PENERAPAN TEKNIK CERITA PERMULAAN DISKUSI (DISCUSSION STARTER STORY) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK.

(1)

MENGGUNAKAN TEKNIK CERITA PERMULAAN DISKUSI

(DISCUSSION STARTER STORY)

(Penelitian Eksperimen Semu pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Bandung

Tahun Ajaran 2012/2013)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh

WHISNU PRADANA 0906908

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

PENERAPAN TEKNIK CERITA PERMULAAN DISKUSI (DISCUSSION STARTER STORY) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA

PENDEK

(Penelitian Eksperimen Kuasi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

oleh Whisnu Pradana

0906908

disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing I,

Nenden Lilis Aisyah, M.Pd. NIP 197109262003122001

Pembimbing II,

Yulianeta, M.Pd. NIP 197507132005012002

diketahui oleh

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Dadang S Anshori, M.Pd. NIP 197204031999031002


(3)

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pembelajaran Menulis Cerita Pendek dengan Menggunakan Teknik Cerita Permulaan Diskusi (Discussion Starter Story)” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, September 2013 Yang membuat pernyataan,

Whisnu Pradana NIM. 0906908


(4)

Pembelajaran Menulis Cerita Pendek

oleh : Whisnu Pradana (NIM 0906908) FPBS, Universitas Pendidikan Indonesia

Jln. Dr. Setiabudhi 229 Bandung

email : pradanawhisnu@gmail.com

Abstrak : Menulis cerpen merupakan salah satu pembelajaran yang diajarkan pada siswa

SMA kelas X. Menulis cerpen adalah suatu proses kreatif yang memerlukan daya imajinasi dan pengolahan kata-kata sehingga menciptakan jalan cerita yang mampu tergambarkan dengan baik bagi pembaca. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan kelas kontrol. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis cerpen ketika diberikan perlakuan berupa Teknik Cerita Permulaan Diskusi. Berdasarkan pada hasil tes awal, kemampuan siswa dalam menulis cerpen rata-rata pada kelas eksperimen adalah 60,24 dan pada kelas kontrol 58,64. Setelah menggunakan Teknik Cerita Permulaan Diskusi di kelas eksperimen, nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan menjadi 74,81 dan di kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran terlangsung juga mengalami peningkatan menjadi 62,90. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan tersebut, Teknik Cerita Permulaan Diskusi terbukti efektif diterapkan pada pembelajaran menulis cerpen di kelas X.

Kata kunci : pembelajaran menulis cerpen, Teknik Cerita Permulaan Diskusi.

Abstract:Writing short stories is one of the lessons taught at the high school student class X.

Writing short story is a creative process and require creative power of imagination and the processing of words, thus creating a storyline that capable reflected properly for the reader. Research conducted is a research experiment with using the control class. This study was conducted to determine the ability of students in writing a short story using Discussion Starter Story Technic. Based on the results of the initial tests, the ability of students in writing a short story on average on an experimental class was 60,24 and on the control class 58,64. After applied a Discussion Starter Story Technic in the experimental class, the average value of students increased up to 74.81 and in control class that uses the usual learning also increased up to 62.90. Based on the research that has been done, the Discussion Starter Story Technic proved to be effective are applied to the learning of writing short stories in class X.


(5)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah... 1

1.2Identifikasi Masalah... 4

1.3Batasan Masalah... 4

1.4Rumusan Masalah... 4

1.5Tujuan Penelitian... 5

1.6Manfaat Penelitian... 5

1.7Anggapan Dasar... 6

1.8Hipotesis... 6

1.9Definisi Operasional... 7

BAB 2 TEKNIK CERITA PERMULAAN DISKUSI (DISCUSSION STARTER STORY) DAN PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK 2.1 Teknik Cerita Permulaan Diskusi... 8

2.1.1 Pembelajaran Partisipatif..……... 8

2.1.2 Pengertian Teknik Cerita Permulaan Diskusi... 9

2.1.3 Prinsip Pelaksanaan Teknik Cerita Permulaan Diskusi... 10

2.1.4 Langkah Pembelajaran Teknik Cerita Permulaan Diskusi... 11


(6)

2.2.1 Pengertian Pembelajaran ...12

2.2.2 Keterampilan Menulis...13

2.2.2.1 Tujuan Menulis...14

2.2.3 Cerita Pendek...16

2.2.3.1 Struktur Pembangun Cerita Pendek...17

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 20

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian... 21

3.2.1 Populasi Penelitian…………... 21

3.2.2 Sampel Penelitian………... 21

3.3 Teknik Penelitian... 21

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data... 22

3.3.1.1 Tes Menulis... 22

3.3.1.2 Observasi... 22

3.3.2 Teknik Pengolahan Data... 22

3.3.2.1 Pengolahan Data Hasil Tes Menulis... 23

3.3.2.2 Pengolahan Data Hasil Observasi... 26

3.4 Instrumen Penelitian... 26

3.4.1 Instrumen Perlakuan... 26

3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data... 36

3.4.2.1 Soal... 36

3.4.2.2 Lembar Observasi... 37


(7)

4.1 Deskripsi Proses Penelitian... 38

4.1.1. Pelaksanaan Tes Awal... 38

4.1.2. Pembelajaran dan Perlakuan... 39

4.1.2.1. Pembelajaran di Kelas Kontrol... 39

4.1.2.2. Perlakuan di Kelas Eksperimen... 41

4.1.3. Pelaksanaan Tes Akhir... 43

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian…..………. 47

4.2.1. Analisis Data Prates dan Postes Kelas Eksperimen...48

(1) Prates Kelas Eksperimen...49

(2) Postes Kelas Eksperimen...63

4.2.2. Analisis Data Prates dan Postes Kelas Kontrol...………...79

(1) Prates Kelas Kontrol...79

(2) Postes Kelas Kontrol...94

4.2.3. Observasi...109

4.3 Uji Reliabilitas Kemampuan Menulis Cerpen………..……....110

4.3.1 Uji reliabilitas Prates Kelas Kontrol dan Eksperimen...111

4.3.2 Uji reliabilitas Postes Kelas Kontrol dan Eksperimen...117

4.4 Uji Normalitas...124

4.4.1 Uji Normalitas Prates Kelas Kontrol dan Eksperimen...124

4.4.2 Uji Normalitas Postes Kelas Kontrol dan Eksperimen...132

4.5 Uji Homogenitas...139

4.6 Uji Hipotesis...139

4.7 Pembahasan Hasil Penelitian...144


(8)

5.1 Simpulan………...148

5.2 Saran……….………....149

DAFTAR PUSTAKA………. ..151


(9)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyak hal yang bisa dihasilkan dari proses keterampilan menulis. salah satunya adalah cerita pendek. Cerita pendek merupakan salah satu jenis karya sastra yang proses penciptaannya membutuhkan keterampilan menulis dan juga kreativitas yang baik. Masalah yang kerap terjadi di kalangan peserta didik sekolah menengah atas adalah tingkat kreativitas mereka yang masih terkungkung. Senada dengan apa yang diungkapkan oleh Tarigan (2011: 118) mengatakan bahwa apresiasi masyarakat kita terhadap sastra pada umumnya dan terhadap fiksi pada khususnya, harus ditingkatkan. Selain itu, minat menulis dan membaca merupakan salah satu faktor penting yang perlu ditingkatkan dan dikembangkan.

Keterampilan menulis sudah tentu harus dimiliki oleh para peserta didik agar peserta didik terbiasa melakukan kegiatan menulis. Menurut Rusyana (2003: 4) menulis merupakan salah satu kompetensi dalam pembelajaran sastra untuk beroleh kemampuan berekspresi sastra. Salah satu karya sastra yang bisa menjadi sarana penyaluran kreativitas siswa yaitu menulis cerita pendek. Cerita pendek bisa menjadi alternatif bagi peserta didik yang ingin mengasah kemampuan berimajinasinya. Menulis cerita pendek dapat membuat para peserta didik belajar untuk memahami kehidupan. Untuk mewujudkan kegiatan tersebut, guru harus bisa menggiring pemikiran siswa mengenai hal-hal menarik yang bisa ditemukan dan diciptakan oleh mereka ketika menulis cerpen sebagai salah satu contohnya.

Menurut Kepala Badan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional Mansyur Ramli (dalam surat kabar elektronik Kompasiana 18 februari 2013) menyatakan banyak sekolah yang siswanya mendapatkan nilai rendah dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini bisa dilihat hasil ujian sekolah dan ujian nasional. Hal ini seharusnya menjadi perhatian berbagai pihak, terutama guru dan orang tua. Hal tersebut terjadi karena peserta didik menganggap remeh pelajaran


(10)

bahasa Indonesia yang mengakibatkan para siswa tersebut mendapatkan nilai yang terbilang rendah. Salah satu masalah siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia adalah materi menulis cerita pendek. Tidak selamanya materi menulis cerita pendek disenangi peserta didik. Hal ini terjadi karena minat peserta didik yang rendah terhadap kegiatan menulis cerita pendek. Rendahnya minat peserta didik terhadap kegiatan menulis cerita pendek terjadi karena beberapa faktor. Faktor yang kerap menjadi penyebab rendahnya minat siswa dalam melakukan kegiatan menulis cerita pendek seperti kurang tepatnya teknik yang digunakan oleh pendidik, peserta didik masih kesulitan mengungkapkan gagasan, dan peserta didik tidak tahu bagaimana caranya membuat cerita yang menarik.

Selain hal yang telah diungkapkan di atas, hal yang juga menjadi faktor penyebab rendahnya minat menulis siswa juga terjadi karena motivasi mengajar guru, kreativitas guru, dan penguasaan materi guru dalam menjelaskan pembelajaran menulis cerita pendek. Ebo (2005: 9) menjelaskan bahwa motivasi itu ibarat lokomotif yang akan menggerakkan dan mendorong peneliti untuk menghasilkan karya tulis. Dalam rangka mengatasi masalah seperti yang telah dipaparkan, salah satu teknik yang bisa digunakan sebagai alternatif untuk menciptakan suasana belajar yang menarik, menyenangkan, dan memotivasi yaitu teknik cerita permulaan diskusi. Tarigan (2011: 119) mengemukakan bahwa dalam melakukan sesuatu kita tidak bisa asal-asalan, namun kita harus memiliki kesadaran dan pengetahuan yang cukup. Oleh sebab itu, dasar-dasar seperti penulisan dan penggunaan kalimat dalam cerita itu hal penting. Siswa terkadang sulit mengungkapkan apa yang ada di pikirannya dengan kalimat-kalimat yang menggambarkan cerita kreatif dan sesuai keinginan.

Melalui pendekatan kontekstual, guru disarankan membentuk kelompok-kelompok belajar (Depdiknas, 2003). Hal tersebut bisa menjadi penguatan bahwa teknik cerita permulaan diskusi merupakan salah satu teknik pembelajaran berbasis diskusi yang sangat baik untuk diterapkan pada materi pembelajaran yang berkaitan dengan keterampilan menulis ataupun keterampilan lainnya. Teknik ini akan memberikan gambaran mengenai masalah tertentu pada peserta


(11)

didik sehingga para peserta didik akan mengenal serta mampu menganalisisnya secara mendalam untuk mendapatkan alternatif pemecahannya. Bahan belajar dapat diangkat dari bahan bacaan atau dari pengalaman langsung di lapangan (Sudjana, 2007: 116). Kaitannya dengan menulis cerita pendek, pendidik akan memanfaatkan teknik ini untuk menstimulus imajinasi peserta didik setelah mereka saling bertukar pikiran dengan teman-temannya. Dengan demikian, kesulitan peserta didik dalam mengungkapkan gagasan, membuat alur yang menarik, dan membuat ceritanya menarik pula akan teratasi.

Banyak penelitian tentang pembelajaran menulis cerita pendek dengan berbagai macam teknik, metode, dan media yang berbeda. Salah satu penelitian yang menjadi rujukan bagi peneliti adalah karya Anggrawati (2010) yang berjudul

“Penerapan Teknik Cerita Permulaan Diskusi (Discussion starter story) dalam

Pembelajaran Menulis Karangan Narasi (Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 2 Cimahi Tahun Pembelajaran 2009/2010)”. Penelitian yang peneliti lakukan kali ini memiliki tujuan yang sama dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya, yaitu untuk membantu mengatasi kesulitan yang dialami siswa dalam kegiatan menulis, khususnya menulis cerita pendek. Selain karya Anggrawati, peneliti menjadikan karya Komarudin sebagai rujukan lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Komarudin (2012) yang berjudulPenerapan Teknik MLM (Melihat Langsung Menulis) Berbasis

Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran Menulis Cerita pendek”.

Penelitian sebelumnya yang menggunakan teknik cerita permulaan diskusi dalam pembelajaran menulis karangan narasi mampu menunjukkan peningkatan yang signifikan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi. Tentunya, hal ini menunjukkan adanya perbedaan antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan. Perbedaannya terletak pada variabel terikat. Dalam penelitian sebelumnya, variabel terikat yaitu pembelajaran menulis karangan narasi. Sementara itu, penelitian yang akan dilakukan kali ini menjadikan pembelajaran menulis cerpen sebagai variabel terikat. Latar belakang penelitian ini dilakukan lebih kepada peneliti yang ingin mengujicobakan Teknik


(12)

Cerita Permulaan Diskusi dalam pembelajaran menulis cerita pendek di SMA Negeri 4 Bandung.

Penelitian ini juga dilakukan untuk melengkapi penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Peneliti berharap penelitian yang akan dilakukan kali ini akan melengkapi penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Teknik cerita permulaan diskusi (discussion starter story) belum pernah digunakan dalam kegiatan pembelajaran menulis cerita pendek. Penggunaan teknik ini diharapkan memberikan manfaat bagi pendidik dan peserta didik yang mengalami kesulitan dalam kegiatan pembelajaran menulis cerita pendek.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari pemaparan latar belakang di atas, peneliti mengidentifikasi permasalahan yang muncul dari kegiatan menulis cerita pendek sebagai berikut. 1) Peserta didik memiliki minat menulis yang terbilang masih rendah.

Akibatnya, mereka melakukan kegiatan menulis hanya untuk melaksanakan kewajiban dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

2) Peserta didik merasa bahwa kegiatan menulis cerita pendek masih sulit. Hal tersebut terjadi karena peserta didik tidak terbiasa dalam mengungkapkan gagasan dan membuat alur cerita yang runtut dan menarik.

3) Pendidik menyampaikan materi pembelajaran mengenai cerita pendek dengan cara yang kurang menarik.

1.3 Batasan Masalah

Beragam permasalahan yang dipaparkan akan dibatasi oleh peneliti. Fokus permasalahan yang akan coba diteliti adalah penggunaan teknik cerita permulaan diskusi (discussion starter story) dalam menulis cerita pendek.

1.4 Rumusan Masalah

Peneliti merumuskan beberapa masalah dalam bentuk pertanyaan seperti berikut.


(13)

1) Bagaimanakah kemampuan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol di SMA Negeri 4 Bandung dalam pembelajaran menulis cerpen, sebelum mendapatkan perlakuan berupa Teknik Cerita Permulaan Diskusi di kelas eksperimen dan pembelajaran terlangsung di kelas kontrol?

2) Bagaimanakah kemampuan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol di SMA Negeri 4 Bandung dalam pembelajaran menulis cerpen sesudah mendapatkan perlakuan berupa Teknik Cerita Permulaan Diskusi di kelas eksperimen dan pembelajaran terlangsung di kelas kontrol?

3) Apakah terdapat perbedaan kemampuan siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol dalam menulis cerpen sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan berupa Teknik Cerita Permulaan Diskusi di kelas eksperimen dan pembelajaran terlangsung di kelas kontrol?

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hal-hal berikut:

1) kemampuan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol di SMA Negeri 4 Bandung dalam pembelajaran menulis cerpen sebelum mendapatkan perlakuan berupa Teknik Cerita Permulaan Diskusi di kelas eksperimen dan pembelajaran terlangsung di kelas kontrol;

2) kemampuan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol di SMA Negeri 4 Bandung dalam pembelajaran menulis cerpen sesudah mendapatkan perlakuan berupa Teknik Cerita Permulaan Diskusi di kelas eksperimen dan pembelajaran terlangsung di kelas kontrol;

3) signifikansi perbedaan kemampuan siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol dalam menulis cerpen sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan berupa Teknik Cerita Permulaan Diskusi di kelas eksperimen dan pembelajaran terlangsung di kelas kontrol.


(14)

1.6 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan seorang pastinya akan memberikan banyak manfaat bagi orang lain termasuk bagi dirinya sendiri. Berkaitan dengan hal tersebut, manfaat yang bisa didapatkan dari penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai teknik alternatif yang bisa digunakan dalam kegiatan menulis cerita pendek. Salah satu teknik yang bisa digunakan dalam kegiatan menulis cerita pendek adalah teknik cerita permulaan diskusi (discussion starter story).

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat seperti berikut.

1) Pendidik bisa menggunakan teknik cerita permulaan diskusi (discussion

starter story) sebagai teknik alternatif dalam pembelajaran menulis cerita

pendek sehingga pembelajaran akan berlangsung lebih menarik dan inovatif. 2) Penggunaan teknik cerita permulaan diskusi (discussion starter story) diharapkan bisa lebih mermotivasi peserta didik untuk mengatasi kesulitannya dalam menulis cerita pendek. Kesulitan yang dialami peserta didik seperti sulit mengungkapkan ide, membuat alur cerita yang menarik, dan penggunaan bahasa yang komunikatif.

3) Penelitian ini juga bermanfaat bagi peneliti pribadi karena peneliti sebagai calon pendidik bahasa dan sastra Indonesia akan lebih memahami teknik cerita permulaan diskusi (discussion starter story) sebagai teknik alternatif yang bisa digunakan dalam pembelajaran menulis cerita pendek.

1.7 Anggapan Dasar


(15)

1) Hal yang paling penting dari pengajaran menulis adalah kegiatan pembelajaran aktif yang melibatkan siswa secara langsung.

2) Usaha untuk menumbuhkan motivasi siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan menulis cerita pendek bisa disiasati dengan menggunakan teknik pembelajaran yang variatif dan tepat.

1.8 Hipotesis

Peneliti merumuskan hipotesis dari penelitian ini bahwa “terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan siswa sebelum dan sesudah menggunakan teknik cerita permulaan diskusi (discussion starter story) dalam

kegiatan menulis cerita pendek” di kelas eksperimen dengan yang tanpa menggunakan teknik cerita permulaan diskusi di kelas kontrol.

H0= Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis

cerita pendek siswa kelas X SMAN 4 Bandung di kelas eksperimen dan kelas kontrol

Ha= Terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis cerita

pendek siswa kelas X SMAN 4 Bandung di kelas eksperimen dan kelas kontrol

1.9 Definisi Operasional

Ada beberapa kata kunci yang menjadi variabel penelitian ini. Peneliti memaparkan variabel-variabel dalam penelitian ini seperti berikut.

1) Pembelajaran menulis cerita pendek adalah pembelajaran menulis salah satu jenis sastra atau fiksi yang ada di sekolah dan tulisannya terdiri dari satu konflik dan disusun secara ringkas serta bisa dibaca dalam waktu singkat. Cerpen yang akan digunakan dalam penelitian adalah jenis cerita pendek berdasarkan pengalaman pribadi. Cerita pendek berdasarkan pengalaman pribadi dipilih agar siswa mampu lebih detail dan kreatif dalam menulisnya. Cerita pendek memanfaatkan pengetahuan dan kreativitas siswa sehingga siswa bisa dengan bebas menceritakan hal-hal yang ingin disampaikan dengan cara yang berbeda.


(16)

2) Teknik pembelajaran Cerita Permulaan Diskusi (Discusion Starter Story) merupakan salah satu teknik pembelajaran berbasis diskusi yang sangat baik diterapkan pada materi-materi yang dikemas dalam masalah-masalah nyata yang banyak terjadi dalam lingkungan siswa. Teknik Cerita Permulaan Diskusi merupakan salah satu teknik pembelajaran berkelompok yang melibatkan peserta didik secara langsung karena membutuhkan pikiran langsung peserta didik yang berkaitan erat dengan keterampilan menulis peserta didik dalam memecahkan masalah. Dengan teknik cerita permulaan diskusi ini, peserta didik yang mengalami kesulitan dalam kegiatan menulis diharapkan terbantu dalam mengatasi kesulitannya.


(17)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode eksperimen merupakan sebuah metode yang mengujicobakan suatu cara melalui suatu pengamatan. Penelitian dengan pendekatan percobaan atau eksperimen dimaksudkan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat (causal and effect relationship), dengan cara mengekspos satu atau lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih kondisi eksperimen (Danim, 2002; dalam Syamsuddin dan Damaianti, 2011: 150-151).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah two groups

Pretest-posttest control group desain (Sugiyono, 2010:76). Dalam penelitian ini,

peneliti bertujuan untuk menguji efektivitas teknik cerita permulaan diskusi dalam pembelajaran menulis cerpen pada kelompok eksperimen yang diberi perlakuan teknik dan yang tidak diberi perlakuan. Berikut merupakan tabel desain two

groups Pretest-posttest control group desain.

Tabel 3.1

Pretest-posttest control group desain

Kelas Pretes Perlakuan Postes

E

K Y1

Keterangan:

E : Kelas eksperimen. K : Kelas pembanding. O1 : Pretes (kelas eksperimen).


(18)

X1 : Perlakuan pada kelas eksperimen.

Y1 : Pembelajaran terlangsung.

O3 : Pretes (kelas pembanding).

O4 : Postes (kelas pembanding).

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini pastinya memiliki populasi dan sampel yang digunakan. Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 4 Bandung tahun pelajaran 2012/2013 semester genap yang berjumlah dua kelas, terdiri atas kelas X-1 dan kelas X-6.

3.2.2 Sampel Penelitian

Arikunto (1993: 119) mengemukakan bahwa sampel adalah variabel yang akan diteliti atau diamati yang merupakan bagian dari populasi. Teknik sampling terdiri dari dua teknik, yaitu probality sampling dan nonprobality sampling. Teknik sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah probality

sampling dengan model simple random sampling. Penentuan sampel dalam

penelitian ini dilakukan dengan cara simple random sampling, sehingga untuk mengambil sampel, peneliti mengambil dua kelas tanpa prasangka. Dua kelas yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah kelas X-1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X-6 sebagai kelas pembanding.

3.3 Teknik Penelitian

Teknik penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan data. Berikut akan dijabarkan mengenai kedua teknik tersebut.


(19)

3.3.1 Teknik Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data untuk memperoleh data atau mengenai hal-hal informasi yang ingin diteliti. Terdapat beberapa cara teknik pengumpulan data. Mengumpulkan data memang bukan hal yang mudah, tetapi merupakan sebuah kegiatan yang terbilang melelahkan melelahkan. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah tes kemampuan menulis cerpen dan observasi.

3.3.1.1Tes Menulis

Tes yang diberikan oleh peneliti terhadap objek penelitian dilakukan sebanyak dua kali. Hal tersebut dilakukan untuk melihat kemampuan siswa dalam menulis cerpen. Tes pertama dilakukan pada siswa sebelum mendapatkan perlakuan. Tes kedua dilakukan kepada siswa setelah siswa mendapatkan perlakuan. Tes pertama bertujuan untuk melihat kemampuan awal siswa dalam menulis cerpen, sedangkan tes kedua dilaksanakan untuk melihat perkembangan dan perubahan kemampuan siswa menulis cerpen setelah diberikan perlakuan.

3.3.1.2Observasi

Observasi yang dilakukan ini adalah dengan mengikutsertakan penulis. Dalam kegiatan ini penulis memposisikan diri sebagai pengajar dan terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran. Observasi ini dilakukan untuk melihat kegiatan pembelajaran menulis siswa dengan teknik cerita permulaan diskusi. Berbagai situasi pembelajaran yang dialami siswa, seperti semangat, motivasi, dan ketertarikan siswa dalam pembelajaran menulis cerpen dapat dilihat secara langsung.


(20)

Dalam penelitian ini, data yang akan diolah terdiri dari data hasil tes menulis dan hasil observasi.

3.3.2.1Pengolahan Data Hasil Tes Menulis

Langkah-langkah dalam penilaian hasil tes menulis adalah sebagai berikut. (1) Untuk menilai hasil menulis cerpen sebelum dan sesudah mendapat perlakuan

menggunakan rumus: Nilai = Skor

(2) Uji reliabilitas antarpenimbang

Uji reliabilitas antarpenimbang bertujuan menghindari subjektivitas dalam penilaian. Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan mencari nilai:

SSt t2 =

SSp p2 =

SStot = –

SSkk 2 = – p2

Keterangan:

SSt t2 : Sumber variansi dari testi.

SSp p2 : Sumber variansi dari penimbang.

SStot : Sumber variansi total.

K : Jumlah penilai.


(21)

Dengan menggunakan prinsip ANAVA, data-data tersebut dapat dimasukkan dalam format ANAVA sebagai berikut.

Tabel 3.2 Format ANAVA

Sumber variansi SS Dk (N-1) Variansi

dari testi SSt t2 N-1 Vt=

dari penimbang SSp p2 k-1 -

dari kekeliruan SSkk 2 (N-1)(k-1) Vkk=

Berdasarkan tabel 3.2, untuk mencari reliabilitas antarpenimbang dapat digunakan rumus:

r

n

=

Keterangan:

Vt : Variansi testi

Vkk : Variansi kekeliruan

Hasil perhitungan reliabilitas yang telah diperoleh disesuaikan dengan tabel 3.3 Guilford.

Tabel 3.3 Tabel Guilford

Nilai Kualitas Korelasi 0,800 – 1,00 Sangat tinggi

0,600 – 0,800 Tinggi


(22)

0,200 – 0,400 Rendah 00,00 – 0,200 Sangat rendah

(Subana dan Sudrajat, 2005:104)

(3) Uji normalitas nilai pretes, postes, dan indeks gain.

Uji normalitas bertujuan mengetahui sebuah data berdistribusi normal atau tidak normal. Pasangan hipotesis nol dan hipotesis tandingannya adalah:

a. H0 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b. Ha : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.

Dengan taraf signifikansi (α) sebesar 0,05, dapat disimpulkan bahwa jika nilai signifikansi > 0,05, maka H0 diterima dan H0 ditolak jika nilai signifikansi <

0,05.

(4) Menghitung indeks gain (normalized gain)

Untuk menghitung nilai indeks gain dapat digunakan rumus sebagai berikut.

Indeks gain =

Kriteria nilai indeks gain :

Indeks gain < 0,30 : Rendah 0,30 ≤ indeks gain ≥ 0,70 : Sedang Indeks gain > 0,70 : Tinggi

(5) Uji kesamaan dua rata-rata nilai pretes, postes, dan indeks gain

Uji kesamaan dua rata-rata nilai pretes dan postes bertujuan menguji hipotesis dalam penelitian ini. Jika sebuah data berdistribusi normal, maka uji statistik yang digunakan adalah uji parametrik. Sebaliknya, jika data tersebut berdistribusi tidak normal maka uji statistik yang digunakan adalah uji nonparametrik. Sama halnya dengan uji normalitas, pada uji kesamaan dua rata-rata nilai pretes dan postes.


(23)

Dengan taraf signifikansi 0,05 dapat disimpulkan bahwa nilai signifikansi

(2-tailed) > (α) = 0,05 maka, H0 diterima, sedangkan jika nilai signifikansi (2-tailed) < 0,05 maka, H0 ditolak. Jika H0 diterima memberikan arti bahwa tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan siswa kelas eksperimen dan kontrol dalam menulis. Sebaliknya, jika H0 ditolak maka terdapat perbedaan

yang signifikan antara kemampuan siswa kelas eksperimen dan kelas pembanding.

3.3.2.2Pengolahan Data Hasil Observasi

Rata-rata hasil observasi dapat diketahui dari akumulasi rata-rata nilai observer dibagi jumlah observer dengan rumus sebagai berikut.

̅

̅ ̅

Setelah diketahui hasil rata-rata nilai observasi, selanjutnya nilai tersebut dapat diketahui termasuk dalam kategori nilai dengan tingkat sangat baik, baik, cukup, atau kurang seperti pada tabel 3.4.

Tabel 3.4

Skala Penilaian Rata-Rata Observasi Nilai Rentang Nilai Keterangan

A 4,00 – 3,50 Baik Sekali

B 3,49 – 3,00 Baik

C 2,99 – 2,50 Cukup

D 2,49 – 2,00 Kurang

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini terdiri dari instrumen perlakuan, yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan instrumen pengolahan data, yaitu soal dan lembar observasi.


(24)

3.4.1 Instrumen Perlakuan

Pada kelas eksperimen dilakukan dua kali tes, yaitu pretes (O1) sebelum

mendapat perlakuan dan postes (O2) setelah mendapatkan perlakuan

menggunakan teknik cerita permulaan diskusi. Pada kelas pembanding, tes juga dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pretes O3 dan O4 yang keduanya tanpa

mendapatkan perlakuan. Pola tes:

(O1) X (O2)

(O3) (O4)

Berikut ini gambaran dari pelaksanaan perlakuan pada kelas eksperimen.

Pelaksanaan Penelitian

Keterangan:

P1 : Perlakuan 1 P2 : Perlakuan 2

Pada bagan 3.1 menunjukan alur pelaksanaan penelitian pada kelas eksperimen yang dijabarkan seperti berikut ini.

(1) Pada tahap pertama penelitian, siswa dibagi ke dalam beberpaa kelompok yang terdiri atas 6-7 orang. Peneliti melakukan pretes keterampilan menulis cerpen.

(2) Pada tahap kedua penelitian, peneliti memberikan perlakuan pertama, yaitu melaksanakan pembelajaran menulis cerpen dengan teknik cerita permulaan diskusi menggunakan media audio visual. Siswa dalam kelompok menyimak pemutaran video tentang persahabatan atau pertemanan yang diputar tanpa

ending. Hal ini dilakukan untuk melatih dan menumbuhkembangkan

kreativitas siswa dalam mengarang akhir dari video yang ditampilkan. Siswa


(25)

dalam kelompok menulis beberapa paragraf mengenai kelanjutan cerita dan menetukan akhir cerita dari video tersebut.

(3) Pada tahap ketiga penelitian, siswa dalam kelompok menceritakan pengalaman pribadinya pada teman-temannya. Siswa berbagi atau bertukar pengalaman dengan temannya. Siswa menanggapi pengalaman yang diceritakan oleh temannya. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan inspirasi bagi siswa dalam untuk membuat sebuah cerpen berdasarkan pengalaman pribadinya.

(4) Pada tahap keempat penelitian, penulis melakukan postes menulis cerpen dengan menggunakan teknik cerita permulaan diskusi. Sama halnya dengan penugasan pada pretes, siswa ditugaskan untuk menulis cerpen dengan tema tentang pengalaman pribadi. Pada tahap terakhir ini merupakan pembuktian dari hasil perlakuan yang telah dilaksanakan sebelumnya.

Deskripsi perlakuan tersebut tercantum dalam instrumen perlakuan berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).


(26)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Jenjang : SMA

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/ Semester : X/2

Alokasi Waktu : 4x45 menit (2 pertemuan)

A. STANDAR KOMPETENSI

Menulis : Mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen

B. KOMPETENSI DASAR

Menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam cerpen (pelaku, peristiwa, latar)

C. INDIKATOR 1. Kognitif Produk

a. Membaca penggalan cerpen yang akan menjadi rujukan dalam menulis cerpen oleh siswa.


(27)

2. Kognitif Proses

a. Menentukan topik yang berhubungan dengan pengalaman pribadi sebagai langkah awal kegiatan menulis cerita pendek.

b. Menulis cerita pendek dengan memperhatikan kronologi peristiwa dan waktu.

3. Psikomotor

a. Bertukar cerita dengan teman dalam satu kelompok tentang pengalaman pribadi

b. Menulis cerita pendek berdasarkan pengalaman diri sendiri.

4. Afektif a. Karakter

a) Kerjasama b) Jujur

c) Tanggungjawab d) Apresiatif

b. Keterampilan Sosial

a) Bertanya dengan bahasa yang baik dan benar. b) Menyumbang ide.

c) Menjadipendengar yang baik.

d) Membantu teman yang mengalami kesulitan. B. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Kognitif produk

a. Secara mandiri siswa ditugasi untuk mengetahui kronologi peristiwa dan waktu dalam cerpen.

b. Secara mandiri siswa dapat memahami cara menulis cerita pendek berdasarkan kehidupan diri sendiri.


(28)

a. Secara mandiri siswa dapat membuat kerangka cerita pendek yang akan dikembangkan menjadi cerita pendek berdasarkan kehidupan diri sendiri. b. Secara mandiri siswa memahami struktur pembangun di dalam sebuah

cerpen. 3. Psikomotor

a. Siswa dapat membuat kerangka penulisan cerita pendek berdasarkan kehidupan diri sendiri.

b. Siswa mampu mengembangkan kerangka cerita pendek menjadi sebuah cerita pendek yang utuh.

4. Afektif a. Karakter

Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperhatikan perilaku seperti kerjasama, jujur, bertanggungjawab, dan apresiatif.

b. KeterampilanSosial

Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperhatikan kemajuan dalam keterampilan bertanya dengan bahasa yang baik dan benar, menyumbang ide, menjadi pendengar yang baik, dan membantu teman yang mengalami kesulitan.

C. MATERI PEMBELAJARAN 1. Pengertian cerita pendek 2. Struktur pembangun cerpen

3. Menulis sebuah cerita pendek yang utuh berdasarkan pengalaman pribadi.

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Metode pembelajaran partisipatif 2. Teknik cerita permulaan diskusi 3. Penugasan


(29)

E. SKENARIO PEMBELAJARAN

No Kegiatan Alokasi

waktu

Keterangan

Pertemuan 1

Kegiatan Pembuka

a. Guru menyapa dan mengecek kesiapan siswa b. Siswa diberi motivasi belajar dengan ekspresi

sastra

c. Siswa diarahkan pada pemahaman mengenai materi menulis cerita pendek

d. Siswa dan guru melakukan apersepsi mengenai materi menulis cerita pendek

Kegiatan Inti

a. Siswa duduk di dalam kelompok yang telah dibentuk sebelum melaksanakan kegiatan menulis cerpen

b. Guru menayangkan sebuah video tentang persahabatan.

c. Guru menghentikan penayangan video sebelum cerita berakhir

d. Siswa ditugasi oleh guru untuk mereka-reka

ending dari cerita dalam video yang

ditayangkan oleh guru

e. Siswa menuliskannya hanya dalam sebuah paragraf.

f. Perwakilan siswa mengemukakan hasil tulisannya di depan kelas, dan siswa lainnya menanggapi kegiatan tersebut.

15 menit

60 menit


(30)

g. Guru memutar kembali video tersebut untuk mengetahui bagimana ending dari cerita tersebut.

Kegiatan Penutup

a. Siswa membuat rumusan simpulan terhadap butir-butir pembelajaran yang sudah mereka b. Siswa menyampaikan kesan dengan

menggunakan bahasa yang baik dan benar terhadap pembelajaran yang baru berlangsung sebagai kegiatan refleksi

c. Guru memberikan penguatan terhadap simpulan yang diberikan oleh para siswa d. Guru menugaskan siswa untuk mempersiapkan

pengalaman pribadinya yang berkesan, sebagai materi pembelajaran pertemuan selanjutnya.

15 menit

Pertemuan 2

Kegiatan Pembuka

a. Guru menyapa dan mengecek kesiapan siswa b. Siswa diberi motivasi belajar dengan ekspresi

sastra

c. Siswa diarahkan pada pemahaman mengenai materi menulis cerita pendek

d. Siswa dan guru melakukan apersepsi dan mengulas materi yang telah disampaikan sebelumnya

Kegiatan Inti

a. Siswa tetap duduk di dalam sebuah kelompok yang sama seperti sebelumnya.

15 menit


(31)

b. Siswa setiap kelompok saling bertukar pengalaman pribadi sebagai langkah awal dan inspirasi untuk menulis cerpen

c. Siswa setiap kelompok menanggapi cerita pengalaman pribadi temannya.

d. Setiap siswa menulis sebuah cerita pendek berdasarkan pengalamn pribadinya masing-masing, dan menjadikan cerita pengalaman pribadi temannya sebagai referensi.

e. Beberapa orang siswa maju ke depan kelas untuk membacakan cerita pendek yang telah mereka buat

f. Siswa memberikan pendapat, kritik, dan saran terhadap cerita pendek yang dibuat temannya g. Guru menilai hasil kerja siswa dan

memberikan hadiah

Kegiatan Penutup

a. Siswa membuat rumusan simpulan terhadap butir-butir pembelajaran yang sudah mereka ikuti.

b. Siswa menyampaikan kesan dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar terhadap pembelajaran yang baru berlangsung sebagai kegiatan refleksi

c. Guru memberikan penguatan terhadap simpulan yang diberikan oleh para siswa

60 menit

15 menit

F. SUMBER /BAHAN/ ALAT BELAJAR Sumber:


(32)

1. E.Kosasih. 2010. Bahasa Indonesia Berbasis Pendidikan Karakter

Bangsa. Bandung: Sewu.

2. Thahar, H. E. 1999. Kiat Menulis Cerita Pendek. Bandung: Angkasa.

Bahan:

Sebuah cerita pendek Video

Alat: Spidol Laptop Infokus

G. SUMBER PEMBELAJARAN

1. Lembar kerja

2. LP 1= kognitif; produk (individu) 3. LP 2 = kognitif; proses (individu) 4. LP 3 = psikomotor (kelompok) 5. LP 4 = Afektif (individu)

H. PENILAIAN

 Penilaian berformasi/penilaian yang dilakukan berdasarkan respon/aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung

 Penilaian afektifitas/penilaian tingkah laku atau sikap siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung

 Penilaian proyek/penilaian yang diberikan terhadap siswa dengan cara memberikan penilaian pada hasil kerja mereka merujuk pada proses penulisan kreatif menulis cerita pendek berdasarkan kehidupan diri sendiri Jenis Tagihan:


(33)

 kelompok : menggunakan LP2 dan LP3  (ulangan) : lembar kerja

Bentuk Instrumen:  uraian bebas  jawaban singkat  lembar pengamatan

3.4.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal sebagai instrumen dari tes menulis dan lembar observasi sebagai instrumen dari observasi.

3.4.2.1Soal

Dalam lembar soal tersebut berisi instruksi yang harus dilakukan dalam menulis cerpen terlampir. Berikut merupakan soal yang digunakan sebagai instrumen dari tes menulis. Pedoman penilaian hasil tulisan berupa cerpen tercantum pada tabel 3.5 (Nurgiyantoro, 2001:296). Diadaptasi dari Burhan Nurgiyantoro (Evaluasi Pengajaran Bahasa Indonesia dan teori menulis cerpen Jakob Sumardjo).


(34)

Tabel 3.5 Soal dan Format Penilaian Cerpen

Soal Tes Menulis Cerpen

 Buatlah sebuah cerpen berdasarkan pengalaman pribadi yang benar-benar pernah kalian alami!

No. Aspek Kriteria dan skor

1. Kelengkapan aspek formal cerpen

Memuat ; 1) judul,

2) nama pengarang, 3) dialog, dan 4) dan narasi.

Hanya memuat 3 subaspek. Hanya memuat 2 subaspek. Hanya memuat 1 subaspek.

Bobot 1 25 20 15 10

2. Kelengkapan unsur

intrinsik cerpen

Memuat

1)fakta cerita (plot, tokoh dan latar), 2)sarana cerita (sudut pandang, penceritaan, gaya bahasa ,

simbolisme dan ironi),dan

3)pengembangan tema.

Memuat ketiga subaspek, namun tidak lengkap (misalnya fakta cerita hanya memuat plot dan tokoh tanpa disertai latar yang jelas).

Hanya memuat 2 subaspek. Hanya memuat 1 subaspek.

Bobot 2 25 20 15 10

3. Keterpaduan unsur/struktur cerpen

Struktur disusun dengan memperhatikan; 1) kaidah plot

(kelogisan, rasa ingin tahu, kejutan dan keutuhan)dan penahapan plot (awal, tengah, akhir), 2) dimensi tokoh dan

penggambaran tokoh 3) dimensi latar

(tempat, waktu, dan sosial). Memuat ketiga subaspek, namun tidak lengkap. Hanya memuat 2 subaspek. Hanya memuat 1 subaspek.

Bobot 3 25 20 15 10

4. Kesesuaian penggunaan bahasa cerpen

Menggunakan 1) kaidah EYD, 2) keajekan penulisan,

dan

3) ragam bahasa yang disesuaikan dengan Memuat ketiga subaspek, namun tidak lengkap. Hanya memuat 2 subaspek. Hanya memuat 1 subaspek.


(35)

38

dimensi tokoh dan latar.

Bobot 4 25 20 15 10

3.4.2.2 Lembar Observasi

Lembar observasi dalam penelitian ini terdiri dari dua subjek pengamatan, yaitu pada siswa dan pada guru (peneliti).

Tabel 3.6

Lembar Observasi Aktivitas Guru

No. Hal yang Diamati Penilaian

A B C D

1. Kemampuan membuka pelajaran. a. Menarik perhatian siswa. b. Menumbuhkan motivasi. c. Memberi acuan.

d. Mengadakan apresiasi.

2. Sikap guru dalam proses pembelajaran. a. Artikulasi suara.

b.Gerakan badan tidak mengganggu perhatian siswa.

c. Antusias penampilan menarik. d. Mobilitas posisi tempat.

3. Proses Pembelajaran.

a. Kesesuaian metode dengan pokok bahasan. b. Kejelasan dalam menerangkan dan

memberikan contoh.


(36)

menggunakan respon.

d. Kecermatan dalam pemanfaatan waktu.

4. Kemampuan menggunakan Teknik Cerita Permulaan Diskusi.

a. Menciptakan suasana berkesan dan cara mengondisikan kelas.

b. Pemberian materi dengan proses interaksi dengan siswa.

c. Menyelaraskan kondisi pikiran siswa terhadap materi pembelarajaran.

d. Membangun antusias serta menanggapi respon siswa dalam menggunakan teknik Cerita Permulaan Diskusi.

e. Kemampuan berkomunikasi dengan siswa. f. Kemampuan membimbing atau mengarahkan

siswa.

g. Penggunaan contoh cerpen dalam pembelajaran.

h. Penggunaan media video untuk memotivasi dan menstimulus siswa menulis cerpen. i. Penggunaan pengalaman pribadi siswa

sebagai langkah stimulus dan inspirator mengenai menulis cerpen.

j. Pengarahan terhadap siswa dan pengondisian siswa saat postes.

k. pengarahan mengenai menulis cerpen dan manfaatnya di masa depan kelak.

5. Evaluasi pembelajaran.


(37)

b. Melakukan evaluasi sesuai alokasi waktu yang direncanakan.

c. melakukan evaluasi sesuai dengan bentuk dan jenis pembelajaran yang dirancang.

6. Kemampuan menutup pembelajaran. a. Meninjau kembali.

b. Mengevaluasi.

d. Menginformasikan bahan selanjutnya.

Komentar mengenai aktivitas guru :

Keterangan:

Mengisi lembar observer dengan memberikan tanda centang (√) Sangat Baik (A) = 4

Baik (B) = 3

Cukup (C) = 2

Kurang (D) = 1

Observer,……….….…..2013


(38)

Tabel 3.7

Lembar Observasi Siswa

No. Hal yang Diamati A B C D

1. Antusias dalam menulis cerpen.

a.Mengikuti instruksi guru untuk belajar. b.Secara tekun dan ikhlas melaksanakan

kegiatan belajar.


(39)

penting yang dapat mendukung keterampilan menulis cerpen.

d. Mencatat hal-hal penting.

2. Inisiatif dalam mengajukan pendapat. a. Keaktifan bertanya.

b. Keaktifan untuk menjawab.

c. Penyanggahan terhadap sesuatu yang kurang sependapat.

d. Mampu memberikan alasan atas pendapat yang diajukan.

3. Kesungguhan mengajar tugas menulis cerpen.

a. Keseriusan dalam menulis cerpen. b. Ketekunan dalam menulis cerpen. c. Kesesuaian cerpen.

d. Kemampuan menulis cerpen secara sistematis.

4. Memperhatikan penjelasan guru dalam pembelajaran menulis cerpen.

a. Menyimak penjelasan guru dengan saksama

b. Tidak membuat kegaduhan saat guru menjelaskan.

c. Mencatat hal-hal penting dari penjelasan guru.

d. Memahami contoh cerpen yang diberikan guru.


(40)

Keterangan:

Mengisi lembar observer dengan memberikan tanda centang (√) Sangat Baik (SB) = 4

Baik (B) = 3

Cukup (C) = 2

Kurang (K) = 1

Observer,……….….…..2013


(41)

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dari penelitian yang telah dilakukan mengenai penerapan Teknik Cerita Permulaan Diskusi (Discussion Starter Story) dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas X SMA Negeri 4 Bandung, diperoleh simpulan sebagai berikut.

1)Tahap pertama untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menulis sebuah cerpen sebelum diberikan perlakuan adalah dengan tes awal. Nilai nilai rata-rata siswa kelas eksperimen pada tahap prates adalah sebesar 60,246, sedangkan nilai rata-rata prates siswa kelas kontrol sebesar 58,642. Siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen di SMA Negeri 4 Bandung merasakan kebingungan ketika mereka diminta untuk membuat sebuah cerpen. Hal-hal yang menjadi faktor penghambat bagi mereka ketika akan membuat sebuah cerpen adalah dari tema yang akan mereka pilih untuk dikembangkan menjadi sebuah cerpen dan bagaimana mengembangkan cerpen dari tema itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa minat siswa kelas kontrol dan eksperimen di SMA Negeri 4 Bandung terhadap pembelajaran menulis cerpen masih rendah. Mereka lebih suka membaca sebuah cerpen karya orang lain dibandingkan dengan membuat sebuah cerpen.

2)Tahap selanjutnya adalah melakukan tes akhir untuk melihat bagaimana kemampuan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam menulis cerpen setelah mendapatkan perlakuan. Nilai rata-rata prates pada kelas eksperimen yang sebelumnya mendapatkan nilai 60,246, mengalami peningkatan nilai rata-rata menjadi 74,814. Siswa kelas kontrol pada saat prates yang mendapatkan nilai 58,642 mengalami peningkatan menjadi 62,901 pada tahap pascates. Siswa kelas eksperimen di SMA Negeri 4 Bandung mulai mampu menulis cerpen setelah mendapatkan perlakuan berupa Teknik Cerita Permulaan Diskusi dalam pembelajaran menulis cerpen. Hasil penelitian tersebut


(42)

menunjukan, bahwa siswa kelas X SMA Negeri 4 Bandung lebih termotivasi dan terbantu untuk menulis cerpen setelah mendapatkan perlakuan berupa Teknik Cerita Permulaan Diskusi. Hal ini juga berlaku bagi siswa kelas kontrol di SMA Negeri 4 Bandung yang mendapatkan perlakuan berupa pembelajaran terlangsung atau pembelajaran seperti pada umumnya. Perbedaan yang signifikan terlihat dari nilai yang didapatkan oleh siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen, pada saat prates dan juga pascates.

3)Terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam menulis cerpen. Hal ini dapat dilihat berdasarkan uji t. hipotesis, terbukti dengan perolehan nilai (10,181) > (2,006) pada taraf kepercayaan 95%, sehingga dinyatakan hasil penelitian memiliki perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah menggunakan Teknik Cerita Permulaan Diskusi pada siswa kelas eksperimen di SMA Negeri 4 Bandung. Perbedaan signifikan juga tercermin dari nilai yang diperoleh oleh siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol, yang menunjukkan bahwa siswa kelas eksperimen mendapatkan nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai yang diperoleh siswa kelas kontrol mulai dari tes awal hingga tes akhir.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di SMA Negeri 4 Bandung yang diperoleh, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut.

1) Penulis merekomendasikan kepada guru untuk menggunakan Teknik Cerita Permulaan Diskusi sebagai teknik alternatif dalam pembelajaran menulis cerpen karena strategi ini terbukti dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis cerpen.

2) Pembelajaran menulis, khususnya cerpen harus diawali dengan sesuatu stategi yang menyenangkan bagi siswa. Dengan menggunakan Teknik Cerita Permulaan Diskusi diharapkan siswa dapat belajar lebih efektif dan termotivasi.


(43)

3) Untuk peneliti selanjutnya, menyarankan penerapan Teknik Cerita Permulaan Diskusi untuk materi pembelajaran menulis lainnya, selain materi menulis cerpen. Hal tersebut bertujuan untuk melihat apakah Teknik Cerita Permulaan Diskusi ini efektif digunakan untuk materi pembelajaran lain selain menulis cerpen.


(44)

Daftar Pustaka

Ahmadi, A & Widodo, S. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Akhadiah, S, dkk. 1998. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Aksan, H. 2011. Proses Kreatif Menulis Cerpen. Bandung: Nuansa.

Alwasilah, A. Chaedar dan Senny Suzanna Alwasilah. 2007. Pokoknya Menulis. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Anggrawati, V. 2010. “Penerapan Teknik Cerita Permulaan Diskusi (Discussion Starter Story) dalam Pembelajaran Menulis Karangan Narasi (Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Cimahi Tahun Pembelajaran 2009/2010)”. Skripsi Sarjana FPBS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.

Lubis, Y. 2012. "Pengaruh Penggunaan Teknik Cerita Permulaan Diskusi

(Discussion Starter Story) Terhadap Kemampuan Menulis Cerpen Siswa

Kelas X MAN 2 Model Medan Tahun Pembelajaran 2012/2013". Tersedia:http://digilib.unimed.ac.id/UNIMED-Undergraduate-sk

130167X/26109/ [online] Selasa 2 juli 2013 23.31.

Harahap, R. 2013. "Bahasa Indonesia Momok Menakutkan". Tersedia:

http://m.kompasiana.com/post/bahasa/2013/02/18/bahasa-indonesia-momok-menakutkan/[online] Sabtu, 18 mei 2013 21.47.

Komarudin, A. 2012. “Penerapan Teknik MLM (Melihat Langsung Menulis) Berbasis Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran Menulis Cerpen”. Skripsi Sarjana FPBS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Maryani, S. 2011. “Efektivitas Pemanfaatan Media Blog dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menulis Cerpen (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011)”. Skripsi Sarjana FPBS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Nurgiyantoro, B. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa (Berbasis Kompetensi). Yogyakarta: BPFE.


(45)

Nurgiyantoro, Burhan. (2001). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia. Yogyakarta: BPFE.

Semi. 2007. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung : Angkasa. Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo. Subana dkk. (2005). Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Sudjana. H. D. 2005. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Syamsuddin dan Vismaia S. D. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tarigan, H. G. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H. G. 2011. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Thahar, H. E. 1999. Kiat Menulis Cerita Pendek. Bandung. Angkasa.


(1)

43

Keterangan:

Mengisi lembar observer dengan memberikan tanda centang (√) Sangat Baik (SB) = 4

Baik (B) = 3

Cukup (C) = 2

Kurang (K) = 1

Observer,……….….…..2013


(2)

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dari penelitian yang telah dilakukan mengenai penerapan Teknik Cerita Permulaan Diskusi (Discussion Starter Story) dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas X SMA Negeri 4 Bandung, diperoleh simpulan sebagai berikut.

1)Tahap pertama untuk mengetahui keterampilan siswa dalam menulis sebuah cerpen sebelum diberikan perlakuan adalah dengan tes awal. Nilai nilai rata-rata siswa kelas eksperimen pada tahap prates adalah sebesar 60,246, sedangkan nilai rata-rata prates siswa kelas kontrol sebesar 58,642. Siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen di SMA Negeri 4 Bandung merasakan kebingungan ketika mereka diminta untuk membuat sebuah cerpen. Hal-hal yang menjadi faktor penghambat bagi mereka ketika akan membuat sebuah cerpen adalah dari tema yang akan mereka pilih untuk dikembangkan menjadi sebuah cerpen dan bagaimana mengembangkan cerpen dari tema itu sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa minat siswa kelas kontrol dan eksperimen di SMA Negeri 4 Bandung terhadap pembelajaran menulis cerpen masih rendah. Mereka lebih suka membaca sebuah cerpen karya orang lain dibandingkan dengan membuat sebuah cerpen.

2)Tahap selanjutnya adalah melakukan tes akhir untuk melihat bagaimana kemampuan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam menulis cerpen setelah mendapatkan perlakuan. Nilai rata-rata prates pada kelas eksperimen yang sebelumnya mendapatkan nilai 60,246, mengalami peningkatan nilai rata-rata menjadi 74,814. Siswa kelas kontrol pada saat prates yang mendapatkan nilai 58,642 mengalami peningkatan menjadi 62,901 pada tahap pascates. Siswa kelas eksperimen di SMA Negeri 4 Bandung mulai mampu menulis cerpen setelah mendapatkan perlakuan berupa Teknik Cerita Permulaan Diskusi dalam pembelajaran menulis cerpen. Hasil penelitian tersebut


(3)

149

menunjukan, bahwa siswa kelas X SMA Negeri 4 Bandung lebih termotivasi dan terbantu untuk menulis cerpen setelah mendapatkan perlakuan berupa Teknik Cerita Permulaan Diskusi. Hal ini juga berlaku bagi siswa kelas kontrol di SMA Negeri 4 Bandung yang mendapatkan perlakuan berupa pembelajaran terlangsung atau pembelajaran seperti pada umumnya. Perbedaan yang signifikan terlihat dari nilai yang didapatkan oleh siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen, pada saat prates dan juga pascates.

3)Terdapat perbedaan yang signifikan pada kemampuan siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam menulis cerpen. Hal ini dapat dilihat berdasarkan uji t. hipotesis, terbukti dengan perolehan nilai (10,181) > (2,006) pada taraf kepercayaan 95%, sehingga dinyatakan hasil penelitian memiliki perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah menggunakan Teknik Cerita Permulaan Diskusi pada siswa kelas eksperimen di SMA Negeri 4 Bandung. Perbedaan signifikan juga tercermin dari nilai yang diperoleh oleh siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol, yang menunjukkan bahwa siswa kelas eksperimen mendapatkan nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan nilai yang diperoleh siswa kelas kontrol mulai dari tes awal hingga tes akhir.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan di SMA Negeri 4 Bandung yang diperoleh, maka diajukan beberapa saran sebagai berikut.

1) Penulis merekomendasikan kepada guru untuk menggunakan Teknik Cerita Permulaan Diskusi sebagai teknik alternatif dalam pembelajaran menulis cerpen karena strategi ini terbukti dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis cerpen.

2) Pembelajaran menulis, khususnya cerpen harus diawali dengan sesuatu stategi yang menyenangkan bagi siswa. Dengan menggunakan Teknik Cerita Permulaan Diskusi diharapkan siswa dapat belajar lebih efektif dan termotivasi.


(4)

150

3) Untuk peneliti selanjutnya, menyarankan penerapan Teknik Cerita Permulaan Diskusi untuk materi pembelajaran menulis lainnya, selain materi menulis cerpen. Hal tersebut bertujuan untuk melihat apakah Teknik Cerita Permulaan Diskusi ini efektif digunakan untuk materi pembelajaran lain selain menulis cerpen.


(5)

Daftar Pustaka

Ahmadi, A & Widodo, S. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Akhadiah, S, dkk. 1998. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Aksan, H. 2011. Proses Kreatif Menulis Cerpen. Bandung: Nuansa.

Alwasilah, A. Chaedar dan Senny Suzanna Alwasilah. 2007. Pokoknya Menulis. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Anggrawati, V. 2010. “Penerapan Teknik Cerita Permulaan Diskusi (Discussion Starter Story) dalam Pembelajaran Menulis Karangan Narasi (Penelitian Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Cimahi Tahun Pembelajaran 2009/2010)”. Skripsi Sarjana FPBS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.

Lubis, Y. 2012. "Pengaruh Penggunaan Teknik Cerita Permulaan Diskusi (Discussion Starter Story) Terhadap Kemampuan Menulis Cerpen Siswa Kelas X MAN 2 Model Medan Tahun Pembelajaran 2012/2013". Tersedia:http://digilib.unimed.ac.id/UNIMED-Undergraduate-sk

130167X/26109/ [online] Selasa 2 juli 2013 23.31.

Harahap, R. 2013. "Bahasa Indonesia Momok Menakutkan". Tersedia:

http://m.kompasiana.com/post/bahasa/2013/02/18/bahasa-indonesia-momok-menakutkan/[online] Sabtu, 18 mei 2013 21.47.

Komarudin, A. 2012. “Penerapan Teknik MLM (Melihat Langsung Menulis) Berbasis Pembelajaran Kooperatif dalam Pembelajaran Menulis Cerpen”. Skripsi Sarjana FPBS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Maryani, S. 2011. “Efektivitas Pemanfaatan Media Blog dalam Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Menulis Cerpen (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011)”. Skripsi Sarjana FPBS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Nurgiyantoro, B. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa (Berbasis Kompetensi). Yogyakarta: BPFE.


(6)

152

Nurgiyantoro, Burhan. (2001). Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: BPFE.

Semi. 2007. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Bandung : Angkasa. Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo. Subana dkk. (2005). Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Sudjana. H. D. 2005. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kuantitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Syamsuddin dan Vismaia S. D. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tarigan, H. G. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H. G. 2011. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Thahar, H. E. 1999. Kiat Menulis Cerita Pendek. Bandung. Angkasa.