Tinjauan Atas Pembiayaan Bermasalah Dari Produk Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Jabar Banten Syariah (BJBS) Kantor Cabang Purwakarta

(1)

8

2.1 Pengertian Bank

Menurut Wiroso (2013 : 13) pengertian bank adalah sebagai berikut:

Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/ atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

Kesimpulan dari pengertian diatas yaitu, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat untuk masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

2.1.1 Pengertian Syariah

Menurut Wiroso (2013 : 14) pengertian syariah adalah sebagai berikut:

Syariah merupakan ketentuan hukum Islam yang mengatur aktivitas umat manusia yang berisi perintah dan larangan, baik yang menyangkut hubungan interaksi vertikal dengan tuhan maupun interaksi horisontal dengan sesama makhluk.

Kesimpulan dari pengertian diatas yaitu, syariah adalah ketentuan yang mengatur aktivitas umat manusia berdasarkan hukum islam.


(2)

2.1.2 Pengerian Bank Syariah

Menurut Khaerul Umam (2013 : 15) pengertian bank syariah adalah sebagai berikut:

Bank Islam, selanjutnya disebut dengan bank syariah, adalah bank yang beroperasi tanpa mengandalkan bunga. Bank syariah juga dapat diartikan sebagai lembaga keuangan/ perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan Al-Quran dan hadis.

Menurut Kementerian Agama Republik Indonesia, Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (2013 : 30), bank syariah adalah sebagai berikut:

Bank Syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik dalam penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah.

Bank syariah menurut Wiroso (2013 : 13) adalah sebagai berikut:

Bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Kesimpulan dari pengertian diatas yaitu, bank Islam atau bank syariah adalah lembaga keuangan yang berprinsip pada syariat Islam dan beroperasi tanpa mengandalkan bunga.


(3)

2.1.2.1 Pengertian Prinsip Syariah

Menurut Wiroso (2012 : 45) prinsip syariah adalah sebagai berikut:

… Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/ atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

Kesimpulan dari pengertian diatas yaitu, prinsip syariah adalah aturan dalam perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/ atau pemberian pembiayaan untuk kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan aturan Islam.

2.1.2.2 Prinsip Operasional Bank Syariah

Menurut Risa Asya Putri (2014 : 17) prinsip operasional bank syariah adalah sebagai berikut:

Bank syariah menganut prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Prinsip keadilan

2. Prinsip kesederajatan 3. Prinsip ketentraman


(4)

2.2 Pembiayaan

Menurut Ismail (2013 : 106) yang dikutip dari Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 pembiayaan adalah sebagai berikut:

Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Menurut Wiroso (2013 : 7) pengertian pembiayaan adalah sebagai berikut:

Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:

1. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musharakah; 2. Transaksi sewa-menyewa dalam bentik ijarah atau sewa beli dalam

bentuk ijarah muntahiya bittamlik;

3. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang qardh; dan

4. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa.

Kesimpulan dari pengertian diatas yaitu, penyediaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut dengan jangka waktu yang telah disepakati bersama dengan imbalan atau bagi hasil.


(5)

2.2.1 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

No Bank Syariah Bank Konvensional

Definisi Bank yang dalam aktivitasnya, baik dalam rangka penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsipsyariah.

Kementrian Agama RI (2013:30)

Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/ atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

Wiroso (2013:14)

Karakteristik

1 Melakukan investasi-investasi yang halal saja

Tidak mempertimbankan investasi yang halal dan haram 2 Berdasarkan prinsip bagi hasil

a) Besarnya disepakati pada waktu akad dengan berpedoman kepada kemungkinan untung rugi b) Besar rasio didasarkan pada

jumlah keuntungan yang diperoleh

c) Rasio tidak berubah selama akad masih berlaku

d) Kerugian ditanggung bersama

e) Jumah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan keuntungan f) Eksistensi tidak ada yang

meragukan keabsahan bagi hasil

Memakai perangkat bunga a) Besarnya disepakati

pada waktu akad dengan asumsi akan selalu untung

b) Besarnya presentase didasarkan pada jumlah modal yang dipinjamkan c) Bunga dapat mengambang dan besarnya naik turun d) Pembayaran bunga

besarnya tetap tanpa mempertimbangkan untung-rugi

e) Jumlah bunga tidak meningkat sekalipun keuntungan meningkat f) Eksistensi bunga

diragukan

3 Berorientasi pada keuntungan (profit oriented) dan kemakmuran dan kebahagiaan dunia akhirat


(6)

4 Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan

Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kreditur-debitur

5 Pengimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah

Tidak terdapat dewan sejenis

Sumber : spocjournal

Kesimpulan dari pengertian diatas yaitu, perbedaan sistem pembagian keuntungan dalam bank konvensional dan bank syariah. Dalam bank konvensional menggunakan istilah bunga sedangkan dalam bank syariah menggunakan istilah bagi hasil atau imbalan, sehingga bank syariah tidak memberatkan pihak nasabah.

2.2.2 Pembiayaan Mudharabah

Menurut Ahmad Ifham (2015 : 156) pembiayaan investasi atau pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut:

Pembiayaan investasi atau pembiayaan mudharabah adalah akad kerja sama antara bank selaku pemilik dana (shahib al maal) dengan nasabah (mudharib) yang mempunyai keahlian atau keterampilan untuk mengelola suatu usaha yang produktif dan halal. Hasil keuntungan dari penggunaan dana tersebut dibagi bersama berdasarkan nisbah yang disepakati.

Kesimpulan dari pengertian diatas yaitu, pembiayaan mudharabah adalah akad kerja sama antara bank (pemilik dana) dengan nasabah (mudharib) yang mempunyai keahlian atau keterampilan untuk mengelola suatu usaha yang produktif dan halal. Keuntungan dari penggunaan dana tersebut dibagi bersama sesuai kesepakatan bersama.


(7)

2.2.3 Tujuan Pembiayaan

Menurut Muhammad Asyhuri yang dikutip dari Kasmir (15:2013) tujuan pembiayaan adalah sebagai berikut:

Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh sebanyak-banyaknya pengusaha yang bergerak di bidang industri, pertanian, dan perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan menunjang produksi dan distribusi barang-barang dan jasa-jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor.

... Tujuan pembiayaan adalah sebagai berikut: 1. Mencari keuntungan

Segala kegiatan usaha tentunya mengharapkan suatu nilai tambah atau menghasilkan laba yang diinginkan.

2. Membantu Pemerintah

Kegiatan kredit dapat berdampak berkembangnya pembangunan diberbagai sektor, terutama sektor usaha yang nyata. Hal ini dapat membantu masyarakat dalam hal penerimaan pajak, memperluas lapangan kerja, meningkatkan jumlah barang dan jasa. Sehingga dengan ini pemerintah akan mendapatkan devisa yang semakin menguatkan suatu Negara itu sendiri.

3. Membantu Usaha Nasabah

Dari kegiatan yang dikucurkan lembaga keuangan diharapkan dapat meningkatkan usaha dan pendapat masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam hal ini pihak lembaga keuangan dapat menjadi sarana bagi para nasabah untuk mendapatkan modal yang diinginkan.

Kesimpulan dari pengertian diatas yaitu, tujuan pembiayaan adalah untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai-nilai Islam. Selain itu tujuan lain dalam pembiayaan adalah untuk mencari keuntungan, membantu pemerintah untuk perkembangan pembagunan di berbagai sektor, dan membantu usaha nasabah untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.


(8)

2.2.4 Fungsi Pembiayaan

Menurut Muhammad Asyhuri (2013 : 16) fungsi pembiayaan adalah sebagai berikut:

Keberadaan bank syariah yang menjalankan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah bukan hanya untuk mencari keuntungan dan meramaikan bisnis perbankan di Indonesia, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan bisnis yang aman, diantaranya:

1. Memberikan pembiayaan dengan prinsip syariah yang menerapkan sistem bagi hasil yang tidak memberatkan debitur.

2. Membantu kaum dhuafa yang tidak tersentuh oleh bank konvensional. Karena tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh bank konvensional.

3. Membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu dipermainkan oleh rentenir dengan membantu melalui pendanaan untuk usaha yang dilakukan.

2.2.5 Unsur-Unsur Pembiayaan

Menurut Ismail (2013 : 107) unsur-unsur pembiayaan adalah sebagai berikut:

Unsur-unsur pembiayaan: 1. Bank Syariah

Merupakan badan usaha yang memberikan pembiayaan kepada pihak lain yang membutuhkan dana.

2. Mitra Usaha/ Patner

Merupakan pihak yang mendapatkan pembiayaan dari bank syariah, atau pengguna dana yang disalurkan oleh bank syariah.

3. Kepercayaan/ Trust

Bank syariah memberikan kepercayaan kepada pihak yang menerima pembiayaan bahwa mitra akan memenuhi kewajiban untuk mengembalikan dana bank syariah sesuai dengan jangka waktu tertentu yang diperjanjikan. Bank syariah memberikan pembiayaan kepada mitra usaha sama artinya dengan bank memberikan kepercayaan kepada pihak penerima pembiayaan, bahwa pihak penerima pembiayaan akan dapat memenuhi kewajibannya.

4. Akad

Akad merupakan suatu kontrak perjanjian atau kesepakatan yang dilakukan antara bank syariah dan pihak nasabah/ mitra.


(9)

5. Risiko

Setiap dana yang disalurkan diinvestasikan oleh bank syariah selalu mengandung risiko tidak kembalinya dana. Risiko pembiayaan merupakan kemungkinan kerugian yang akan timbul karena dana yang disalurkan tidak dapat kembali.

6. Jangka Waktu

Merupakan periode waktu yang diperlukan oleh nasabah untuk membayar kembali pembiayaan yang telah diberikan oleh bank syariah. Jangka waktu dapat bervariasi antara lain jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Jangka pendek adalah jangka waktu pembayaran kembali pembiayaan hingga 1 tahun. Jangka menengah merupakan jangka waktuyang diperlukan dalam melakukan pembayaran kembali antara 1 hingga 3 tahun. Jangka panjang adalah jangka waktu pembayaran kembali pembiayaan yang lebih dari 3 tahun. 7. Balas Jasa

Sebagai balas jasa atas dana yang disalurkan oleh bank syariah, maka nasabah membayar sejumlah tertentu sesuai dengan akad yang telah disepakati antara bank dan nasabah.

Sedangkan menurut Muhammad Asyhuri (2013 : 16) unsur-unsur pembiayaan adalah sebagai berikut:

Dalam pembiayaan mengandung berbagai maksud, atau dengan kata lain dalam pembiayaan terkandung unsur-unsur yang direkatkan menjadi satu. ... 5 unsur pembiayaan antara lain:

1. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bahwa pembiayaan yang diberian benar-benar diterima kembali dimasa yang akan datang sesuai dengan jangka waktu yang sudah diberikan. Kepercayaan yang diberikan oleh bank sebagai dasar utama yang melandasi mengapa suatu pembiayaan berani dikucurkan. Oleh karena itu sebelum pembiayaan dikucurkan harus dilakukan penyelidikan dan penelitian terlebih dahulu secara mendalam tentang kondisi nasabah, baik secara intern maupun ekstern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi pemohon pembiayaan sekarang dan masa lalu, untuk menilai kesungguhan dan etika baik nasabah terhadap bank.

2. Kesepakatan

Kesepakatan antara pemohon dengan pihak bank. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajiban masing-masing. Kesepakatan ini kemudian dituangkan dalam akad pembiayaan dan ditandatangani kedua belah pihak.


(10)

3. Jangka Waktu

Setiap pembiayaan yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian pembiayaan yang telah disepakati. Janka waktu merupakan batas waktu pengembalian angsuran yang sudah disepakati kedua belah pihak. Untuk kondisi tertentu jangka waktu ini bisa diperpanjang sesuai kebutuhan.

4. Resiko

Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian pembiayaan akan memungkinkan suatu resiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatu pembiayaan. Semakin panjang jangka waktu pembiayaan maka semakin besar risikonya, demikian pula sebaliknya.

Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko disengaja, maupun resiko yang tidak disengaja, misalnya karena bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya, sehingga tidak mampu melunasi pembiayaan yang diperoleh.

5. Balas Jasa

Dalam bank konvensional balas jasa dikenal dengan nama bunga. Disamping balas jasa dalam bentuk bunga bank juga membebankan kepada nasabah biaya administrasi yang juga merupakan keuntungan bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya dikenal dengan bagihasil.

2.3 Pengertian Mudharabah

Menurut Ismail (2013 : 138) pengertian mudharabah adalah sebagai berikut:

Mudharabah adalah akad jual beli atas barang tertentu, dimana penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli kemudian menjual kepada pihak pembeli dengan mensyaratkan keuntungan yang diharapkan sesuai jumlah tertentu. Dalam akad mudharabah, penjual menjual barangnya dengan meminta kelebihan atas harga beli dan harga jual. Perbedaan antara harga beli dan harga jual barang disebut dengan margin keuntungan.

Menurut Sutan Remy Sjahdeini (2014 : 291) mudharabah adalah sebagai berikut:

Mudharabah adalah suatu produk financial syariah yang berbasis kemitraan (partnership). … Dalam mudharabah terdapat dua pihak yang

berjanji melakukan kerja sama dalam suatu ikatan kemitraan. Pihak yag satu merupakan pihak yang menyediakan dana untuk diinvestasikan ke


(11)

dalam kerja sama kemitraan tersebut, yang disebut shahib al-mal atau

rabbul-maal, sedangkan pihak yang lain menyediakan pikiran, tenaga dan waktunya untuk mengelola usaha kerja sama tersebut, yang disebut

mudharib.

Menurut Wiroso (2011 : 139) pengertian mudharabah adalah sebagai berikut:

Mudharabah adalah perjanjian atas sesuatu jenis perkongsian, dimana pihak pertama (shahib al’mal) menyediakan dana, dan pihak kedua (mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan usaha. Hasil usaha dibagikan sesuai dengan nisbah (porsi bagi hasil) yang telah disepakati bersama secara awal, maka kalau rugi shahib al’mal akan kehilangan sebagian imbalan dari kerja keras dan managerial skill selama proyek berlangsung.

Kesimpulan dari pengertian diatas yaitu, mudharabah adalah suatu produk pembiayaan syariah jenis perkongsian yang dilakukan dengan perjanjia atara dua pihak, dimana pihak pertama (shahib al’mal) menyediakan dana dan pihak kedua (mudharib) bertanggungjawab atas pengelolaan usaha. Hasil usaha akan dibagikan sesuai kesepakatan nisbah (porsi bagi hasil) di awal perjanjian.

2.3.1 Jenis Mudharabah

Menurut Wiroso (2013 : 7) jenis mudharabah adalah sebagai berikut: Jenis mudharabah dari segi kuasa yang diberikan kepada mudharib, mudharabah dibagi menjadi:

1. Mudharabah muthlaqah (Unrestricted Investment/ Investasi Tidak Terikat/ Dana Syirkah Temporer)

Yaitu shahibul maal memberi kuasa penuh kepada mudharib, untuk menjalankan proyek itu dan tidak terikat dengan waktu, tempat, jenis perusahaan dan pelanggan.

2. Mudharabah Muqayyadah (Retricted Investment/ Investasi Terikat/ IT) Yaitu shahibul maal memberikan batasan mengenai dimana, bagaimana atau untuk tujuan apa dana tersebut diinvestasikan kepada pengusaha (sebagai mudharib) dalam pengelolaan dananya.


(12)

2.3.2 Rukun Mudharabah

Menurut Sofyan Safri Harahap, Wiroso dan Muhammad Yusuf (2010 : 291) rukun mudharabah adalah sebagai berikut:

Rukun Mudharabah adalah: 1. orang yang berakad:

a. pemilik modal/ Shahibul maan atau Rabbul maal

b. pelaksanaan atau usahawan/ mudharib

2. Modal/ maal

3. Kerja atau usaha/ Dharabah

4. Keuntungan/ ribh

5. Shighat/ Ijab Qabul

2.3.3 Syarat Mudharabah

Menurut Wiroso (2013 : 10) syarat mudharabah adalah sebagai berikut: Syarat mudharabah dibagi menjadi:

1. Modal mudharabah

a. dalam bentuk uang tunai dan dinyatakan dengan jelas jumlahnya. b. Harus segera diserahkan kepada mudharib, agar dapat melakukan

usaha.

c. Dana tidak dapat diambil sewaktu-waktu (sesuai jangka waktu yang diperjanjikan).

2. Keuntungan

a. Pembagian keuntungan antara mudharib dan shahibul maal, berdasarkan nisbah sesuai kesepakatan awal.

b. Nisbah pembagian keuntungan harus dicapai melalui negosiasi dan dituangkan dalam akad secara tertulis.


(13)

2.4 Pengertian Akad

Menurut Trisadi P. usanti dan Abd. Shomad (2013 : 45) pengertian akad adalah sebagai berikut:

Hubungan hukum antara nasabah dengan bank syariah adalah hubungan kontraktual. Dalam bahasa Indonesia istilah kontrak sama pengertiannya dengan perjanjian. Kedua istilah tersebut merupakan terjemahan dari “contract” atau “agreement” (bahasa Inggris) dan “overeenkomst” (bahasa

Belanda). Kontrak atau perjanjian dalam bahasa Arab disebut dengan akad berasal dari Al-Aqdun yang berarti ikatan atau simpul tali. Kata “akad”

secara terminologi fikih adalah perikatan antara ijab (penawaran) dengan kabul (penerimaan) secara yang dibenarkan syara.

Menurut Mahmoeddin (2010 : 15) pengertian akad adalah sebagai berikut:

Akad adalah kesepakatan perkataan atau keinginan positif dari salah seorang pihak (yang terlibat) kontrak dan diterima oleh pihak lainnya yang berpengaruh pada subjek kontrak sehingga (menjadikannya) permulaan berlakunya suatu perbuatan. Akad dalam transaksi syariah adalah suatu perikatan yang tidak mengandung gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba (bunga), dzulmu (penganiayaan), risywah (suap), barang haram, maksiat.

Kesimpulan dari pengertian diatas yaitu, akad adalah perikatan antara penawaran dengan penerimaan antara pihak yang terlibat kontrak dan diterima oleh pihak lainnya yang berpengaruh pada subjek kontrak dengan cara yang dibenarkan syara.


(14)

2.4.1 Alur Akad Mudharabah

Nasabah Administrasi

Pembiayaan

Account Officer Marketing

Komite Pembiayaan

Analisis

Analisis Berkas

Permohonan

Berkas sudah di analisis

Berkas sudah di analisis

Berkas sudah di

Survey

Mengisi laporan survey

Laporan survey

Laporan survey

Menyet ujui NO

Berkas Permohonan

Ya

Menyetu jui

Surat persetujuan Surat

persetujuan Mulai


(15)

Dokumen =

Keputusan =

Operasi Manual =

Nasabah Administrasi

Pembiayaan

Account Officer Marketing

Komite Pembiayaan

Persetuju an

Surat persetujuan NO

Ya

TTD persetujuan


(16)

Menurut Upia Rosmalinda yang dikutip dari pendapat Disarikan dari Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia (15 : 2011) adalah sebagai berikut:

1. Nasabah datang ke bank dengan membawa berkas permohonan pembiayaan yang meliputi : (a) surat permohonan pembiayaan yang berisi kebutuhan dana dan penjelasan tentang segala yang berkaitan dengan usaha nasabah. (b) persyaratan administrasi misalnya : fotokopi KTP (Kartu Tanda Penduduk) suami/istri, Kartu Keluarga (KK) dan jaminan sertifikat.

2. Berkas tersebut dianalisis kelayakan usahanya oleh bagian account officer marketing, baik dari sisi kuantitatif maupun kualitatif. Sedangkan untuk sisi yuridis, kelengkapan perizinan dan kelengkapan perusahaan dalam bidang hukum dianalisis oleh bagian administrasi pembiayaan.

3. Bagian administrasi pembiayaan menyampaikan hasil pemeriksaan kepada account officer untuk ditindaklanjuti dengan melakukan

survey.

4. Hasil dari analisis dan survey akan dilaporkan kepada komite pembiayaan untuk menentukan disetujui atau tidaknya permohonan pembiayaan tersebut.

5. Bila permohonan disetujui, maka nasabah akan mendapat surat persetujuan dengan syarat yang ditentukan oleh bank, namun jika ditolak, maka semua berkas akan dikembalikan kepada calon nasabah.

6. Nasabah akan mempertimbangkan syarat-syarat yang ditentukan oleh bank apakah disetujui atau tidak. Bila setuju maka nasabah menandatangani surat persetujuan tersebut.

7. Bagian administrasi pembiayaan akan membuat akad pembiayaan antara nasabah dengan bank.

8. Setelah akad ditandatangani oleh kedua belah pihak maka nasabah mengajukan surat permohonan realisasi pembiayaan mencairkan dana pembiayaan.

9. Selama proyek berlangsung account officer diharuskan terus memantau dan mengawasi keuangan nasabah. Dan nasabah akan melakukan pembayaran bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah disepakati.

10. Diakhiri masa kontrak pembiayaan, nasabah akan melakukan pembayaran pokok pembiayaan kepada bank.


(17)

2.5 Pengertian Pembiayaan Bermasalah

Menurut Upia Rosmalinda (2011 : 49) pembiayaan bermasalah adalah sebagai berikut:

Pembiayaan bermasalah adalah posisi dimana debitur mengingkari janji mereka membayar bagi hasil atau pembiayaan induk yang telah jatuh tempo, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau sama sekali tidak ada pembayaran.

Menurut Chekky Kurniasari Dewi (2011 : 29) pembiayaan bermasalah adalah sebagai berikut:

Pembiayaan bermasalah adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank sebagaimana yang telah diperjanjikan.

Menurut Risa Asya Putri (2014 : 31) pengertian dari Non Performing Financing adalah sebagai berikut:

Non Performing Financing (NPF) atau Non Performing Loan (NPL) adalah kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. NPL diperuntukkan bagi bank umum, sedangkan NPF untuk bank syariah. Rasio ini menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola pembiayaan bermasalah yang diberikan oleh bank sehingga semakin tinggi rasio ini maka semakin buruk kualitas pembiayaan bank tersebut. Hal ini dikarenakan pembiayaan merupakan sektor terbesar dalam menyumbang pendapatan bank.

... NPF adalah tingkat pengembalian kredit yang diberikan deposan kepada bank dengan kata lain NPF merupakan tingkat kredit macet pada bank tersebut. NPF diketahui dengan cara menghitung Pembiayaan Non Lancar terhadap Total Pembiayaan. Apabila semakin rendah NPF maka bank tersebut akan mengalami keuntungan, sebaliknya bila tingkat NPF tinggi bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet.


(18)

Kesimpulan dari pengertian diatas yaitu, pembiayaan bermasalah adalah posisi dimana debitur mengingkari janji mereka membayar bagi hasil atau pembiayaan induk yang telah jatuh tempo atau keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank sebagaimana yang telah diperjanjikan.

2.5.1 Kualitas Kredit

Menurut Upia Rosmalinda (2011 : 49) Kredit yang dapat dikatagorikan kedalam kredit bermasalah adalah sebagai berikut:

Dalam dunia perbankan internasional, kredit dapat dikatagorikan ke dalam kredit bermasalah bilamana:

1. Terjadi keterlambatan pembayaran bagi hasil atau pembiayaan induk lebih dari 90 hari sejak tanggal jatuh temponya.

2. Tidak dilunasi sama sekali, atau

3. Diperlukan negosiasi kembali atas syarat pembayaran kembali pembiayaan dan bagihasil yang tercantum dalam perjanjian pembiayaan.

Di indonesia pembiayaan bermasalah dikatagorikan dalam tiga kelompok yaitu:

1. Pembiayaan kurang lancar (terdapat tunggakan angsuran pokok yang melampaui masa satu bulan dan belum melampaui masa dua bulan bagi pembiayaan dengan angsuran kurang dari satu bulan.

2. Pembiayaan diragukan (pembiayaan dikatagorikan sebagai pembiayaan diragukan apabila tidak dapat memenuhi kriteria pembiayaan lancar dan pembiayaan kurang lancar, atau pembiayaan tersebut dapat diselamatkan, serta mempunyai jaminan pembiayaan yang nilainya tidak kurang dari 75% jumlah nilai pinjaman pokok. Serta, pembiayaan tersebut tidak dapat diselamatkan, tetapi nilai jaminan pembiayaan tidak kurang dari 100% nilai pembiayaan yang tertunggak.

3. Pembiayaan macet (pembiayaan yang tidak memenuhi kriteria pembiayaan lancar, pembiayaan kurang lancar dan pembiayaan diragukan atau dapat memenuhi kriteria pembiayaan diragukan, tetapi setelah jangka waktu 21 bulan semenjak masa penggolongan pembiayaan diragukan, belum terjadi pelunasan pinjaman atau usaha penyelamatan pembiayaan.


(19)

Ketetapan kualitas kredit menurut Ikatan Bankir Indonesia dan Lembaga Sertifikasi Profesi Perbankan (2013 : 125) adalah sebagai berikut:

…Kualitas kredit ditetapkan menjadi lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Penetapan kualitas kredit tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan materialitas dan signifikansi dari faktor penilaian dan komponen, serta relevansi dari faktor penilaian dan komponen tersebut terhadap karakteristik debitur yang yag bersangkutan, untuk kredit mikro, kecil, dan menengah dengan jumlah tertentu, penetapan kualitas kredit hanya dapat didasarkan pada ketepatan pembayaran berikut:

 Lancar (kolektibilitas 1), apabila tidak terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/ atau bunga.

 Dalam perhatian khusus (kolektibilitas 2), apabila terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/ atau bunga sampai dengan 90 hari.

 Kurang lancar (kolektibilitas 3), apabila terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/ atau bunga sampai dengan 120 hari.

 Diragukan (kolektibilitas 4), apabila terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga sampai dengan 180 hari.

 Macet (kolektibilitas 5), apabila terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/ atau bunga diatas 180 hari.

Kredit akan di golongkan bermasalah (Non Performing Loan/ NPL) apabila telah masuk dalam kualitas kurang lancar, diagukan, dan macet. Tujuan klasifikas tersebut, antara lain untuk menetapkan tingkat cadangan potensi kerugian akibat kredit bermasalah.

2.5.2 Penyebab Terjadinya Pembiayaan Bermasalah

Menurut Chekky Kurniasari Dewi (2011 : 29) Penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah adalah sebagai berikut:

Adapun penyebab pembiayaan bermasalah adalah: 1. Faktor Intern

Dalam menyalurkan pembiayaan, petugas bank kurang memahami atas kegiatan usaha nasabah serta tidak/ kurang dilakukannya evaluasi keuangan nasabah. Dengan melakukan proyeksi usaha nasabah yang terlalu optimis, kurang memperhitungkan aspek kompetitor serta tidak memperhitungkan kebiasaan/ gaya hidup nasabah menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah. Selain itu, dalam menilai jaminan yang diberikan nasabah pada bank untuk menjamin kelacaran


(20)

pembayaran, petugas bank tidak memperhitungkan nilai jaminan dan keseimbangan dengan pembiayaan yang diberikan. Jaminan hanya dianggap sebagai pelengkap tanpa memperhitungkan resiko seandainya terjadi pembiayaan bermasalah.

2. Faktor Ekstern

Karakter nasabah yang tidak amanah, tidak menggunakan dana yang diperoleh dari pembiayaan bank sebagaimana mestinya serta gaya hidup yang tidak sesuai pendapatannya dapat menjadi penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah. Selain itu, dapat pula disebabkan karena nasabah kalah dengan persaingan usaha karena usaha yang dilaksanakan relatif baru serta tidak mampu mengatasi masalah (kurang menguasai bisnis). Pembiayaan bermasalah dapat juga disebabkan karena faktor lingkungan seperti bencana alam, kebijakan pemerintah atau huru-hara yang tidak dapat dicegah oleh nasabah.

Kesimpulan dari pengertian diatas yaitu, terjadinya pembiayaan bermasalah adalah faktor intern dan faktor ekstern, dimana faktor intern itu sendiri bisa terjadi karena petugas bank kurang memahami dan kurang mengevaluasi dan kurang/ tidak memperhitungkan kegiatan, nilai jaminan ataupun keuangan nasabah. Sedangkan faktor ekstern bisa terjadi karena nasabah tidak amanah, atau mengalami kerugian seperti kalah saing atau faktor lingkungan seperti bencana alam.

2.5.3 Dampak Pembiayaan Bermasalah

Menurut Trisadini P. Usanti dan Abd. Shomad (2013 : 103) dampak dari pembiayaan bermasalah adalah sebagai berikut:

Dampak dari pembiayaan bermasalah tersebut sangat berpengaruh pada: 1. Kolektivitas dan Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA) semakin

meningkat,

2. kerugian semakin besar sehingga laba yang diperoleh semakin turun, 3. modal semakin turun karena terkuras membentuk PPA, akibatnya


(21)

4. CAR (Capital Adequancy Ratio) dan tingkat kesehatan bank semakin turun,

5. menurunnya reputasi bank berakibat investor tidak berminat menanamkan modalnya atau berkurangnya investor atau berpindahnya investor,

6. dari aspek moral, bank telah bertindak tidak hati-hati dalam menyalurkan dana sehingga bank tidak dapat memberikan bagi hasil untuk nasabah yang telah menempatkan dananya,

7. meningkatkan biaya operasional untuk penagihan.

Menurut Dwi Rahayu Sulistianingrum (9 : 2013) pengaruh nilai NPF adalah sebagai berikut:

Besar kecilnya NPF (Non Performing Financing) dapat mempengaruhi kinerja perbankan. ... Dengan nilai NPF yang rendah membuat kinerja perbankan syariah meningkat karena pembiayaan bermasalah yang terjadi pada bank syariah meningkat karena pembiayaan bermasalah yang terjadi pada bank syariah hanya sedikit sehingga dengan meningkatnya kinerja perbankan tersebut akan membuat profitabilitas yang dihasilkan menjadi ikut meningkat.


(22)

65

5.1 Kesimpulan

1. Pembiayaan bermasalah mengandung multi dampak bagi suatu bank. Selain berdampak pada berkurangnya pendapatan bank, berdampak pula pada bertambahnya biaya berupa PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif) dan pada akhirnya dapat berdampak pada risiko likuiditas. Akad dalam pembiyaan mudharabah dalam bank syariah hampir sama dengan pemberian kredit dalam bank konvensional, seperti persyaratan yang harus dilengkapi oleh pihak Nasabah, dan adanya jaminan dengan nilai jaminan lebih besar dari jumlah pinjaman. Yang membedakan akad pembiayaan dan perjanjian kredit adalah prinsip bunga dan bagi hasil, dalam akad mudharabah ada perjanjian dalam pembagian laba atau nisbah bagi hasil yang telah disepakati bersama, sehingga ketika Nasabah tidak mendapatkan laba atau mengalami kerugian maka pihak sahibul ma’al atau pihak bank tidak mendapatkan keuntungan atau laba. Sedangkan dalam kredit pada bank konvensional menggunakan prinsip bunga pinjaman, dimana nasabah harus membayar hutang atau cicilan disertai dengan bunga yang telah disepakati dalam perjanjian kredit, dan ketika nasabah tidak mendapatkan untung atau mengalami kerugian, pihak nasabah harus tetap membayar hutang atau cicilan dengan jumlah yang telah disepakati dalam jangka waktu tertentu ditambah dengan bunga. Penagihan dalam bank syariah dilakukan dengan melakukan 2 (dua) cara,


(23)

yakni supervisi pasif (pendekatan administratif) seperti surat penagihan dan lain sebagainya, dan supervisi aktif (melakukan penagihan langsung kepada debitur/ nasabah pembiayaan yang dilengkapi dengan administrasi) seperti berita acara penagihan melalui dunning (telepon/sms) dan lain sebagainya, sebelum jaminan milik nasabah di lelang.

2. Pengaruh nilai NPF terhadap Bank Jabar Syariah, nilai NPF yang rendah membuat kinerja perbankan syariah meningkat karena pembiayaan bermasalah yang terjadi pada bank syariah meningkat karena pembiayaan bermasalah yang terjadi pada bank syariah hanya sedikit sehingga dengan meningkatnya kinerja perbankan tersebut akan membuat profit yang dihasilkan menjadi ikut meningkat, sebaliknya jika nilai NPF tinggi maka akan membuat kinerja perbankan syariah menurun karena meningkatnya pembiayaan bermasalah yang terjadi ada perbakan tersebut dan akan membuat profit yang dihasilkan menjadi ikut menurun. Dengan menurunnya profit yang dihasilkan oleh bank maka nilai reputasi bank akan menurun, ini mengakibatkan para investor tidak berminat menanamkan modalnya bahkan dapat berakibat berkurang investor.

5.2 Saran

Untuk meminimalisir adanya pembiayaan bermasalah dapat dilihat dan dipertimbangkan dari beberapa sisi, selain dari melihat prospek kedepannya dari suatu usaha yang dijalankan oleh calon nasabah, ada beberapa point yang juga patut ditekankan untuk pertimbangan dalam memberikan pembiayaan. Seperti yang pernah disampaikan oleh Tita (2014) penilaian untuk memberikan


(24)

pembiayaan yaitu dengan memperhatikan 6C (character, capital, capacity, collateral, condition of economy, constraint)

1. Character

Adalah keadaan watak dari nasabah, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana kemauan nasabah untuk memenuhi kewajibannya (willingness to pay) sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan.

2. Capital

Adalah jumlah dana/ modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah. Semakin besar modal sendiri dalam perusahaan, tentu semakin tinggi kesungguhan calon nasabah dalam menjalankan usahanya dan bank akan merasa lebih yakin dalam memberikan pembiayaan.

3. Capacity

Adalah kemampuan yang dimiliki calon nasabah dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana calon nasabah mampu untuk mengembalikan atau melunasi hutangnya secara tepat waktu dari usaha yang diperolehnya.

4. Collateral

Adalah barang-barang yang diserahkan nasabah sebagai agunan terhadap pembiayaan yang diterimanya. Kegunaan dari penilaian ini


(25)

adalah untuk mengetahui sejauh mana resiko kewajiban finansial nasabah kepada bank.

5. Condition of Economy

Yaitu kondisi dan situasi politik, sosial, ekonomi, budaya yang memengaruhi kelancaran perusahaan calon debitur.

6. Constraint

Adalah batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan suatu bisnis untuk dilaksanakan pada tempat tertentu.


(26)

REVIEW OF NON PERFORMING FINANCING OF PRODUCTS MUDHARABAH FUND AT BANK JABAR BANTEN SYARIAH (BJBS)

BRANCH OFFICE PURWAKARTA

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya

Pada Program Studi Akuntansi Jenjang Diploma-III Fakultas Ekonomi

Disusun oleh :

UTAMI PRIHATI NINGTIAS 21312018

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(27)

(28)

86

Nama Lengkap : Utami Prihati Ningtias Tempat Tanggal Lahir : Subang, 4 November 1994 Alamat : Perum Griya Asri Blok i1 No. 13

Kel. Ciseureuh Kec. Purwakarta

Telepon : 082114345894

Jenis Kelamin : Wanita

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

DAFTAR PENDIDIKAN

Tahun 1998-1999 TK An-Nur

Tahun 1999-2006 SDN 2 Nagri Kaler Tahun 2006-2009 SMPN 2 Purwakarta Tahun 2009-2012 SMAN 3 Purwakarta

Tahun 2012-sekarang Terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UNIKOM Bandung


(29)

vi LEMBAR PENGESAHAN

SURAT PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 4 1.2.1 Identifikasi Masalah ... 4 1.2.2 Rumusan Masalah ... 4 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 4 1.3.1 Maksud Penelitian ... 4 1.3.2 Tujuan Penelitian... 5 1.4 Kegunaan Penelitian ... 5


(30)

vii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bank ... 8 2.1.1 Pengertian Syariah... 8 2.1.2 Pengertian Bank Syariah ... 9 2.1.2.1 Pengertian Prinsip Syariah ... 10 2.1.2.2 Prinsip Operasional Bank Syariah ... 10 2.2 Pembiayaan ... 11 2.2.1 Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah ... 12 2.2.2 Pembiayaan Mudharabah ... 13 2.2.3 Tujuan Pembiayaan ... 14 2.2.4 Fungsi Pembiayaan ... 15 2.2.5 Unsur-Unsur Pembiayaan ... 15 2.3 Pengertian Mudharabah ... 17 2.3.1 Jenis Mudharabah ... 18 2.3.2 Rukun Mudharabah ... 19 2.3.3 Syarat Mudharabah ... 19 2.4 Pengertian Akad ... 20 2.4.1 Alur Akad Mudharabah ... 21 2.5 Pengertian Pembiayaan Bermasalah ... 24 2.5.1 Kualitas Kredit ... 25


(31)

viii

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian ... 29 3.2 Metode Penelitian ... 30 3.2.1 Teknik Pengumpulan Data ... 31 3.2.2 Sumber Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ... 35 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 35 4.1.1.1 Sejarah Singkat Bank Jabar Banten Syariah ... 35 4.1.1.1.1 Visi Bank Jabar Banten Syariah ... 38 4.1.1.1.2 Misi Bank Jabar Baten Syariah ... 38 4.1.1.2 Struktur Organisasi Bank Jabar Banten Syariah ... 39 4.1.1.3 Pembagian Tugas di BJB Syariah ... 40 4.1.1.4 Aktivitas Perusahaan ... 51 4.1.2 Analisis Deskriptif... 51 4.1.2.1 Fitur dan Mekanisme Pembiayaan Mudharabah ... 52

4.1.2.1.1 Alternatif Penanganan dan Penyelesaian

Pembiayaan Bermasalah ... 54 4.1.2.1.1.1 Supervisi Pasif ... 54 4.1.2.1.1.2 Supervisi Aktif ... 54


(32)

ix

4.2.2 Pengaruh Nilai NPF terhadap Bank Jabar Banten Syariah ... 62

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan ... 65 5.2 Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 69


(33)

69

Perbankan Syariah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.

Danang Sunyoto. 2013. Metodelogi Penelitian Akuntansi. Bandung: PT. Refika Aditama.

Djoko Sumarno. 2013. “Perbedaan Bank Umum dan Bank Syariah”.

http://www.spocjournal.com/hukum/424-perbedaan-bank-umum-dan-bank-syari%E2%80%99ah.html

Dwi Rahayu Sulistianingrum. 2013. Analisis Pengaruh Financing To Deposit Ratio (FTR), Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Return On Asset (ROA), Periode Januari 2009 – Desember 2012.

Harahap, Sofyan Safri, Wiroso dan Muhammad Yusuf. 2010. Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: LPFE Usakti

Husen Umar. 2013. Metode Penelitian untuk Sripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali Pers.

Ifham, Ahmad. 2015. Ini Loh Bank Syariah Memahami Bank Syariah dengan Mudah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Ikatan Bankir Indonesia. 2012. Memahami Bisnis Bank. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Ismail. 2013. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group

Juliansyah Noor. 2011. Metodologi Penelitian Skripsi Dan Tesis Bisnis Karya Ilmiah. Cetakan kedua. Jakarta: Kencana Predana Media.

Mahi M. Hikmat. 2011. Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu Komunikasi dan Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.


(34)

70

Risa Asya Putri. 2014. Pengaruh Suku Bunga (BI rate), Inflasi, Non Performing Financing (NPF) dan Biaya Operasional (BOPO) Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah Periode 200-2012

Sjahdeini, Sutan Remy. 2014. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group

Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Alfabeta, Bandung.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Sugiono. 2012. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suharsimin Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Supriyati. 2011. Metodologi Penelitian. Bandung: Labkat Pers.

Tita. 2014. “Prinsip-prinsip Penilaian Kredit : 6C, 7P, 3 R Apa sih isinya”.

http://googleweblight.com/?lite_url=http://blog.stie- mce.ac.id/tita/2014/08/31/prinsip-prinsip-penilaian-kredit-6c-7p-3-r-apa-sih-isinya/

Trisadini P Usanti dan Abd. Shomad. 2013. Transaksi Bank Syariah. Jakarta: Bumi Aksara

Ulber Silalahi. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama. Umam, Khaerul. 2013. Manajemen Perbankan Syariah. Bandung: Pustaka Setia Wiroso. 2011. Produk Perbankan Syariah. Jakarta: LPFE Usakti


(35)

71


(36)

ABSTRACT

This research was conducted at the Bank Jabar Banten Syariah Branch Office Purwakarta . A phenomenon that occurs namely financing problems containing multi impact on a bank . The formulation of this research is to know the contract and billing of financing receivables and determine the influence of the value of NPF (Non Performing Financing ) at Bank Jabar Banten Syariah.

The method used in this research is descriptive analysis method , and data collection techniques used are the research field (penelitian lapangan ), which consists of interviews (wawancara) , and documentation , in addition to the researchers used the research literature ( penelitian kepustakaan ) in collecting the data .

The results showed that in implementing the financing agreement mudharabah in accordance with the existing theory , it appears from the procedure that has been done by the bank in realizing financing to prospective customers , ranging from the filing requirements , the system for the results on the percentage of profits from the business were undertaken by the customer , handling in the event of financing problems and the creation of a fund PPAP ( Allowance for Earning Assets ) in accordance with the percentage of the quality of financing that has been set by Bank Indonesia.

Keywords : Akad , Billing , Financing , Mudharabah , NPF

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perekonomian yang semakin

berkembang dan pertumbuhan

penduduk yang semakin pesat membuat kebutuhan pangan ataupun kebutuhan papan semakin meningkat, sehingga banyak berdiri industri, usaha property

dan juga lembaga keuangan seperti perbankan, koperasi, pegadaian dan lain sebagainya. Selain itu juga banyak yang mendirikan usaha mulai dari usaha kecil, menengah dan usaha besar. Adapun kendala yang dialami adalah sumber modal untuk mendirikan atau bahkan untuk mengembangkan usaha.

Salah satu solusinya adalah meminjam modal pada orang lain atau melakukan pengajuan pinjaman kepada lembaga keuangan seperti perbankan. Bank memiliki berbagai produk pembiayaan, misalnya pada perbankan syariah terdapat produk Mudharabah,

Murabahah, Rahn dan lain sebagainya.

Dalam suatu pengajuan pinjaman dana biasanya ada jaminan atau garansi, nilai jaminan lebih besar dari nilai pinjaman. Garansi dalam mudharabah untuk menunjukan adanya

tanggungjawab Mudharib dalam

mengembalikan modal kepada pemilik dana. Peraturan jaminan dalam

mudharabah, hal ini berarti bahwa

Mudharib akan bertanggungjawab untuk mengembalikan modal kepada pemilik dana dalam hal apapun. Hal ini tidak diperbolehkan, kepemilikan dana oleh

Mudharib sebagai suatu kepercayaan (trust), dan dengan demikian tidak menjamin dana tersebut terkecuali dalam hal pelanggaran akad oleh

Mudharib. Dengan demikian Fuqaha

mengijinkan pemilik dana untuk meminta jaminan dari Mudharib terhadap pelanggaran atau penghilangannya, yang disebut sebagai jaminan terhadap pelanggaran.


(37)

adalah salah satu produk dari pembiayaan yang ada pada perbankan syariah.

Dalam pembiayaan atau pemberian pinjaman pada nasabah, dilakukan akad antara kedua belah pihak dan pemberian jaminan dari pihak peminjam (nasabah) kepada pemberi pinjaman (bank), jaminan diperlukan untuk memperkecil kemungkinan terjadinya risiko yang merugikan bank akibat kelalaian, salah urus atau pelanggaran akad yang dilakukan oleh nasabah selaku pengurus (mudharib).

Menurut Bapak Taufik Hidayat Amdat, walaupun dalam pembiayaan ada jaminan yang diberikan oleh pihak

peminjam (nasabah) namun

kemungkinan adanya pembiayaan bermasalah bisa saja terjadi, seperti ketidak mampuan nasabah untuk melakukan pembayaran akibat kerugian dalam menjalankan usaha dan lain sebagainya. Pembiayaan bermasalah mengandung multi dampak bagi suatu bank. Maka dari itu penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian di Bank Jabar Banten Syariah Kantor Cabang Purwakarta dengan mengambil

judul : “TINJAUAN ATAS

PEMBIAYAAN BERMASALAH DARI

PRODUK PEMBIAYAAN

MUDHARABAH PADA BANK JABAR BANTEN SYARIAH (BJBS) KANTOR CABANG PURWAKARTA”

1.2 Identifikasi Masalah dan

Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

1. Akad dan penagihan piutang atas pembiayaan mudharabah

pada Bank Jabar Banten

(BJBS) Kantor Cabang

Purwakarta.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, penulis mengidentifikasikan masalah yang merupakan dasar untuk pembahasan.

Adapun masalah yang peneliti ajukan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana akad dan penagihan

piutang atas pembiayaan

mudharabah pada Bank Jabar Banten Syariah (BJBS) Kator Cabang Purwakarta?

2. Bagaimana pengaruh nilai NPF (Non Performing Financing) terhadap Bank Jabar Banten Syariah (BJBS) Kantor Cabang Purwakarta?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan

menjelaskan proses akad

mudharabah, penagihan piutang atas pembiayaan mudharabah dan mengetahui pengaruh nilai NPF

(Non Performing Financing)

terhadap Bank Jabar Banten Syariah (BJBS) Kantor Cabang Purwakarta.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan

masalah tersebut, tujuan dari penelitian yang dilaksanakan pada Bank Jabar Banten Syariah Kantor Cabang Purwakarta adalah:

1. Untuk mengetahui akad dan

penagihan piutang atas


(38)

Financing) terhadap Bank Jabar Banten Syariah (BJBS) Kantor Cabang Purwakarta.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis, untuk mengetahui informasi mengenai akad dan penagihan atas dana dari

produk pembiayaan

mudharabah dan mengetahui

dampak atas pembiayaan

bermasalah (NPF) terhadap Bank Jabar Banten Syariah

(BJBS) Kantor Cabang

Purwakarta. Selain itu

diharapkan mampu menerapkan ilmu yang telah didapat di kampus dan menyelesaikan dengan kondisi yang ada di lokasi kerja praktek.

2. Bagi pihak lain, diharapkan dapat berguna sebagi bahan referensi khususnya bagi pihak-pihak yang mengkaji topik yang berkaitan dengan penagihan piutang dari produk pembiayaan mudharabah serta dampak atas pembiayaan bermasalah (NPF)

terhadap Bank yang

memberikan pinjaman.

3. Bagi perusahaan, penelitian dan

pembahasan mengenai

penagihan piutang dan dampak atas pembiayaan bermasalah (NPF) terhadap Bank yang memberikan pinjaman dapat digunakan sebagai bahan evaluasi hasil kinerja sehingga dapat berjalan lebih baik.

pengertian bank syariah adalah sebagai berikut:

Bank Islam, selanjutnya disebut dengan bank syariah, adalah bank

yang beroperasi tanpa

mengandalkan bunga. Bank

syariah juga dapat diartikan sebagai lembaga keuangan/ perbankan yang operasional dan

produknya dikembangkan

berlandaskan Al-Quran dan hadis. Kesimpulan dari pengertian diatas yaitu, bank Islam atau bank syariah adalah lembaga keuangan yang berprinsip pada syariat Islam dan beroperasi tanpa mengandalkan bunga.

2.2 Pembiayaan Mudharabah

Menurut Ahmad Ifham (2015 : 156) pembiayaan investasi atau pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut:

Pembiayaan investasi atau

pembiayaan mudharabah

adalah akad kerja sama antara bank selaku pemilik dana (shahib al maal) dengan nasabah (mudharib) yang mempunyai keahlian atau keterampilan untuk mengelola suatu usaha yang produktif dan halal. Hasil keuntungan dari penggunaan dana tersebut dibagi bersama berdasarkan

nisbah yang disepakati.

Kesimpulan dari pengertian

diatas yaitu, pembiayaan

mudharabah adalah akad kerja sama antara bank (pemilik dana)


(39)

dana tersebut dibagi bersama sesuai kesepakatan bersama.

2.3 Pengertian Pembiayaan

Bermasalah

Menurut Upia Rosmalinda (2011 : 49) pembiayaan bermasalah adalah sebagai berikut:

Pembiayaan bermasalah adalah

posisi dimana debitur

mengingkari janji mereka membayar bagi hasil atau pembiayaan induk yang telah jatuh tempo, sehingga terjadi keterlambatan pembayaran atau

sama sekali tidak ada

pembayaran.

Kesimpulan dari pengertian

diatas yaitu, pembiayaan

bermasalah adalah posisi dimana debitur mengingkari janji mereka membayar bagi hasil atau pembiayaan induk yang telah jatuh tempo atau keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh

kewajibannya kepada bank

sebagaimana yang telah

diperjanjikan.

2.3.1 Kualitas Kredit

Menurut Upia Rosmalinda (2011 : 49) Kredit yang dapat dikatagorikan kedalam kredit bermasalah adalah sebagai berikut: Di indonesia pembiayaan bermasalah dikatagorikan dalam tiga kelompok yaitu: 1. Pembiayaan kurang lancar

(terdapat tunggakan

angsuran pokok yang

2. Pembiayaan diragukan (pembiayaan dikatagorikan

sebagai pembiayaan

diragukan apabila tidak dapat

memenuhi kriteria

pembiayaan lancar dan pembiayaan kurang lancar, atau pembiayaan tersebut dapat diselamatkan, serta

mempunyai jaminan

pembiayaan yang nilainya tidak kurang dari 75% jumlah nilai pinjaman pokok. Serta, pembiayaan tersebut tidak dapat diselamatkan, tetapi nilai jaminan pembiayaan tidak kurang dari 100% nilai

pembiayaan yang

tertunggak.

3. Pembiayaan macet

(pembiayaan yang tidak

memenuhi kriteria

pembiayaan lancar,

pembiayaan kurang lancar dan pembiayaan diragukan atau dapat memenuhi kriteria pembiayaan diragukan, tetapi setelah jangka waktu 21 bulan semenjak masa penggolongan pembiayaan diragukan, belum terjadi pelunasan pinjaman atau

usaha penyelamatan

pembiayaan.

2.3.2 Penyebab Terjadinya

Pembiayaan Bermasalah

Menurut Chekky Kurniasari Dewi (2011 : 29) Penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah adalah sebagai berikut:

Adapun penyebab pembiayaan bermasalah adalah:


(40)

serta tidak/ kurang dilakukannya evaluasi keuangan nasabah. Dengan melakukan proyeksi usaha nasabah yang terlalu optimis, kurang memperhitungkan aspek kompetitor serta tidak memperhitungkan

kebiasaan/ gaya hidup

nasabah menyebabkan

terjadinya pembiayaan bermasalah. Selain itu, dalam menilai jaminan yang diberikan nasabah pada

bank untuk menjamin

kelacaran pembayaran,

petugas bank tidak

memperhitungkan nilai jaminan dan keseimbangan dengan pembiayaan yang diberikan. Jaminan hanya dianggap sebagai pelengkap tanpa memperhitungkan resiko seandainya terjadi pembiayaan bermasalah. 2. Faktor Ekstern

Karakter nasabah yang

tidak amanah, tidak

menggunakan dana yang diperoleh dari pembiayaan bank sebagaimana mestinya serta gaya hidup yang tidak sesuai pendapatannya dapat menjadi penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah. Selain itu, dapat pula disebabkan karena nasabah kalah dengan persaingan usaha karena usaha yang dilaksanakan relatif baru

serta tidak mampu

mengatasi masalah (kurang

menguasai bisnis).

huru-hara yang tidak dapat dicegah oleh nasabah. Kesimpulan dari pengertian diatas yaitu, terjadinya pembiayaan bermasalah adalah faktor intern dan faktor ekstern, dimana faktor intern itu sendiri bisa terjadi karena petugas bank kurang memahami dan kurang mengevaluasi dan kurang/ tidak memperhitungkan kegiatan, nilai jaminan ataupun keuangan nasabah. Sedangkan faktor ekstern bisa terjadi karena nasabah tidak amanah, atau mengalami kerugian seperti kalah saing atau faktor lingkungan seperti bencana alam.

III. OBJEK DAN METODE

PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian secara umum adalah suatu penelitian terhadap suatu permasalahan yang dijadikan topik penulisan untuk mendapatkan data dengan tujuan dan manfaat tertentu dalam menyusun laporan penelitian. Penentuan objek penelitian sangat penting untuk memfokuskan penelitian, sehingga peneliti akan mudah untuk melakukan penelitian.

Objek penelitian menurut Husen Umar (303 : 2013) adalah sebagai berikut:

tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian,

juga dimana dan kapan

penelitian dilakukan, bisa juga ditambah dengan hal-hal jika dianggap perlu.


(41)

Jabar Banten Syariah (BJBS) Kantor Cabang Purwakarta.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu cara yang dilakukan peneliti untuk mencari, memperoleh, mengumpulkan atau mencatatat data, baik data primer ataupun data sekunder yang kemudian digunakan untuk menganalisa suatu permasalahan pada objek yang diteliti dan digunakan untuk menyusun suatu karya ilmiah.

Menurut Yvonne Augustine (5 : 2013) metode penelitian adalah sebagai berikut :

Metode Penelitian adalah

sebuah aktivitas yang

memberikan kontribusi dalam

memahami fenomena yang

menjadi perhatian melalui penelitian.

Dari pengertian di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa metode penelitian adalah sebuah aktivitas yang

memberikan kontribusi dalam

memahami fenomena yang menjadi perhatian melalui penelitian dengan menggunakan tatacara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan.

Pengertian deskriptif menurut Supriyati (33 : 2011) adalah sebagai berikut:

Untuk melukiskan secara

sistematis fakta atau

karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, dalam hal

mencatatnya dalam buku

observasi.

Dari pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa metode deskriptif adalah metode yang berfungsi untuk

mendeskripsikan atau memberi

gambaran terhadap objek yag diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul secara sistematis. Peneliti hanya mengamati dan mencatat dalam buku observasi tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum.

3.2.1 Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data banyak hal yang dapat dilakukan untuk memperoleh data yang sesuai agar penelitian berlangsung mudah. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah dilakukan dengan beberapa cara, sebagai berikut: 1. Field Research (Penelitian

Lapangan)

a. Observasi (Pengamatan) Menurut Juliansyah Noor (104 : 2012) adalah:

Adanya pengamatan dari peneliti baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek penelitian.

Penulis mengamati langsung di Bank Jabar Banten Syariah Kantor Cabang Purwakarta untuk mengetahui kegiatan yang ada di perusahaan.

b. Interview (Wawancara) Menurut Ulber Silalahi (312 : 2012) pengertian


(42)

terorganisasi yang dilakukan oleh peneliti sebagai pewawancara (interviewer) dengan sejumlah orang sebagai responden atau yang diwawancara

(interviewer) untuk mendapatkan sejumlah

informasi yang

berhubungan denga masalah yang diteliti. c. Dokumentasi

(Mengumpulkan Data) Menurut Mahi M. Hikmat

(83 : 2011) teknik

dokumentasi, yakni

penelusuran dan perolehan data yang diperlukan melalui data yang telah tersedia.

2. Library Research (Penelitian Kepustakaan)

Menurut Suharsimi Arikunto (45 : 2010) pengertian studi pustaka adalah sebagai berikut:

Metode pengumpulan data dengan cara mencari informasi melalui buku-buku, koran, majalah, dan literature lainnya. Dalam hal ini pengumpulan data dilakukan dengan

membaca dan

mempelajari tulisan-tulisan berupa buku-buku literature dan sumber bacaan lainnya yang berkaitan dengan

objek pembahasan

sebagai landasan teori.

tersebut dapat diperoleh.

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder dan data primer, dimana penulis memperoleh data secara tidak langsung, artinya data-data tersebut berupa data primer yang telah diolah dan disajikan oleh pihak lain, selain itu juga penulis memperoleh data secara langsung, yaitu penulis memperoleh data melalui pengumpulan data dari pihak pertama dengan metode

wawancara dan pengamatan

lapangan. 1. Data primer

Menurut Sugiyono (137 : 2011) data primer ialah sumber

data yang langsung

memberikan data kepada

pengumpul data.

Dari pengertian data primer

di atas penulis dapat

menyimpulkan bahwa data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dari

pihak pertama yang

dikumpulkan sendiri oleh peneliti

untuk menjawab masalah

penelitiannya secara khusus.

Biasanya dapat melalui

wawancara, jejak pendapat dan lain-lain.

2. Data Sekunder

Menurut Sugiyono (137 : 2012), menjelaskan bahwa sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada


(43)

ada pada perusahaan dan dari sumber lainnya yang telah tersedia sebelum penelitian dilakukan.

IV. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang penulis dapat dari Bank Jabar Banten Syariah adalah, sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi, uraian tugas dari struktur organisasi, aktivitas perusahaan, akad dan penagihan piutang mudharabah serta pengaruh

pembiayaan bermasalah (NPF)

terhadap Bank Jabar Banten Syariah.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Prosedur Akad Mudharabah

Menurut Upia Rosmalinda yang dikutip dari pendapat

Disarikan dari Tim

Pengembangan Perbankan

Syariah Institut Bankir Indonesia (15 : 2011) adalah sebagai berikut:

1. Nasabah datang ke bank dengan membawa berkas permohonan

pembiayaan yang

meliputi : (a) surat permohonan

pembiayaan yang berisi kebutuhan dana dan penjelasan tentang segala yang berkaitan dengan usaha nasabah.

(b) persyaratan

administrasi misalnya : fotokopi KTP (Kartu

dianalisis kelayakan usahanya oleh bagian

account officer

marketing, baik dari sisi kuantitatif maupun kualitatif. Sedangkan untuk sisi yuridis, kelengkapan perizinan

dan kelengkapan

perusahaan dalam

bidang hukum dianalisis oleh bagian administrasi pembiayaan.

3. Bagian administrasi pembiayaan

menyampaikan hasil pemeriksaan kepada

account officer untuk ditindaklanjuti dengan melakukan survey.

4. Hasil dari analisis dan

survey akan dilaporkan

kepada komite

pembiayaan untuk

menentukan disetujui

atau tidaknya

permohonan

pembiayaan tersebut.

5. Bila permohonan disetujui, maka nasabah akan mendapat surat persetujuan dengan syarat yang ditentukan oleh bank, namun jika ditolak, maka semua

berkas akan

dikembalikan kepada calon nasabah.

6. Nasabah akan

mempertimbangkan syarat-syarat yang ditentukan oleh bank apakah disetujui atau


(44)

pembiayaan akan

membuat akad

pembiayaan antara nasabah dengan bank.

8. Setelah akad

ditandatangani oleh kedua belah pihak maka nasabah mengajukan

surat permohonan

realisasi pembiayaan

mencairkan dana

pembiayaan.

9. Selama proyek

berlangsung account officer diharuskan terus

memantau dan

mengawasi keuangan nasabah. Dan nasabah

akan melakukan

pembayaran bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah disepakati.

10. Diakhiri masa kontrak pembiayaan, nasabah

akan melakukan

pembayaran pokok

pembiayaan kepada bank.

Kebijakan dalam Bank Jabar Banten telah sesuai dengan teori,

memberikan kesepakatan

pembagian hasil usaha (nisbah)

berdasarkan persentase

keuntungan yang di peroleh dari hasil pengelolaan dana, dan pihak

bank memiliki hak dalam

pengawasan dan pembinaan

terhadap usaha nasabah seperti melakukan review dan meminta bukti-bukti dari laporan hasil usaha nasabah. Namun dalam kebijakan tersebut tidak dicantumkan tentang

bermasalah seperti keterlambatan pembayaran piutang, maka bank

akan melakukan kebijakan

penanganan dan penyelesaian pembiayaan bermasalah.

Penanganan saat terjadi pembiayaan bermasalah, bank akan melakukan kebijakan dalam penagihan piutang yaitu dengan melakukan alternatif penanganan dan penyelesaian pembiayaan bermasalah. Alternatif penanganan dan penyelesaian pembiayaan bermasalah dilakukan dengan dua cara yaitu melakukan supervisi pasif dan superfisi aktif, supervisi pasif dilakukan dengan pendekatan administratif pemberian Surat Informasi Tagihan Pembiayaan pada saat pembayaran jatuh tempo sampai dengan surat peringatan. Sedangkan supervisi aktif dilakukan dengan pendekatan melakukan penagihan langsung

kepada debitur/ nasabah

pembiayaan yang dilengkapi dengan administrasi seperti melakukan pengiriman berita acara

penagihan melalui dunning

(telepon/SMS) sampai dengan melakukan pengiriman berita acara kunjungan ke debitur/nasabah pembiayaan.

4.2 Pengaruh Nilai NPF (Non

Performing Financing)

Menurut Dwi Rahayu

Sulistianingrum (9 : 2013) pengaruh nilai NPF adalah sebagai berikut:

Besar kecilnya NPF (Non Performing Financing) dapat


(45)

meningkat karena pembiayaan bermasalah yang terjadi pada bank syariah hanya sedikit sehingga dengan meningkatnya kinerja perbankan tersebut akan membuat profitabilitas yang dihasilkan menjadi ikut meningkat.

Begitu pula yang terjadi pada Bank Jabar Banten Syariah, jika nilai NPF (Non Performing Financing) rendah maka kinerja perbankan syariah meningkat, semakin rendah nilai NPF maka semakin baik penilaian kinerja perbankan syariah dan semakin besar pula pendapatan yang didapat, dan begitupun sebaliknya jika nilai NPF tinggi maka kinerja perbankan syariah menurun, semakin tinggi nilai NPF maka semakin buruk penilaian kinerja perbankan syariah dan semakin rendah pendapatan yang didapat karena semakin besar NPF, semakin besar pula biaya yang dikeluarkan untuk

pembentukan PPAP (Penyisihan

Penghapusan Aktiva Produktif).

Adanya pembiayaan

bermasalah bukan hanya dapat mengurangi pendapatan bank, tetapi akan timbul multi dampak seperti :

1. Berdampak pada bertambahnya biaya berupa PPAP (Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif).

PPAP (Penyisihan

Penghapusan Aktiva Produktif) adalah cadangan piutang yang dibentuk sebesar presentase berdasarkan penggolongan kolektibilitas atau kualitas kredit. 2. Terdapat kemungkinan risiko

lainnya seperti risiko hukum, risiko reputasi dan risiko lainnya.

suatu bank. Selain berdampak pada berkurangnya pendapatan bank, berdampak pula pada bertambahnya biaya berupa

PPAP (Penyisihan

Penghapusan Aktiva Produktif) dan pada akhirnya dapat

berdampak pada risiko

likuiditas. Akad dalam

pembiyaan mudharabah dalam bank syariah hampir sama dengan pemberian kredit dalam bank konvensional, seperti

persyaratan yang harus

dilengkapi oleh pihak Nasabah, dan adanya jaminan dengan nilai jaminan lebih besar dari

jumlah pinjaman. Yang

membedakan akad pembiayaan dan perjanjian kredit adalah prinsip bunga dan bagi hasil, dalam akad mudharabah ada perjanjian dalam pembagian laba atau nisbah bagi hasil yang telah disepakati bersama, sehingga ketika Nasabah tidak

mendapatkan laba atau

mengalami kerugian maka pihak

sahibul ma’al atau pihak bank

tidak mendapatkan keuntungan atau laba. Sedangkan dalam kredit pada bank konvensional menggunakan prinsip bunga pinjaman, dimana nasabah harus membayar hutang atau cicilan disertai dengan bunga yang telah disepakati dalam perjanjian kredit, dan ketika nasabah tidak mendapatkan

untung atau mengalami

kerugian, pihak nasabah harus tetap membayar hutang atau cicilan dengan jumlah yang


(46)

supervisi pasif (pendekatan administratif) seperti surat penagihan dan lain sebagainya, dan supervisi aktif (melakukan penagihan langsung kepada debitur/ nasabah pembiayaan

yang dilengkapi dengan

administrasi) seperti berita acara penagihan melalui

dunning (telepon/sms) dan lain sebagainya, sebelum jaminan milik nasabah di lelang.

2. Pengaruh nilai NPF terhadap Bank Jabar Syariah, nilai NPF yang rendah membuat kinerja perbankan syariah meningkat karena pembiayaan bermasalah yang terjadi pada bank syariah meningkat karena pembiayaan bermasalah yang terjadi pada bank syariah hanya sedikit sehingga dengan meningkatnya kinerja perbankan tersebut akan membuat profit yang dihasilkan menjadi ikut meningkat, sebaliknya jika nilai NPF tinggi maka akan membuat kinerja perbankan syariah menurun

karena meningkatnya

pembiayaan bermasalah yang terjadi ada perbakan tersebut dan akan membuat profit yang dihasilkan menjadi ikut menurun. Dengan menurunnya profit yang dihasilkan oleh bank maka nilai reputasi bank akan menurun, ini mengakibatkan para investor tidak berminat menanamkan modalnya bahkan dapat berakibat berkurang investor.

dari suatu usaha yang dijalankan oleh calon nasabah, ada beberapa point yang juga patut ditekankan untuk pertimbangan dalam memberikan pembiayaan. Seperti yang pernah disampaikan oleh Tita (2014) penilaian untuk memberikan pembiayaan yaitu dengan memperhatikan 6C (character, capital, capacity, collateral, condition of economy, constraint)

1. Character

Adalah keadaan watak dari

nasabah, baik dalam

kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui

sampai sejauh mana

kemauan nasabah untuk memenuhi kewajibannya (willingness to pay) sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan.

2. Capital

Adalah jumlah dana/ modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah. Semakin besar modal sendiri dalam perusahaan, tentu semakin tinggi kesungguhan calon

nasabah dalam

menjalankan usahanya dan bank akan merasa lebih yakin dalam memberikan pembiayaan.

3. Capacity

Adalah kemampuan yang dimiliki calon nasabah

dalam menjalankan

usahanya guna

memperoleh laba yang diharapkan. Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk


(47)

diperolehnya.

4. Collateral

Adalah barang-barang yang

diserahkan nasabah

sebagai agunan terhadap

pembiayaan yang

diterimanya. Kegunaan dari penilaian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana resiko kewajiban finansial nasabah kepada bank.

5. Condition of Economy

Yaitu kondisi dan situasi politik, sosial, ekonomi, budaya yang memengaruhi kelancaran perusahaan calon debitur.

6. Constraint

Adalah batasan dan

hambatan yang tidak

memungkinkan suatu bisnis untuk dilaksanakan pada tempat tertentu.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Chekky Kurniasari Dewi. 2011.

Penyelesaian Pembiayaan

Bermasalah Pada Perbankan Syariah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah. Danang Sunyoto. 2013. Metodelogi

Penelitian Akuntansi. Bandung: PT. Refika Aditama.

Djoko Sumarno. 2013. “Perbedaan Bank

Umum dan Bank Syariah”.

http://www.spocjournal.com/huk um/424-perbedaan-bank-umum-

dan-bank-syari%E2%80%99ah.html

dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap Return On Asset (ROA), Periode Januari 2009 – Desember 2012.

Harahap, Sofyan Safri, Wiroso dan

Muhammad Yusuf. 2010.

Akuntansi Perbankan Syariah. Jakarta: LPFE Usakti

Husen Umar. 2013. Metode Penelitian untuk Sripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Rajawali Pers.

Ifham, Ahmad. 2015. Ini Loh Bank

Syariah Memahami Bank

Syariah dengan Mudah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Ikatan Bankir Indonesia. 2012.

Memahami Bisnis Bank.

Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

Ismail. 2013. Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group Juliansyah Noor. 2011. Metodologi

Penelitian Skripsi Dan Tesis Bisnis Karya Ilmiah. Cetakan kedua. Jakarta: Kencana Predana Media.

Mahi M. Hikmat. 2011. Metode Penelitian Dalam Perspektif Ilmu

Komunikasi dan Sastra.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mahmoeddin. 2010. Melacak Kredit Bermasalah. Jakarta: PT. Dharma Karsa Utama

Muhammad Asyhuri. 2013. Strategi

Penanganan Pembiayaan


(48)

Bagi Bank Syariah

Risa Asya Putri. 2014. Pengaruh Suku Bunga (BI rate), Inflasi, Non Performing Financing (NPF) dan

Biaya Operasional (BOPO)

Terhadap Profitabilitas

Perbankan Syariah Periode 200-2012

Sjahdeini, Sutan Remy. 2014.

Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group Sugiono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D,

Alfabeta, Bandung.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R & D.

Bandung: Alfabeta.

Sugiono. 2012. Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suharsimin Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Supriyati. 2011. Metodologi Penelitian. Bandung: Labkat Pers.

Tita. 2014. “Prinsip-prinsip Penilaian Kredit : 6C, 7P, 3 R Apa sih

isinya”.

http://googleweblight.com/?lite_

url=http://blog.stie-mce.ac.id/tita/2014/08/31/prinsip

-prinsip-penilaian-kredit-6c-7p-3-r-apa-sih-isinya/

Umam, Khaerul. 2013. Manajemen Perbankan Syariah. Bandung: Pustaka Setia

Wiroso. 2011. Produk Perbankan Syariah. Jakarta: LPFE Usakti

Yahman dan Trisadini Prasastinah Usanti, Bunga Rampai Hukum Aktual Dalam Perspektif Hukum Bisnis Kontraktual Berimplikasi Pidana dan Perdata, Mitra Mandiri, Surabaya,2011

Yvonne Augustine dan Robert

Kristaung. 2013. Metodologi Penelitian Bisnis dan Akuntansi. Jakarta: PT. Dian Rakyat.


(49)

iii

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Tinjauan Atas Pembiayaan Bermasalah Dari Produk Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Jabar Banten Syariah (BJBS) Kantor Cabang Purwakarta”.

Penyusunan Tugas Akhir ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Jenjang D3 Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.

Dalam penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak yang terlibat. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec.Lic, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Ibu Siti Kurnia Rahayu, SE., M.Ak., Ak., CA, selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

4. Ibu Rini Septiani Sukanda, SE., M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan saran dan membimbing saya dalam penulisan penyusunan tugas akhir ini.


(50)

iv

Syariah (BJBS) Kantor Cabang Purwakarta.

7. Ibu Khairunnisa Mohamad selaku Manager Operasional Bank Jabar Banten Syariah (BJBS) Kantor Cabang Purwakarta, Bapak Opik, Bapak Andi, Bapak Ican, Teh Sandra, The Ema, Teh Fifi, Teh Tanti Terima kasih banyak atas bimbingannya.

8. Ibu, Bapak dan Adik-adikku yang telah banyak memberikan bantuan, baik moril maupun materiil serta doa restunya.

9. Kakak dan Adik Sepupuku, terima kasih atas semua dukungannya, terimakasih juga kepada Ibu/Bapak kost, Teh Risa, Rani Handayani dkk. Om Deden Novan, Tante Yessy dan Om Yunus yang telah memberikan dukungan, saran dan doanya.

10. Teman-teman SMA ku Welly Wildan, Dwi Riyani, Tia Noviana, Desy Ratnasari, Oktri Nexito Bajarnahor, Arik Apriyani, Lutfi F.Q. dan Shinta Susilawati terimakasih untuk dukungan dan motivasinya.

11. Teman-teman kelas AK-8 serta teman-teman kampus yang namanya tidak dapat saya sebut satu-persatu.

12. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas akhir ini, semoga mendapat imbalan yang sesuai dari Allah SWT.


(51)

v

Bandung, Desember 2014 Penulis


(52)

(53)

(54)

(1)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

akhir dengan judul “Tinjauan Atas Pembiayaan Bermasalah Dari Produk

Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Jabar Banten Syariah (BJBS) Kantor Cabang Purwakarta”.

Penyusunan Tugas Akhir ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Jenjang D3 Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.

Dalam penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak yang terlibat. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer

Indonesia.

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec.Lic, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Komputer Indonesia.

3. Ibu Siti Kurnia Rahayu, SE., M.Ak., Ak., CA, selaku Ketua Program Studi

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

4. Ibu Rini Septiani Sukanda, SE., M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan saran dan membimbing saya dalam penulisan penyusunan tugas akhir ini.


(2)

iv

5. Bapak Adi Rachmanto, S.Kom., M.Kom, selaku team koordinator Tugas

Akhir dan selaku Dosen Wali AK-8 yang telah memberikan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Bapak Irpan Firdaus, SE., MM, selaku Kepala Cabang Bank Jabar Banten

Syariah (BJBS) Kantor Cabang Purwakarta.

7. Ibu Khairunnisa Mohamad selaku Manager Operasional Bank Jabar Banten

Syariah (BJBS) Kantor Cabang Purwakarta, Bapak Opik, Bapak Andi, Bapak Ican, Teh Sandra, The Ema, Teh Fifi, Teh Tanti Terima kasih banyak atas bimbingannya.

8. Ibu, Bapak dan Adik-adikku yang telah banyak memberikan bantuan, baik

moril maupun materiil serta doa restunya.

9. Kakak dan Adik Sepupuku, terima kasih atas semua dukungannya,

terimakasih juga kepada Ibu/Bapak kost, Teh Risa, Rani Handayani dkk. Om Deden Novan, Tante Yessy dan Om Yunus yang telah memberikan dukungan, saran dan doanya.

10.Teman-teman SMA ku Welly Wildan, Dwi Riyani, Tia Noviana, Desy

Ratnasari, Oktri Nexito Bajarnahor, Arik Apriyani, Lutfi F.Q. dan Shinta Susilawati terimakasih untuk dukungan dan motivasinya.

11.Teman-teman kelas AK-8 serta teman-teman kampus yang namanya tidak

dapat saya sebut satu-persatu.

12.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas akhir ini, semoga


(3)

v

Akhir kata semoga laporan kerja praktek ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya.

Bandung, Desember 2014 Penulis


(4)

(5)

(6)