122
E. Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan
merupakan kegiatan
peneliti untuk
mendeskripsikan hasil pengamatan, hasil wawancara, dan hasil studi dokumentasi. Penyusunan laporan dimulai ketika peneliti mulai memperoleh
data. Artinya penyusunan laporan tidak disusun pada saat akhir penelitian, melainkan disusun sejak data pertama diperoleh sampai dengan proses
pengumpilan data berakhir. Selanjutnya data-data tersebut dipetakan berdasarkan kelompok data, dideskripsikan, dianalisis, dan disimpulkan.
Sistematika laporan penelitian disusun berdasarkan data yang diperoleh melalui pemetaan dan pengelompokkan data. Secara umum data
dikelompokkan menjadi empat kelompok. Kelompok pertama adalah data yang menggambarkan pemahaman sumber data tentang pendidikan inklusif
berdasarkan persepsi yang disesuaikan dengan peran mereka dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif; Kelompok kedua adalah data yang
menggambarkan implementasi
kebijakan-kebijakan yang
mendasari penyelenggaraan pendidikan inklusif; Kelompok ketiga adalah data yang
menggambarkan implementasi pendidikan inklusif di satuan pendidikan; dan Kelompok keempat data yang menggambarkan sistem dukungan dalam
implementasi pendidikan inklusif.
386
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan yang dikemukakan pada bab sebelum ini, selanjutnya penulis menyimpulkan hal-hal sebagai
berikut. Pertama, pendidikan inklusif merupakan sistem pengelolaan
pendidikan berbasis hak asasi manusia yang melayani semua anak tanpa kecuali. Sistem pendidikan yang dimaksud adalah sistem pendidikan
diarahkan untuk melayani semua anak dari berbagai latar belakang dan berbagai kondisi, dengan tanpa memandang kekurangan, kelemahan, dan
perbedaan dari setiap anak. Karakteristik sistem pendidikan yang dapat melayani semua anak adalah sistem pendidikan inklusif. Namun demikian
belum semua komponen masyarakat di negeri ini memahami secara seksama tentang implementasi sistem pendidikan inklusif, baik secara
konsep maupun prakteknya di lapangan. Pemahaman guru dan semua warga sekolah terhadap sistem pendidikan inklusif hanya terbatas pada keberadaan
anak berkebutuhan khusus di sekolah umum. Pemahaman yang lebih komprehensif diberikan oleh para pengembang pendidikan inklusif di tingkat
pusat dan para pengembang di perguruan tinggi. Pemahaman para pengembang pendidikan inklusif di pusat dan di perguruan tinggi lebih
komprehensif, yaitu bahwa sistem pendidikan inklusif merupakan sistem penyelenggaraan pendidikan yang mengakomodasi kebutuhan pendidikan