Neuropati Uremikum KAJIAN PUSTAKA

berupa edema pada tungkai atau seluruh tubuh, perdarahan cenderung sulit ber- henti, penurunan libido, dan sesak nafas. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan fungsi ginjal, anemia, intoleransi glukosa, hiperlipidemia, penurunan estrogen dan testoteron, abnormalitas kalsium, fosfor dan hormon yang mengatur mineral, serta abnormalitas homeostasis sodium, potasium, air, dan asam-basa Pranawa dkk, 2007. Penderita PGK stadium 5 atau end-stage renal disease ESRD mengalami gangguan bermakna dalam aktivitas sehari-hari, kesehatannya, status nutrisi, dan gangguan keseimbangan air serta elektrolit, yang menandai terjadinya sindrom uremik Bargman dan Skorecki, 2015. Penanganan PGK secara umum bertujuan untuk menghambat aatau menghentikan progresivitas PGK, mendiagnosis dan menangani manifestasi pato- logik PGK dan merencanakan terapi pengganti ginjal untuk jangka waktu panjang. Dalam praktek klinik sehari-hari, penanganan PGK secara umum meliputi pengo- batan penyakit dasar, pengendalian keseimbangan air dan garam, diet rendah pro- tein tinggi kalori, pengendalian tekanan darah, keseimbangan elektrolit dan asam- basa, pencegahan dan pengobatan osteoditrofi ginjal, pengobatan gejala uremia spe-sifik, deteksi dini dan pengobatan infeksi, penyesuaian dosis obat-obatan, deteksi dan pengobatan komplikasi, serta persiapan terapi pengganti ginjal, baik melalui dialisis ataupun transplantasi Bargman dan Skorecki, 2015; Pranawa dkk, 2007.

2.5. Neuropati Uremikum

Neuropati uremikum atau uraemic neuropathy merupakan polineuropati saraf sensorimotorik yang disebabkan oleh uremia. Kondisi ini lebih sering mengenai saraf sensorik daripada motorik. Pemeriksaan histopatologik mendapatkan terjadi retraksi aksonal, yang ditandai dengan berkurangnya diameter akson, reorganisasi myelin dan degenerasi total akson. Hal ini akan menimbulkan penurunan kecepatan konduksi saraf Bargman dan Skorecki, 2015; Ramirez dan Gomez, 2012. Manifestasi neuropati uremikum umumnya muncul saat GFR 12 mlmenit. Senyawa uremik yang bersifat neurotoksin menguras suplai energi akson dengan menghalangi kerja enzim serat saraf yang berfungsi dalam produksi energi tersebut. Suplai enzim dari soma saraf tidak mencukupi kebutuhan enzim yang diperlukan oleh akson yang akhirnya menyebabkan berbagai perubahan patologik dan degenerasi saraf Ramirez dan Gomez, 2012. Penurunan kecepatan konduksi saraf diduga diakibatkan oleh disfungsi membran dan inhibisi aktivasi pompa Na + K + ATPase. Disfungsi membran ditemukan pada perineurium dan dalam endoneurium. Perineurium berfungsi sebagai sawar difusi antara cairan intersisial dengan saraf, sedangkan endoneurium berfungsi sebagai sawar antara darah dan saraf. Akibat disfungsi tersebut, toksin-toksin uremik dapat memasuki ruang endoneural dan dapat menyebabkan kerusakan saraf secara langsung. Inhibisi aktivasi pompa Na + K + ATPase pada aksolemma, membran sel yang menutupi suatu akson, menyebabkan akumulasi natrium intrasel dan mengubah potensial istirahat membran membrane resting potential. Hal ini akan menyebabkan degenerasi aksonal dan demyelinisasi seg-mental sekunder Ramirez dan Gomez, 2012. Neuropati uremikum lebih sering mengenai ekstremitas bawah dibandingkan ekstremitas atas yang bermanifestasi sebagai defisit sensorik dan motorik. Nervus kranialis yang dilaporkan paling sering mengalami neuropati uremikum adalah nervus vestibulokoklear. Hal ini menyebabkan keluhan gangguan pendengaran dalam berbagai derajat pada pasien PGK Burn dan Bates, 1998; Ramirez dan Gomez, 2012. Penanganan neuropati uremikum meliputi berbagai modalitas, namun hanya transplantasi ginjal yang efektif. Pasien yang menjalani transplantasi ginjal akan menunjukkan perbaikan klinik secara umum dalam waktu tiga hingga enam bulan. Modalitas lainnya adalah hemodialisis, penanganan nyeri dengan antidepresan trisiklik dan obat antikonvulsi, suplemen vitamin serta restriksi asupan K + Ramirez dan Gomez, 2012. Hemodialisis standar umumnya akan menghentikan progresivitas neuropati, namun jarang memberikan perbaikan klinik yang bermakna. Sebelum menjalani HD, berbagai parameter eksitabilitas aksonal saraf menunjukkan berbagai abnor- malitas. Hemodialisis akan menyebabkan normalisasi parameter-parameter eksita- bilitas tersebut dengan cepat dan signifikan, walaupun beberapa abnormalitas minor akan menetap. Sebagian besar pasien PGK menunjukkan HD reguler dapat mensta-bilkan neuropati yang dialami pasien PGK. Perburukan neuropati mengindikasikan perlunya memulai terapi HD pada pasien PGK dan ketidakcukupan HD bagi pasien yang telah menjalani dialisis Ramirez dan Gomez, 2012.

2.6. Hemodialisis