16
umumnya, dengan demikian hal ini merupakan sumbangan berharga dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan matematika khususnya, dan kualitas SDM dalam
menjawab tantangan dan tuntutan di masa depan.
1.5. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap apa yang akan diteliti, maka berikut ini dituliskan definisi operasional dalam penelitian ini
1. Pembelajaran berbasis masalah PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran
dengan masalah sebagai basisnya, artinya pembelajaran dimulai dengan dengan masalah kontekstual yang harus dipecahkan. Masalah dimunculkan
sedemikian rupa sehingga siswa perlu menafsirkan dan menginterpretasikan masalah, mengumpulkan informasi yang diperlukan, mengevaluasi alternatif
solusi, dan mempresentasikan solusinya. 2.
Strategi Konflik Kognitif adalah suatu strategi pembelajaran yang menghadapkan siswa dengan masalah kontekstual dimana di dalamnya
terdapat gagasan, fakta, situasi, keganjilan discrepancy atau keanehan anomaly, sehingga berpotensi menimbulkan konflik dalam struktur kognitif
siswa. 3.
Kemampuan berpikir kritis matematis adalah kemampuan untuk bereaksi terhadap
masalah matematik
yang meliputi:
mengidentifikasi, menghubungkan, menganalisis, mengevaluasi, dan memecahkan masalah.
4. Kemampuan berpikir kreatif meliputi: kepekaan, keaslian, kelancaran,
keluwesan, dan keterperincian.
17
5. Sikap siswa terhadap matematika meliputi: sikap siswa terhadap
pembelajaran, matematika sendiri, dan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis.
6. Pembelajaran konvensional pada penelitian ini adalah model pembelajaran
yang digunakan guru sedemikian rupa sehingga peranan siswa masih kurang, pembelajaran lebih terpusat pada guru, proses belajar sangat mengutamakan
pada metode ekspositori. Urutan pembelajaran pada konvensional adalah: 1 mengajarkan teori, 2 memberi contoh-contoh, 3 latihan soal-soal.
1.6. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka hipotesis penelitian ini adalah:
1. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan berpikir kritis
matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif PBLKK dan siswa yang belajar secara
konvensional KV. 2.
Terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah
dengan strategi konflik kognitif PBLKK dan siswa yang belajar secara konvensional KV.
3. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam sikap siswa terhadap matematika
antara yang memperoleh pembelajaran PBLKK dan pembelajaran konvensional KV.
18
4. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan berpikir kritis
matematis siswa yang memperoleh PBLKK berdasarkan level sekolah. 5.
Terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan berpikir kritis matematis siswa yang memperoleh PBLKK berdasarkan pengetahuan awal
matematika PAM siswa. 6.
Terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang memperoleh PBLKK berdasarkan level sekolah.
7. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa yang memperoleh PBLKK berdasarkan pengetahuan awal matematika PAM siswa.
8. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam sikap siswa yang memperoleh
PBLKK berdasarkan level sekolah. 9.
Terdapat perbedaan yang signifikan dalam sikap siswa yang memperoleh PBLKK berdasarkan pengetahuan awal matematika PAM siswa.
10. Terdapat interaksi antara pembelajaran yang digunakan PBLKK, KV dan
level sekolah terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa. 11.
Terdapat interaksi antara pembelajaran yang digunakan PBLKK, KV dan level sekolah terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
12. Terdapat interaksi antara pembelajaran yang digunakan PBLKK, KV dan
level sekolah terhadap sikap siswa. 13.
Terdapat interaksi antara pembelajaran yang digunakan PBLKK, KV dan pengetahuan awal matematika PAM siswa terhadap kemampuan berpikir
kritis matematis siswa.
19
14. Terdapat interaksi antara pembelajaran yang digunakan PBLKK, KV dan
pengetahuan awal matematika PAM siswa terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
15. Terdapat interaksi antara pembelajaran yang digunakan PBLKK, KV dan
pengetahuan awal matematika PAM siswa terhadap sikap siswa.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Disain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen karena peneliti melakukan pemberian perlakuan kepada subjek penelitian untuk selanjutnya ingin
diketahui pengaruh perlakuan tersebut. Perlakuan tersebut adalah pembelajaran berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif PBLKK pada kelas eksperimen
dan pembelajaran konvensional KV pada kelas kelas kontrol. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pendekatan pembelajaran berbasis masalah dengan strategi
konflik kognitif PBLKK dan pembelajaran konvensional KV. Kelas yang diajar dengan PBLKK merupakan kelas eksperimen, sedangkan kelas yang diajar dengan
pembelajaran konvensional KV merupakan kelas kontrol. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara lebih mendalam pengaruh dari model pembelajaran, level sekolah,
dan pengetahuan awal matematika siswa terhadap kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematis serta sikap siswa.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis matematis, kemampuan berpikir kreatif matematis, dan sikap siswa siswa terhadap
matematika. Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah pengetahuan awal student prior knowledge matematika siswa PAM, dan level sekolah. Level sekolah yang
dipilih dalam penelitian ini berdasarkan pada data peringkat sekolah dari hasil ujian nasional UN tiga tahun terakhir. Relevansi penggunaan level sekolah pada
59
penelitian ini adalah bahwa level sekolah tinggi, sedang, dan rendah akan memberikan dampak yang berbeda terhadap kemampuan matematika siswa setelah
mereka mendapat perlakuan berupa penggunaan PBLKK dalam pembelajaran matematika. Level sekolah yang akan diteliti adalah level sekolah tinggi, sedang, dan
rendah, sedangkan pengetahuan awal matematika PAM siswa adalah pengetahuan matematika yang telah dimiliki siswa sebelum penelitian ini dilaksanakan. PAM
siswa ditentukan oleh tes kemampuan awal matematika dan nilai rapor matematika siswa ketika duduk di kelas VII.
Disain eksperimen yang digunakan adalah non-equivalen posttest-only control group design yang digabung dengan disain 3
×3×2 , yaitu tiga level sekolah tinggi, sedang, dan rendah, tiga kelompok PAM siswa tinggi, sedang, dan rendah, dan dua
model pembelajaran PBLKK dan KV. Disain eksperimen yang digunakan pada penelitian ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
X O O
Pada disain eksperimen ini, sekolah dipilih secara acak, kemudian dilanjutkan pemilihan kelas secara acak. Kelompok eksperimen diberi perlakuan pembelajaran
berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif X dan kelompok kontrol mendapat pembelajaran konvensional tanpa perlakuan khusus. Untuk mengetahui
lebih mendalam hasil pembelajaran pada kelompok eksperimen, maka dalam penelitian ini dilibatkan faktor lain, yaitu faktor level sekolah dan pengetahuan awal
60
matematika siswa. Untuk melihat hubungan antara perlakuan yang diberikan dengan sikap siswa terhadap matematika, maka siswa diberikan tes skala sikap setelah tes
akhir. Gambaran antar variabel yang dianalisis dapat dilihat dari model Weiner yang disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Deskripsi Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Matematis, Pembelajaran,
Level Sekolah, dan Pengetahuan Awal Matematika Siswa
Level Sekolah
PAM Siswa Kelas Eksperimen E
Kelas Kontrol K Kemampuan Berpikir
Kritis Matematis dan Berpikir Kreatif Siswa
Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dan
Berpikir Kreatif Siswa Tinggi
T TinggiH
T H E T H K
Sedang M T M E
T M K Rendah L
T L E T L K
Sedang S
TinggiH S H E
S H K Sedang M
S M E S M K
Rendah L S L E
S L K Rendah
R TinggiH
R H E R H K
Sedang M R M E
R M K Rendah L
R L E R L K
.Keterangan
THMLE: Kemampuan
berpikir kritiskreatif
siswa dengan
PAM tinggisedangrendah
dari sekolah
tinggi yang
memperoleh pembelajaran berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif.
SHMLE: Kemampuan
berpikir kritiskreatif
siswa dengan
PAM tinggisedangrendah
dari sekolah
sedang yang
memperoleh pembelajaran berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif.
RHMLE: Kemampuan
berpikir kritiskreatif
siswa dengan
PAM tinggisedangrendah
dari sekolah
rendah yang
memperoleh pembelajaran berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif.
BHMLK: Kemampuan
berpikir kritiskreatif
siswa dengan
PAM tinggisedangrendah
dari sekolah
tinggi yang
memperoleh pembelajaran konvensional.
61
SHMLK: Kemampuan
berpikir kritiskreatif
siswa dengan
PAM tinggisedangrendah
dari sekolah
sedang yang
memperoleh pembelajaran konvensional.
RHMLK: Kemampuan
berpikir kritiskreatif
siswa dengan
PAM tinggisedangrendah dari rendah yang memperoleh pembelajaran
konvensional.
3.2 Subjek Penelitian 3.2.1 Populasi dan Sampel