Sifat-sifat Fenotipa Sifat-sifat Genetika

101 dan kayu sigi di Bukit Tapan, Koto Limau Sering, Kecamatan Sungai Penuh; yang semuanya termasuk dalam Kabupaten Kerinci. Lamb dan Cooling 1967 serta Cooling 1968 menyatakan bahwa strain Kerinci diketemukan pada ketinggian 1.500-2.000 m dpl. Letak tempat tumbuh alami kurang diketahui secara jelas, tapi Radja 1971 dapat menemukannya di Gunung Tebakar Pungut 2.197 m dpl., Gunung Patah Bukit Sangko 2.206 m dpl., Bukit Kulit Manis, dan Bukit Sigi. Selanjutnya, Armizon et al. 1995 menyatakan bahwa strain Kerinci juga ditemukan pada ketinggian 1.010 m sampai 1.492 m dpl. di hutan hujan pengunungan Cagar Alam Bukit Tapan, kawasan TNKS.

B. Sifat-sifat Fenotipa

Perbedaan sifat-sifat fenotipa antara strain Tapanuli dan strain Aceh berupa bentuk batang, daun, sistem percabangan, ruas batang, kulit batang, kandungan getah, produksi getah, pembijian, dan kepekaan terhadap serangan Millionia basalis telah dikaji oleh Van de Veer dan Goves 1953 serta Soerianegara dan Djamhuri 1979. Menurut Cordes 1867, sifat-sifat morfologi P. merkusii strain Kerinci adalah: berbatang lurus, percabangan sangat tinggi, daun jarum sebanyak dua buah hampir sama dengan jenis Pinus sylvestris, daun licin dan bagian dalamnya agak cekung dan kasar. Armizon et al. 1995 mendapatkan perbedaan sifat-sifat morfologi antara strain Kerinci dengan strain Aceh. Dibandingkan dengan strain Aceh, sifat-sifat strain Kerinci adalah : bentuk batang umumnya lebih lurus dan lebih silindris, kulit batang umumnya lebih tipis 1 cm dengan warna lebih terang putih keabu-abuan dan alur yang lebih dangkal, sedangkan daunnya relatif lebih jarang, dan diduga kerentanan terhadap kebakaran lebih rentan karena kulitnya yang lebih tipis. Selanjutnya, Mukhtar dan Santoso 1987 menyebutkan bahwa strain Kerinci secara morfologis memiliki banyak kesamaan dengan strain Tapanuli.

C. Sifat-sifat Genetika

Dengan memperhatikan hubungan linier aditif antara nilai-nilai fenotipa p, genotipa g, dan lingkungan l di mana p = g + l, karena P. merkusii itu menyer- buk silang cross pollinated maka nilai genotipa yang memberikan kontribusi kepada nilai fenotipa suatu sifat tertentu adalah heterozigot heterozygote. Dengan demikian, nilai genotipa dari suatu sifat tertentu juga terdiri dari macam- macam genotipa karena jenis ini menyerbuk bebas open pollinated. Keragaman geografis diduga lebih kecil kemungkinan terjadinya di daerah dengan sebaran alami yang sempit dibandingkan dengan sebaran alami yang lebih luas pada Pinus sylvestris Wright, 1981, sedangkan pada Pinus clausa keragaman geografis tersebut ditemukan cukup besar dalam daerah dengan sebaran alami yang sempit Harahap, 1984. Dengan menggunakan pendekatan genetika molekuler melalui penanda marker isoenzim, Munawar 2002 menunjukkan bahwa keragaman genetik hutan alam strain Kerinci adalah yang paling kecil dibandingkan keragaman genetik hutan alam strain Tapanuli maupun strain Aceh. Ekspose Hasil-Hasil Penelitian, 2007 102

D. Biologi Pembungaan