45
D. Tujuan-Tujuan Distribusi Dalam Islam.
Dalam hal tujuan distribusi ini dapat disimpulkan menjadi dua, yaitu:
a. Hifzul Mujtama’ Menjaga Keutuhan masyarakat.
Dan ujilah[269] anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin.
Kemudian jika menurut pendapatmu mereka Telah cerdas pandai memelihara harta, Maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. dan janganlah kamu
makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan janganlah kamu tergesa- gesa membelanjakannya sebelum mereka dewasa. barang siapa di antara
pemelihara itu mampu, Maka hendaklah ia menahan diri dari memakan harta anak yatim itu dan barangsiapa yang miskin, Maka bolehlah ia makan harta itu menurut
yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, Maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi tentang penyerahan itu bagi mereka. dan
cukuplah Allah sebagai Pengawas atas persaksian itu.
22
Kelansungan keutuhan masyarakat juga dipengaruhi oleh proses distribusi kekayaan diantara individu-individu dalam masyarakat tersebut, yang kuat membantu
22
. QS. Annisa ayat 6.
46 yang lemah seperti dalam ayat diatas, yang mana menjaga harta kekayaan dari
pendistribusian yang dilakukan oleh yang belum mampu untuk mendistribusikannya. Islam sangat menekankan agar tercipta pemerataan kekayaan ditengah
masyarakat maka tidak dibolehkan pendistribuan kekayaan anak yatim agar ketika sudah dewasa ada harta untuk menopang kelansungan hidupnya.
Dan supaya tidak terjadi tindak pencurian, perampokan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mengakibatkan terganggunya ketentraman masyarakat.
b. Hifzul Daulah Menjaga Stabilitas Negara.
“Sesunggughnya Fir’aun mengagungkan dirinya di muka bumi, dan memecah belah kaumnya menjadi kasta-kasta. Sebagiannya dia tindas, dia bunuh anak laki-laki
mereka dan biarkan hidup perempuan-perempuan mereka. Sesungguhnya dia termasuk orang yang berbuat kerusakan.” Al-Qashash28: 4.
Stabilitas negara sangat tergantung kepada distribusi yang terjadi dalam negara tersebut, apabila negara tidak mampu menyalurkan pendapatan dan
mengontrol pemerataan ditribusi kekayaan baik dalam pemerintahan maupun ditenggah masyarakat maka akan terjadi kekacauan dan penindasan yang berakhir
kepada tindakan main hakim sendiri, ketidakpuasan kebijakan karena yang lemah tidak mendapatkan haknya dan kesempatan untuk memperoleh pekerjaan. Maka
47 stabilitas negara terancam dan ditambah interpensi negara lain, yang menyebabkan
negara itu hancur.
46
BAB III PEMENUHAN KEBUTUHAN BARANG DAN JASA
DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
A. Pengertian Kebutuhan
Kebutuhan adalah sesuatu yang dibutuhkan manusia agar dapat dipenuhi. Secara kebahasaan kata “hajat” adalah bentuk kata dasar mashdar yang berasal
dari kata hawaja yang terdiri dari huruf ha’-waw- dan jim, memiliki arti yang dasar yang sama dengan dharr, yaitu sangat terdesak untuk mendapatkan sesuatu.
1
Kata hajat disebutkan tiga kali dalam Al-Quran, masing-masing dalam Surat Yusuf ayat 68, al-mukmin ayat 80, dan al-Hasyr ayat 9. Kata hajat dalam
Surat Yusuf 68 berarti keinginan. Allah berfirman:
“Tatkala mereka masuk menurut yang diperintahkan ayah mereka,maka
cara yang meraka lakukan itu tiadalah melepaskan mereka sedikitpun dari takdir Allah, akan tetapi itu hanya suatu keinginan pada diri Ya’kub yang telah
ditetapkannya. Sesungguhnya dia mempunyai pengetahuan, karena kami telah mengajarkan kepadanya. Akan tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui”.
Kata hajat dalam ayat 80 surat al-Mukmin berarti keperluan Allah SWT berfirman:
1
. Husayn Ahmad Faris ibn Zakaria. Mu’jam Maqayis fi al-Lughah, Bairut: Dar al-Fikr, 1995, hal. 287.