Ekspose Hasil-Hasil Penelitian, 2007
100
menjadi tanaman kopi Suhaendi, 2005. Dalam bentuk hutan tanaman, strain Aceh terdapat paling luas dan banyak, serta sudah ditanam berbagai pihak, baik
swasta maupun pemerintah hampir di seluruh Indonesia. Melihat kondisi hutan tanaman P. merkusii strain Kerinci, nampak sudah
terancam keberadaannya karena permudaannya praktis sangat sedikit ditemukan. Oleh karena itu, konservasi P. merkusii strain Kerinci sangat diperlukan dan
sifatnya mendesak, dengan mengkaji permudaannya sebagai langkah awal melakukan konservasi di luar tempat tumbuh alaminya atau konservasi ex-situ.
B. Tujuan dan Sasaran
Kajian ini bertujuan untuk menyediakan paket teknologi konservasi jenis P. merkusii strain Kerinci. Sasaran kajian ini adalah menilai status permudaan
sebagai langkah awal konservasi jenis P. merkusii strain Kerinci berikut aspek- aspeknya yang terkait.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Daerah Persebaran
P. merkusii merupakan satu-satunya jenis konifer di daerah tropika yang daerah persebarannya luas di Asia Tenggara, dari 95º30-121º30 Bujur Timur dan
22º Lintang Utara hingga 2º Lintang Selatan, meliputi Myanmar, Thailand, Kam- boja, Laos, Vietnam, Kepulauan Hainan, Pulau Mindoro dan Luzon di Filipina,
serta Sumatera di Indonesia Cooling, 1968.
Di Sumatera, populasi P. merkusii tumbuh secara alami pada tiga tempat yaitu Aceh, Tapanuli, dan Kerinci. Populasi ini oleh Lamb dan Cooling 1967 dinamakan
strain, sedangkan Cooling 1968 menyebutnya provenansi dan Armizon et al. 1995 menamakannya galur. Daerah persebaran alami strain Kerinci adalah
sangat sedikit, sedangkan daerah persebaran alami strain Tapanuli adalah sedikit dan daerah persebaran alami strain Aceh adalah paling luas dan
banyak.
Dalam bentuk tanaman, P. merkusii strain Kerinci hampir belum pernah dibuat, baik oleh instansi kehutanan maupun rakyat. Taman Nasional Kerinci Seblat
TNKS pernah membuat tanaman strain Kerinci dalam rangka program Gerakan Reboisasi Lahan Gerhan dengan menggunakan 2.000 anakan alam yang diambil
secara cabutan di Bukit Tapan, Kecamatan Sungai Penuh, Kabupaten Kerinci, tapi hampir semua tanaman tersebut mati Dawliwanto, komunikasi pribadi. Untuk
strain Tapanuli, pernah dibuat oleh rakyat dengan menggunakan anakan alam yang diambil secara cabutan di Kecamatan Pangaribuan dan Kecamatan
Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara, tapi sekarang masyarakat rakyat mengubah pemanfaatan strain Tapanuli menjadi pertanaman kopi Suhaendi, 2005. Untuk
strain Aceh, hutan tanaman telah dibuat di hampir seluruh provinsi di Indonesia karena persebarannya paling luas dan benihnya sangat banyak dan mudah
diperoleh.
P. merkusii strain Kerinci diketemukan oleh Cordes 1867 dengan nama daerah sigi pada ketinggian 11.000 feet di atas permukaan laut dpl., dan paling
rendah 3.000-4.000 feet dpl. Pada nama-nama daerah saat pengkajian diadakan pada bulan Agustus 2005 adalah kayu kasigi di Kecamatan Air Hangat Timur
yang terdiri dari Desa Pungut Mudik, Desa Pungut Ilir, dan Desa Pungut Tengah;
101
dan kayu sigi di Bukit Tapan, Koto Limau Sering, Kecamatan Sungai Penuh; yang semuanya termasuk dalam Kabupaten Kerinci.
Lamb dan Cooling 1967 serta Cooling 1968 menyatakan bahwa strain Kerinci diketemukan pada ketinggian 1.500-2.000 m dpl. Letak tempat tumbuh
alami kurang diketahui secara jelas, tapi Radja 1971 dapat menemukannya di Gunung Tebakar Pungut 2.197 m dpl.,
Gunung Patah Bukit Sangko 2.206 m dpl., Bukit Kulit Manis, dan Bukit Sigi. Selanjutnya, Armizon et al. 1995
menyatakan bahwa strain Kerinci juga ditemukan pada ketinggian 1.010 m sampai 1.492 m dpl. di hutan hujan pengunungan Cagar Alam Bukit Tapan, kawasan
TNKS.
B. Sifat-sifat Fenotipa