III. Revaluasi Aset Tetap
Berdasarkan PSAK nomor 16, aset tetap diartikan sebagai aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dulu, yang
digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun. Pada lingkungan pemerintahan, berdasarkan PSAP nomor 7 tahun 2010, aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 dua
belas bulan untuk digunakan, atau dimaksudkan untuk digunakan, dalam kegiatan pemerintahan atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. Lebih lanjut
PSAP nomor 7 paragraf 5 dijelaskan bahwa aset tetap sering merupakan suatu bagian utama aset pemerintah, dan karenanya signifikan dalam penyajian neraca.
Dalam penilaian aset tetap, ditemukan bahwa nilai perolehan aset tetap kadang tidak sesuai dengan nilai pasar yang ada maka, PSAK 16 revisi 2007
menambahkan satu metode untuk pengukuran setelah pengakuan awal aset tetap yaitu revaluasi.
Revaluasi aset tetap dapat diartikan sebagai penilaian kembali aset tetap yang dilakukan karena tidak lagi mencerminkan nilai yang sesungguhnya. Adanya
perubahan nilai dari aset tetap berwujud selama umur penggunaan aset tersebut merupakan salah satu alasan dilakukan revaluasi aset tetap. Perubahan ini bisa
disebabkan perkembangan moneter nasional atau international sehingga mengakibatkan tidak sesuainya lagi antara catatan historis dengan harga-harga
yang berlaku. Selain itu, dasar pemikiran dari perlunya dilakukan revaluasi aset tetap adalah adanya holding gain yakni keuntungan yang diperoleh perusahaan
atas dimilikinya aset tertentu sebagai akibat kenaikan nilai komparatif dari aset tersebut atau bisa juga karena adanya perkembangan harga Apriyanti : 2002.
Dalam melihat revaluasi aset tetap, tentunya tidak lepas dari nilai wajar atau fair value karena revaluasi dilakukan untuk menyesuaikan nilai buku aset
tetap dengan nilai yang ada saat ini fair value. Zhai 2007: 6 mengatakan bahwa nilai aset tetap lebih relevan dinilai ulang sesuai dengan fair value daripada hanya
menggunakan biaya historis, karena revaluasi aset memberikan investor informasi yang relevan yang tidak dapat disediakan dengan cara lain biaya historis.
Terdapat beberapa alasan bagi perusahaan untuk menerapkan revaluasi dan salah satunya yaitu dengan menggunakan kenaikan nilai akibat revalusi untuk
melakukan penghematan dana dalam bisnis dan kenaikan nilai akibat revaluasi dapat memungkinkan perusahaan untuk mendapat pinjaman yang lebih besar.
Dana-dana penghematan dan juga pinjaman dapat menjadi alat untuk pengembangan cash flow perusahaan dan juga dapat digunakan untuk investasi
kedepan. Oleh karena itu, menjadi potensial untuk meningkatkan kesempatan perusahaan untuk memperoleh kinerja operasi yang lebih baik. Revaluasi aset
tetap juga dapat memberikan investor informasi yang sangat berguna untuk dapat memprediksi dividen yang akan diterima, karena nilai yang direvaluasi akan
menjadi sangat relevan bagi investor yang dapat digunakan sebagai dasar untuk memprediksi kemampuan distribusi arus operasi, yang secara tidak langsung
menjelaskan potensi pembayaran dividen. Revaluasi tidak selamanya menyebabkan kenaikan nilai aset tetap tetapi
juga dapat menyebabkan penurunan nilai aset tetap. Dengan adanya kenaikan dan
penurunan dari revaluasi aset tetap maka dalam penerapannya revaluasi aset tetap memiliki tahapan yang harus dipenuhi sesuai dengan aturan yang ada. Dalam
P
SAK 16 revisi 2007 dijelaskan bahwa a
pabila suatu entitas memilih metode revaluasi, maka entitas tersebut harus menilai kembali aset tetapnya secara berkala
sesuai dengan nilai wajar pasar dan jika suatu aset tetap direvaluasi maka kelompok aset yang sama harus direvaluasi dimana menurut Manna dan Fahri
2009: 4 perlakuan ini bertujuan untuk menghindari perlakuan revaluasi secara selektif dan bercampurnya biaya perolehan dan nilai lainnya pada saat yang
berbeda-beda. Revaluasi umumnya dilakukan dengan melihat nilai wajar sebagai dasar
revaluasi namun jika tidak terdapat nilai wajar maka menurut paragraf 33 PSAK 16 revisi 2007, dapat dilakukan estimasi nilai wajar menggunakan pendekatan
penghasilan atau biaya pengganti yang telah disusutkan. Jika perbedaan nilai dari aset tetap yang direvaluasi material atau signifikan maka revaluasi aset tetap perlu
dilakukan setiap tahun, dan jika tidak materialsignifikan revaluasi bisa dilakukan setiap 3 atau 5 tahun sekali. Dalam penerapan metode Revaluasi aset tetap
menurut PSAK nomor 16 revisi 2007 paragraph 31sampai 45 terdapat beberapa hal yang harus dilakukan yaitu:
• Setelah diakui sebagai suatu aktiva, suatu aktiva tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai
wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi setelah tanggal revaluasi.
• Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah
yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal Neraca. • Jika suatu aktiva tetap direvaluasi, maka seluruh aktiva tetap dalam kelompok
yang sama harus direvaluasi. • Hasil revaluasian aktiva akan dibuku:
a Jika jumlah tercatat aktiva meningkat akibat revaluasi kenaikan tersebut
langsung dikreditkan ke ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Namun, kenaikan tersebut harus diakui dalam Laporan Laba Rugi hingga sebesar
jumlah penurunan nilai aktiva akibat revaluasi yang pernah diakui sebelumnya dalam Laporan Laba Rugi.
b Jika jumlah tercatat aktiva turun akibat revaluasi, penurunan tersebut diakui
dalam Laporan Laba Rugi. Namun, penurunan nilai akibat revaluasi tersebut langsung dikurangkandidebit ke ekuitas pada bagian surplus
revaluasi selama penurunan tersebut tidak melebihi saldo kredit surplus revaluasi aktiva tersebut.
Sebagian surplus revaluasi aset tetap yang telah disajikan dalam ekuitas
dapat dipindahkan ke saldo laba sejalan dengan penggunaan aset oleh entitas atau secara langsung sekaligus ke saldo laba pada saat aset tersebut dihentikan
pengakuannya. Selain ketentuan pada PSAK, metode revaluasi aset tetap juga diatur
dalam aturan pemerintah untuk tujuan perpajakan. Sesuai dengan Peraturan
Menteri Keuangan PMK nomor 79 tahun 2008 pasal 3 ayat 1, penilaian aktiva tetap perusahaan dapat dilakukan terhadap:
a. Berwujud, termasuk tanah yang berstatus hak milik atau hak guna
bangunan; b.
Seluruh aktiva berwujud tidak termasuk tanah, yang terletak atau berada di Indonesia, dimiliki, dan dipergunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek pajak. Pelaksanaan penilaian kembali revaluasi aset tetap menurut PMK ini
tidak dapat dilakukan kembali sebelum lewat jangka waktu 5 lima tahun terhitung sejak penilaian kembali aset tetap perusahaan terakhir. Lebih lanjut
dalam pasal 4 ayat 1 revaluasi aktiva tetap perusahaan harus dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap tersebut yang berlaku pada
saat penilaian kembali aktiva tetap yang ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai atau ahli penilai, yang memperoleh izin dari pemerintah.
Revaluasi aset tetap yang dilakukan dengan berdasarkan pada PMK maupun PSAK dalam prakteknya seringkali menemui kendala-kendala terkait
dengan penerapannya. Kendala umum yang sering dihadapi oleh pemerintah dalam penerapan revaluasi aset tetap ini adalah masalah besarnya biaya untuk
menggunakan jasa appraisal dalam melakukan penilaian. International Public Sector Accounting Standard Board IPSASB didalam study 14-3e tentang
Transition to the Accrual Basis of Accounting: Guidance for Public Sector Entities hal. 124 mengakui terdapat masalah biaya dalam melakukan penilaian
karena menggunakan jasa eksternal untuk menilai aset pemerintah. Masalah biaya
juga dihadapi oleh sektor privat dimana berdasarkan hasil survey di Inggris yang dilakukan oleh The Institute of Chartered Accountants tahun 2005 yang
menyimpulkan bahwa hanya 4 dari Perusahaan-perusahaan Uni Eropa yang menggunakan metode revaluasi untuk bangunan, tetapi tidak menggunakan untuk
aset lain, dan hanya 28 dari perusahaan-perusahaan Uni Eropa dengan investasi pada property yang menggunakan nilai wajar revaluasi untuk aset yang
dimilikinya Sururi: 2011. Hal ini berarti untuk mengatasi masalah biaya ini berdasarkan survey tersebut bisa dilakukan dengan pengklasifian aset tetap yang
akan direvaluasi maupun yang tidak direvaluasi. Selain itu, untuk mengatasi masalah biaya tersebut, IPSASB dalam studi yang sama menemukan bahwa
penggunaan pihak internal untuk melakukan penilaian merupakan solusi yang dianjurkan untuk dilakukan. Namun, penggunaan pihak internal ini diharapkan
memiliki hasil yang sama dengan yang dilakukan oleh pihak penilai profesionalpihak eksternal yang qualified. Sehingga dari tuntutan ini
menimbulkan masalah lain yaitu rendahnya kompetensi staff internal. Untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan dengan mengikutkan staf internal dalam
pelatihan yang dilakukan oleh pihak-pihak atau instansi yang memiliki kompeten juga supaya penilaian yang dilakukan memiliki kualitas yang sama dengan pihak
eksternal.
IV. Relevansi Revaluasi Aset Tetap pemerintah pada BLU