mastikasi makanan sehingga mengurangi intake kalori. Lanjut usia mulai sukar untuk makan makanan berkonsistensi keras, lama kelamaan menjadi malas
makan. Kelenjar saliva menurun produksinya, sehingga mempengaruhi proses
perubahan kompleks karbohidrat menjadi disakarida karena enzim ptialin menurun, mempengaruhi refluks asam pada lansia, juga fungsi ludah sebagai
pelicin makanan berkurang, sehingga proses menelan lebih sukar. Sensasi rasa berkurang sejalan dengan proses penuaan. Lansia menunjukkan
adanya ketidakmampuan dalam merasakan makanan. Indera pengecap di ujung lidah menurun jumlahnya, terutama untuk rasa asin, sehingga lanjut usia
cenderung untuk makan makanan yang lebih asin. Beberapa obat-obatan dan penyakit dapat juga mempengaruhi rasa, tetapi ketidakmampuan dalam merasakan
makanan tersebut dipercaya hanya sementara saja.
Gambar 2.1. Penampang Gigi pada Manusia
B. Faring dan Esofagus
Banyak lanjut usia sudah mengalami kelemahan otot polos, sehingga proses menelan menjadi sukar. Kelemahan otot esofagus sering menyebabkan proses
patologis yang disebut hiatus hernia. Pada orang sehat, proses penuaan hanya memberi sedikit pengaruh terhadap
motilitas esofagus. Tekanan sfingter esofagus bagian atas menurun sesuai dengan proses penuaan disertai keterlambatan menelan yang diinduksi oleh keadaan
relaksasi, tetapi tekanan sfingter esofagus bagian bawah tidak banyak berubah. Peristaltik kedua sedikit bereaksi terhadap distensi esofagus yang bisa
menimbulkan kegagalan dalam bersihan refluks asam dan empedu. Laporan terdahulu dikatakan bahwa presbyesofagus keadaan yang berhubungan dengan
abnormalitas peristaltik esofagus paling sering disebabkan oleh gangguan neurologi dan vaskuler, yang mempengaruhi fungsi esofagus dan tidak
berhubungan dengan usia.
Refluks gastrointestinal sepertinya mempunyai prevalensi yang sama antara lansia dengan orang muda, meskipun dapat menimbulkan gejala ringan yang
berhubungan dengan penyakit yang lebih berat yang sering disebabkan oleh kegagalan bersihan asam. Panjang sfingter esofagus bagian bawah juga berkurang
pada lansia dan meningkatkan insiden hiatus hernia.
Obat-obatan seperti AINS, potassium chlorida, tetrasiklin, kuinidin, alendronate, sulfas ferosus dan teofilin bisa menimbulkan kerusakan esofagus.
Lansia berisiko tinggi terhadap esofagitis yang diinduksi oleh obat dan komplikasinya sebab mereka meminum obat dalam jumlah besar dan cenderung
Kepaniteraan Klinik Gerontologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti RIA Pembangunan, Cibubur Periode 6 April 2009 – 9 Mei 2009 240
mengalami keterlambatan transit esofagus dan menjadi imobilitas. Seharusnya pasien menelan obat dalam posisi setengah duduk dengan dibantu segelas air.
Gambar 2.2. Faring dan Esofagus
C. Lambung