususnya internet harus tersedia sarana dan prasarananya, maka di duga terdapat beragam kesiapan guru dalam mengimplementasikan TIK dalam pengajarannya, termasuk didalamnya adalah keragaman dalam literasi internet. Namun sampai saat ini mengukur kesiapan guru mengimplementasikan TIK dengan mengungkapkan literasi internetnya belum pernah dilakukan di kota Bandar Lampung.

1.2 Rumusan Masalah

Secara rinci masalah yang akan diungkapkan melalui penelitian ini adalah:

1. Apakah ada perbedaan literasi internet guru di MAS yang senjang secara digital?

2. Apakah ada perbedaan literasi internet antara guru laki-laki dan guru perempuan di MAS yang senjang secara digital?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengungkapkan literasi internet guru MAS di Kota Bandar Lampung. 2. Mengetahui perbedaan literasi internet guru di MAS yang senjang secara

digital.

3. Mengetahui perbedaan literasi internet antara guru laki-laki dan guru perempuan di MAS yang senjang secara digital.


(30)

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini, yaitu:

1. Kegunaan teoritis

Secara teoritis penemuan penelitian ini berguna untuk pengembangan ilmu komunikasi di bidang komunikasi pembangunan, khususnya komunikasi inovasi di bidang TIK.

2. Kegunaan praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan bagi mahasiswa untuk mengetahui dampak kesenjangan digital terhadap literasi internet guru MAS yang juga diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemegang kebijakan dalam merancang strategi mentransformasi pendidikan modern melalui e-education yaitu bagi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, Dinas Pendidikan Propinsi dan khususnya Dinas Pendidikan Kota Bandar Lampung.


(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Internet 2.1.1 Pengertian Internet

Internet merupakan singkatan dari Interconnection Networking. Internet ialah merupakan hubungan antara berbagai jenis komputer dan jaringan di dunia yang berbeda sistem operasi maupun aplikasinya dimana hubungan tersebut memanfaatkan kemajuan komunikasi (telepon dan satelit) yang menggunakan protokol standar dalam berkomunikasi yaitu protokol TCP/IP (Transmission Control/Internet Protocol).10

Model koneksi internet itu sendiri dapat dilakukan pada komputer pribadi maupun jaringan LAN/WAN. LAN (Local Area Network) merupakan suatu jaringan yang terbentuk dengan menghubungkan beberapa komputer yang berdekatan yang berada pada suatu ruang atau gedung yang terkoneksi ke internet gateway.11 WAN (Wide Area Network) adalah format jaringan dimana suatu komputer dihubungkan dengan yang lainnya melalui sambungan telepon. Konektor komputer dengan telepon adalah menggunakan modem (Modulator, Demodulator).

10

Supriyanto, Aji. 2008. Pengantar teknologi Informasi. Jakarta: Salemba Infotek.

11


(32)

2.1.2 Pemanfaatan Internet dalam Pembelajaran di Sekolah

Ditengah-tengah maraknya situs internet di kalangan masyarakat dan instansi pendidikan, ada sebagian orang yang mudah sekali untuk mengakses dan memanfaatkan internet, bahkan siswa zaman sekarang lebih suka mencari informasi, berita dan tugas-tugas di sekolahnya melalui internet. Sebagian besar mereka dari kalangan pelajar dan guru di lingkungan sekolah baik instansi Negeri ataupun Swasta masih mencari bahan panduan belajar melalui internet, buku, koran dan lain sebagainya. Seperti halnya di lingkungan guru dan siswa dalam meningkatkan pengetahuan, melakukan kegiatan belajar tidak luput dari memanfaatkan internet dikarenakan pertama mudah diakses, mudah digunakan dan tidak ada batasan dalam mengoprasikannya.12

Internet untuk pembelajaran dapat difungsikan sebagai sumber belajar yang memuat data dan fakta untuk referensi belajar. Data dan fakta itu selalu bisa diperbaharui, sehingga dia tidak mudah basi, namun dapat pula ditampilkan berulang-ulang tanpa tambahan biaya yang berarti. Hal ini berbeda dengan dengan data „tercetak’, dan percobaan laboratorium konvensional, dengan alat fisika dan unsur kimia. Oleh sebab itu, internet, lebih mampu untuk „memuaskan’ rasa ingin tahu siswa, sekaligus lebih murah untuk digunakan.

Internet sangat mendukung kegiatan pendidikan, sehingga dapat membantu guru dalam mengembangkan pembelajaran. Penyampaian materi pembelajaran,

12

Bima Suhardiman. Pemanfaatan Internet dalam Meningkatkan Pengetahuan Guru di SMA Muhammadiyah 1 Tanggerang.

http://respository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/18/1/10133-BIMA%20SUHARDIMAN-FDK.PDF. Akses pada 8/2/2014


(33)

pengumpulan tugas, konsultasi dalam hal pendidikan bahkan untuk akses nilai, semuanya dapat dilakukan secara jarak jauh atau on line. Proses pembelajaran pun dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun bahkan dalam jarak jauh. Bagi peserta didik materi tidak hanya didapatkan dari guru tetapi dapat diperoleh melalui browsing (menjelajahi situs-situs internet). Bahkan pendidikan dan peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan untuk pengayaan materi.

2.2 Konsep Dasar Literasi 2.2.1 Pengertian Literasi

Literasi dapat diartikan sebagai „melek’, dalam arti yang ketat mengacu pada kemampuan untuk membaca dan memahami teks.13 Literasi juga dapat dipahami sebagai kemampuan untuk menghasilkan, memahami, dan menggunakan teks dalam cara yang sesuai dengan kebudayaan (membudaya).

Pengertian lain diajukan oleh Ritson (1995)14 dalam perdebatan intelektual di kalangan peneliti yang banyak menyetujui bahwa literasi adalah satu gugus ketrampilan yang diperoleh seorang indidvidu untuk menjadi „literate’ (melek). Studi literasi tumbuh dari kebutuhan untuk mendefinisikan dan mengembangkan model sosial interaktif yang berbasis fenomena resepsi.

13O’Donohoe, Stephanie, Tynan, Caroline

. (1998). “Beyond sophistication: Dimensions of

advertising literacy,” International Journal of Advertising 17(4), 467--‐482.

14

Ritson, Mark, Elliott, Richard. (1995), "Advertising literacy and the social signification of cultural meaning” in European Advances in Consumer Research Volume 2, Flemming Hansen (eds.), Provo, UT: Associationfor Consumer Research.


(34)

2.2.2 Ragam Literasi

Dalam berbagai kamus bahasa Inggris, istilah “literacy” diartikan sebagai

kemampuan untuk membaca dan menulis. Kata ini kemudian berkembang dan sering dipadankan dengan kata “technology” sehingga dikenal istilah

technology literacy” yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami

dan menggunakan teknologi sebagai alat untuk mempermudah mencapai tujuan. Ketika teknologi komputer berkembang, dikenal pula istilah “computer literacy” yang didefinisikan secara sederhana yaitu kemampuan menggunakan komputer untuk memenuhi kebutuhan pribadi. 15

Sejalan dengan perkembangan teknologi komputer, berkembang pula sejumlah produk-produk teknologi lain yang berbasis digital. Seiring dengan berkembangnya teknologi tersebut, diperkenalkanlah istilah “digital literacy

yang secara lugas didefinisikan sebagai kemampuan memahami dan menggunakan informasi dari berbagai sumber ketika disajikan melalui alat digital. 16

Ketika internet berkembang secara pesat, istilah “internet literacy”-pun lahir dengan sendirinya. Internet Literacy yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan teoritis dan praktis mengenai internet sebagai media peneriman komunikasi dan informasi. Dan ketika terjadi konvergensi antara teknologi komputer dengan teknologi komunikasi, dipergunakan pula secara luas istilah “ICT literacy”. (ICT=Information and Communication Technology), yang memiliki arti kurang lebih sebagai suatu kombinasi dari kemampuan

15

Ricardus Eko Indrait. Strategi dan Kiat Meningkatkan E-Literacy Masyarakat Indonesia. Artikel147-StrategiMeningkatkanELiteracyMasyarakat-1.pdf. Akses pada 27/1/2014.

16


(35)

intelektual, konsep fundamental, dan keterampilan kontemporer yang harus dimiliki seseorang untuk berlayar menggunakan teknologi informasi dan komunikasi secara efektif.17

2.3 Literasi Internet dan ICT Literacy

Melihat dari pengertian internet sebelumnya, kiranya memperlihatkan bahwa melalui medium internet banyak hal dapat dilakukan oleh penggunanya. Akan tetapi, kemampuan menggunakan internet sebagai medium untuk berinformasi dan berkomunikasi, membutuhkan adanya kemampuan-kemampuan tertentu yang secara terminologis disebut dengan ICT Literacy (literasi TIK).

Dari ragam literasi yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat diketahui bahwa

ICT Literacy merupakan pengembangan dari literasi-literasi sebelumnya termasuk didalamnya adalah literasi internet. Maka dapat disimpulkan bahwa didalam ICT Literacy terdapat literasi internet. Dalam penelitian ini literasi internet memiliki indikator-indikator yang sama dengan ICT Literacy karena internet juga merupakan salah satu komponen dari TIK.

Berdasarkan uraian diatas, dapat diambil pengertian bahwa ICT literacy

sebenarnya merupakan gabungan antara beberapa tahapan literasi. Tahapan yang dimaksud meliputi: tahap information literacy, computer literacy, digital literacy dan internet literacy (literasi internet). Artinya, konsep ICT literacy

sebenarnya bukan merupakan konsep yang tunggal melainkan konsep yang di dalamnya terdapat beragam sub konsep. Dengan demikian, upaya mengetahui

17


(36)

kadar literasi internet guru di MAS yang senjang secara digital dapat diukur dengan mengetahui kadar ICT literacy guru di sekolah tersebut.

Bagan 1. The Stages on HR ICT Literacy :

(Sumber: Blue print strategi pembangunan ICT Indonesia, Depkominfo)

2.4 Tinjauan Tentang ICT Literacy 2.4.1 Konsep ICT Literacy

ICT Literacy berawal dari abad ke-21 bentuk dari literasi, dimana penelitian dan komunikasi informasi melalui teknologi digital adalah bagian penting pada abad-abad sebelumnya (Katz, 2008:50). Pada tahun 2001, Educational Testing Service (ETS) (sebuah organisasi penelitian yang misinya adalah untuk memajukan kualitas dan kesetaraan dalam dunia pendidikan untuk semua orang di seluruh dunia), mengadakan sebuah forum internasional yang terdiri dari akademisi, spesialis pengembangan dan ahli bidang komunikasi serta ahli bidang telekomunikasi perwakilan pemerintah dan swasta guna mempelajari pentingnya ICT. 18

Wijaya dan Sunrendo (2007:2) menjelaskan konsep ICT Literacy terdiri dari konsep ’ICT’ dan ’Literacy’ lebih lanjut menjelaskan bahwa ICT Literacy

18

Pernia. E. Elena, 2008. Strategy Framework for Promoting ICT Leteracy in The Asia-Pacific Region, Bangkok: UNESCO Bangkok,Asia and Pacific Regional Bureau for Education.


(37)

merupakan jembatan antara literasi teknis dan melek informasi. Dalam melek teknis, satu pelajaran keterampilan dasar dalam database, mengolah kata dan presentasi data, sedangkan melek informasi adalah akses, evaluasi dan penggunaan informasi dengan menggunakan teknologi. Hal ini untuk mendukung pernyataan forum literasi internasional bahwa konsep ICT Literacy

melibatkan tiga kemahiran yang diuraikan dalam ETS, antara lain:19

1. Kemampuan kognitif kehidupan sehari-hari di sekolah, di rumah dan di tempat kerja. Literasi, berhitung, memecahan masalah dan melek spasial/visual mendemonstrasikan kemahiran.

2. Kemampuan teknis, yang meliputi komponen dasar pengetahuan dasar. Ini mencakup pengetahuan dasar perangkat keras, aplikasi perangkat lunak, jaringan dan unsur-unsur teknologi digital.

3. Kemahiran ICT adalah integrasi dan penerapan ketrampilan kognitif dan teknis. Kemahiran ICT memungkinkan individu memaksimalkan kemampuan teknologi. Pada tingkat tertinggi, hasil kemahiran ICT dalam inovasi, transformasi individual dan perubahan sosial.

19

Educational Testing Service. (2002) Digital Transformation A Framework for ICT Literacy: A Report of the International ICT Literacy Panel. ETS: New Jersey. Pages: 14


(38)

Bagan 2. Bagan Hubungan Antara Kemahiran ICT Literacy:

(Sumber: ETS, 2002)

Sebagaimana ditunjukkan pada bagan di atas, ICT mencakup kemampuan kognitif dan kemahiran teknis. Kemampuan kognitif dan kemahiran teknis merupakan kedua komponen yang penting dari ICT Literacy, masing-masing mewakili domain independen dimana pengetahuan dan keterampilan

Kemahiran Kognitif

 Diinginkan keterampilan dasar sehari-hari di sekolah, di rumah dan di tempat kerja.

 Mengenal peralatan TIK serta proses kerjanya.

 Mengenal komponen computer.  Dasar komponen ICT literacy.  Kemampuan mengidentifikasi

ICT.

 Mengetahui perkembangan ICT.  Memahami fitur ICT seperti

SMS, Telepon, database, penyimpan informasi, web browsing, e-mail.

 Akrab dengan fitur ICT.

Kemahiran ICT

Integrasi dan penerapan keterampilan kognitif dan teknis.

Dipandang sebagai enabler yang memungkinkan individu untuk memaksimalkan kemampuan teknologi. Pada tingkat tertinggi, kemahiran ICT menghasilkan inovasi, transformasi individu dan perubahan social.

Termasuk ICT akses, manajemen, integrasi, evaluasi dan penciptaan.

Teknis Kemahiran

 Membuat presentasi (power point).

 Menggunakan aplikasi pengolah kata.

 Membuat dokumen dengan table, gambar dan diagram.

 Membuat dokumen mail merge.

 Mencetak dokumen.

 Mengetahui cara mengakses internet.

 Menggunakan kata kunci di mesin pencari.

 Menggunakan situs untuk pembelajaran.

 Menulis, mengirim dan membalas e-mail.

 Diskusi di mailing list.

 Mengolah angka basis data dan grafik.


(39)

berinteraksi terkait untuk memengaruhi ICT Literacy. Keterampilan ini meliputi keaksaraan umum kognitif, seperti membaca dan berhitung serta pemikiran kritis dan pemecahan masalah. Tanpa keterampilan tersebut, forum internasional ETS percaya bahwa ICT Literacy tidak dapat dicapai. Sementara menghadirkan ICT dengan kapasitas besar, akses dan mengelola informasi yang baik, harus ada keseimbangan antara kebutuhan untuk keterampilan kognitif, literasi dan pengetahuan dan teknologi dapat tercapai dengan sendirinya.20

Forum literasi internasional ETS melihat ICT Literacy sebagai rangkaian kesatuan keterampilan dan penguasaan skill dan pengetahuan, ICT literacy

didefinisikan sebagai kemampuan untuk menggunakan teknologi digital, alat komunikasi dan jaringan untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, mengevaluasi, dan menciptakan informasi dalam rangka untuk kegunaan dalam suatu masyarakat pengetahuan. Definisi forum ETS mencerminkan gagasan

ICT Literacy sebagai kesatuan yang memungkinkan pengukuran berbagai aspek melek huruf, dari kehidupan sehari-hari dan keterampilan untuk menfaatkan transformatif kemahiran ICT. Definisi ini menunjuk lima komponen ICT Literacy yang mewakili seperangkat keterampilan dan pengetahuan yang dijadikan urutan yang menunjukan peningkatan kompleksitas kognitif sebagai ICT akses, manajemen, integrasi, evaluasi dan penciptaan. 21

20

ETS, Op,Cit, Pages:5

21


(40)

Pernia menegaskan bahwa kemahiran ICT yang didefinisikan oleh ETS guna meningkatnya kompleksitas kemampuan termasuk:22

1. Menetapkan: menggunakan alat ICT untuk mengidentifikasikan dan merupakan kebutuhan informasi.

2. Akses: mengetahui tentang dan bagaimana mengumpulkan dan / atau mengambil informasi dalam lingkungan digital, juga kemampuan untuk mengembangkan mesin pencari untuk menemukan informasi dalam database.

3. Mengelola: mengorganisir informasi ke dalam skema klasifikasi yang ada. 4. Evaluasi: mencerminkan untuk membuat penilaian tentang, relevansi,

kegunaan, efisiensi, bias otoritas dan waktu informasi.

5. Mengintegrasikan: meringkas, menarik kesimpulan dan membandingkan kontras informasi dari berbagai sumber digital.

6. Membuat: membangkitkan informasi baru dan pengetahuan dengan mengadaptasi, menerapkan, merancang, menciptakan atau mewakili informasi dalam lingkungan ICT.

7. Berkomunikasi: penyampaian informasi dan pengetahuan kepada berbagai individu dan kelompok.

Menurut Murray (2005:3), ICT Literacy meliputi akses, manajemen, integrasi, evaluasi, penciptaan dan komunikasi pengetahuan ICT untuk orang lain. Oleh karena itu istilah ICT berarti perangkat keras, aplikasi perangkat lunak dan teknologi jaringan. Amara (2006:4) laporan dari survey menyatakan bahwa ICT bukan kemampuan keterampilan mengajar ICT atau menggunakannya

22


(41)

dalam mengajar subjek, tetapi tes keterampilan ICT memastkan bahwa salah satu jalan di komputer, desktop dan berbagai aplikasi ICT yang umum. Namun, saat ini belum ada definisi yang biasanya diangkat dari ICT Literacy (Venhoof et al 2005:5).

Untuk tujuan penelitian ini, hanya beberapa hardware umum dan software

aplikasi yang dirujuk, karena mereka dianggap relevan sebagai prasyarat ICT Literacy untuk tujuan sekolah dan administrasi.

2.4.2 Dimensi ICT Literacy

Ada beberapa dimensi ICT Literacy seperti gerakan satu dimensi ke berikutnya merupakan peningkatan atau perbaikan dalam ICT menghubungkan kemahiran atau kompetensi. Dimensi ini diringkas dalam tabel 1:

Tabel 1. Dimensi ICT Literacy:

Dimensi Konseptual Label Deskripsi

Pengetahuan Pengetahuan Dasar Kemampuan mengidentifikasi ICT Mengetahui perkembangan ICT Memahami fitur ICT seperti SMS, telepon, database, penyimpanan informasi, web browsing dan e-mail. Akrab dengan fitur ICT

Keterampilan Keterampilan Teknis

Menggunakan fitur aplikasi ICT : Ponsel, kamera, video recorder dan

player, perekam suara, pemutar musik, layanan multimedia, pengolah kata dan angka.

Kemampuan mengakses dan mencari sebuah website, misal log on, mesin pencari, kata kunci.

Mampu membuat account, menulis e-mail, upload dan download file, diskusi di jejaring sosial.

Mampu membuat database, mengatur, menyimpan dan menyaring data yang tidak relevan.


(42)

Lanjutan tabel 1.

Dimensi Konseptual Label Deskripsi

Kemampuan mengkonvensi data ke dalam grafis atau format visual lainnya.

Mampu membuat akun pengguna, penyimpanan file pribadi, forum, e-mail

dan diskusi.

Sikap Kritis Memahami

keterampilan

Terjadi perubahan teknologi di sekolah tersebut.

Frekuensi penggunaan ICT berdampak padaprestasi akademik siswa.

Alat untuk penelitian, mengatur, mengevaluasi dan mengkomunikasikan informasi.

Tingkat penggunaan ICT konsisten dengan tingkat perkembangan ekonomi.

(Sumber: Pernia, E. Elena, 2008)

Dalam lingkup penelitian ini, ICT Literacy membedakan antara tiga dimensi utama: pertama, berhubungan dengan akses ke fasilitas ICT dan pengetahuan teknologi, kedua untuk keterampilan yang relevan untuk menggunakan teknologi, ketiga untuk sikap diperoleh dari refleksi kritis pada penggunaan teknologi.

2.4.3 Pengertian Akses ICT

Pernia melaporkan bahwa dimensi akses dari ICT adalah karakteristik oleh kesadaran pengguna ICT dan apresiasi terhadap relevansi ICT dalam kehidupan pribadi maupun profesional penggunanya.23 Akses ke konten digital termasuk akan pengguna, penyimpanan file pribadi dan alat komunikasi seperti forum, e-mail dan diskusi.24 Demikian pula penelitian ini mempertimbangkan:

23

Pernia. E. Elena, Op,Cit, Page:14

24


(43)

1. Perangkat Keras (Hardware)

a. Infrastruktur listrik b. Komputer

c. Printer

d. Scanner

e. Internet/e-mail infrastruktur f. Telepon sekolah

g. Digital/kamera video h. Mesin fax

i. Mesin photo copy

j. Kamera pengintai k. Proyektor

2. Perangkat Lunak (Software)

a. Pengolahan kata b. Pengolahan angka c. Database

d. PowerPoint

e. Internet/e-mail

2.4.4. Pengertian Pengetahuan ICT

Pengetahuan dalam ICT termasuk satu pelatihan menerima untuk menggunakan fasilitas yang tersedia ICT (Chemwa & Mburu, 2007:1). ICT Literacy memerlukan pelatihan formal atau informal dalam keterampilan dasar seperti penggunaan perangkat keras dan perangkat lunak aplikasi (Ferrigan, 2007:20). Dia menguraikan kompetensi kunci yang dapat diharapkan dari individu yang telah menyelesaikan kursus dasar pada ICT sebagai berikut: 1. Keakraban dengan hardware seperti ponsel, komputer, internet dan ICT

lainnya.

2. Kemampuan untuk mengidentifikasi ICT.

3. Apresiasi fungsi aktual dan potensial dari teknologi dalam kehidupan sehari-hari.


(44)

4. Memahami fitur dasar dan penggunaan ICT (misalnya panggilan suara dan SMS, komputer, pengolah kata, pengolah angka, database, penyimpanan informasi, internet, web browsing, e-mail).

Dalam penelitian ini, dimensi pengetahuan dianggap menyelidiki kemampuan guru untuk menggunakan fasilitas ICT dalam tugas-tugas profesional maupun individu termasuk didalamnya frekuensi penggunaan fasilitas ICT. Kemampuan untuk menggunakan fasilitas ICT melibatkan dimensi keterampilan guru dan sering merupakan hasil dari pengalaman dengan teknologi (Amara, 2006:4). Kemampuan untuk mengambil, menilai, menyimpan, memproduksi, dan menyajikan informasi untuk berkomunikasi serta berpartisipasi dalam jaringan internet merupakan keunggulan dari seorang individu yang melek ICT (ICT-literate).25 Yang dimaksud keterampilan teknis dalam ICT Literacy adalah orang tersebut ahli dalam berbagai aplikasi ICT yang meliputi pencarian sebuah informasi, mengakses, mengumpulkan data, pengorganisasian, menginterpretasikan informasi dari berbagai sumber, menilai validitas dan keandalan informasi dan menghasilkan informasi baru.26 Pernia menambahkan bahwa keterampilan teknis tersebut meliputi:

1. Kemampuan untuk menggunakan fitur dan aplikasi ponsel, kamera, video recorder dan player, perekam suara, pemutar musik, layanan multi-media, pengolah kata, lembar kerja, software presentasi, inframerah, bluetooth dan konektivitas internet. Untuk komputer, pengolahan kata, spreadsheet,

25

Pernia. E. Elena, Op,Cit, Page:14

26


(45)

database, penyimpanan informasi untuk internet, web browsing, e-mail, dan pesan instan.

2. Kemampuan untuk mengakses dan mencari sebuah website misalnya, log on

ke internet, menggunakan mesin pencari dan memperbaiki pencarian dengan menggunakan kata kunci.

3. Kemampuan untuk menggunakan layanan berbasis internet dengan mampu membuat account, menulis e-mail, upload dan download file, berpartisipasi dalam diskusi untuk situs jaringan sosial dan membuat blog.

4. Kemampuan untuk mengumpulkan dan memproses data elektronik untuk segera digunakan atau mampu membuat database, mengatur, menyimpan dan menyaring data yang tidak relevan.

5. Kemampuan untuk mengkonversi data ke dalam presentasi grafis dan format visual lainnya.

6. Menggunakan ICT untuk mendukung pemikiran kreatif, kritik dan inovasi untuk pendidikan, tujuan kerja dan rekreasi. Sebagian contoh, mampu membuat sebagian besar informasi multi-media dan website.

7. Frekuansi pengguanaan perangkat keras dan perangkat lunak ICT. 8. Pengalaman dengan fasilitas ICT.

2.4.5 Pengertian Aplikasi ICT

Kenney (2006:1) menjelaskan aplikasi ICT sebagai kemampuan untuk menggunakan teknologi sebagai alat untuk penelitian, mengatur, mengevaluasi, dan mengkomunikasikan informasi. Amara (2006:4), di sisi lain, melihat penggunaan komputer sebagaimana guru menggunakan ICT untuk mengajar dan itu termasuk penggunan proyektor untuk mengajar dan penggunaan ponsel.


(46)

Pernia mencatat bahwa tidak mengherankan, tingkat penggunaan ICT umumnya konsisten dengan tingkat perkembangan ekonomi. Pernia menambahkan bahwa integrasi ICT juga melibatkan aplikasi yang sebenarnya dari ICT dalam pekerjaan administratif dan itu berarti komputer dan teknologi internet untuk menigkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran.27 Keterampilan dasar ICT guru dan siswa untuk administrator sekolah harus mencakup manajemen file, pengolahan kata, e-mail dan keterampilan internet (Selwood et al, 2003:54). Aplikasi ICT terus meningkat dan memperdalam membaca kritis pengguna informasi dan pengetahuan yang diakses, dikelola, terpadu, menciptakan dan komunikasi melalui ICT.28

2.5 Konsep Digital Divide 2.5.1 Pengertian Digital Divide

Salah satu bentuk ancaman bagi negara berkembang seperti Indonesia untuk dapat bersaing di alam globalisasi adalah adanya fenomena kesenjangan digital atau yang lebih dikenal sebagai digital divide – yaitu keadaan dimana terjadi gap antara mereka yang dapat mengakses internet melalui infrastruktur teknologi informasi dengan mereka yang sama sekali tidak terjangkau oleh teknologi tersebut.29

Istilah ”kesenjangan digital” secara sederhana di jelaskan sebagai ketidaksamaan dalam hal akses pada komputer dan internet antara kelompok yang didasarkan pada satu atau lebih identifikasi sosial dan kultural. Sebagai

27

Pernia. E. Elena, Op,Cit, Page:4

28

Pernia. E. Elena, Op,Cit, Page:15

29

Hayslett-Keck, Marlit (2001). The Digital and Civic Divides: How the digital divide affects internet voting, Georgia Tech Research Institute.


(47)

contoh kesenjangan digital adalah perbedaan akses pada komputer dan internet antara kelompok wanita dan pria, usia tua dan muda.

Berdasarkan Organisation for Economic Co-Operation and Development

(OECD) tahun 2001, kesenjangan digital didefinisikan sebagai berikut "....the gap between individuals, households, businesses and geographic areas at different socio-economic levels with regard both to their opportunities to access information and communication technologies (ITs) and to their use of the Internet for a wide variety of activities".30

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kesenjangan terjadi antara tingkat individu, rumah tangga, bisnis, dan area geografi yang tingkat sosial ekonominya berbeda, berdasarkan kesempatan mereka untuk mengakses teknologi informasi dan komunikasi.

Kesenjangan digital membahas mengenai kesenjangan antara individu yang memiliki akses dan yang mampu menggunakan teknologi komunikasi dan komputer secara efektif dengan individu yang tidak mampu serta tidak memiliki akses. Mengurangi kesenjangan digital berarti membahas mengenai pengaksesan internet dan sumber dayanya, penggunaan teknologi telekomunikasi dan komputer untuk bekerja, berkomunikasi, mencari informasi, membuat dan membentuk pengetahuan yang berfungsi efektif, dan

30

Organisation for Economic Co-Operation and Development, OECD 2001. Understanding the digital divide. OECD Publication, Paris.


(48)

pada akhirnya menciptakan sebuah komunitas yang lebih baik dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

2.5.2 Aspek Digital Divide

Dalam kesenjangan digital, terdapat tiga aspek utama yang saling berhubungan dan merupakan fokus yang perlu diperhatikan, yaitu:31

1. Akses/ infrastruktur (access/ infrastructure) adalah perbedaan kemampuan antar individu dalam perolehan akses atau infrastruktur TIK yang menyebabkan perbedaan distribusi informasi.

2. Kemampuan (skill & training) adalah perbedaan kemampuan antar individu dalam memanfaatkan atau menggunakan akses dan infrastruktur yang telah diperoleh. Selanjutnya adalah perbedaan antar individu dalam upaya pencapaian kemampuan TIK yang dibutuhkan untuk dapat memanfaatkan akses dan infrastruktur TIK.

3. Isi informasi (content/ resource): Perbedaan antar individu dalam memanfaatkan informasi yang tersedia setelah seseorang dapat mengakses dan menggunakan teknologi tersebut sesuai dengan kebutuhannya.

2.6 Pengaruh Digital Divide Terhadap Literasi Internet

Dalam perkembangan TIK yang cepat dan menyebar luas inilah maka kemudian didapat fenomena kesenjangan digital. Pada awalnya kesenjangan digital didefinisikan sebagai perbedaan akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi (TIK), namun seiring perkembangannya, kesenjangan digital mulai

31

Camacho, K. “ Digital Divide, Multicultural Perspectives on Information Societies”, C & F Editions. 2005.


(49)

mengalami pergeseran pengertian. Kesenjangan digital tidak lagi hanya merupakan kesenjangan antara mereka yang memiliki akses terhadap TIK dengan yang tidak, namun kesenjangan digital juga merupakan kesenjangan antara mereka yang memiliki akses dan dapat memiliki kemampuan untuk menggunakan TIK dengan mereka yang tidak memiliki kemampuan untuk menggunakannya.

Hambatan mengakses dibedakan pada tingkat individu karena lebih dapat diselidiki untuk beberapa hal dasar isu struktural (yaitu akses dan penggunaan). Baik akses maupun internet, seperti halnya TIK, keduanya adalah tidak mungkin dilepaskan dari kemampuan dan kecakapan yang dimiliki oleh individu. Akses dapat ditiadakan bila terdapat kekurangan kemampuan akses teknologi, khususnya pada internet. Oleh sebab itu, kedua isu ini (kemampuan, akses, dan dukungan kecakapan) merupakan sebuah bagian integral dalam kesenjangan digital. Sebagai tambahan penghambat akses dapat juga dikaitkan dengan kurangnya kesadaran, ketiadaan kepercayaan, dan gagal untuk menyediakan informasi yang cukup.32

Adanya kesenjangan digital itu sendiri memungkinkan adanya perbedaan literasi internet pada guru di sekolah yang senjang secara digital. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan akses internet sehari-hari yang menyebabkan mereka kurang literate terhadap internet. Hal tersebut juga

32

Yulfitri, Alivia. Pemodelan Pengukuran Untuk Mengurangi Kesenjangan Digital Di Indonesia Studi Kasus: Smu Negeri Kotamadya Bandung.

http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-aliviayulf-31299. Akses pada 2/2/2014.


(50)

berdampak pada pengetahuan dan keterampilan mereka terhadap aplikasi internet yang pada akhirnya pengintegrasian TIK dan juga internet di sekolah tidak dapat terwujud.

2.7 Model Asesmen ICT Literacy

Secara umum, asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam bentuk apapun yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Secara ringkas, asesmen dapat kita katakan sebagai “penilaian”. Pada sub pokok bahasan berikutnya peneliti menjelaskan model asesmen ICT Literacy. Dalam penelitian ini menggunakan model assesmen Elena E. Pernia. Pertimbangan pemilihan model tersebut bertumpu pada kesesuaian dengan bidang dalam penelitian ini, yaitu pendidikan di wilayah Asia-Pasifik termasuk Indonesia.

2.7.1 Model Asesmen Elena E. Pernia (Strategy Framework for Promoting ICT Literacy in the Asia-Pacific Region, 2008)

Dalam laporan Elena E. Pernia yang berjudul “Strategy Framework for

Promoting ICT Literacy in the Asia-Pacific Region” terdapat tiga dimensi utama dalam mengukur ICT Literacy. Tiga dimensi utama nya adalah: Pengetahuan terhadap teknologi, keterampilan yang relevan dalam menggunakan tekologi dan sikap yang di peroleh dari refleksi kritis penggunaan teknologi. Penjelasan dari ketiga dimensi tersebut adalah sebagai berikut:


(51)

1. Pengetahuan

Dimensi pengetahuan dalam ICT Literacy ditandai dengan kesadaran pengguna TIK dan apresiasi terhadap relevansi TIK dalam kehidupan pribadi maupun profesional penggunanya. Hal ini mencakup keakraban dengan teknologi dan memahami bagaimana TIK sebenarnya dapat berpotensi menguntungkan bagi kehidupan penggunanya dan kehidupan masyarakat.

2. Keterampilan

Dimensi keterampilan dalam ICT Literacy merupakan hasil dari penggunaan atau pengalaman dengan teknologi. Bagi banyak orang, kemampuan untuk mengambil, menilai, menyimpan, memproduksi, dan menyajikan informasi untuk berkomunikasi serta berpartisipasi dalam jaringan internet merupakan keunggulan dari orang-orang yang melek terhadap TIK (ICT-literate). 3. Sikap

Dimensi ini mencerminkan tingkat yang lebih tinggi dari ICT Literacy baik dari dimensi pengetahuan atau keterampilan. Dimensi sikap merupakan suatu produk dan proses penilaian kritis seseorang dari penilaian mereka terhadap penggunaan TIK sebagai informasi dan pengetahuan.

2.8 Kerangka Pikir

Kerangka pikir adalah suatu konsep yang berisikan hubungan kausal hipotesis antara variabel bebas dan variabel terikat dalam rangka memberikan jawaban sementara terhadap masalah penelitian (dalam Sutanti, 2004:27).


(52)

Penelitian ini mencoba untuk menjelaskan konsep penelitian menggunakan kerangka pemikiran agar penelitian ini dapat lebih mudah untuk dipahami maksud dan tujuan penelitian mengenai masalah dalam penelitian ini.

Berkaitan dengan penelitian ini, penggunaan teknologi di kalangan guru semakin lama semakin meningkat. Namun dalam faktanya masih terjadi kesenjangan digital pada sekolah. Seperti hal nya pada MAS Al-Hikmah, MAS Muhammadiyah dan MAS Al-Asy’ariyah di Kota Bandar Lampung. MAS Al -Hikmah merupakan sekolah yang sudah memiliki laboratorium komputer dan terkoneksi internet, MAS Muhammadiyah merupakan sekolah yang memiliki laboratorium komputer namun tidak terkoneksi internet, dan MAS Al-Assy’arriyah merupakan sekolah yang tidak memiliki laboratorium komputer dan tidak terkoneksi internet. Hal ini menyebabkan literasi internet yang berbeda pada guru yang sekolahnya senjang secara digital. Komponen literasi internet dalam penelitian ini adalah: pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam penggunaan teknologi.


(53)

Bagan 3. Kerangka Pikir

2.9 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan.33 Berdasarkan kerangka pikir tersebut, maka diambil kesimpulan yang merupakan jawaban sementara penelitian adalah sebagai berikut:

33

Sugiyono, 2006. Statistika Untuk Penelitian,Cetakan Ketujuh. Bandung: CV. Alfabeta. Hal: 51

Digital Divide

MAS Al-Hikmah (MAS Kategori 1)

MAS Muhammadiyah (MAS Kategori 2)

MAS Al-Assy’arriyah (MAS Kategori 3)

Model Assesmen Elena E. Pernia:

1. Pengetahuan 2. Keterampilan

3. Sikap Sampel tiga MAS yang

senjang secara digital

Literasi Internet guru


(54)

1. Hipotesa penelitian (Ho): Tidak ada perbedaan literasi internet guru di Madrasah Aliyah Swasta yang senjang secara digital.

Hipotesa penelitian (Hi): Ada perbedaan literasi internet guru di Madrasah Aliyah Swasta yang senjang secara digital.

2. Hipotesa penelitian (Ho): Tidak ada perbedaan literasi internet antara guru laki-laki dan guru perempuan di Madrasah Aliyah Swasta yang senjang secara digital.

Hipotesa penelitian (Hi): Ada perbedaan literasi internet antara guru laki-laki dan guru perempuan di Madrasah Aliyah Swasta yang senjang secara digital.


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran tentang literasi internet guru MAS yang senjang secara digital, oleh karena itu penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian kepada pemecahan masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.34

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian ini merupakan penelitian survei. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.35 Ciri khas penelitian ini adalah data dikumpulkan dari responden yang banyak jumlahnya dengan

34

Sudjana dan Ibrahim.(1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Hal 65

35


(56)

menggunakan kuesioner.36 Kuesioner merupakan lembaran yang berisi beberapa pertanyaan dengan struktur yang baku.

3.3 Definisi Konsep

Definisi konsep merupakan batasan terhadap masalah-masalah variabel, yang dijadikan pedoman dalam penelitian, sehingga tujuan dan arahnya tidak menyimpang. Definisi konsep dalam penelitian ini adalah:

1. Literasi Internet adalah kemampuan menggunakan pengetahuan teoritis dan praktis mengenai internet sebagai media penerimaan komunikasi dan informasi.

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel diukur.37 Konsep-konsep yang telah dijelaskan sebelumnya kemudian dioperasionalisasikan ke dalam bentuk-bentuk yang memungkinkan untuk diukur. Adapun indikator dari defisini operasional dalam penelitian ini adalah pengetahuan, keterampilan teknis dan sikap dalam penggunaan teknologi:

Tabel 2. Definisi Operasional:

36

Singarimbun, Masri, Op,Cit Hal 5 37

Singarimbun, Masri, Op,Cit Hal 23

No. Variabel Dimensi Indikator

1. Variabel X

(literasi internet)

Pengetahuan 1. Guru mampu menggunakan program ICT seperti Ms. Word untuk menulis/mengetik.

2. Guru memahami fitur ICT seperti mengirim dan membaca e-mail serta menerima attachment (lampiran) lewat email.


(57)

3.5 Populasi dan Sampel 3.5.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai karakteristik tertentu telah ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi adalah jumlah

3. Guru mampu melakukan

browsing di internet. Keterampilan

Teknis

1. Guru mampu bernavigasi di suatu

website dan melakukan bookmark

terhadap websites yang dianggap bermanfaat.

2. Guru familiar dengan milis (mailing list) serta pernah berpartisipasi dalam online chat.

Sikap 1. Guru menggunakan program ICT

seperti Ms. Word, Ms. Excel dan Ms. PowerPoint untuk membantu

pekerjaannya sebagai guru.

2. Guru memperkaya materi bahan ajar dari internet.

3. Guru memastikan siswanya dapat memanfaatkan program ICT seperti

Ms. Word, Ms. Excel dan Ms. PowerPoint untuk membantu tugas yang diberikan.

4. Guru memastikan siswanya mencari materi dari internet. 5. Guru memastikan siswanya memanfaatkan peralatan audio-video untuk membantu tugas yang

diberikan.

6. Guru beranggapan bahwa siswanya sudah mampu membuat presentasi tugas dalam bentuk multi media.


(58)

keseluruhan dari unit analisis yang ciri-cirinya dapat diduga.38 Populasi dalam penelitian ini adalah delapan MA Swasta di Kota Bandar Lampung.

3.5.2 Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian.39 Sampel dalam penelitian ini adalah tiga MAS yang senjang secara digital, sementara unit analisisnya adalah guru di tiga MAS tersebut. Sampel penelitian ini diambil melalui beberapa tahap:

1. Tahap I adalah melakukan sensus ke seluruh Madrasah Aliyah Swasta di Kota Bandar Lampung dan mengobservasi keadaan kesenjangan digitalnya, antara lain:

a. Jumlah komputer yang dimiliki sekolah dan distribusinya (laboratorium dan ruang administrasi).

b. Koneksitas internet dan access point

c. Rasio murid-komputer pada lab

Dari sensus tersebut kemudian didapatkan data dari hasil observasi keadaan kesenjangan digitalnya sebagai berikut:

38

Singarimbun, Masri, Op,Cit Hal 108 39

Nawawi, H. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Hal 141


(59)

Tabel 3. Data Sensus 8 MAS yang Senjang Secara Digital:

(Sumber: Data hasil pra-riset)

No Sekolah siswa

Rincian siswa Gu

ru Rincian

guru gu ru TI K

Komputer

LAN computer Router WAN connection bandwith OS

computer server

Web

content Software

L P L P lab Adm data base server

Network application

server

1

MAS Tgia

Perkemas 66 41 25 27 12 15 1 7 2 13

unit fiber 6 WIFI 125

Server Linux, Komputer lain Windows

Data siswa,

profil sekolah - - ada

2

MAS

Al-Utrujiyyah 85 41 44 18 9 9 1 5 2 - - - ada 125 admm xp - - - -

3

MAS

Al-asy'ariyah 121 60 61 25 11 14 2 - 4 - - - WIFI - windows

data siswa, sekolah, dan

guru

modem,

mail-student - ada

4

MAS Mathla'ul

Anwar 98 37 61 30 14 16 1 3 2 - - - -

5

MAS Hidayatul

Islamiah 86 40 46 42 18 24 3 13 5 ada wireless 1 - 100 windows xp - -

ada, tp tidak aktif -

6

MAS

Al-hikmah 265 96 196 23 12 11 1 40 1 ada wireless 1 - 512 windows

bahan ajar, media

pengajaran -

ada, blog -

7

MAS Masyariqul

Anwar 65 34 31 20 8 12 2 2 2 - - - tidak ada - - - -

8

MAS Muhammadiy


(60)

Dari data sensus diatas dapat dilihat adanya kesenjangan digital yang terjadi antara delapan MAS di Kota Bandar Lampung. Dari 10 MAS hanya 8 MAS yang bersedia memberikan informasi, dua diantaranya menolak karena alasan tertentu. Selanjutnya adalah menentukan tiga MAS yang sesuai dengan kategori kesenjangan digital, yaitu:

1. Kategori 1:

Adalah MAS yang memiliki laboratorium komputer dan memiliki koneksitas internet.

2. Kategori 2:

Adalah MAS yang memiliki laboratorium komputer namun tidak memiliki koneksitas internet.

3. Kategori 3:

Adalah MAS yang tidak memiliki laboratorium komputer dan tidak memiliki koneksitas internet.

Untuk menentukan tiga MAS yang senjang secara digital, yang pertama dilakukan adalah mencari interval kelas dari perbandingan antara kelas dan jangkauan komputer (Range).

a. Kelas

Rumus: K = 1 + 3,3 log n Keterangan:

K = kelas

n = banyaknya data (sekolah)


(61)

Diketahui: n=8 K= 1 + 3,3 log n K= 1 + 3,3 log (8) K= 1 + 3,3 (0,90) K= 1 + 2,97

K= 3,97 (dibulatkan menjadi 4)

b. Jangkauan komputer (Range)

Rumus: R = data terbesar - data terkecil

Diketahui: Data terbesar (jumlah komputer terbanyak) = 40, data terkecil (jumlah komputer paling sedikit) = 0

Perhitungan:

R = data terbesar – data terkecil R = 40 – 0

R = 40

c. Interval kelas = R/K

Diketahui: R = 40, K = 4

Interval kelas = R/K

Interval kelas = 40/4


(62)

Dari perhitungan tersebut didapat interval kelas yang menjadi acuan dalam menentukan tiga MAS yang senjang secara digital dan sesuai dengan kategori yang telah disebutkan sebelumnya, ini dirangkum dalam tabel 4:

Tabel 4. Interval Kelas dari Jumlah Komputer:

No Interval kelas dari jumlah komputer Kategori kesenjangan digital

1. 0-10 Kategori 3

2. 11-20 Kategori 2

3. 21-30 Kategori 2

4. 31-40 Kategori 1

(Sumber: Data hasil pra-riset)

Dari data-data diatas akhirnya didapat MAS yang mewakili masing-masing kategori kesenjangan digital, berikut peringkatnya:

Tabel 5. Peringkat 8 MAS Berdasarkan Kategori Kesenjangan Digital:

Kategori 1 (31-40) Koneksitas Rasio Komputer : siswa

MAS Al-Hikmah 512 Kbps 1:06

Kategori 2 (11-30) Koneksitas Rasio Komputer : siswa

MAS Hidayatul Islamiyah 100 Kbps 1:06

MAS Muhammadiyah - 1:03

Kategori 3 (0-10) Koneksitas Rasio Komputer : siswa

MAS Al-Asy’ariyah - 1 : -

MAS Masriqul Anwar - 1:32

MAS Mathla'ul Anwar - 1:32

MAS Al-Utrujiyyah 125 Kbps 1:17

MAS Tgia Perkemas 125 Kbps 1:09

(Sumber: Data hasil pra-riset)

Dari tabel di atas dapat diketahui peringkat MAS berdasarkan kategori kesenjangan digitalnya. Kategori pertama adalah MAS Al-Hikmah yang memiliki jumlah komputer terbanyak. Hal ini dapat dilihat dari rasio komputer


(1)

MAS Al-Asy’ariyah merupakan MAS kategori ketiga karena MAS ini tidak memiliki laboratorium komputer dan tidak memiliki koneksitas internet. Kepala MAS Al-Asy’ariyah sebenarnya sangat mendukung pengadaan teknologi di sekolahnya, beliau tidak melarang siswanya untuk membawa handphone seperti kebijakan di MAS lainnya. Namun karena terkendala biaya dan juga tempat yang tidak memungkinkan untuk pengadaan laboratorium komputer, maka dari berdirinya sekolah ini sampai sekarang MAS Al-Asy’ariyah belum memiliki laboratorium komputer. Tidak adanya tempat yang memungkinkan untuk pengadaan laboratorium komputer karena MAS ini tergabung dalam satu yayasan yang terdiri dari tingkat Ibtidaiyah (SD), Tsanawiyah (SMP) dan Aliyah (SMA) dengan jumlah ruangan yang terbatas dan digunakan secara bergantian.

Bagan 6. Struktur Organisasi MAS Al-Asy’ariyah:


(2)

147

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Penelitian ini untuk menjawab apakah ada perbedaan literasi internet yang terdiri dari variabel pengetahuan, keterampilan dan sikap pada guru di tiga MAS yang senjang secara digital di Kota Bandar Lampung. Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Tingkat pengetahuan literasi internet guru di MAS Al-Hikmah, MAS Muhammadiyah dan MAS Al-Asy’ariyah termasuk dalam kategori tinggi. Tingkat keterampilan literasi internet guru di MAS Al-Hikmah (MAS kategori pertama) tergolong tinggi. Tingkat keterampilan literasi internet guru di MAS Muhammadiyah dan MAS Al-Asy’ariyah (MAS kategori kedua dan ketiga) tergolong rendah. Tingkat sikap literasi internet guru di MAS Al-Hikmah, MAS Muhammadiyah dan MAS Al-Asy’ariyah tergolong rendah.

2. Terdapat pengaruh digital divide terhadap literasi internet guru di MAS yang senjang secara digital karena terdapat perbedaan literasi internet yang nyata di ketiga MAS tersebut.


(3)

digital. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil uji beda variabel pengetahuan di tiga MAS tersebut yang menunjukan bahwa Thitung > Ttabel (44,477 > 1,996). Pada variabel keterampilan Thitung > Ttabel (33,112 > 1,996) dan pada variabel sikap Thitung > daripada Ttabel (42.210 > 1,996). Dengan demikian maka Ho ditolak dan Hi diterima.

4. Tidak ada perbedaan literasi internet antara guru laki-laki dan guru perempuan di MAS yang senjang secara digital. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil uji independent sample t test di tiga MAS tersebut yang menunjukan bahwa Thitung < Ttabel (1,060 < 1,996) dan P value > 0,05 (0,293 > 0,05). Dengan demikian Ho diterima dan Hi ditolak. Walaupun dalam hal-hal tertentu kemampuan guru perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan guru laki-laki namun secara keseluruhan tidak terdapat perbedaan literasi internet guru di tiga MAS tersebut.

6.2 Saran

Setelah mengetahui hasil penelitian ini, ada sejumlah saran yang hendak peneliti sampaikan kepada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini:

1. Sebagai saran dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa terdapat perbedaan literasi internet guru di MAS yang senjang secara digital maka hendaknya di perlukan perhatian khusus dari Departemen Agama Kota Bandar Lampung mengenai masalah pemerataan fasilitas TIK yang tidak hanya dipenuhi pada Madrasah Aliyah Negeri namun juga pada Madrasah Aliyah Swasta.


(4)

149

2. Diperlukan perhatian dari pihak-pihak yang terkait untuk mengadakan sebuah pelatihan atau sosialisai tentang penggunaan komputer dan internet untuk guru, guna memberikan pengetahuan serta meningkatkan literasi internet guru di sekolah-sekolah di Kota Bandar Lampung.

3. Idealnya tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikap guru di MAS yang senjang secara digital berada dalam posisi yang sejajar. Dalam penelitian ini hal tersebut tidak tercapai. Sebaiknya kepada guru di MAS yang senjang secara digital, harusnya dapat lebih membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan terhadap internet dengan baik sehingga mampu mengubah sikap guru terhadap teknologi dengan harapan pengimplementasian TIK di seluruh sekolah dapat terwujud.

4. Sebagai saran dari hasil penelitian yang menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan literasi internet antara guru laki-laki dan guru perempuan di MAS yang senjang secara digital artinya guru laki-laki dan guru perempuan harus memiliki kemampuan yang sama dalam penggunaan internet dan komputer (TIK) baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional guru tersebut.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Camacho, K. “Digital Divide, Multicultural Perspectives on Information Societies”, C & F Editions. 2005.

Educational Testing Service. (2002) Digital Transformation A Framework for ICT Literacy: A Report of the International ICT Literacy Panel. ETS: New Jersey.

Hayslett-Keck, Marlit (2001). The Digital and Civic Divides: How the digital divide affects internet voting, Georgia Tech Research Institute.

Nawawi, H. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Nugroho Adi, 2008. Konsep Pengembangan System Basis Data, Informatika; Bandung.

O’Donohoe, Stephanie, Tynan, Caroline. (1998). “Beyond sophistication: Dimensions of advertising literacy,” International Journal of Advertising 17(4),467--‐482.

Organisation for Economic Co-Operation and Development, OECD 2001. Understanding the digital divide. OECD Publication, Paris.

Ritson, Mark, Elliott, Richard. (1995), "Advertising literacy and the social signification of cultural meaning” in European Advances in Consumer Research Volume 2, Flemming Hansen (eds.), Provo, UT: Associationfor Consumer Research,Pages: 113--‐117.

Singarimbun, Masri. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta LP3ES.

Sudarmanto, Gunawan. 2005, Analisis Linear Ganda dengan SPSS. Yogyakarta.Graha Ilmu.

Sudjana dan Ibrahim.(1989). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif Kualitatif,dan R&D) cetakan ke-15. Bandung: Alfabeta


(6)

________. 2006. Statistika Untuk Penelitian,Cetakan Ketujuh. Bandung: CV. Alfabeta. Hal: 51

Supriyanto, Aji. 2008. Pengantar teknologi Informasi. Jakarta: Salemba Infotek. ________. 2002. Information and Communication Technologies in Teacher

Education: A Planning Guide. Division of Higher Education, UNESCO. Jurnal:

Bima Suhardiman. Pemanfaatan Internet dalam Meningkatkan Pengetahuan Guru di SMA Muhammadiyah 1 Tanggerang. Jakarta, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Haddad dan Jurich. 2006.

Kartika Yudaninggar. 2013. Internet dan Perubahan Sosial. Surakarta, Universitas Sebelas Maret.

Nurhaida, Ida, dkk. 2011. Pengembangan Model Pengukuran e-Readliness Institusi Pendidikan SLTA di Kota Bandar Lampung. Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Ricardus Eko Indrait. Strategi dan Kiat Meningkatkan E-Literacy Masyarakat Indonesia. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November.

Syarif Hidayatullah. 2013. Pengukuran Kesenjangan Digital Di Dinas Perkebunan Dan Peternakan Kabupaten Tapanuli Selatan. Padang, Universitas Negeri Padang.

Yulfitri, Alivia. Pemodelan Pengukuran Untuk Mengurangi Kesenjangan Digital Di Indonesia Studi Kasus: Smu Negeri Kotamadya Bandung. Bandung, Institut Teknologi Bandung.

Internet:

Hargittai, E. “The Digital Divide and What To Do About It”, www.princeton.edu/~eszter/research/pubs/hargittai-digitaldivide.pdf,2003. Akses pada 14/1/2014.

Royke Sinaga. APJII: penguna internet di Indonesia terus meningkat. Jan. 2014.

http://www.antaranews.com/berita/414167/apjii-penguna-internet-di-indonesia-terus-meningkat. Akses pada 27/1/2014.

UNDP: Nilai Indeks Pembangunan Manusia Indonesia Naik. Mar. 2013. http://m.voaindonesia.com/a/1624179.html. Akses pada 14/1/2014.

Hardjito. 2002. Internet Untuk Pembelajaran.

http://www.Putekkom.go.id/teknodik/t10/10-3html. Akses pada 8/2/2014. http://conference.merlot.org/2006/MICO6/MIC06Thursday/SmithICT.ppt#1.


Dokumen yang terkait

Manajemen Pendidikan madrasah aliyah manba'ul khoir ciledug Tangerang

0 4 79

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI GURU DAN LITERASI INTERNET (Studi pada Madrasah Aliyah Negeri 1 (Model) Bandarlampung dan Madrasah Aliyah Negeri 2 Tanjungkarang)Bandarlampung Dan Madrasah Aliyah Negeri 2 Tanjungkarang)

1 42 126

PENGARUH KESENJANGAN DIGITAL TERHADAP LITERASI INTERNET GURU SMK SWASTA DI KOTA BANDARLAMPUNG (Studi Pada Guru SMK Swasta Di Kota Bandarlampung)

0 11 65

PENGARUH KESENJANGAN DIGITAL TERHADAP LITERASI INTERNET GURU SMK SWASTA DI KOTA BANDARLAMPUNG (Studi Pada Guru SMK Swasta Di Kota Bandarlampung)

4 16 65

PENGARUH KESENJANGAN DIGITAL AKSES INTERNET TERHADAP PERSEPSI GURU MADRASAH ALIYAH SWASTA DI KOTA BANDARLAMPUNG (Studi Pada Guru Madrasah Aliyah Swasta Yang Senjang Secara Digital Di Kota Bandarlampung)

3 15 114

Pengaruh Kesenjangan Digital Akses Internet Terhadap Persepsi Guru Madrasah Aliyah Swasta di Kota Bandarlampung (Studi pada Guru Madrasah Aliyah Swasta Yang Senjang Secara Digital di Kota Bandarlampung).

0 32 114

PRINCIPALS E -LEADERSHIP IN PRIVATE MADRASAH ALIYAH THAT DIGITALLY DIVIDE (CASE STUDY IN PRIVATE MADRASAH ALIYAH TEACHERS IN BANDAR LAMPUNG)

0 25 116

e-Leadership Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Swasta Yang Senjang Secara Digital (Studi Pada Guru Madrasah Aliyah Swasta di Kota Bandarlampung)

0 17 130

Pengaruh Digital Divide Terhadap Literasi Internet Guru Madrasah Aliyah Swasta (Studi pada Madrasah Aliyah Swasta di Kota Bandar Lampung)

1 15 92

DIGITAL DIVIDE DAN PENGARUHNYA PADA ICT LITERACY GURU SMA SWASTA DI KOTA BANDAR LAMPUNG

0 3 13