Fungsi ginjal Penyakit ginjal kronik

ditransmisikan melalui earphone. Ambang konduksi udara menggambarkan mekanisme integritas auditorius perifer. Sedangkan pengukuran konduksi tulang, sinyal ditransmisikan melalui getaran tulang yang biasanya diletakkan pada prominensia mastoid. Nada murni akan merangsang koklea setelah melewati liang telinga dan telinga tengah. Hasil audiometri berupa audiogram dalam bentuk grafik yang menggambarkan am-bang pendengaran dalam berbagai frekuensi Bess dan Humes, 2008. Satuan stimulus diberikan dalam satuan desibel hearing level dBHL. Rerata ambang de-ngar frekuensi bicara yang umum digunakan didapatkan dari rerata frekuensi 500, 1000, 2000, dan 4000 Hz. Selanjutnya berdasarkan ambang dengar ini gangguan pendengaran dapat dikategorikan menjadi tidak ada gangguan atau normal 25 dBHL, derajat ringan 26-40 dBHL, derajat sedang 41-60 dBHL, derajat berat 61-80 dBHL, dan profound 81 dBHL Mathers dkk, 2000.

2.3. Fungsi ginjal

Fungsi ginjal secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu fungsi ekskretorik dan fungsi metabolik. Sebagai organ ekskretorik, ginjal berfungsi mengekskresikan sisa metabolisme protein ureum, kalium, fosfat, sulfur anorganik dan asam urat, regulasi volume cairan tubuh melalui aktivitas hormon anti-diuretik ADH yang akan mempengaruhi volume urin yang akan dikeluarkan tubuh, dan menjaga keseimbangan asam dan basa Hall, 2015; Pranawa dkk, 2007. Sebagai fungsi metabolik ginjal memiliki tiga fungsi, yaitu berpartisipasi dalam eritropoesis yaitu sebagai penghasil eritropoetin yang dibutuhkan dalam pembentukan sel darah merah, ikut mengatur tekanan darah dengan menghasilkan renin yang merangsang pembentukan angiotensinogen, dan menjaga keseimbangan kalsium dan fosfor dengan berperan dalam metabolisme vitamin D. Selain itu, ginjal juga berperan dalam metabolisme beberapa hormon, diantaranya hormon paratiroid atau PTH Hall, 2015; Pranawa dkk, 2007.

2.4. Penyakit ginjal kronik

Penyakit ginjal kronik atau PGK didefinisikan sebagai abnormalitas struktur atau fungsi ginjal yang muncul lebih dari tiga bulan dan berdampak pada kesehatan. Berdasarkan penyebabnya, PGK dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar, yaitu penyakit ginjal diabetik, penyakit ginjal non diabetik dan penyakit pada transplantasi Bargman dan Skorecki, 2015; KDIGO, 2013. Kriteria diagnosis PGK adalah jika terdapat penanda kerusakan ginjal dan atau penurunan glomerular filtration rate GFR 60 mlmenit1,73m 2 yang telah berlangsung tiga bulan atau lebih. Penanda-penanda kerusakan ginjal adalah albuminuria, abnormalitas sedimen urin, elektrolit, dan abnormalitas lain akibat gangguan tubulus, abnormalitas struktural yang terdeteksi melalui pemeriksaan radiologi, abnormalitas yang terdeteksi secara histopatologik, dan riwayat trans- plantasi ginjal KDIGO, 2013. Klasifikasi stadium PGK didasarkan atas GFR dan dibagi menjadi lima stadium seperti yang tercantum pada tabel 2.1. Tabel 2.1. Stadium penyakit ginjal kronik Pranawa dkk, 2007 GFR mLmenit1,73m 2 Deskripsi 90 Stadium I kerusakan ginjal dengan GFR normal 60-89 Stadium II kerusakan ginjal dengan penurunan GFR ringan 30-59 Stadium III kerusakan ginjal dengan penurunan GFR sedang 15-29 Stadium IV kerusakan ginjal dengan penurunan GFR berat 15 Stadium V kerusakan ginjal stadium akhir Penyakit ginjal kronik dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, namun secara umum dapat dibagi menjadi penyakit ginjal diabetik, hipertensi, penyakit vaskular, penyakit glomerular primer maupun sekunder, penyakit ginjal kistik, penyakit tubulointersisial, disfungsi atau obstruksi saluran kemih, batu ginjal, kelainan kongenital, dan cidera ginjal akut yang tidak teratasi Bargman dan Skorecki, 2015; Pranawa dkk, 2007. Penyakit ginjal kronik pada stadium 1 dan 2 umumnya tidak menimbulkan gejala apapun dari penurunan GFR. Jika GFR telah menurun dan pasien memasuki stadium 3 dan 4, komplikasi PGK akan terlihat lebih jelas baik secara klinik maupun laboratorik Bargman dan Skorecki, 2015; Pranawa dkk, 2007. End-stage renal disease atau ESRD merupakan tahap akhir PGK yang ditandai dengan akumulasi toksin, cairan dan elektrolit yang normalnya diekskresikan oleh ginjal sehingga menimbulkan sindrom uremia. Kondisi ini dapat menyebabkan kematian kecuali toksin tersebut diekskresikan melalui terapi pengganti ginjal, baik melalui dialisis maupun transplantasi ginjal Bargman dan Skorecki, 2015. Gejala penyakit ginjal kronik akan ditunjukkan oleh semua organ, namun yang umum ditemukan adalah kelelahan, mual, muntah, penurunan nafsu makan dan berat badan, kulit pucat, rapuh dan gatal, sering kencing, dan haus. Gejala lain berupa edema pada tungkai atau seluruh tubuh, perdarahan cenderung sulit ber- henti, penurunan libido, dan sesak nafas. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan fungsi ginjal, anemia, intoleransi glukosa, hiperlipidemia, penurunan estrogen dan testoteron, abnormalitas kalsium, fosfor dan hormon yang mengatur mineral, serta abnormalitas homeostasis sodium, potasium, air, dan asam-basa Pranawa dkk, 2007. Penderita PGK stadium 5 atau end-stage renal disease ESRD mengalami gangguan bermakna dalam aktivitas sehari-hari, kesehatannya, status nutrisi, dan gangguan keseimbangan air serta elektrolit, yang menandai terjadinya sindrom uremik Bargman dan Skorecki, 2015. Penanganan PGK secara umum bertujuan untuk menghambat aatau menghentikan progresivitas PGK, mendiagnosis dan menangani manifestasi pato- logik PGK dan merencanakan terapi pengganti ginjal untuk jangka waktu panjang. Dalam praktek klinik sehari-hari, penanganan PGK secara umum meliputi pengo- batan penyakit dasar, pengendalian keseimbangan air dan garam, diet rendah pro- tein tinggi kalori, pengendalian tekanan darah, keseimbangan elektrolit dan asam- basa, pencegahan dan pengobatan osteoditrofi ginjal, pengobatan gejala uremia spe-sifik, deteksi dini dan pengobatan infeksi, penyesuaian dosis obat-obatan, deteksi dan pengobatan komplikasi, serta persiapan terapi pengganti ginjal, baik melalui dialisis ataupun transplantasi Bargman dan Skorecki, 2015; Pranawa dkk, 2007.

2.5. Neuropati Uremikum