TINJAUAN PUSTAKA. Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Negara Hukum Pancasila (Analisis terhadap Undang-Undang Dasar 1945 Pra dan Pasca Amandemen) T2 322010004 BAB I

10 penerapan prinsip-prinsip Negara hukum pada masa kini yaitu khususnya negara hukum yang diterapkan di Indonesia. Perbedaan tesis ini dengan kedua buku yang ditulis oleh Bambang Arumanadi – Sunarto dan Muhammad Tahir Azhary terletak pada fokus kajian penelitiannya. Tesis ini memfokuskan kajiannya pada konsep negara hukum di Indonesia dan juga unsur-unsur negara hukum apa saja yang diatur di dalam UUD 1945 pra dan pasca amandemen.

F. TINJAUAN PUSTAKA.

Penelitian Hukum dalam rangka penulisan tesis dimulai dari pembahasan mengenai sejarah munculnya konsep negara hukum. Sejarah latar belakang munculnya konsep negara hukum di setiap negara berbeda-beda. Konsep negara hukum sudah ada sejak zaman Yunani kuno, tepatnya sejak zaman Plato. Pemikiran Plato mengenai negara hukum yaitu mengenai konsep “bahwa penyelenggaraan negara yang baik adalah yang didasarkan pada pengaturan hukum yang baik yang disebutnya dengan istilah “nomoi”. Gagasan dari Plato ini seterusnya dikembangkan lagi oleh muridnya yang bernama Aristoteles. Menurut Aristoteles negara yang baik ialah negara yang diperintah dengan konstitusi 10 dan berkedaulatan hukum. Konsep negara hukum mulai muncul kembali pada abad ke-17 yang berawal dari kehidupan bernegara yang mempunyai pemerintahan 10 Menurut Aristoteles ada tiga unsur yang harus dipenuhi untuk terciptanya pemerintahan yang berkonstitusi, yaitu pertama pemerintahan dilaksanakan untuk kepentingan umum; kedua pemerintah dilaksanakan menurut hukum yang berdasarkan pada ketentuan-ketentuan umum, bukan hukum yang dibuat secara sewenang-wenang yang menyaksikan konvensi dan konstitusi; ketiga, pemerintahan berkonstitusi berarti pemerintahan yang dilaksanakan atas kehendak rakyat, bukan berupa paksaan dan tekanan yang dilaksanakan pemerintahan despotic. Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Press, Jakarta, 2010, hal. 2. 11 monarkhi kerajaan absolut. 11 Yaitu pemerintahan yang di pimpin oleh raja yang memerintah sesuai dengan kehendaknya sendiri tanpa harus bertanggung jawab kepada siapapun termasuk kepada rakyat. Bahkan kekuasaan seorang raja ini meliputi bidang pembuatan UU legislatif, menjalankan atau melaksanakan UU eksekutif dan juga bidang penegakan hukum yudikatif. Dengan kata lain dalam suatu negara yang memegang kekuasaan tertinggi atau pemegang kedaulatan adalah raja souvereignity of the king. Dengan kekuasaan yang hanya berada disatu tangan yaitu maka akan terjadi penindasan dan kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh raja. Sebagaimana yang dikatakan oleh Lord Acton bahwa kekuasaan cenderung untuk menjadi sewenang-wenang, dan kekuasaan mutlak, kesewenang-wenangan juga cenderung mutlak power tends to corrupts and absolute power corrupts absolutely. Inilah hukum besi kekuasaan yang jika tidak dikendalikan dan dibatasi menurut prosedur konstitusional, dapat menjadi sumber malapetaka. 12 Untuk melawan kekuasaan yang mutlak dari raja dan untuk menghindari malapeka yang akan ditimbulkan oleh kesewenang-wenangan tersebut maka diperlukan suatu pemerintahan berdasarkan konstitusi. Dalam konstitusi, hukum menjamin adanya hak-hak dan kebebasan warga negara dan menuntut supaya raja taat kepada hukum. Agar terwujudnya hak dan kebebasan warga negara dan hak asasi manusia serta ketaatan raja kepada hukum, maka kekuasaan raja harus dibatasi dalam suatu hukum konstitusi. 11 Dalam pemerintahan monarkhi absolut ini raja dipilih secara turun temurun. 12 Jimly Asshidiqqie, Konstitusi Dan Konstitusionalisme Indonesia, Edisi kedua, Cet. Pertama, Sinar Grafika, Jakarta, 2010.hal. 138. 12 Guna membatasi kekuasaan raja tersebut, Montesquieu mengemukakan konsep yang disebut dengan Trias politica. Dalam konsep trias politica ini, kekuasaan dipisahkan separation of Power menjadi 3 kekuasaan, yaitu: Kekuasaan legislatif; Kekuasaan eksekutif; dan Kekuasaan yudikatif. Dengan munculnya pemerintahan konstitusi tersebut maka turut muncul gagasan Negara Hukum. Negara hukum oleh D. Mutiara dalam bukunya yang berjudul Ilmu Tata Negara Umum, di definisikan sebagai berikut: “Negara hukum ialah negara yang susunannya diatur dengan sebaik- baiknya dalam undang-undang sehingga segala kekuasaan dari alat-alat pemerintahannya didasarkan hukum. Rakyat tidak boleh bertindak sendiri-sendiri menurut semaunya yang bertentangan dengan hukum. Negara hukum itu ialah negara yang diperintahi bukan oleh orang- orang, tetapi oleh undang-undang the state not governed by men, but by laws. Karena itu, didalam negara hukum, hak-hak rakyat dijamin sepenuhnya oleh negara dan terhadap negara, sebaliknya, kewajiban- kewajiban rakyat harus dipenuhi seluruhnya dengan tunduk dan taat kepada segala peraturan pemerintah dan undang-undang Negara ”. 13 Dalam bukunya yang berjudul “Negara Hukum”, Joeniarto merumuskan asas negara hukum atau asas the rule of law sebagai berikut: “Asas the rule of law, mempunyai arti bahwa dalam penyelenggaraan negara, tindakan-tindakan penguasanya harus didasarkan hukum, bukan berdasarkan kekuasaan atau kemauan penguasa dan bertujuan melindungi kepentingan masyarakatnya, yaitu perlindungan terhadap hak-hak asasi anggota-anggota masyarakatnya dari tindakan sewenang- wenang ”. 14 Sudargo Gautama dalam bukunya berjudul “Pengertian Tentang Negara Hukum ”, memberikan pengertian bahwa: “Suatu Negara hukum ialah suatau negara, dimana perseorangan mempunyai hak terhadap negara, dimana hak-hak asasi manusia diakui oleh undang-undang, dimana untuk merealisasikan perlindungan hak- hak ini kekuasaan negara dipisah-pisahkan hingga badan 13 Mukthie Fadjar, Tipe Negara Hukum, Bayumedia, Malang, 2005, hal. 6. 14 Op cit, hal. 8. 13 penyelenggara, badan pembuat undang-undang dan badan-badan peradilan berada pada pelbagai tangan, dan dengan susunan badan peradilan yang bebas kedudukannya, untuk dapat memberi perlindungan semestinya kepada setiap orang yang merasa hak-haknya dirugikan, walaupun andaikata hal ini terjadi oleh alat negara sendiri ”. 15 Beberapa definisi tentang negara hukum yang sudah dijelaskan, diketahui bahwa gagasan mengenai cita negara hukum selalu dikaitkan dengan konsep rule of law dan rechtsstaat 16 . Selain itu negara hukum juga dikaitkan dengan apa yang disebut dengan nomokrasi 17 . Dalam nomokrasi yang dibayangkan sebagai penentu dalam penyelenggaraan kekuasaan adalah norma atau hukum. Karena itu, nomokrasi berkaitan erat dengan ide kedaulatan hukum atau prinsip hukum sebagai kekuasaan tertinggi. 18 Pada zaman modern konsep negara hukum di Eropa Kontinental disebut dengan rechtsstaat. Konsep rechtsstaat dikembangkan oleh Julius Stahl. Oleh Julius Stahl negara hukum rechtsstaat mempunyai empat unsur, yaitu 1 Perlindungan terhadap HAM; 2 Pembagian Kekuasaan; 3 Pemerintahan berdasarkan UU; 4 Peradilan Tata Usaha Negara. Adapun dalam istilah anglo saxon Inggris dan Amerika Serikat yang menganut sistem hukum common law, konsep negara hukum dikenal dengan istilah rule of law yang dikembangkan oleh A.V Dicey. Di Amerika Serikat prinsip rule of law ini mempunyai jargon 15 Sudargo Gautama, Pengertian Tentang Negara Hukum, Alumni, Bandung, 1983, hal. 21. 16 Istilah yang digunakan untuk menyebut rule of law maupun rechtsstaat di Amerika Serikat adalah government under law sedangkan di Perancis digunakan istilah Le principe de la legalite atau la regle du droit.. 17 Nomokrasi berasal dari kata nomos dan cratos. Nomos artinya norma sedangkan cratos artinya kekuasaan. 18 Jimly Asshidiqie, Negara Hukum Indonesia, Ceramah Umum dalam Rangka Pelantikan Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Alumni Universitas Jayabaya, Jakarta, 23 Januari 2010. 14 “rule of law, and not of man”, yang berarti bahwa sesungguhnya yang dianggap sebagai pemimpin adalah hukum itu sendiri, bukan orang. 19 Oleh A.V Dicey konsep rule of law mempunyai unsur-unsur sebagai berikut: 1 Supremasi hukum supremacy of law; 2 Persamaan di depan hukum equality before the law; dan 3 Terjaminnya HAM dalam UUD Constitution based on individual right. Berdasarkan unsur-unsur rechtsstaat yang dikemukakan oleh Julius Stahl maupun unsur-unsur rule of law yang dikemukakan oleh A.V Dicey tersebut, maka dapat dilihat adanya perbedaan antara konsep rechtstaat dengan konsep rule of law. Perbedaan tersebut adalah pada konsep rechtsstaat, Peradilan Administrasi Negara merupakan suatu sarana yang sangat penting dan sekaligus pula ciri yang menonjol pada rechtsstaat itu sendiri. Sedangkan dalam rule of law, peradilan administrasi tidak diterapkan, karena kepercayaan masyarakat yang demikian besar kepada peradilan umum. Pada konsep rule of law hukum ditegakkan secara adil dan tepat. Karena semua orang mempunyai kedudukan yang sama di hadapan hukum, maka ordinary court dianggap cukup untuk mengadili semua perkara termasuk perbuatan melanggar hukum oleh pemerintah. 20 Bahkan di zaman modern ini, lahir negara hukum materiil dinamis yaitu konsep negara hukum telah menggabungkan asas-asas rechtsstaat yang dikembangkan oleh Julius Stahl dengan asas-asas rule of law yang dikembangkan oleh A.V. Dicey. 19 Jimly Asshidiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme, Loc Cit, hal. 125. 20 Muhammad Tahir Azhary, Negara Hukum Suatu Studi Tentang Prinsip- Prinsipnya Dilihat Dari Segi Hukum Islam, Implementasinya Pada Periode Negara Medinah Dan Masa Kini, Kencana, Jakarta, 2004, hal. 90-91. Lihat juga Bambang Arumanadi dan Sunarto, Loc Cit, hal. 41-42. 15 Konsep mengenai negara hukum juga dikembangkan di negara- negara sosialis, yang dikenal dengan nama socialist legality. Socialist legality merupakan suatu konsep yang dianut di negara-negara komunis atau sosialis yang tampaknya hendak mengimbangi konsep rule of law dan rechtsstaat yang dipelopori oleh negara-negara anglo saxon dan negara-negara Eropa kontinental. Dalam socialist legality yang di inginkan adalah adanya realisasi dari sosialisme sebagai sumber yang paling menentukan meliputi segala aktivitas organ negara pemerintahan, pejabat pemerintah dan warga negara. 21 Oleh Muhammad Tahir Azhary, Socialist legality mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1 Perwujudan sosialisme; 2 Hukum adalah alat dibawah sosialisme; 3 Penekanan pada sosialisme. Realisasi sosialisme ketimbang hak-hak perorangan. 22 Konsep negara hukum bukan hanya monopoli negara-negara barat, karena sebelum konsep itu lahir di Eropa barat pada abad 17-18, Islam juga telah mengembangkan konsep negara hukum. Islam menetapkan bahwa yang harus berkuasa yang setinggi-tingginya didalam negara adalah hukum. Di dalam ajaran Islam sebagaimana diatur di dalam al-Q ur’an, jika suatu negara tidak berdasarkan hukum maka negara itu zalim diktaktor, otokrasi yang berlaku sewenang- wenang; negara fasik negara anarkhi, kacau balau dan tidak teratur dimana pemerintahannya tidak sanggup menjamin keamanan. 23 Menurut Ibnu Khaldun dalam Islam ada dua macam bentuk negara hukum yaitu 1 Siyasah Diniyah diterjemahkan sebagai Nomokrasi Islam; 2 Siyasah Aqliyah diterjemahkan sebagai 21 Mukthie Fadjar, Loc Cit, hal. 21. 22 Muhammad Tahir Azhary, Loc cit, hal. 101. 23 Mukthie Fadjar, Loc Cit, hal. 23. 16 nomokrasi sekuler. Sedangkan Negara Hukum Islam „Siyasah Diniyah‟ atau nomokrasi Islam itu sendiri yang oleh Muhammad Tahir Azhary, mempunyai Prinsip-prinsip utama berikut ini: 1 Prinsip kekuasaan sebagai amanah; 2 Prinsip musyawarah; 3 Prinsip keadilan; 4 Prinsip persamaan; 5 Prinsip pengakuan dan perlindungan setiap hak asasi manusia; 6 Prinsip peradilan bebas; 7 Prinsip perdamaian; 8 Prinsip kesejahteraan; 9 Prinsip ketaatan rakyat. 24 Sementara itu menurut Jimly Asshidiqqie, dijaman modern ini konsep mengenai negara hukum sudah sangat berkembang. Perkembangan itu dapat dilihat dengan adanya penggabungan antara konsep negara hukum rechtsstaat dengan konsep negara hukum rule of law. Sehingga oleh Jimly Asshidiqie dirumuskan adanya tiga belas prinsip pokok negara hukum yang ideal bagi negara hukum Indonesia dan merupakan pilar-pilar utama yang menyangga berdiri tegaknya suatu negara hukum dalam arti yang sebenarnya. Ketiga belas prinsip negara hukum tersebut adalah: 1 Supremasi Hukum Supremacy of Law; 2 Persamaan dalam hukum equality before the law; 3 Asas legalitas due process of law; 4 Pembatasan kekuasaan; 5 Organ- organ eksekutif independen; 6 Peradilan bebas dan tidak memihak; 7 Peradilan tata usaha negara; 8 Peradilan tata negara constitutional court; 9 Perlindungan HAM; 10 Bersifat demokratis democratische rechtsstaat; 11 Berfungsi sebagai sarana mewujudkan tujuan bernegara welfare rechtsstaat; 12 Transparansi dan kontrol sosial; 13 Berketuhanan Yang Maha Esa. 25 24 Muhammad Tahir Azhary, Loc Cit, hal. 85. 25 Jimly Asshidiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme di Indonesia, Loc Cit, hal. 127-134. 17

G. METODE PENELITIAN