1
I. Pendahuluan
Beberapa tahun belakangan perlakuan terhadap aset tetap mengalami perkembangan pesat yang dapat terlihat dari revisi-revisi standar yang disusun
untuk mengatur aset tetap. Revisi tersebut salah satunya adalah penambahan revaluasi aset tetap sebagai bagian dari metode penilaian terhadap aset tetap. Hal
ini dilakukan karena standar International akuntansiInternational Financial Reporting Standard IFRS disusun berdasarkan pada principle-based dan juga
fair value. Selain itu, dalam pelaksanaannya di organsiasi komersial hal ini akan sangat membantu bagi para pengguna laporan keuangan guna mengetahui kondisi
aset pada saat sekarang. Indonesia yang mengarah pada penggunaan IFRS oleh Ikatan Akuntan Indonesia IAI telah melakukan revisi standar terkait aset tetap
yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keungan PSAK 16 tentang Aset Tetap. Aset tetap merupakan aset yang digunakan oleh perusahaan dan tidak
dimaksudkan untuk dijual serta diharapkan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun PSAK nomor 16 adalah salah satu resource penting dari sebuah
organisasi. Berdasarkan PSAK nomor 16 revisi 2007, pengukuran setelah pengakuan awal aset tetap dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode biaya
dan metode revaluasi. Penerapan revaluasi aset tetap pada organisasi komersial mulai berlaku
umum setelah revaluasi diatur dalam PSAK tahun 2007 sebagai bagian dari proses konvergensi PSAK terhadap IFRS. Revaluasi ini merupakan cara yang dipakai
untuk dapat memperoleh nilai sekarang dari aset tetap sehingga informasi yang dihasilkan bisa lebih relevan. Proses perubahan ini merupakan langkah dari
organisasi sektor privat untuk beralih dari nilai historis kepada nilai wajar Khususnya yang menggunakan IFRS. Hal ini dikatakan wajar karena dalam
penerapannya, IFRS menggunakan principle-based dan fair value sebagai dasar dalam membuat laporan keungan. Hal ini berbeda dengan organisasi sektor publik
atau pemerintah dimana pada Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah PSAP masih tetap menggunakan nilai historis dalam pelaporan keuangan sehingga untuk
penerapan revaluasi pun tidak bisa dilaksanakan karena pada PSAP nomor 7 Tahun 2010 tentang Akuntansi Aset Tetap dijelaskan bahwa revaluasi untuk
instansi pemerintahan tidak diperkenankan karena Standar Akuntansi Pemerintah SAP menganut penilaian aset berdasarkan biaya perolehan atau harga pertukaran
tetapi penyimpangan terhadap ketentuan ini mungkin dilakukan berdasarkan ketentuan pemerintah yang berlaku secara nasional secara nasional.
Berkatian dengan adanya pengecualian dalam melakukan revaluasi aset tetap yang dijelaskan pada PSAP, maka Badan Layanan Umum BLU merujuk
pada peraturan dapat menerapkan revaluasi aset tetap karena memiliki peraturan yang berlaku secara nasional yang memang memberi kesempatan BLU untuk
melaksanakan revaluasi. Peraturan Pemerintah PP nomor 23 tahun 2005 menjelaskan bahwa BLU merupakan instansi di lingkungan pemerintah yang
difokuskan pada pelayanan kepada masyarakat yang berupa penyediaan barang danatau jasa dan tanpa mencari keuntungan. BLU dibentuk supaya dalam
pelayanannya terdapat peningkatan efisiensi dan produktivitas dari jenis pelayanan yang diberikan.
Berdasarkan pada aturan tersebut maka BLU yang merupakan instansi pemerintah dalam melakukan pengelolaan keuangannya harus disesuaikan dengan
standar yang disusun oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia PP no. 23 Tahun 2005 ps. 26 ayat 2. Dalam ayat selanjutnya jika tidak terdapat standar akuntansi
tersebut, maka dapat mengembangkan dan menerapkan sistem akuntansi dengan mengacu pada standar akuntansi yang berlaku sesuai dengan jenis layanannya dan
ditetapkan oleh menteripimpinan lembagagubernurbupatiwalikota sesuai dengan kewenangannya Ps. 26 ayat 4. Penyesuaian terhadap standar akuntansi
yang disusun oleh asosiasi profesi ini memungkinkan BLU untuk melakukan revaluasi aset tetap karena dalam PSAK 16 terdapat pilihan untuk suatu entitas
dapat melakukan revaluasi aset tetap sebagai bagian dari metode penilaian aset tetap. Tetapi, BLU harus dengan ada ayat pengecualian selanjutnya maka BLU
juga masih bisa menggunakan standar yang lain yang disetujui sehingga penerapan PSAK ini tidak mutlak untuk BLU. Hal ini mengakibatkan adanya
sisteam akuntansi yang masih memungkinkan BLU untuk melakukan pelaporan keuangannya sendiri dengan tetap mengedepankan prinsip produktivitas dan
efisiensi ala korporasi. Menurut beberapa peneliti tentunya memiliki kendala-kendala yang
dihadapi agar dalam penerapan revaluasi harus tepat sesuai dengan cost dan benefit yang diperoleh yang nanti juga bisa digunakan untuk menentukan langkah-
langkah dalam melakukan revaluasi sebagai cara untuk mengurangi cost danatau meningkatkan benefit.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti akan melakukan penelitan tentang “Relevansi, Kendala, dan Strategi Revaluasi Aset Tetap Pemerintah pada
Badan Layanan Umum.” Perumusan persoalan penelitian adalah apa relevansi, kendala, dan strategi dalam penerapan revaluasi aset tetap pemerintah pada BLU.
Sehingga, penelitian ini dapat mengetahui relevansi revaluasi aset tetap pada BLU serta mengidentifikasi kendala-kendalanya dan juga strategi pelaksanaan
revaluasi. Penelitian ini dilakukan dengan metode studi literatur atas Laporan
keuangan organisasi sektor publik dan BLU, Revaluasi aset tetap, serta strategi- strategi revaluasi dari negara-negara yang sudah menerapkannya. Langkah-
langkah dalam melakukan analisis ini yaitu pertama mengkomparasi tujaun dan fungsi pelaporan keuangan antara sektor privat dengan BLU, kedua
mengkomparasi kendala yang dihadapi dalam penerapan revaluasi antara sektor privat dan sektor publik, ketiga melakukan identifikasi relevansi revaluasi aset
tetap terkait dengan tujuan laporan keuangan BLU; dan yang terakhir yaitu melakukan identifikasi strategi penerapan revaluasi aset tetap BLU.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian Ilmu Akuntansi khususnya Akuntansi Sektor Publik dimana dalam kaitannya dengan akuntansi
keuangan dapat membantu untuk mengetahui pengaruh standar untuk BLU. Selain itu terkait dengan akuntansi manajemen dapat membantu dalam meningkatkan
tingkat efisiensi dan efektivitas dari layanan yang diberikan oleh BLU.
5
II. Pelaporan Keuangan pada Badan Layanan Umum BLU