Revaluasi Aset Tetap T1 232007054 Full text

III. Revaluasi Aset Tetap

Berdasarkan PSAK nomor 16, aset tetap diartikan sebagai aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Pada lingkungan pemerintahan, berdasarkan PSAP nomor 7 tahun 2010, aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 dua belas bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan, dalam kegiatan pemerintahan atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Lebih lanjut PSAP nomor 7 paragraf 5 dijelaskan bahwa aset tetap sering merupakan suatu bagian utama aset pemerintah, dan karenanya signifikan dalam penyajian neraca. Dalam penilaian aset tetap, ditemukan bahwa nilai perolehan aset tetap kadang tidak sesuai dengan nilai pasar yang ada maka, PSAK 16 revisi 2007 menambahkan satu metode untuk pengukuran setelah pengakuan awal aset tetap yaitu revaluasi. Revaluasi aset tetap dapat diartikan sebagai penilaian kembali aset tetap yang dilakukan karena tidak lagi mencerminkan nilai yang sesungguhnya. Adanya perubahan nilai dari aset tetap berwujud selama umur penggunaan aset tersebut merupakan salah satu alasan dilakukan revaluasi aset tetap. Perubahan ini bisa disebabkan perkembangan moneter nasional atau international sehingga mengakibatkan tidak sesuainya lagi antara catatan historis dengan harga-harga yang berlaku. Selain itu, dasar pemikiran dari perlunya dilakukan revaluasi aset tetap adalah adanya holding gain yakni keuntungan yang diperoleh perusahaan atas dimilikinya aset tertentu sebagai akibat kenaikan nilai komparatif dari aset tersebut atau bisa juga karena adanya perkembangan harga Apriyanti : 2002. Dalam melihat revaluasi aset tetap, tentunya tidak lepas dari nilai wajar atau fair value karena revaluasi dilakukan untuk menyesuaikan nilai buku aset tetap dengan nilai yang ada saat ini fair value. Zhai 2007: 6 mengatakan bahwa nilai aset tetap lebih relevan dinilai ulang sesuai dengan fair value daripada hanya menggunakan biaya historis, karena revaluasi aset memberikan investor informasi yang relevan yang tidak dapat disediakan dengan cara lain biaya historis. Terdapat beberapa alasan bagi perusahaan untuk menerapkan revaluasi dan salah satunya yaitu dengan menggunakan kenaikan nilai akibat revalusi untuk melakukan penghematan dana dalam bisnis dan kenaikan nilai akibat revaluasi dapat memungkinkan perusahaan untuk mendapat pinjaman yang lebih besar. Dana-dana penghematan dan juga pinjaman dapat menjadi alat untuk pengembangan cash flow perusahaan dan juga dapat digunakan untuk investasi kedepan. Oleh karena itu, menjadi potensial untuk meningkatkan kesempatan perusahaan untuk memperoleh kinerja operasi yang lebih baik. Revaluasi aset tetap juga dapat memberikan investor informasi yang sangat berguna untuk dapat memprediksi dividen yang akan diterima, karena nilai yang direvaluasi akan menjadi sangat relevan bagi investor yang dapat digunakan sebagai dasar untuk memprediksi kemampuan distribusi arus operasi, yang secara tidak langsung menjelaskan potensi pembayaran dividen. Revaluasi tidak selamanya menyebabkan kenaikan nilai aset tetap tetapi juga dapat menyebabkan penurunan nilai aset tetap. Dengan adanya kenaikan dan penurunan dari revaluasi aset tetap maka dalam penerapannya revaluasi aset tetap memiliki tahapan yang harus dipenuhi sesuai dengan aturan yang ada. Dalam P SAK 16 revisi 2007 dijelaskan bahwa a pabila suatu entitas memilih metode revaluasi, maka entitas tersebut harus menilai kembali aset tetapnya secara berkala sesuai dengan nilai wajar pasar dan jika suatu aset tetap direvaluasi maka kelompok aset yang sama harus direvaluasi dimana menurut Manna dan Fahri 2009: 4 perlakuan ini bertujuan untuk menghindari perlakuan revaluasi secara selektif dan bercampurnya biaya perolehan dan nilai lainnya pada saat yang berbeda-beda. Revaluasi umumnya dilakukan dengan melihat nilai wajar sebagai dasar revaluasi namun jika tidak terdapat nilai wajar maka menurut paragraf 33 PSAK 16 revisi 2007, dapat dilakukan estimasi nilai wajar menggunakan pendekatan penghasilan atau biaya pengganti yang telah disusutkan. Jika perbedaan nilai dari aset tetap yang direvaluasi material atau signifikan maka revaluasi aset tetap perlu dilakukan setiap tahun, dan jika tidak materialsignifikan revaluasi bisa dilakukan setiap 3 atau 5 tahun sekali. Dalam penerapan metode Revaluasi aset tetap menurut PSAK nomor 16 revisi 2007 paragraph 31sampai 45 terdapat beberapa hal yang harus dilakukan yaitu: • Setelah diakui sebagai suatu aktiva, suatu aktiva tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi. • Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal Neraca. • Jika suatu aktiva tetap direvaluasi, maka seluruh aktiva tetap dalam kelompok yang sama harus direvaluasi. • Hasil revaluasian aktiva akan dibuku: a Jika jumlah tercatat aktiva meningkat akibat revaluasi kenaikan tersebut langsung dikreditkan ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Namun, kenaikan tersebut harus diakui dalam Laporan Laba Rugi hingga sebesar jumlah penurunan nilai aktiva akibat revaluasi yang pernah diakui sebelumnya dalam Laporan Laba Rugi. b Jika jumlah tercatat aktiva turun akibat revaluasi, penurunan tersebut diakui dalam Laporan Laba Rugi. Namun, penurunan nilai akibat revaluasi tersebut langsung dikurangkandidebit ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi selama penurunan tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus revaluasi aktiva tersebut. Sebagian surplus revaluasi aset tetap yang telah disajikan dalam ekuitas dapat dipindahkan ke saldo laba sejalan dengan penggunaan aset oleh entitas atau secara langsung sekaligus ke saldo laba pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya. Selain ketentuan pada PSAK, metode revaluasi aset tetap juga diatur dalam aturan pemerintah untuk tujuan perpajakan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan PMK nomor 79 tahun 2008 pasal 3 ayat 1, penilaian aktiva tetap perusahaan dapat dilakukan terhadap: a. Berwujud, termasuk tanah yang berstatus hak milik atau hak guna bangunan; b. Seluruh aktiva berwujud tidak termasuk tanah, yang terletak atau berada di Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak. Pelaksanaan penilaian kembali revaluasi aset tetap menurut PMK ini tidak dapat dilakukan kembali sebelum lewat jangka waktu 5 lima tahun terhitung sejak penilaian kembali aset tetap perusahaan terakhir. Lebih lanjut dalam pasal 4 ayat 1 revaluasi aktiva tetap perusahaan harus dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap tersebut yang berlaku pada saat penilaian kembali aktiva tetap yang ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari pemerintah. Revaluasi aset tetap yang dilakukan dengan berdasarkan pada PMK maupun PSAK dalam prakteknya seringkali menemui kendala-kendala terkait dengan penerapannya. Kendala umum yang sering dihadapi oleh pemerintah dalam penerapan revaluasi aset tetap ini adalah masalah besarnya biaya untuk menggunakan jasa appraisal dalam melakukan penilaian. International Public Sector Accounting Standard Board IPSASB didalam study 14-3e tentang Transition to the Accrual Basis of Accounting: Guidance for Public Sector Entities hal. 124 mengakui terdapat masalah biaya dalam melakukan penilaian karena menggunakan jasa eksternal untuk menilai aset pemerintah. Masalah biaya juga dihadapi oleh sektor privat dimana berdasarkan hasil survey di Inggris yang dilakukan oleh The Institute of Chartered Accountants tahun 2005 yang menyimpulkan bahwa hanya 4 dari Perusahaan-perusahaan Uni Eropa yang menggunakan metode revaluasi untuk bangunan, tetapi tidak menggunakan untuk aset lain, dan hanya 28 dari perusahaan-perusahaan Uni Eropa dengan investasi pada property yang menggunakan nilai wajar revaluasi untuk aset yang dimilikinya Sururi: 2011. Hal ini berarti untuk mengatasi masalah biaya ini berdasarkan survey tersebut bisa dilakukan dengan pengklasifian aset tetap yang akan direvaluasi maupun yang tidak direvaluasi. Selain itu, untuk mengatasi masalah biaya tersebut, IPSASB dalam studi yang sama menemukan bahwa penggunaan pihak internal untuk melakukan penilaian merupakan solusi yang dianjurkan untuk dilakukan. Namun, penggunaan pihak internal ini diharapkan memiliki hasil yang sama dengan yang dilakukan oleh pihak penilai profesionalpihak eksternal yang qualified. Sehingga dari tuntutan ini menimbulkan masalah lain yaitu rendahnya kompetensi staff internal. Untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan dengan mengikutkan staf internal dalam pelatihan yang dilakukan oleh pihak-pihak atau instansi yang memiliki kompeten juga supaya penilaian yang dilakukan memiliki kualitas yang sama dengan pihak eksternal.

IV. Relevansi Revaluasi Aset Tetap pemerintah pada BLU