Ketidaksepadanan Pesan Lembaga Sosialisasi

107 Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian Konflik pribadi pun akan terjadi manakala seseorang tengah menjalani sosialisasi untuk menjalankan peran baru, namun aturan- aturan baru yang disosialisasikan berbeda dengan aturan yang sudah pernah dipahami. Misalnya, seseorang bertugas sebagai petugas pemeriksa pajak. Selama belajar di kampus, orang tersebut aktif di organisasi keagamaan sehingga dia berhasil menumbuhkan sikap antikorupsi. Dia berjanji kepada diri sendiri untuk tidak melakukan korupsi selama bekerja nanti. Akan tetapi setelah memasuki dunia kerja, dia menemui lingkungan kerja yang lekat dengan budaya korupsi. Kadang kala justru tawaran korupsi dibuka oleh perusahaan-perusahaan yang memanipulasi datanya agar dapat membayar pajak lebih murah. Sebagian rekan yang lain merasa bahwa tindakan korupsi adalah hal lumrah. Bahkan itu dianggap sebagai bagian dari pekerjaan yang dilakoni. Tawaran itu pun akhirnya datang kepada orang yang antikorupsi. Dia mengalami konflik pribadi yang menghadapkannya pada dua pilihan. Apabila mempertahankan sikapnya yang antikorupsi, dia akan disingkirkan dari lingkungan kantor. Kondisi ini akan mendatangkan kesulitan baginya dalam menyelesaikan tugas. Kariernya pun terhambat. Sedangkan jika dia berkompromi dengan teman-teman yang lain, dia harus mengubah nilai dan norma antikorupsi yang sudah tertanam di jiwanya. Mengamati Resosialisasi di LP Para narapidana ditahan di lembaga pemasyarakatan karena mereka telah melakukan perbuatan yang merugikan orang lain. Di lembaga pemasyarakatan, mereka menjalani resosialisasi agar dapat kembali ke masyarakat sebagai orang yang tidak akan melanggar nilai dan aturan sosial lagi. Bagaimana sebenarnya proses resosialisasi di lembaga pemasyarakatan itu? Untuk dapat mengetahui lebih dalam, cobalah kalian mengamati resosialisasi yang berlangsung di lembaga pemasyarakatan kotamu. Mintalah keterangan dari petugas lembaga pemasyarakatan tentang tujuan, cara, dan proses yang dialami para narapidana. Jika memungkinkan, wawancarailah sebagian narapidana yang ada tentang pengalaman dan kesannya selama resosialisasi. Melalui pengamatan ini, kalian mengetahui apa dan bagaimana resosialisasi yang berlangsung di salah satu institusi total. Lakukan kegiatan ini secara kelompok. Tulislah hasilnya dalam bentuk laporan. Kemudian, presentasikan di depan kelas. 108 Sosiologi Kelas X Sejumlah ahli menggolongkan sosialisasi ke dalam dua kelompok, yaitu sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatif. Sosialisasi represif menekankan pada kepatuhan individu terhadap nilai dan norma sosial yang berlaku. Untuk mendapatkan kepatuhan setiap orang, maka hukum- an yang membuat jera dianggap sebagai jalan keluarnya. Agar tidak dijatuhi hukuman, warga kemudian bersikap sesuai aturan. Berbeda halnya dengan sosialisasi partisipatif. Di sini warga diharapkan mematuhi nilai dan norma sosial karena dia memahami arti penting kedua hal tersebut. Dengan demikian, kepatuhan warga dibangun bukan di atas rasa takut terhadap hukuman, melainkan dibangun di atas kesadaran akan keutamaan nilai dan norma sosial tersebut. Sosialisasi partisipatif berusaha membangun kesadaran setiap individu. Ketika kita membandingkan kedua sosialisasi itu, kita dapat menemukan bahwa sosialisasi partisipatif lebih unggul daripada sosialisasi represif. Sosialisasi represif hanya melahirkan kepatuhan semu warga masyarakat terhadap aturan yang berlaku. Bahkan tidak jarang sosialisasi represif juga membawa penyesalan panjang.

B. Pembentukan Kepribadian

Sepak terjang seorang pemimpin selalu menjadi sorotan. Apalagi jika sang pemimpin mengambil kebijakan yang menyempal dari kelaziman. Tatanan sosial dapat berubah karena kebijakannya. Itulah yang dilakukan Nero. Nero menjadi penguasa Roma pada usia 17 tahun. Berkat didikan dan binaan dari Seneca, penguasa Roma ini mengejutkan para bangsawan dan penduduk. Di masa awal kekuasaannya, Nero menghentikan kebiasaan bertarung sampai mati dalam pertandingan gladiator. Padahal selama ini, pertandingan gladiator menjadi hiburan yang sangat menarik hati mereka. Dalam pertarungan tersebut, sebenarnya yang bertarung adalah orang-orang yang dituduh sebagai penjahat. Namun, kebijakan Nero itu tidak surut dan harus dipatuhi. Sayangnya, Nero melakukan kesalahan fatal. Dia membiarkan dirinya dikelilingi penasihat korup dan culas. Pergaulan dengan orang-orang yang semacam itu kemudian mengubah banyak sikapnya. Perubahan tersebut bahkan menjadi sangat ekstrim. Nero yang di masa awal berkuasa berani membuat kebijakan yang menjunjung nilai kema- nusiaan, kini berbalik 180 derajat. Seneca yang mendidik Nero dengan kebajikan pun dibunuh atas perintahnya. Bahkan ibunya juga tewas karena dianggap membahayakan kedudukan Nero. Perilaku kejam tersebut meluas menimpa orang-orang di sekitarnya. Beberapa penasihat yang tidak menyetujui sikapnya dihabisi. Siapa saja yang diduga bertentangan dengannya menghadapi risiko sama: mati. Nero berubah menjadi tiran, bahkan paranoid. Untuk membenarkan segala intrik keji itu, Nero berdalih bahwa semua tindakan tersebut dilakukan demi kepentingan negara. Padahal semua kelakuan itu untuk kepentingan sendiri. Nero dipenuhi kepalsuan. Puncak Gambar 4.7 Nero membakar Kota Roma demi memenuhi ambisinya. 109 Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian