46
BAB III PEMENUHAN KEBUTUHAN BARANG DAN JASA
DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
A. Pengertian Kebutuhan
Kebutuhan adalah sesuatu yang dibutuhkan manusia agar dapat dipenuhi. Secara kebahasaan kata “hajat” adalah bentuk kata dasar mashdar yang berasal
dari kata hawaja yang terdiri dari huruf ha’-waw- dan jim, memiliki arti yang dasar yang sama dengan dharr, yaitu sangat terdesak untuk mendapatkan sesuatu.
1
Kata hajat disebutkan tiga kali dalam Al-Quran, masing-masing dalam Surat Yusuf ayat 68, al-mukmin ayat 80, dan al-Hasyr ayat 9. Kata hajat dalam
Surat Yusuf 68 berarti keinginan. Allah berfirman:
“Tatkala mereka masuk menurut yang diperintahkan ayah mereka,maka
cara yang meraka lakukan itu tiadalah melepaskan mereka sedikitpun dari takdir Allah, akan tetapi itu hanya suatu keinginan pada diri Ya’kub yang telah
ditetapkannya. Sesungguhnya dia mempunyai pengetahuan, karena kami telah mengajarkan kepadanya. Akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui”.
Kata hajat dalam ayat 80 surat al-Mukmin berarti keperluan Allah SWT berfirman:
1
. Husayn Ahmad Faris ibn Zakaria. Mu’jam Maqayis fi al-Lughah, Bairut: Dar al-Fikr, 1995, hal. 287.
47
“dan ada lagi manfaat-manfaat yang lain pada binatang ternak itu untuk
kamu dan supaya kamu mencapai suatu keperluan yang tersimpan dalam hati dengqn mengendarainya. Kamu dapat diangkut dengan mengendarai binatang-
binatang itu dengan mengendarai bahtera”.
Sedang makna hajat dalam surat al-hasyar ayat 9 adalah keinginan sebagaimana firman Allah:
“orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman Anshar sebelum kedatangan mereka Muhajirin, mereka mencintai orang yang
berhijrah kepada mereka. Mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka orang Muhajirin; dan meraka
megutamakan orang-orang Muhajirin atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka sendiri memerlukan apa yang mereka berikan itu. Dan siapa yang
dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
Dari ketiga ayat Al-Quran di atas yang secara eksplisit menyebutkan kata hajat, dua di antaranya bermakna keinginan dan satu ayat berarti keperluan.
Dalam surat al-Mukmin ayat 80 makna keperluan disni menjelaskan tentang manfaat-manfaat yang dibutuhkan manusia dari hewan yang telah diciptakan
Allah swt kepada manusia seperti manfaat dari kulit hewan, bulu, daging, dan susunya. Dengan memanfaatkan segala pemberian Allah tersebut maka sebagian
dari keperluan manusia akan sumber nutrisi hewani dapat terpenuhi. Untuk itu
48 manusia dituntut dapat mensyukuri nikmat pemberian Allah yang dianugerahkan-
Nya. Keinginan pada diri Nabi Ya’kub agar anak-anaknya terhindar dari bahaya
didorong oleh rasa kasih dan cita kepada mereka semua. Ada suatu keinginan dari Ya’kub untuk bertemu dengan nabi yusuf melalui keterpisahan anak-anaknya.
Karena setelah anak-anaknya kembali berjumpa dengan ayahnya mereka semua kemudian datang kepada Yusuf mohon belas kasihnya. Lalu Nabi Yusuf pun
memperkenalkan dirinya dan akhirnya bertemu dengan ayahnya.
2
Keinginan Nabi Ya’kub dalam ayat ini menggambarkan suatu naluri yang ada pada orang tua
untuk bertemu dengan anak-anaknya. Ini sangat mendasar sifatnya karena telah menjadi fitrah yang diciptakan Allah pada setiap insani sebagaimana juga manusia
sangat memutuhkan kepada harta benda untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Kata hajah atau hajat adalah sesuatu yang sangat dibutuhkan. Ia juga
digunakan dalam arti sesuatu yang diinginkan. Ayat ini menjelaskan tentang kerelaan kaum Anshar terhadap apa saja yang diberikan oleh Nabi kapada kaum
Muhajirin ketika membagi harta fai’ yang tidak diberikan kepada mereka walaupun sebenarnya mereka juga sangat membutuhkannya
3
, tetapi mereka ikhlas menerima keputusan itu.
Keinginan dalam ayat ini berkaitan denga sifat mulia kaum Anshar yang lebih mengutamakan orang Muhajirin dalam pemenuhan kebutuhannya walaupun
mereka sendiri membutuhkan. Orang Anshar mencintai orang Muhajirin
2
. M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah vol6, Jakarta: Lentera Hati, 2004, hal.485
3
. M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah vol14.
49 sebagaimana mereka mencintai diri mereka sendiri. Orang Anshar mendahulukan
kebutuhan orang Muhajirin terlebih dahulu di atas mereka sendiri. Dalam salah satu riwayat dikisahkan bahwa Abu Thalhah telah
memuliakan seorang tamu yang ditawarkan oleh Rasulullah untuk menjamunya di suatu malam padahal dirumahnya yang ada hanya makanan untuk anak-anaknya.
Demi memuliakan tamu Rasulullah maka rasulullah kagum terhadap perilaku sahabatnya itu mengatakan, “Allah kagum terhadap Abu Thalhah dan istrinya dan
Allah swt menurunkan wahyu,” untuk mereka berdua: Mereka mengutamakan
orang-orang Muhajirin daripada diri mereka sendiri sekalipun mereka membutuhkan apa yang mereka berikan itu.”
4
B. Kedudukan Kebutuhan a. Kebutuhan Dharuriyyat