Ervira Maharani, 2014 Penerapan strategi mastery learning dalam pembelajaran membaca pemahaman cerita
pendek Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
Perkembangan informasi yang pesat telah menggiring manusia pada tantangan untuk memahami sekitarnya dengan cermat dan tepat. Membaca pemahaman
adalah salah satu caranya. Dalam memperoleh pemahaman, seseorang selalu memadukan antara kemampuan visual dan kemampuan koginitif. Hal ini sejalan
dengan yang dikemukakan Abidin 2010: 127 bahwa kemampuan visual sangat berguna untuk menelusuri simbol-simbol tertulis dan kemampuan kognitif
berguna untuk memberikan tingkat pemahaman atas makna yang terkandung di dalam simbol-simbol tersebut. Pemerolehan pemahaman informasi ini juga
dikembangkan dunia pendidikan Indonesia, dengan mencantumkan kompetensi membaca di dalam kurikulum pembelajaran bahasa Indonesia.
Secara ideal kompetensi membaca dalam kurikulum bahasa indonesia untuk tingkat SMA, mengharuskan siswa untuk mampu membaca sekaligus menyelami
makna dari bacaan tersebut. Artinya, membaca bukan hanya melafalkan lambang- lambang grafis. Abidin 2010: 23 menguatkan bahwa dalam kegiatan membaca
terlibat aspek-aspek berpikir seperti mengingat, memahami, membeda-bedakan, membandingkan, menganalisis, mengorganisasi, dan pada akhirnya menerapkan
apa-apa yang terkandung dalam bacaan. Proses membaca tersebut dapat dikategorikan sebagai membaca pemahaman. Tarigan 2008: 60 mengungkapkan
bahwa tujuan membaca pemahaman adalah untuk memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan literary standard, resensi kritis critical review, drama
tulis primed drama serta pola- pola fiksi patterns of fiction. Membaca pemahaman cerita pendek diarahkan untuk memahami unsur-unsur
yang terdapat di dalam sebuah karya fiksi. Pola-pola fiksi di sini dikhususkan pada unsur-unsur intrinsik dalam cerita tersebut. Oleh karena itu, dalam proses
membaca yang sesungguhnya, pembaca benar-benar dituntut memusatkan
2
perhatian atau berkonsentrasi penuh terhadap bacaan agar dapat memahami isi wacana secara keseluruhan, sehingga pembaca dapat mengambil manfaat dari apa
yang terkandung dalam bacaan. Selain itu, pembaca harus pula mampu memberi
tanggapan terhadap apa yang dibaca.
Namun, kondisi ideal tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Minimnya tingkat pemahaman menjadi salah satu masalah utama dalam membaca dan
pengajarannya di sekolah maupun di perguruan tinggi. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Programme for International Student
Assesment PISA tahun 2009 terhadap tingkat kemampuan pemahaman membaca siswa di dunia. Hasilnya, siswa Indonesia ternyata hanya mampu menyerap 30
dari apa yang telah ia baca, PISA menempatkan posisi membaca siswa Indonesia di nomor 57 dari 65 negara di dunia dengan nilai rata- rata 402 sementara rerata
internasional 500 Agus, 2012. Kondisi tersebut mengindikasikan masih sangat lemahnya kemampuan siswa Indonesia dalam memahami bacaan dan rendahnya
minat mereka terhadap aktivitas membaca. Secara tidak langsung kondisi ini juga menunjukkan belum optimalnya hasil
pembelajaran membaca di sekolah-sekolah. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu kondisi pembelajaran membaca di sekolah yang monoton
dan pembelajaran membaca baru menyentuh aspek keterampilan mekanis yang belum sepenuhnya menyentuh aspek keterampilan pemahaman. Sebagaimana
dinyatakan Rahim 2007:267 membaca tanpa memahami apa yang dibaca adalah tidak berguna. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi yang tepat untuk menunjang
pembelajaran membaca tersebut. Dalam kaitannya dengan tingkat pemahaman ini, faktor intelegensi IQ
mempunyai peranan penting, mengingat membaca itu merupakan suatu proses berpikir yang menuntut kemampuan intelektual yang tinggi. Hal ini sejalan
dengan pendapat Tarigan 2008: 56 bahwa mahasiswa atau pelajar yang tidak mempunyai kosa-kata yang baik, perbendaharaan kata-kata yang memadai dan
keterampilan dalam meringkas serta merangkumkan, akan menemui kesulitan dalam pemahaman.
3
Dalam proses pembelajaran, kemampuan guru dalam memilih model, strategi maupun teknik pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan
pembelajaran. Dengan digunakannya model, strategi, maupun teknik yang tepat
akan menghasilkan pembelajaran yang maksimal. Oleh sebab itu, guna mendapatkan hasil yang optimal dalam pembelajaran membaca pemahaman maka
diperlukan penggunaan strategi yang tepat. Salah satu alternatif dan inovasi
strategi pembelajaran membaca pemahaman adalah strategi mastery learning.
Strategi mastery learning merupakan strategi pembelajaran yang proses pembelajarannya diarahkan untuk membantu siswa memanfaatkan waktu
semaksimal mungkin untuk belajar dan memahami materi yang disampaikan, sehingga siswa benar-benar mampu mencapai ketuntasan. Proses mastery
learning terdiri atas lima langkah, yaitu mulai proses orientasi orientation, penyajian presentation, latihan terstruktur struktured practice, latihan
terbimbing guided practice, dan latihan mandiri independent practice. Ada beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan pedoman dalam
melaksanakan penelitian ini. Dalam penelitian yang pernah dilakukan oleh Lysa 2013, strategi mastery learning terbukti efektif meningkatkan pemahaman dan
hasil evaluasi siswa dalam pembelajaran matematika. Sementara itu, dalam penelitian Agus 2011 disimpulkan bahwa strategi mastery learning efektif
digunakan pada pembelajaran fisika. Penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Penelitian
ini mengedepankan penggunaan strategi mastery learning dengan metode tutor sebaya dalam pembelajaran membaca pemahaman cerita pendek. Peneliti
berharap penggunaan strategi mastery learning dalam pembelajaran membaca pemahaman cerita pendek akan sangat membantu meningkatkan pemahaman
siswa terhadap materi bacaan dan meningkatkan hasil evaluasi siswa.
1.2 Identifikasi Masalah Penelitian