102
Sosiologi Kelas X
Setelah menjalani sosialisasi primer, individu dianggap cukup mempunyai bekal
untuk bergaul di lingkungan yang lebih luas. Individu kemudian berinteraksi dengan
orang-orang di luar lingkungan keluarganya. Dia bergaul dengan teman-teman sebaya
atau orang-orang dewasa lain. Dari pergaulan tersebut individu menyerap hal-hal baru yang
ada di masyarakat. Sosialisasi tahap lanjut yang memperkenalkan individu tersebut ke
wilayah baru dari dunia masyarakat disebut sosialisasi sekunder.
Selain sosialisasi terdapat istilah resosialisasi. Pernahkah kalian mendengar
kata resosialisasi? Ketika mendengar kata resosialisasi, barangkali yang terbayang di benak kalian adalah gambaran tentang penjara dan nara-
pidana. Sebagian kalian mungkin membayangkan kegiatan pembinaan dan pelatihan keterampilan bagi para tahanan. Nah, semua yang
terbayang di benak tersebut memang merupakan salah satu bentuk nyata resosialisasi.
Resosialisasi adalah salah satu bentuk sosialisasi sekunder. Proses resosialisasi didahului dengan proses desosialisasi. Dalam proses
desosialisasi, seseorang mengalami pencabutan diri yang dimilikinya. Sedangkan dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu diri yang
baru. Proses desosialisasi dan resosialisasi ini sering dikaitkan dengan proses yang berlangsung dalam institusi total. Yang dimaksud dengan
institusi total adalah suatu tempat tinggal dan bekerja yang di dalamnya terdapat sejumlah individu dalam situasi sama, terputus dari masyarakat
yang lebih luas untuk suatu jangka waktu tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkungkung dan diatur secara formal. Contoh
institusi total adalah rumah tahanan, rumah sakit jiwa, dan lembaga pendidikan militer.
Seseorang yang divonis hukuman oleh hakim berubah statusnya dari orang bebas menjadi narapidana. Sebagai narapidana, dia mesti
menjalani resosialisasi agar dapat kembali berperan sebagai warga masyarakat yang baik. Untuk itu, orang tersebut mula-mula mengalami
desosialisasi. Ia harus menanggalkan busana bebas dan menggantinya dengan seragam tahanan. Berbagai kebebasan yang semula dinikmati-
nya dicabut. Barang-barang milik pribadi disita atau disimpan oleh penjaga. Bahkan mungkin dia tidak dipanggil dengan menyebutkan
namanya, tetapi dengan sejumlah nomor tertentu. Sayangnya, proses desosialisasi sering kali merusak citra diri serta harga diri orang itu.
Selanjutnya, ia menjalani resosialisasi. Individu dididik untuk menerima aturan dan nilai baru. Tujuannya agar sang tahanan mempunyai diri yang
sesuai dengan keinginan masyarakat. Karena keinginan tersebut, para
Gambar 4.6 Melalui resosialisasi, narapidana dididik agar
dapat kembali ke tengah masyarakat.
103
Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian
narapidana dibina mentalnya dan dibekali dengan berbagai keterampilan sesuai dengan minat dan bakatnya. Dengan resosialisasi ini, para
narapidana dapat kembali ke masyarakat setelah masa hukumannya selesai dan menjadi warga masyarakat yang baik.
Proses resosialisasi juga berlangsung di lembaga pendidikan militer. Mereka yang tengah menjalani pendidikan militer di sana harus
mengubah dirinya. Diri yang semula tidak disiplin harus ditinggalkan. Pribadi yang berpenampilan sesuka hati, harus diganti dengan
penampilan rapi dan tegap. Begitu pula semangat dan keuletannya dilatih agar siap menghadapi aneka tantangan. Siswa pendidikan militer yang
bertindak tidak sesuai dengan aturan yang digariskan akan dijatuhi sanksi. Setelah melalui proses resosialisasi, mereka akan menjadi
prajurit yang tangguh dan kompak.
3. Lembaga-Lembaga Sosialisasi
Ayah dan ibu mengajarkan berbagai nilai dan norma sosial kepada dirimu. Tentang kerukunan
dengan saudara, misalnya. Beliau menyadarkan kepadamu arti penting saudara. Kamu dan semua
saudaramu laksana satu tubuh. Ketika kamu ber- bahagia, maka saudaramu akan ikut merasakan
kebahagiaan. Demikian pula sebaliknya. Ketika saudaramu sakit, maka kamu akan berkurang
kenikmatannya. Sikap empati semacam itu hanya lahir dari kesadaran akan arti penting kerukunan hidup.
Tanpa kerukunan, dalam benakmu dan saudaramu, mustahil sikap empati itu muncul.
Proses sosialisasi sebetulnya berawal dari dalam keluarga. Bagi anak-anak yang masih kecil,
situasi dunia adalah keluarganya sendiri. Persepsi mereka mengenai dirinya, dunia, dan masyarakat di sekelilingnya secara
langsung dipengaruhi oleh sikap serta keyakinan keluarga mereka. Keluarga mengajarkan nilai-nilai yang kemudian dimiliki oleh individu
dan berbagai norma yang mesti dilakukan oleh seseorang.
Orang tua kaum buruh akan memberikan nilai tinggi terhadap kepatuhan, disiplin, kebersihan, rasa hormat, dan keselarasan dengan patokan
perilaku tradisional. Sedangkan keluarga golongan menengah mendorong anaknya untuk bersikap inovatif serta diarahkan agar berjiwa pemimpin.
Semua itu dimaksudkan agar kamu dapat berperilaku tepat sesuai dengan harapan masyarakat. Pembelajaran oleh ayah dan ibumu tersebut
menjadi bukti bahwa keluarga merupakan salah satu lembaga sosialisasi.
Sosialisasi dalam keluarga tidak hanya dilakukan oleh ayah dan ibu saja. Anggota keluarga lainnya dapat berperan aktif pula sehingga
nilai dan norma sosial tidak hanya diperoleh seorang anak dari kedua orang tua saja. Bruce J. Cohen 1992 mengungkapkan bahwa keluarga
merupakan salah satu lembaga sosialisasi bagi individu. Lantas, adakah lembaga-lembaga sosialisasi yang lain?
Sumber: Ayahbunda, 30 Juli 2004
Gambar 4.2 Melalui keluarga, anak me-
nanamkan nilai-nilai sosial dalam jiwanya.
104
Sosiologi Kelas X
Sumber: Dokumentasi IP, 2006
Gambar 4.3 Teman sepermainan ber-
pengaruh besar pada per- kembangan pribadi anak.
Nilai sosial dan norma sosial juga dipelajari individu dari lembaga
pendidikan tempat dia belajar. Mengapa sekolah menjadi salah satu agen sosialisasi bagi individu? Alasannya karena belajar di sekolah
merupakan tuntutan kemajuan masyarakat, dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern. Pada masyarakat tradisional, fungsi pendidik-
an diemban oleh keluarga. Namun pada masyarakat modern, fungsi pendidikan dijalankan oleh sekolah. Begitu pentingnya sekolah sebagai
media sosialisasi sehingga profesi penting dalam masyarakat seperti dokter, insinyur, atau ahli hukum ditentukan oleh berhasil tidaknya
seseorang menjalani pendidikan di sekolah.
Sekarang cobalah kamu cermati, nilai dan norma sosial apakah yang kamu pelajari di sekolah? Diskusikan pertanyaan ini bersama teman
sebangkumu.
Selain kedua lembaga sosialisasi tersebut, teman sepermainan ternyata berperan besar dalam sosialisasi.
Siapakah yang dimaksud dengan teman sepermainan? Mereka adalah teman-teman yang sebaya dan berinteraksi
secara intensif denganmu. Bagaimana interaksi yang terjalin di antara kalian? Hal-hal apa yang menjadi perhatian kalian?
Apakah yang kamu rasakan ketika membahas hal-hal itu dengan teman sebayamu itu?
Walaupun teman sepermainan bertujuan utama untuk rekreasi, namun mereka berpengaruh besar terhadap
perkembangan pribadimu. Di kelompok ini individu tanpa sadar belajar berbagai hal yang diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Individu bebas berinteraksi tanpa pengawasan langsung dari orang tua, guru, atau orang lain. Nah, sering
remaja seusiamu mengenal hal-hal buruk dari teman sepermainan pula. Misalnya, mengonsumsi narkoba atau
melakukan kehidupan seks bebas.
Sosialisasi juga berlangsung melalui media massa. Me-
dia massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, tab- loid, film, dan lain-lain menyajikan model peran yang dapat
ditiru oleh individu untuk membangun jati dirinya. Perilaku masyarakat pun dapat berubah karena tayangan media massa. Dengan demikian,
media massa dapat memperkuat ataupun merusak norma-norma melalui penyajian informasi yang seolah-olah mewakili gambaran masyarakat
yang benar.