Relevansi Revaluasi Aset Tetap pemerintah pada BLU

juga dihadapi oleh sektor privat dimana berdasarkan hasil survey di Inggris yang dilakukan oleh The Institute of Chartered Accountants tahun 2005 yang menyimpulkan bahwa hanya 4 dari Perusahaan-perusahaan Uni Eropa yang menggunakan metode revaluasi untuk bangunan, tetapi tidak menggunakan untuk aset lain, dan hanya 28 dari perusahaan-perusahaan Uni Eropa dengan investasi pada property yang menggunakan nilai wajar revaluasi untuk aset yang dimilikinya Sururi: 2011. Hal ini berarti untuk mengatasi masalah biaya ini berdasarkan survey tersebut bisa dilakukan dengan pengklasifian aset tetap yang akan direvaluasi maupun yang tidak direvaluasi. Selain itu, untuk mengatasi masalah biaya tersebut, IPSASB dalam studi yang sama menemukan bahwa penggunaan pihak internal untuk melakukan penilaian merupakan solusi yang dianjurkan untuk dilakukan. Namun, penggunaan pihak internal ini diharapkan memiliki hasil yang sama dengan yang dilakukan oleh pihak penilai profesionalpihak eksternal yang qualified. Sehingga dari tuntutan ini menimbulkan masalah lain yaitu rendahnya kompetensi staff internal. Untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan dengan mengikutkan staf internal dalam pelatihan yang dilakukan oleh pihak-pihak atau instansi yang memiliki kompeten juga supaya penilaian yang dilakukan memiliki kualitas yang sama dengan pihak eksternal.

IV. Relevansi Revaluasi Aset Tetap pemerintah pada BLU

Dalam melihat relevansi revaluasi aset tetap pemerintah pada BLU ini, terdapat tiga konsep yang akan dibahas disesuaikan dengan tujuan pelaporan keuangan yaitu akuntabilitas, manajemen, dan transparansi. 1. Akuntabilitas Berdasarkan prinsip tata kelola BLU yang dijelaskan dalam Permendagri nomor 61 tahun 2007 akuntabilitas merupakan kejelasan fungsi, struktur, sistem yang dipercayakan pada BLU agar pengelolaannya dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan prinsip ini, terdapat tiga hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan akuntabilitas yaitu dengan meningkatkan kejelasan fungsi, struktur, dan sistem. Kejelasan fungsi yang dimaksud adalah lebih kepada kompetensi SDM yang dimiliki. Dalam Asas good corporate governance yang diterbitkan oleh KPK www.kpk.go.id disebutkan bahwa semua karyawan harus mempunyai kompetensi sesuai tugas, dan tanggungjawabnya. Jika ditinjau dari aspek kejelasan fungsi, maka untuk meningkatkan kualiatas pelaporan keuangannya harus dilakukan peningkatan kompentensi dari setiap unsur atau organ dari BLU. Peningkatan kompetensi ini tidak dapat dilihat kaitannya dengan aset tetap. Revaluasi aset tetap yang tujuannya untuk melihat nilai wajar aset tetap tidak akan mempengaruhi tingkat kompetensi dari SDM yang dimilliki oleh BLU. Hal kedua yang perlu dilihat yaitu terkait dengan kejelasan struktur. Stuktur dalam hal ini lebih mengarah pada uraian tugas dan peta organisasi. Uraian tugas ini harus ditetapkan bersamaan dengan tanggungjawab dari masing-masing unsur secara jelas dan selaras dengan visi, misi KPK. Penetapan uraian tugas yang dilakukan akan berpengaruh pada struktur organsasi BLU karena tanggung jawab masing-masing uraian tugas ini berbeda satu dengan yang lain. Dari aspek kejelasan struktur dalam peningkatan akuntabilitas, BLU diharapkan mempunyai unsur uraian tugas yang jelas serta pembagian kerja yang jelas pula. Unsur uraian tugas ini, lebih mengarah pada pembagian tugas dari tiap komponen yang ada dalam entitas sehinggga pencapaian tugas dapat dilakukan dengan lebih efisien. Pembagian tugas ini juga bisa diartikan dengan pengelompokan SDM sesuai dengan kompotensi yang dimiliki sehingga pelaksanaan bisa berjalan dengan baik. Revaluasi aset tetap yang dilakukan tidak akan mempengaruhi keputusan untuk melakukan uraian tugas karena dampak revaluasi lebih kepada perubahan nilai aset tetap sedangkan uraian tugas berkaitan dengan SDM yang dimiliki. Hal ketiga yang dilihat yaitu dalam kaitannya dengan sistem. Bedasarkan artikel tentang Akuntabilitas dan Good Governance http:www.scribd.com dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan akuntabilitas dilingkungan pemerintahan perlu diperhatikan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber daya secara “konsisten” dengan peraturan perundangan yang berlaku. Dalam kaitan dengan sistem, akuntabilitas lebih dinilai dengan konsistensi sistem dari penggunaan sumber daya. Konsistensi sistem tidak terpengaruh oleh metode akuntansi yang digunakan karena hal yang penting dari sistem ini yaitu konsistensi dari penggunaan sistem yang ada. Metode akuntansi apapun yang digunakan jika dilakukan dengan konsisten maka akuntabilitas dari suatu Laporan keuangan ini bisa dinilai baik. Dari ketiga unsur diatas, dalam peningkatan akuntabilitas laporan keuangan, BLU tidak harus melakukan revaluasi karena dari segi akuntabilitas ini lebih terkait dengan sumber daya manusia serta konsistensi dari suatu sistem yang digunakan. Revaluasi aset tetap dilakukan untuk mendapatkan nilai wajar aset tetap yang dimiliki. Nilai wajar dari suatu aset tidak akan berpengaruh pada sumber daya manusia dimiliki serta juga pada sistem akuntansi yang dipakai. Sehingga secara jelas berdasarkan pada unsur-unsur ini, maka penerapan revaluasi aset tetap tidak akan berdampak pada peningkatan akuntabilitas BLU. 2. Manajemen Dilihat dari pengertian aspek manjamen seperti yang dijelaskan sebelumnya, maka laporan keuangan diharapkan dapat digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dari BLU selama suatu periode tertentu. Evaluasi ini berkaitan dengan fungsi perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian atas penerimaan, pengeluaran, aset, kewajiban, dan ekuitas. Dalam pelaksanaan manajemen, nilai wajar aset menjadi penting karena terkait dengan pengambilan keputusan ataupun kebijakan yang dikeluarkan terkait penggunaan dari sumber daya yang dimiliki. Tujuan dan sasaran manajemen aset tetap adalah mencapai kecocokan atau kesesuaian sebaik mungkin antara keberadaan aset dengan strategi entitas secara efektif dan efisien, mencakup siklus hidup aset sejak perencanaan dan penganggaran hingga pembinaan, pengawasan dan pengendalian serta pengaturan risiko dan biaya yang terkait selama siklus hidup aset Indriani : 2012. Kesusuaian keberadaan aset dengan strategi entitas secara efektif dan efisien menjadi menarik untuk dilihat terkait dengan manajemen aset. Manajemen aset tetap ini merupakan sebuah langkah manajerial yang harus dilakukan oleh manajemen entitas saat ini dalam merencanakan, mengelola, mengevaluasi kinerja aset entitas secara efektif dalam upaya peningkatan nilai yang akan memberikan kontribusi pada penggunaan kapital, nilai ekonomi sumber daya, produktivitas dan kualitas Indriani : 2007. Dalam mengevaluasi dirasa perlu menggunakan nilai wajar karena suatu aset akan lebih relevan jika dinilai ulang sesuai dengan nilai wajar karena akan memberikan informasi yang lebih relevan yang tidak disediakan oleh biaya historis Zhai : 2007. Berdasarkan pandangan ini, maka revaluasi aset tetap perlu diterapkan sehingga informasi yang dihasilkan lebih relevan terkait dengan manajemen aset. Revaluasi aset tetap dilakukan karena nilai aset yang ada sekarang tidak mencerminkan nilai sebenarnya Apriyanti: 2002. Nilai sekarang akan berpengaruh dalam melihat kesesuaian keberadaan aset seperti yang dikemukakan Indriani diatas. Sehingga dengan memiliki nilai sekarang akan lebih meningkatkan efisensi dan efektivitas dari manajemen aset. peningkatan ketiga unsur perencanaan, pengelolaan, dan pengendalian yang merupakan bagian dari manajemen aset, akan membuat tujuan laporan keuangan akan meningkat juga sehingga revaluasi aset tetap pemerintah pada BLU ini akan relevan untuk diterapkan. 3. Transparansi Transparansi disini mengandung unsur terbuka dan jujur dimana semua organisasi baik itu sektor publik maupun sektor privat dituntut untuk transparan dalam menyajikan laporan keungan. Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan informasi dari semua komponen pengguna laporan keuangan. BLU yang merupakan instansi pemerintah harus secara terbuka dalam mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya kepada masyarakat Dewan Perwakilan yang ingin mengetahui kebijakan yang diambil terkait dengan pengelolaan sumber daya. Dalam Asas Good Corporate Govenrance KPK dijelaskan prinsip dasar dari transparansi yaitu untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, informasi yang dihasilkan harus material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Sesuai dengan prinsip dasar ini, BLU dalam pelaporan keuangannya harus memberikan informasi yang mudah diakses dan dipahami. Terkait dengan hal ini, penerapan revaluasi tidak menjadi hal yang berpengaruh karena untuk memperoleh informasi yang mudah diakses dan dipahami, nilai wajar aset tetap tidak bisa dijadikan patokan apakah aset itu mudah diakses atau dipahami. Selain itu, walaupun BLU sudah dianjurkan untuk menggunakan PSAK sebagai standar laporan keuangannya, tetap saja BLU merupakan instansi pemerintah yang tidak ditujukan untuk go public tetapi hanya untuk dapat mengelola keuangannya secara mandiri dimana pendapatan yang diterima masih merupakan pendapatan negara bukan pendapatan BLU itu sendiri sehingga penerapan revaluasi aset tetap untuk peningkatan nilai dari instansi tersebut dirasa tidak relevan. Disamping itu, BLU juga merupakan instansi pemerintah yang dalam pelaksanaannya harus tetap mengemukakan transaparansi dalam segala aspek sehingga dengan ada atau tidaknya revaluasi aset tetap prinsip transparansi harus tetap dilaksanakan dan terus ditingkatkan dengan alasan semua aset yang dikelola merupakan aset negara yang sumber pembiayaannya berasal dari raktyat. Berdasarkan kajian diatas, revaluasi aset tetap menjadi relevan untuk diterapkan pada BLU karena revaluasi aset tetap memiliki dampak pada peningkatan aspek manajemen laporan keuangan dimana dengan mengetahui nilai wajar dari aset tetap maka fungsi perencanaan, pengelolaan dan pengendalian aset dapat dilakukan dengan lebih baik sehingga berdasarkan kondisi yang sebenarnya ini dapat mendukung pengguna untuk memberikan evaluasi yang baik terkait fungsi-fungsi yang ada tadi.

V. Strategi Revaluasi Aset Tetap