Pelaksanaan Pemberian Pembiayaan Mudharabah Kepada Koperasi Studi Pada Bank Muamalat Cabang Medan

(1)

PELAKSANAAN PEMBERIAN PEMBIAYAAN

MUDHARABAH KEPADA KOPERASI

STUDI PADA BANK MUAMALAT CABANG MEDAN

TESIS

Oleh

MUHAMMAD NUR

067011057/MKn

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

PELAKSANAAN PEMBERIAN PEMBIAYAAN

MUDHARABAH KEPADA KOPERSI

STUDI PADA BANK MUAMALAT CABANG MEDAN

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan dalam Program Studi Kenotariatan pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

MUHAMMAD NUR

067011029/MKn

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Judul Tesis : PELAKSANAAN PEMBERIAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH KEPADA KOPERASI STUDI PADA BANK MUAMALAT CABANG MEDAN

Nama Mahasiswa : Muhammad Nur Nomor Pokok : 067011057 Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof.Dr. Hasballah Thaib, MA) Ketua

(Dr.T.Keizerina Devi A,SH,CN,M.Hum) (Notaris Syafnil Gani,SH,M.Hum) Anggota Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Prof.Dr.Muhammad Yamin,SH,MS,CN) (Prof.Dr.Ir.T.Chairun Nisa B,M.Sc)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 31 Maret 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof.Dr. Hasballah Thaib, MA

Anggota : 1. Dr.T.Keizerina Devi A,SH,CN,M.Hum : 2. Notaris Syafnil Gani,SH,M.Hum

: 3. Prof.Dr.Muhammad Yamin,SH,MS,CN : 4. Dr.Ramlan yusuf Rangkuti,MA


(5)

ABSTRAK

Perkembangan Bank Syariah di Indonsia bukan terjadi begitu saja, namun karena konsep perbankan syariah telah terbukti dan mampu bertahan terhadap goncangan krisis moneter yang melanda negeri ini pada sekitar tahun 1997. Sebelum Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah disahkan, perkembangan Bank Syariah sudah cukup pesat. Hal ini karena didukung oleh perangkat hukum positip yang memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perkembangan Bank Syariah di Indonesia, dimana dalam Undang – Undang Perbankan khususnya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, telah membenarkan pendirian bank dengan prinsip syariah. Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Dengan semangat memberdayakan koperasi sebagai tulang punggung perekonomian kerakyatan, Bank Syariah yang pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteran ummat sehingga dengan produk pembiayaan dari Bank Syariah yang khususnya pembiayaan Mudharabah dengan skema bagi hasil yang diberikan kepada Koperasi diharapkan dapat membangkitkan motivasi dan kewirausahaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan koperasi yang akan berdampak pada penghasilan anggotanya yang diterima melalui Sisa Hasil Usaha (SHU). Dari sudut pandang kepentingan ekonomi, pembiayaan perbankan syariah yang menggunakan sistem mudharabah (profit sharing) dalam memperlancar roda perekonomian ummat dianggap mampu menekan terjadinya inflasi karena tidak adanya ketetapan bunga yang harus dibayarkan ke bank, juga dapat merubah haluan kaum muslimin dalam setiap transaksi perdagangan dan keuangan yang sejalan dengan ajaran syariah Islam. Adanya jaminan atau penjamin dari nasabah/mudharib kepada pihak bank syari’ah bertujuan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya resiko-resiko seperti nasabah/mudharib tidak mempergunakan dana yang diberikan sebagaimana mestinya atau hanya memberikan keuntungan pembiayaan tersebut kepada dirinya pribadi saja atau yang dikenal dengan Moral Hazard.

Sifat penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan dan menganalisis permasalahan yang dikemukakan. Maka pendekatan dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian yuridis empiris/yuridis sosiologis. Penelitian ini didasarkan pada data primer dan data sekunder yang diperoleh dari penelitian lapangan, dengan didukung oleh penelitian kepustakaan yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti.

Pelaksanaan pemberian pembiayaan secara mudharabah oleh Bank Muamalat Cabang Medan kepada koperasi dilaksanakan tetap berpedoman kepada prinsip 5 C ditambah 7 (tujuh) aspek serta aspek syariah. Mudharabah merupakan perjanjian atas suatu jenis perkongsian di mana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan dana dan pihak kedua (Nasabah/ Mudharib) bertanggung jawab atas pengelolaan usaha.


(6)

Dalam pembiayaan mudharabah muqayyadah, dimana Bank sebagai wakil shahibul

maal menentukan pembatasan atau memberikan syarat kepada nasabah selaku mudharib dalam mengelola dana seperti untuk melakukan mudharabah bidang

tertentu, cara, waktu dan tempat tertentu saja.

Kata Kunci : Pembiayaan; Mudharabah; Koperasi

ABSRACT

The development of Syariah Bank in Indonesia did not occur without reason, but the concept of syariah banking has been proven to survive against the monetary crisis shock inflicting on this nation since 1997. Before The Law No.21/2008 regarding the syariah banking was ratified, the development of Syariah Bank had occurred rapidly. This was supported by positive legal apparatus with great contribution to Syariah Bank development in Indonesia, that The Law of Banking, particularly The Law No. 10/1998 regarding The Amandment on The Law No. 7/1992 regarding banking, has justified the establishment of bank under syariah principle. The syariah priciple was the principle of Moslem Law in banking activity based on the creed (fatwa) issued by the authorized institution. Through the spirit of empowering the cooperative as background of society economy, the Syariah Bank with principal goal to improve the welfare of people (members), thus by expendituring product of Syariah Bank especially Mudharabah costing based on equity scheme distributed to cooperatives, should be expected to stimulate the motivation and enterpreneurship spirit that would be ultimately to improve the income of cooperative with significant income impact on the members received through The Equity System. In economic interest perspective, the Syariah Banking costing relying on profit sharing (mudharabah) system in facilitating economic wheel of members (people) would be regarded to be able of pressing the inflation due to the lack of interest rate stipulation to be paid to the bank, and it could also change the turn around of Moslem in each trade transaction and financial equivalent to Moslem Law Teachings. The presence of guarantee or guarantor of the customers/mudharib to side of Syariah Bank would be intended to minimize the potensial risks such as the failure of customer/mudharib to use the fund as required, or it just resulted in personal profit of the costing or often called Moral Hazard.

This was a descriptive research, i.e. describing and analyzing the proposed problem. Thus this research used the juridical empiric/juridical sosiologic approach. The research was based on primary and secondary data gained from field research, supported by library research related to the problem under researching.

The implimentation of mudharabah costing delivery by Muamalat Bank, branch of Medan, to cooperative, was made by making reference on principle of 5C’s plus 7 (seven) aspects of syariah. Mudharabah was an agreement of consortium type in which the first party (shahibul maal) prepared some fund and second party


(7)

(customer/Mudharib) was responsible for business management. In mudharabah

muqayyadah costing, in whicch bank was the representative of shahibul maal would

determine the limits and condition of customers to be constantly mudharib in fund management such as the implementation of mudharabah in certain aspect, manner, time and specific place.


(8)

KATA PENGANTAR

Ucapan Puji dan syukur ke khadirat Allah SWT atas karunia dan hidayah-Nya sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik dengan judul “ PELAKSANAAN

PEMBERIAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH KEPADA KOPERASI STUDI PADA BANK MUAMALAT CABANG MEDAN”.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan dalam bidang ilmu Kenotariatan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini penulis telah banyak mendapat masukan dari berbagai pihak yakni: Dosen, rekan mahasiswa serta para Staff di Lingkungan Bank Muamalat. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih. Kemudian kepada dosen yang kami hormati, khususnya: Bapak Prof Dr Hasballah Thaib, MA selaku Ketua komisi pembimbing, Ibu Dr.T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum dan

Bapak Notaris H. Syafnil Gani, SH,M.Hum sebagai dosen pembimbing serta Bapak Prof. Dr Muhammad Yamin Lubis, SH, MS, CN dan Bapak Dr Ramlan Yusuf Rangkuti, MA, selaku dosen penguji atas kesediannya membantu dalam

penulisan tesis ini.

Selanjutnya penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Chairudin P.Lubis, DTM&H, Sp.Ak, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan pasilitas yang diberikan bagi kami untuk


(9)

menyelesaikan pendidikan Program Magister kenotariatan di Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof Dr. Ir T.Chairun Nisa B. MSc. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Prof Dr Muhammad Yamin Lubis, SH, MS, CN selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh Dosen Universitas Sumatera Utara, khususnya Bapak dan Ibu Guru Besar dan Staf Pengajar Program Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara. 5. Seluruh rekan-rekan Kru Bank Muamalat Cabang Medan yang telah memberikan

masukan dan informasi yang diperlukan dalam penulisan tesis ini.

6. Kepada Bapak Okky Sukardian selaku Business Manager Bank Muamalat Cabang Medan.

7. Bapak Hamsari Nazli dan Bapak Achmad Faiz selaku Operational Manager BankMuamalat Cabang Medan.

8. Bapak Notaris Suprayitno, SH, M.Kn yang telah memberi dorongan dan motivasi yang tiada henti-hentinya , sehingga selesainya penulisan tesis ini

9. Rekan-rekan mahasiswa Program Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan motivasi dan semangat untuk penyempurnaan dalam penulisan tesis ini.


(10)

1. Almarhum Ayahanda Abubakar Raden dan Almarhumah Ibunda Fatimah Achmad yang saya cintai, berkat nasehat dan Do`a nya yang tulus kepada penulis untuk dapat menyelesaikan tesis ini

2. Juga terima kasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada Isteri tercinta Linda Agustina, ST. dan anak-anak saya yang saya cintai Fairuz Hanan Noer, Farid Muzhaffar M. Nur dan Faiza Rizkana Noer berkat pengertian, kesabaran, Do`a dan kesetian yang ikhlas dari mereka sehingga memotivasi saya untuk melanjutkan studi ini.

3. Abang, Kakak dan adik saya yang ada di Nanggroe Aceh Darussalam yang telah memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

4. Buat saudara-saudaraku yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu, penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan, kritikan dan sarannya, penulis mengucapkan terima kasih banyak.

Dalam penulisan tesis ini bilamana ada ketidak sempurnaan, maka kami sebagai penulis bersedia menerima kritikan dan masukan dari para pembaca untuk perbaikan kedepannya. Kiranya Allah SWT senantiasa memberikan Rahmat dan karunia-Nya kepada kita, Amin Ya Rabbal Alamin.

Medan, Maret 2009 Penulis


(11)

RIWAYAT HIDUP

I . Identitas Pribadi

Nama : Muhammad Nur

Tempat/Tgl. Lahir : Ms, Baro, 07 Maret 1970 Jenis Kelamin : Laki-Laki

Status : Kawin

Agama : Islam

Alamat : Jl. Gatot Subroto Km, 8,5 Pasar V Komp PTP III Gang Anggrek No. 16 Kp Lalang Medan 20127

II. Isteri : Linda Agustina, ST.

Anak : Fairuz Hanan Noer

Farid Muzhaffar M. Nur Faiza Rizkana Noer

III. Orang Tua : Abubakar Raden.( Alm) : Fatimah Achmad (Alm)

IV. Pendidikan

1. SD Negeri Mns Krueng Kembang Tanjung (1976-1982) 2. SMP Negeri Kembang Tanjung (1982-1985)

3. SMA Negeri Lhok Seumawe Aceh Utara (1985-1988)

4. S-1 Fakultas Hukum Universitas Syiah kuala Darussalam NAD (1990-1995) 5. S-2 Program Studi Magister Kenotariatan (M.Kn) Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan (2006-2009)


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

RIWAYAT HIDUP ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR ISTILAH ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Keaslian Penelitian ... 10

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 11

1. Kerangka Teori... 11

2. Konsepsi... 27


(13)

BAB II TATA CARA PEMBERIAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH KEPADA KOPERASI PADA BANK MUAMALAT CABANG

MEDAN... 33

A. Sistem perbankan Islam ... 33

B. Pengertian Pembiayaan Mudharabah... 35

C. Jenis-Jenis Pembiayaan Mudharabah... 41

D. Jaminan Dalam Pembiayaan Mudharabah... 44

E. Tata Cara Pemberian Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Muamalat Cabang Medan ……… 48

BAB III HAMBATAN DALAM PELAKSANAAN PEMBERIAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH KPADA KOPERASI ... 64

A. Hambatan-Hambatan Dari Segi Internal Bank ... 66

B. Hambatan-Hambatan Dari Segi Eksternal ... 70

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH KEPADA KOPERASI PADA BANK MUAMALAT CABANG MEDAN ... 75

A. Pemberlakuan Pembiayaan Mudharabah Yang Bermasalaha... 75

1. Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah ……… 80

2. Penyelesaian Pembiayaan Mudharabah Bermasalah ... 83

3. Penghapus Bukuan Pembiayaan Macet………. 83

4. Penghapus Tagihan ... 84

5. Penanganan Pembiayaan Bermasalah ... 84

B. Penerapan Sanksi Terhadap Nasabah / Mudharib Bila Melanggar Akad Pembiayaan Mudharabah di Bank Muamalat Cabang Medan ... 86

C. Penyelesaian Sengketa Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Muamalat Cabang Medan ……….. 88


(14)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 100

A. Kesimpulan ... 100

B. Saran... 102


(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman Tabel 1 Pembiayaan Mudharabah Pada Bank Muamalat Cabang

Medan ... 43 Tabel 2 Data pembiayaan mudharabah yang dilakukan penghapusan


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 1. Skema Al-Mudharabah ……….. 23 2. Skema Pembiayaan Al-mudharabah wal Murabahah ……… 56 3. Gambar Diagram Alir Usulan Pembiayaan ………... 62


(17)

DAFTAR ISTILAH

Al Murabahah : Pembiayaan Jual beli dimana bank membeli

barang yang diperlukan oleh nasabah

Mudharabah Al Muqayyadah : Pembiayaan dengan batasan-batasan kepada mudharib

Mudharabah Al Mutlaqah : Pembiayaan tanpa membatasi mudharib

Al Musyarakah : Kerja sama usaha perkongsian

Al Aqdu : Akad/Janji

Al rahn : Akad Penyerahan barang jaminan hutang/Gadai

Al Kafalah : Jaminan yang diberikan oleh penanggung

Amanah : Dapat dipercayakan atau berpegang teguh pada

apa yang dipercayakan

Basyarnas : Badan Arbitrase Syariah Nasional

Degree risk : Tingkat Risiko terhadap waktu pembiayaan

Dewan Pengawas Syariah : Sebuah dewan yang melakukan pengawasan terhadap prinsip syariah dalam kegiatan usaha bank syariah

Dewan Syariah Nasional : Sebuah institusi dibawah Majelis Ulama Indonesia yang memiliki kewenangan untuk menggali, mengkaji, dan merumuskan nilai-nilai dan prinsip-prinsip hukum Islam (syariah) dan menetapkan fatwa tentang produk dan jasa dalam kegiatan usaha bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah

Entrepereniur : Pelaku Usaha


(18)

Gharar : Suatu akad yang mengandung unsur penipuan karena tidak adanya kepastian, baik mengenai ada atau tidaknya objej akad, besar kecilnya jumlah, maupun kemampuan menyerahkan objek.

General Invesment : Pembiayaan mudharabah mutlaqah

Hiwalah : Pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya.

Ibra’ : Membebaskan Nasabah/mudharib dari hutang

Ijab : Lafadz untuk menjawab

Ijarah : Akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa

melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership,

milkiyyah) atas barang itu sendiri.

Ijarah Muntahiyyah Bit Tamlik : Suatu transaksi sejenis perpaduan antara kontrak jual – beli dan sewa, atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang ditangan sipenyewa.

Intermediary : Tempat perantara antara pemilik dana dengan

yang membutuhkan pembiayaan

Istishna : Meminta dibuatkan. Salah satu sejenis jual beli

yang berbentukpesanan.

Kaffah : Pelaksanaan ajaran Islam secara utuh

Mudharib : Dalam akad mudharabah disebut sebagai

pelaksana yang ahli (cakap dalam ketrampilan) yang disebut juga dengan pengusaha

Mudharabah : Akad kerjasama antara pemilik modal (shahibul

mal) dengan orang yang ahli (mudharib) dalam mengelola uang perdagangan/usaha.

Musyarakah : Akad kerjasama antara atau lebih untuk suatu

usaha tertentu, yang masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan


(19)

bahwa keuntungan dari risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

Muwakkil : yang memberikan kuasa salah satu dari rukun

wakalah

Mukallaf : Orang yang sudah dewasa

Nafiz : Perbuatan yang boleh dilakukan seseorang

On the Spot : Peninjauan ke lapangan

Offering Letter : Penawaran

Profit Sharing : Prinsip distribusi hasil usaha berdasarkan bagi untung antara bank bank sebagai mudharib dan shahibul mal penyimpan dana

Profit distribution : Perhitungan pembagian keuntungan dengan sistem bagi hasil

Partnership : Mitra usaha

Project Cas flow : Proyeksi Arus kas

Profibility : Unsur keuntungan dari pembiayaan

Qabul : Lafadz untuk menerima

Qardh : Akad pemberian pinjaman bank kepada pihak

kedua untuk kebutuhan mendesak atau sebagai dana talangan yang pengembaliannya sesuai dengan jumlah yang diterima

Qardhul hasan : Pinjaman sosial/kebajikan sebagai produk untuk membantu usaha kecil atau membantu sektor sosial tanpa imbalan, dan pengembaliannya dapat dilakukan secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu.

Salam : Menjual suatu barang yang penyerahannya ditunda

atau menjual suatu barang yang ciri-ciri jelas dengan pembayaran modal lebih awal sedangkan barang diserahkan kemudian hari.


(20)

Side Streaming : Penggunaan dana tidak sebagaimana yang disebutkan dalam kontrak (kesepakatan)

Surplus of Funds : Orang yang punya kelebihan dana

Shahibu mal : Pemilik Modal

Sighat : Lafadz Akad

Safety : Keamanan pembiayaan

Salafussaleh : Ulama terdahulu

Syirkah : perserikatan dagang, ikatan kejasama yang

dilakukan dua orang atau lebih dalam perdagangan

Tahkim : Penyelesaian sengketa dengan menunjukkan wasit

Trust Invesmen : Berdasarkan kepercayaan

Ta’liq syarat : Mengkaitkan hasil sesuatu urusan dengan urusan yang lain

Trust Financing : Pembiayaan bagi hasil (Mudharabah)

Wadiah : Titipan murni dari satu pihak ke pihak lain

Wanprestasi : Ingkar janji

Wakalah : Perjanjian pemberian kepercayaan dan hak dari

lembaga/seseorang kepada pihak lainsebagai wakil dalam melaksanakan usaha tertentu.


(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank Syariah merupakan salah satu lembaga perbankan yang mempunyai peranan sangat vital dalam struktur perekonomian Indonesia, karena bank menyerap dana masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat, sedemikian strategisnya peranan bank dalam pembangunan perekonomian suatu negara, sehingga suatu negara berusaha menciptakan suatu sistem perbankan yang sehat, tangguh dan dapat memelihara kepercayaan masyarakat.

Dewasa ini Bank Syariah menjadi salah satu alternatif masyarakat untuk melakukan transaksi perbankan dan transaksi bisnis para pengusaha, hal ini dapat kita lihat dengan semakin pesatnya pertumbuhan Bank Syariah di Indonesia. Perkembangan Bank Syariah di Indonsia bukan terjadi begitu saja, namun karena konsep perbankan syariah telah terbukti dan mampu bertahan terhadap goncangan krisis moneter yang melanda negeri ini pada sekitar tahun 1997 seiring dengan jatuhnya pemerintahan orde baru.

Sebelum Undang-undang No. 21 Tahun 2008 undang-undang tentang Perbankan Syariah disahkan, perkembangan Bank Syariah sudah cukup pesat hal ini karena didukung oleh perangkat hukum positip yang memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perkembangan Bank Syariah di Indonesia, dimana dalam Undang – Undang Perbankan khususnya Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang


(22)

Perubahan terhadap Undang-undg Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, telah membenarkan pendirian bank dengan prinsip syariah. Bahkan lebih dari itu Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 telah memberikan kesempatan kepada bank-bank konvensional untuk melaksanakan dual banking system.*

Hal ini dapat dilihat dalam pasal 1 angka 13 Undang-undang No. 10 Tahun 1998 yang berbunyi “ Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam hal lalulintas pembayaran “

Secara umum konsep perbankan syariah menawarkan sistem perekonomian khususnya kepada lembaga perbankan, yaitu suatu sistem yang sesuai dengan syariat Islam/prinsip syariah,†

Prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah‡

Sedangkan Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang disamakan dengan itu berupa transaksi bagi hasil dalam bentuk Mudharabah dan musyarakah, transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah

*

Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan undang-undang No. 7 tahunn 1992 tentang Perbankan Pasal 1 ayat 3 Dual Banking System adalah suatu sistem yang memberi kemungkinan bagi bank-Bank Konvesional untuk dapat membuka unit syariah dengan tetap dapat menjalankan fungsinya sebagai bank umum (melaksanakan dual banking system).

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan disebutkan dalamPasal 1 angka 13 adalah sebagai berikut : Prinsip Syariah adalah aturan perrjanjian berdasarkan Hukum Islam antara bank dengan pihaklain untuk penyimpanan dana dan/atau kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan dengansyariah antara lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (Murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewakan dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).


(23)

muntahiya bittamlik, transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna, transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qardh, dan transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau unit usaha syariah dan pihak lain yang mewajibkan pihakyang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.§

Bank Syariah merupakan lembaga keuangan baru dalam dunia perbankan, munculnya Bank Syariah ini seiring dengan gencarnya dukungan para ulama serta gagasan yang ingin membebaskan diri dari mekanisme bunga, pembentukan Bank Islam mula-mula banyak menimbulkan keraguan. Hal tersebut muncul mengingat anggapan bahwa sistem perbankan bebas bunga adalah suatu yang mustahil dan tidak lazim, sehingga timbul pula pertanyaan tentang bagaimana nantinya Bank Islam tersebut akan membiayai operasinya.

Konsep teoritis mengenai Bank Islam muncul pertama kali pada tahun 1940-an deng1940-an gagas1940-an mengenai perb1940-ank1940-an berdasark1940-an bagi hasil. Berkena1940-an deng1940-an ini dapat disebutkan pemikiran-pemikiran dari penulis antara lain Anwar Qureshi (1946), Naiem Siddiqi, (1948) dan Mahmud Achmad (1952). Uraian yang lebih terperinci mengenai gagasan pendahuluan mngenai Perbankan Islam ditulis oleh ulama besar Pakistan, yakni Abul A’la Al-Mawdudi (1961) serta Muhmmad Hamidullah (1944 – 1962).**

§

Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah Pasal 1 Angka 25 **

Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, Grafiti, Jakarta, 1999, hal. 4.


(24)

Secara internasional, perkembangan perbankan Islam pertama kali diprakarsai oleh Mesir. Pada Sidang Menteri Luar Negeri Negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) di Karachi Pakistan Bulan Desember 1970, Mesir mengajukan proposal berupa studi tentang pendirian bank Islam Internasional untuk perdagangan dan pembangunan (International Islamic Bank for Trade and Development).†† Proposal tersebut pada intinya mengusulkan bahwa sistem keuangan berdasarkan bunga harus diganti dengan sautu sistem kerjasama dengan skema bagi hasil keuntungan maupun kerugian.

Proposal tersebut diterima, dan sidang menyetujui rencana pendirian Bank Islam Internasional dan Federasi Bank Islam. Bahkan sebagai tambahan diusulkan pula pembentukan badan–badan khusus yang disebut badan Investasi dan Pembangunan Negara-negara Islam (Investment and Development Body of Islamic

Countries), serta pembentukan perwakilan-perwakilan khusus yaitu Asosiasi

Bank-bank Islam (Association of islamic Banks) sebagai badan badan konsultatif masalah-masalah ekonomi dan perbankan Islam.‡‡

Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 menjadi suatu sarana yang strategis dan sangat menggembirakan bagi para pengusaha terutama pengusaha muslim dalam meneruskan produksi usahanya. Hal ini disebabkan kemampuan dari lembaga perbankan syariah yang berorientasi kepada sistem bagi hasil dapat memberikan keuntungan kesetiap pengelola uang, tidak hanya

††

Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Gema Insani Press bekerjasama dengan Tazkia Cendikia, Jakarta, 2001, hal. 20

‡‡


(25)

kepada bank sebagai kreditor yang telah memberikan pinjaman tetapi juga kepada

mudharib sebagai pengelola dana dalam mengembangkan usaha mereka.

Dari sudut pandang kepentingan ekonomi, pembiayaan perbankan syariah yang menggunakan sistem Mudharabah (profit sharing) dalam memperlancar roda perekonomian ummat dianggap mampu menekan terjadinya inflasi karena tidak adanya ketetapan bunga yang harus dibayarkan ke bank,§§ juga dapat merubah haluan kaum muslimin dalam setiap transaksi perdagangan dan keuangan yang sejalan dengan ajaran syariah Islam.

Dari kenyataan ini pelaksanaan sistem ekonomi islam dan praktek perbankan non bunga menjadi alternatif yang baik, disamping merupakan suatu keharusan dan kewajiban dalam menjalankan anjuran agama, karena opersi perbankan secara syariah sudah dibenarkan dan diatur oleh Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 sebagai perubahan atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan dan menjadi lebih mantap dengan diatur secara khusus oleh Undang –undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Pembiayaan Mudharabah secara tidak langsung adalah bentuk penolakan terhadap sistem bunga yang diterapkan oleh bank konvensional dalam mencari keuntungan, karena itu pelarangan bunga ditinjau dari ajaran Islam merupakan perbuatan riba yang diharamkan dalam Al-qur’an, sebab larangan riba tersebut bukanlah meringankan beban orang yang dibantu dalam hal ini nasabah, tetapi

§§

.Agustianto, Percikan Pemikiran Ekonom Islam, Bandung; Cipta Pustaka Media, 2002 hal 123


(26)

tindakan yang memperalat dan memakan harta orang lain tanpa melalui jerih payah dan beresiko seta kemudahan yang diperoleh orang kaya diatas kesedihan orang miskin.***

Koperasi memegang peranan penting dalam menanggulangi kemiskinan karena itu pembangunan dan pembinaan kepada koperasi harus menjadi bagian integral dalam paket pembangunan bangsa ini. Upaya-upaya penanggulangan kemiskinan bisa dilakukan dengan memberdayakan koperasi sebagaimana pemerintah bisa menciptakan sistem perbankan, lembaga ekspor, kebijakan proteksi pada industi besar dan sebagainya.

Dengan semangat memberdayakan koperasi sebagai tulang punggung perekonomian kerakyatan, maka koperasi sebagai badan usaha dalam mengembangkan potensi masyarakat, peran koperasinya sangat dituntut agar mampu menanggulangi kompleksitas dari masalah kemiskinan yang sedang dihadapi bangsa ini. Disisi pengembangan dan manfaat koperasi juga diharapkan kepada pemerintah untuk tidak selalu mencampuri koperasi dengan peraturan dan kebijakan pemerintah, sehingga koperasi tidak sebagai “alat kebijakan pemerintah” sehingga kemapuan koperasi untuk mengembangkan permodalan dan usaha berjalan.†††

Sebagai organisasi ekonomi rakyat, koperasi Indonesia pada umumnya beranggotakan masyarakat yang kemampuan ekonominya lemah. Namun demikian

***

Yusuf Qordhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta, Gema Insani Perss, 1997, hal 184.

†††


(27)

sebagai satu sinergi, kekuatan dari para anggotanya, tetap mampu menunjukkan berbagai pertumbuhan.‡‡‡

Dengan koperasi, berbagai program pengembangan sektor pertanian dan industri rakyat yang pada umumnya dikelola pengusaha kecil bisa dijalankan dengan skala ekonomi yang lebih besar, lebih efisien dan efektif dengan skala ekonomi yang mampu bekerjasama dengan bangun usaha yang lain dalam satu tataran yang sama. Selain itu, koperasi merupakan wahana yang efektif bagi anggotanya yang pengusaha kecil itu, untuk saling bekerjasama dan menghimpun kekuatan guna mengatasi berbagai hambatan struktural membuka akses kepada pasar, modal, informasi dan teknologi dengan mengoptimalkan potensi dan memamfaatkan peluang usaha yang terbuka.§§§

Konsep Bank Syariah yang pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteran umat melalui produk-produk yang berlandaskan syariat Islam yang memiliki rasa keadilan, yang selama ini tidak pernah dimilik oleh bank konvensional. Dengan adanya Bank Syariah yang pada dasar akan memberikan perhatian kepada koperasi yang selama kurang mendapat perhatian dan sentuhan dari lembaga perbankan konvensional, maka dengan adanya Bank Syariah yang lebih menitik beratkan perhatiannya kepada Koperasi, hal ini menjadi pertimbangan, karena usaha kecil dan koperasi adalah bagian terbesar dari jenis usaha yang ditekuni rakyat, sehingga degan produk pembiyaan dari Bank Syariah yang khususnya pembiaya

Mudharabah dengan skema bagi hasil yang diberikan kepada Koperasi diharapkan

dapat membangkitkan motivasi dan kewirausahaan yang pada akhirnya dapat

‡‡‡

M. Iskandar Soesilo, Dinamika Gerakan Koperasi Indonesia, Dekopin dan RM Book,Jakarta 2008, hal. 145.

§§§

Muslimin Nasution, Koperasi menjawab Kondisi Ekonomi Nasional, Pusat Informasi Perkoperasia & LPEK, Jakarta 2008, hal. 5


(28)

meningkatkan pendapatan koperasi yang akan berdampak pada penghasilan anggotanya yang dierima melalui Sisa Hasil Usaha (SHU)

Oleh karena sistem operasional Bank Syariah ini baru dikembangkan dan dipraktekkan, sehingga masih banyak orang belum paham, apa dan bagaimana sebenarnya Bank Syariah itu dioperasikan. Selain itu sering sekali terjadi kesalah pahaman masyarakat dalam menyikapi operasional perbankan syariah, serta masih adanya hambatan dan kesulitan yang dihadapi oleh perbankan syariah dalam menerapkan seluruh sistem dan aturan yang ada. Perlu kiranya untuk dilakukan penelitian terhadap Pelaksanaan pemberian pembiayaan Mudharabah kepada koperasi pada bank Muamalat cabang Medan.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian-uraian pada latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan dalam pembahasan dalam tesis ini adalah sebagai berikut:

1.Bagaimana Tata Cara Pemberian Pembiayaan Mudharabah Kepada Koperasi pada Bank Muamalat Cabang Medan ?

2.Faktor-faktor apa saja yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan pemberian pembiayaan secara Mudharabah kepada koperasi ?

3.Bagaimanakah penyelesaian sengketa apabila terjadi wanprestasi dalam pemberian pembiayaan secara Mudharabah kepada koperasi pada Bank Muamalat Cabang Medan ?


(29)

C. Tujuan penelitian

Tujun yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana tata cara pemberian pembiayaan Mudharabah kepada koperasi pada Bank Muamalat Cabang Medan

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan pemberian pembiayaan secara Mudharabah kepada koperasi pada Bank Muamalat Cabang Medan

3. Untuk mengetahui bagaimanakah penyelesaian sengketa apabila terjadi wanprestasi dalam pemberian pembiayaan secara Mudharabah kepada koperasi pada Bank Muamalat Cabang Medan

D. Manfaat Penelitian

Dari pembahasan permasalahan dalam kegiatan penelitian ini diharapkan nantinya

dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis yang dapat diterapkan bagi seluruh kalangan masyarakat, tetutama. :

1. Kalangan Akademis, hasil Penelitian diharapkan dapat menambah wacana keilmuan dibidang praktek perbankan syariah khususnya berkaitan dengan pemberian pembiayaan kepada kopersasi secara skema Mudharabah.

2. Kalangan Perbankan, Kiranya hasil penelitian ini dapat dipergunanakan sebagai pertimbangan dalam rangka meningkatkan pemberian pembiayaan


(30)

kepada koperasi secara teknis berkaitan dengan skema Mudharabah sebagaimana yang diharapkan.

Untuk kalangan masyarakat hasil penelitian ini diharapakan dapat menambah khasanah berpikir serta dapat memberikan suatu sumbangan pengetahuan dalam bidang hukukm perjanjian dan perbankan syariah khususnya pembiayaan skeem Mudharabah.

E. Keaslian Penelitian

Sepanjang sepengetahuan penulis berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan,

khususnya di lingkungan Perpustakaan Hukum, Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, dari hasil penelitian yang sudah ada , maka belum ada penelitian yang sudah dilakukan menyangkut masalah Pelaksanaan Pemberian Pembiyaan

Mudharabah kepada koperasi (Study Pada PT. Bank Muamalat Cabang Medan).

Akan tetapi ada penelitian yang meneliti tentang Perbankan Syariah diantaranya: 1. Penelitian yang dilakukan oleh saudara AHMAD FAUZI, Dengan Judul

Penelitian “JAMINAN DALAM AKAD PEMBIYAAN PADA BANK SYARIAH YANG MENGANDUNG KONFLIK “ Didalam penelitian tersebut titik beratnya pmbahasannya adalah mengenai jaminan dalam hal pembiayaan pada Bank Syariah.

2. Penelitian yang dilakukan oleh saudara RIFKI SURYADI, Dengan Judul Penelitian “PERJANJIAN PEMBIYAAN MURABAHAH PADA BANK DENGAN PRINSIP – PRINSIP SYRIAH ISLAM “ dalam penelitian tersebut


(31)

titik beratnya pmbahasannya adalah mengenai jaminan dalam pembiayaan murabahah dan penyelesaian terhadap pembiayaan macet yang diikat dengan perjanjian murabahah

3. Penelitian yang dilakukan oleh saudari LATIFAH HANIM, Dengan Judul Penelitian “PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH YANG MACET DI BPRS AL-WASLIYAH MEDAN” Dalam penelitian tersebut titik beratnya pembahasannya adalah mengenai penyelesaian pembiyaan macet yang diikat oleh pembiyaan Mudharabah dan kedudukan notaris dalam pembuatan akta akad Mudharabah .

Dilihat dari permasalahan dari penelitian sebelumnya terdapat adanya perbedaan seperti: perbedaan permasalahan, dan perbedaan lokasi lokasi penelitian. Dengan demikian penelitian ini keasliannya dapat dipertanggung jawabkan.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori.

Teori merupakan generalisasi yang dicapai setelah mengadakan pengujian dan hasilnya menyangkut ruang lingkup fakta yang luas.**** Sedangkan Kerangka Teori pada penelitian Hukum Sosiologis atau empiris yaitu kerangka teoritis yang didasarkan pada kerangka acuan hukum, kalau tidak ada acuan hukumnya maka

****

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta 1984, hal. 126.


(32)

penelitian tersebut hanya berguna bagi sosiologi dan kurang relevan bagi Ilmu Hukum.††††

Hukum tidak dapat dilepaskan dari perubahan sosial. ‡‡‡‡ Oleh karena itu, hukum tidak bersifat statis melainkan hukum bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan Masyarakat. Hukum adalah ketentuan yang lahir dari dalam dan karena pergaulan hidup manusia, seperti juga lahir dan berkembangnya pembiyaan yang disalurkan oleh Bank Syariah undang-undang perbankan. dan berkembangnya Bank Syariah.

Lahirnya peraturan hukum positip menunjukkan bahwa hukum akan selalu berkembang dan akan sebagai sarana pendukung perubahan dalam masyarakat. Menurut John Austin dalam Lectures on Jurisprudence. sebagai mana dikutip oleh Lili Rasjidi dan Ira Thania Rasjidi,bahwa:

Hukum adalah perintah dari penguasa dalam arti bahwa perintah dari mereka yang memegang kekuasaan tertinggi atau dari yang memegang kedaulatan. Selanjutnya Austi berkata bahwa hukum adalah perintah yang dibebankan untuk mengatur makhluk berpikir, perintah yag dilakukan oleh makhluk berpikir yang memegang dan mempunyai kekuasaan. Austin menganggap hukum sebagai suatu sistem yang logis, tetap dan bersifat tertutup (closed logical system), hukum secara tegas dipisahkan dari keadilan dan tidak didasarkan pada nilai-nilai yang baik atau buruk.§§§§

Jadi kerangka teori yang dijadikan sebagai fisio analisis dalam penelitian ini adalah kerangka menurut Mazhab Positivisme pendapat John Austin yaitu adanya pengaruh timbal balik nyata antara hukum dengan masyarakat berupa teori yang

††††. Ibid, hal 127. ‡‡‡‡

. Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, Angkasa, Bandung, 1984, hal 99. §§§§

. H. Lili Rasjidi dan Ira Tahinia Rasjidi, Dasar-Dasar Filsafat Dan Teori Hukum , PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hal. 58


(33)

mengacu pada peraturan perundang-undangan dengan mempertimbangkan kebiasaan dalam masyarakat dan mengamati bagaimana pengaruh peraturan perundang-undangan terhadap masyarakat. Bila dikaitkan dengan pemberian pembiayan kepada koperasi, yang merupakan kebijakan perbankan menyangkut pemberian pembiayan kepada koperasi sebagai konsekuensi semakin tingginya berkembangnya lembaga perbankan syariah di Indonesia.

a. Perbankan Syariah Secara Umum

1) . Praduk-produk Bank Muamalat

Dapat dipahami Bank Syariah adalah “Bank yang penentuan harga produknya beradasarkan perjanjian yang berlandaskan aturan hukum Islam antara bank dan pihak lain (nasabahnya) untuk menyimpan dana atau penyaluran dana (pembiayaan) usaha atau kegiatan perbankan lainnya.*****

Sesuai dengan sifatnya berdasarkan Syariah, maka produk-produk Bank Syariah tidak sama dengan produk-produk Bank Konvesional, walaupun beberapa produk harus diakui mengadopsi produk bank konvenional yang dicari landasan hukumnya dalam sumber hukum Islam. Perbedaan prinsip Bank Syariah dengan bank konvensional adalah antara bank dan nasabah tidak diperkenankan menerima bunga sesuai dengan pasal 28 dan 29 Surat Keputusan Bank Indonesia Nomor 32/34/KEP/DIR/1999 menyebutkan kegiatan usaha bank umum berdasarkan prinsip syariah meliputi :

*****


(34)

a. Menghimpun dana dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan terdiri dari : 1. Giro berdasarkan Prinsip Wadiah;

2. Tabungan berdasarkan Prisip Wadiah atau Mudharabah; 3. Bentuk lain berdasarkan prinsip Wadiah atau Mudharabah; b. Melakukan penyaluran dana melalui :

1. Transaksi Jual Beli berdasarkan prinsip

a. Murabahah; b. Istishna; c. Ijarah d. Salam;

e. Jual Beli lainnya

2. Pembiayaan Bagi hasil Berdasarkan Prinsip ;

a. Mudharabah b. Musyarakah

c. Bagi hasil lainnya ;

3. Pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip ;

a. Hiwalah; b. Rahn; c. Qardh

c. membeli, menjual dan atau menjamin atas resiko sendiri surat-surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata (undelying

transaction) berdasarkan prinsip jual beli atau hiwalah. ;

d. Membeli surat-surat berharga pemerintah dan atau Bank Indonesia berdasarkan prinsip syariah dan atau nasabah;

e. Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan atau nasabah berdasarkan prinsip wakalah ;

f. Menerima pembayaran tagihan atas surat-surat berharga yang diterbitkan dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga berdasarkan prinsip

wakalah

g. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat berharga berdasarkan suatu kontrak atau dengan prinsip wakalah

h. Melakukan kegiatan penitipan termasuk penatausahaan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak atau dengan prinsip wakalah

i. Melakukan penempatan dana dari nasabah kenasabah lain dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek berdasarkan prinsip ujr;

j. Memberikan pasilitas letter of credit (L/C) berdasarkan prinsip wakalah,

murabahah, Mudharabah, musyarakah, wadiah, serta memberikan garansi

bank berdasarkan prinsip kafalah;

k. Melakukan kegiatan usaha kartu debet berdasarkan prinsip ujr; l. Melakukan kegiatan wali amanat berdasarkan prinsip wakalah;

m. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan Bank Umum Syariah sepanjang disetujui oleh Dewan Syariah Nasional


(35)

Selain kegiatan usaha di atas, bank umum berdasarkan prinsip syariah : 1.Dapat pula :

a. Melakukan kegitan dalam valuta asing berdasarkan prinsip sharf;

b. Melakukan kegiatan penyertaan modal berdasarkan prinsip musyarakah dan/atau Mudharabah pada bank dan atau perusahaan lain yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah;

c. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara berdasarkan prinsip

musyarakah dan/atau Mudharabah untuk mengatasi akibat kegagalan

pembiayaan dengan syarat harus menarik kembali penyertaan ;

d. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus pensiun berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.

2 Dapat bertindak sebagai lembaga baitul mal, yang menerima dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada yang berhak dalam bentuk santunan dan /atau pinjaman kebajikan (al-qardhul hasan ).†††††

Atas kegiatan usaha tersebut dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank berdasarkan Prinsip Syariah adalah sebagai berikut:

1. Pembiyaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah 2. Pembiyaan berdasarkan prinsip peyertaan modal (musyarakah)

3. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah) 4. Pembiyaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa piliha (ijarah)

5. atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewakan dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina ).

Sedangkan penentuan biaya biaya-biaya jasa bank lainnya bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah juga sesuai dengan syariah Islam Sumber penentuan harga atau pelaksanaan kegiatan bank berdasarkan prinsip syariah juga seuai dengan berdasarkan prinsip syariah dasar hukumnya adalah Alquran, dan Sunnah Rasul. Bank berdasarkan prinsip syariah bunga adalah Riba. ‡‡‡‡‡ Islam Hadist, bagi hasil

(Mudharabah)

Terdapat tiga prinsip pokok perbankan syariah yaitu: 1. Orientasi Produktivitas

Beberapa aspek yang tercakup dalam prinsip ini adalah:

a). Modal dan sumber daya dikerahkan untuk produksi dan distrubusi yang menghasilkan kesejahteraan.

b). Tidak diperkaankan adanya modal dan sumber daya yang tidak terpakai;

†††††

. Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, jakarta , 2001, hal 215-217.

‡‡‡‡‡

. Mandala Manurung dan Prathama Rahardja, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia), Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia , Jakarta , 2004, hal 24.


(36)

Dari aspek-aspek diatas dapat dikatakan bahwa lembaga keuangan syariah sekalipun berorientasi kesejahteraan, namun tidak mempermasalahkan motivasi memperoleh laba.

2. Keadilan.

Dalam rangka keadilan, maka penerapan bunga diharamkan. Sedangkan investasi dilakukan dengan prinsip berbagi resiko. Kesucian dari kontrak/akad harus terjaga, dimana transparansi dan keterbukaan antara kedua belah pihak sangat penting untuk mengurangi resiko akibat informasi yang tidak sama dan kecurangan –kecurangan (moral hazard)

3. Investasi yang halal.

Tidak diperbolehkan melakukan investasi disektor-sektor yang diharamkam seperti : minuman keras, perjudian, pelacuran, dan lain-lain juga tidak diperbolehkan investasi untuk kegiatan spekulasi.§§§§§

2. Jenis-jenis Pembiayaan pada Bank Muamalat

Dalam aplikasi Perbankan ada berbagai jenis pembiayaan yang dikembangkan oleh bank syariah, secara garis besar terbagi dalam dua bentuk, yaitu :

1. Akad syirkah/bagi hasil 2. Akad jual beli

Permodalan dengan akad-akad bagi hasil kegiatan ini terdiri dari : 1.Pembiayaan investasi bagi hasil al-Mudharabah

2.Pembiayaan investasi bagi hasil al-musyarakah

Ad.1 Mudharabah (Trustee profit sharing)

Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian

memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan

§§§§§


(37)

kakinya dalam menjalankan usaha.****** Juga merupakan suatu bentuk equity

financing, secara tekhnis adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak, dimana

pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara Mudharabah di bagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka pengelola yang bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

Mudharabah adalah suatu bentuk kemitraan dimana salah satu mitra yang

disebut dengan shahibul maal atau rabbul maal“ penyedia dana“., menyediakan sejumlah modal tertentu dan bertindak sebagai mitra pasif (mitra tidur),†††††† sedangkan mitra lainnya yang disebut mudharib, yang menyedikan keahlian usaha dan untuk menjalankan ventura, perdagangan, industri, atau jasa dengan tujuan mendapatkan laba.‡‡‡‡‡‡ mudharib dituntut untuk bertindak hati-hati dan kepercayaan yang baik serta bertanggung jawab terhadap kerugian yang terjadi karena kelalaiannya.

Mudharabah juga sinonim dengan istilah qirad dimana penyedia dana disebut

sebagai muqaridh. Pada umumnya mashab Hanafi, Hambali dan Zaidiyah

******

Muhammad Syafi’i Antonio, Op.cit hal . 95 ††††††

. Umar Chapra, Sistem Moneter Islam (Terjemahan), Gema Insani Press, Jakarta, 2000, hal 188.

‡‡‡‡‡‡ . I b i d


(38)

menggunakan istilah Mudharabah, sedangkan Maliki dan Syafi’i menggunakan istilah qiradh.§§§§§§

Zainul Arifin Memberikan pengertian tentang Mudharabah adalah akad yang dilakukan antara pemilik modal dengan mudharib (pengelola) dimana untung disepakati diawal untuk dibagi bersama dan kerugianditanggung oleh pemilik modal.*******

Secara umum, landasan dasar syariah al-Mudharabah lebih mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak pada ayat-ayat dan Hadits berikut ini: a. Al-qur’an

(i). Q.S Al-Muzzamil : 20

“ …dan dari orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT…”

(ii). Q.S Al-Jumu’ah : 10

“Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu dimuka bumi dan carilah karunia Allah SWT…”

(iii). Q.S Al-Baqarah : 198

“Tidak ada dosa (halangan bagi kamu untuk mencari karunia Tuhanmu…” b. Hadits

Hadits diriwayatkan Thabrani dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina Abbas bin Abdul Muthalib jika menyerahkan harta sebagai secara Mudharabah ia mensyaratkan

§§§§§§ . I b i d *******


(39)

kepada mudharibnya agar tidak mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah serta tidak membeli hewan. Jika persyaratan itu dilanggar , ia (mudharib) harus menanggung resikonya ketika persyaratan yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah beliau membenarkannya††††††† menyalahi peraturan tersebut, yang bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikanlah syarat-syarat tersebut kepada Rasulullah SAW dan Rasulullah pun membolehkannya” (HR Thabrani).

Dari Shalih bin Shuhaib r.a. bahwa Rasulullah SAW, bersabda, “tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, muqaaradhah

(Mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah,

bukan untuk dijual” (HR. Ibnu Majah no.2280, kitab at-Tijarah). Ijma

Diriwayatkan, sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang, Mudharib harta anak yatim sebagai Mudharabah dan tak ada seorangpun yang mengingkari mereka . karenanya hal itu dipandang sebagai ijma’ (Wahbah Zuhaily, Al-Fiqh al-Islami wa adillatuhu.‡‡‡‡‡‡‡

Secara umum Mudharabah terbagi :

a. Mudharabah Muthlaqah

Yang dimaksud dengan transaksi Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas

†††††††

Abdullah Bin Abdurrahman Al Bassam, Syarah Bulughul maram, Jilid 5, Pustaka Azzam, ,Jakarta, 2006, 22.

‡‡‡‡‡‡‡


(40)

dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. Dalam pembahasan Fiqih Ulama Salafus Saleh seringkali dicontohkan dengan ungkapan if’al ma syi’ta (lakukanlah sesukamu) dari shahibul maal ke

mudharib yang memberikan kekuasaan sangat besar. b. Mudharabah Muqayyadah

Mudharabah Muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted Mudharabah/specified Mudharabah adalah kebalikan dari mudahrabah mutlalaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu atau

tempat usaha. Adanya pembatasan ini seringkali mencerminkan kecendrungan umum si shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha.§§§§§§§

Aplikasi Al-Mudharabah dalam perbankan salah satunya tampak pada sisi pembiayaan yaitu :

a. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa;

b. Investasi khusus, disebut juga Mudharabah muqqayadah, dimana sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syrat-syarat yang ditetapkan oleh shahibul maal********

Maka inti mekanisme daripada Mudharabah itu sendiri pada dasarnya terletak kerjasama yang baik antara pemberi dana dan pengelola dana dengan dasar kepercayaan, kersama inilah yang merupakan karakter utama dalam pelaksanaan perjanjian Mudharabah pada perbankan syariah.

§§§§§§§

Muhammad Syafi’i Antonio, op.cit hal : 95-97 ********


(41)

Dari hal tersebut secara legalitas pada perbankan syariah, akad yang dilakukan oleh nasabah/Mudharib dan pihak bank tidak hanya memiliki dimensi dari duniawi semata tetapi juga mencerminkan ukhrawi disebabkan akad tersebut berlandaskan hukum Islam, dengan demikian pada setiap akad dalam perbankan syariah harus memenuhi ketentuan-ketentuan akad seperti dalam memenuhi rukun dan syarat dalam akad tersebut

Penyaluran dana terhadap seorang nasabah/ mudharib atau peminjam modal baik dalam bentuk pembiayaan Mudharabah tidak terlepas dari sah atau tidaknya suatu akad (kontrak) yang disepakati oleh kedua belah pihak, dengan kata lain bahwa akad antara bank dan nasabah/ mudharib tersebut selalu berpedoman kepada ketentuan-ketentuan yang telah berlaku dalam pembiayaan bagi hasil pada bank syariah.

Secara Perjanjian menurut jumhur ulama dikatakan dengan akad, dana secara terminlogi akad didefinisikan dengan pertalian ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan qabul (pernyataan penerima) sesuai dengan kehendak syaria’at yang mempengaruhi pada objek perikatan.††††††††

Zainul Arifin, menyatakan tentang‚ Mekanisme Mudharabah yang merupakan unggulan bagi perbankan syariah, namun perlu ditegaskan bahwa posisi syariah juga berbasis pada kebebasan berkontrak adalah fleksibel. Semua jenis transaksi pada

††††††††


(42)

prinsipnya diperbolehkan sepanjang (dalam hal transaksi keuangan tidak berisi elemen riba atau gharar)“.‡‡‡‡‡‡‡‡

Manfaat Al-Mudharabah antara lain :

Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat; Bank tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread; Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan Cash flow/arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah; Bank akan lebih selektif dan hati-hati (prudent) mencari usaha yang benar halal, aman dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang dibagikan; Prinsip Bagi hasil dalam

Al-Mudharabah/Al-Musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap dimana bank akan menagih

penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.

Namun demikian Al-Mudharabah ini juga memiliki resiko dalam penerapannya pada pembiayaan , diantaranya :

1. Side streaming; nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut

dalam kontrak;

2. Lalai dan kesalahan yang disengaja;

3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabahnya tidak jujur.

‡‡‡‡‡‡‡‡


(43)

Secara umum, aplikasi perbankan al-Mudharabah dapat digambarkan dalam skema berikut ini

NASABAH (mudahrib)

KEAHLIAN/ MODAL 100%

KETRAMPILAN

NISBAH X % NISBAH Y %

BANK (Shahibul Maal) PERJANJIAN BAGI HASIL

NASABAH (mudarrib)

PROYEK USAHA

PEMBAGIAN KEUNTUNGAN

PEMBAGIAN KEUNTUNGAN

Pengambilan modal pokok

MODAL

MODAL

Gambar 1 : Skema al-Mudharabah

Sumber : Muhammad Syafi’I Antonio hal 98 Keterangan Gambar

1. Perjanjian Bagi Hasil (akad) 2. Nasabah (Mudharib)


(44)

3. Bank (Shahibul Maal) 4. Proyek (Objek Bagi Hasil)

Dari skema diatas memperlihatkan proses Mudharabah antara pemilik modal dengan pengelola modal.

1. Bank /shahibul maal sebagai pemilik modal 100%

2. Nasabah/Mudharib orang yang memiliki keahlian untuk mengelola suatu proyek

3. Bank/shahibul maal menyerahkan modal dan terjadi perjajian bagi hasil

4. Setelah proyek selesai bank dan mudharib melakukan bagi hasil sesuai dengan porsi (nisbah) yang telah disepakati.

b. Pengertian Koperasi dan jenis-jenis koperasi 1. Pengertian Koperasi

Pengertian koperasi berdasarkan S.1933-108 yaitu koperasi berdasarkan hukum perdata barat dan S.1949-179 yaitu koperasi berdasarkan hukum adat, keduanya berasal dari pemerintah Hindia Belanda telah mengikuti Pengertian koperasi dari undang-undang 1925 di Nederland yaitu :

Suatu Perkumpulan orang-orang yang bebas masuk atau keluar sebagai anggota dengan tujuan memperbaiki keadaan materiil para anggota secara bersama-sama menyelenggarakan pekerjaan (produksi) atau bersama-sama mendapatkan


(45)

bahan-bahan hidup (konsumsi) atau bersama-sama mengupulkan uang agar dapat meminjam dengan bunga yang rendah. (Kredit).§§§§§§§§

Sedangkan menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Koperasi disebutkan Koperasi adalah Badan usaha yang beranggota orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan.

2. Jenis-Jenis Koperasi

1. Berdasarkan Sejarah timbulnya gerakan koperasi dapat dibagi sebagai berikut : a. Koperasi Konsumsi

b. Koperasi Kredit c. Koperasi produksi.

2. Berdasarkan lapangan Usaha/tempat tinggal anggotanya

a. Koperasi Desa, anggotanya para penduduk desa yang memiliki kepentingan yang sana dalam koperasi, dan menjalankan aneka usaha dalam suatu lingkungan tertentu.

b. Koperasi unit Desa merupakan gabungan koperasi-koperasi pertanian atau koperasi desa dalam wilayah unit desa, yang kemudian dilebur menjadi koperasi unit desa.

§§§§§§§§

Herlien Budiono, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan , Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007, hal 304


(46)

c. Koperasi Konsumsi

yaitu koperasi yang anggotanya terdiri dari tiap-tiap orang yang mempunyai kepentingan langsung dalam lapangan konsumsi.

d. Koperasi Pertanian (Koperta)

Yaitu Koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari para petani –petani atau buruh-buruh tani atau orang –orang yang mata pencahariannya berkaitan dengan usaha pertanian.

c.Koperasi Peternakan

Yaitu koperasi yang anggotanya terdiri dari para peternak, pengusaha ternak, buruh peternak.

f. Koperasi Perikanan

Yaitu koperasi yang anggotanya terdiri dari para peternak ikan , pengusaha perikana, pemilik kolam ikan, pemilik alat perikanan, nelayan, serta pihak-pihak yang berhubungan dengan usaha perikanan.

g. Koperasi Kerajinan / koperasi Industri.

Yaitu koperasi yang anggotanya terdiri dari para pengusaha kerajinandan industri, buruh yang berkepentingan yang mata pencahariannya berhubungan dengan kerajinan dan industri.

h. Koperasi Simpan Pinjam /Koperasi Kredit

Yaitu koperasi yang anggotanya terdiri dari orang orang yang mempunyai kepentingan langgsung dalam soal perkreditan atau simpan pinjam.


(47)

3.Dari Golongan Funsional dibagi menjadi a. Koperasi Pegawai Ngeri (KPN) b. Koperasi Angkatan darat (Kopad) c. Koperasi Angkatan Laut (Kopal) d. Koperasi Angkatan Udara (Kapau) e. Koperasi Angkatan Kepolisian f. Koperasi Pensiunan Angkatan Darat g. Koperasi pensiunan Pegawai Negeri h. Koperasi karyawan.

2. Konsepsi

Untuk menghindari terjadinya kesalah fahaman terhadap itilah-istilah yang yang digunakan dalam tesis ini, berikut ini adalah definisi dari istilah-istilah tersebut: Bank Syariah atau bank Islam adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah Islam. Bank ini tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Quran dan Hadis.*********

Mudharabah adalah akad kerjasama antara dua pihak dua pihak dimana pihak

pertama (Shahibul Maal) menyediakan seluruh (100 %) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara Mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.†††††††††

*********

Edy Wibowo dan Untung Hendy Widodo, Mengapa Memilih Bank Syariah, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005, hal. 33

†††††††††

Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, Tazkia Institute, Jakarta 1999, hal.135.


(48)

Perjanjian Pembiayaan adalah perjanjian berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Koperasi adalah Badan usaha yang beranggota orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan.

G. Metode Penelitian

1. Spesifikasi Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini diarahkan untuk mengetahui secara lebih mendalam serta menganalisa pelaksanaan pemberian pembiyaan Mudharabah dalam praktek kepada koperasi pada PT. Bank Muamalat Cabang Medan selanjutnya disebut Mudharabah) dan untuk mengetahui faktor–faktor penghambat dalam rangka pemberian pembiayaan Mudharabah kepada koperasi. Karena itu sifat penelitian yang sesuai untuk penelitian ini adalah deskriptif, yaitu menggambarkan dan menganalisis permasalahan yang dikemukakan.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian yuridis empiris/yuridis sosiologis. Penelitian ini didasarkan pada data primer dan data sekunder yang diperoleh dari penelitian lapangan, dengan didukung oleh penelitian kepustakaan yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti.

‡‡‡‡‡‡‡‡‡


(49)

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Bank Muamalat Cabang Medan yang beralamat di Jalan gajah Mada No. 21 Medan. Dengan pertimbangan sebagai berikut :

Bank Muamalat merupakan pelopor (pioner) berdirinya Bank Syariah di Indonesia. Dan merupakan Bank Syariah pertama di Indonesia. Pada saat negara Indonesia dilanda krisis ekonomi pada tahun 1997, bank Muamalat merupakan salah satu bank yang dinilai cukup sehat oleh bank Indonesia, Pada hal pada waktu itu sebagian besar bank yang ada baik bank pemerintah maupun bank swasta nasional harus direstrukturisasi, direkapitulasi dan dipaksa merger oleh pemerintah. Semetara pada saat itu bank muamalat masih tetap eksis.

3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam suatu penelian merupakan keseluruhan (Universum) dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, persistiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian.§§§§§§§§§ teknik pengambilan sample dilakukan dengan cara porpusive sampling.**********

§§§§§§§§§

. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, Airlangga, University press, Bandung, 2001, hal. 101.

**********

. Porpusive Sampling adalah eknik pengambilan sampel, dimana pengambilan sampel ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sepihak oleh peneliti. Dalam hal ini setiap anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dapat dijadikan sebagai sampel dalam penelitian.


(50)

Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara yang akan dilakukan terhadap :

1.5 (lima) pengurus kopersi penerima pembiyaan Mudharabah dari bank Muamalat cabang Medan

2.1 (satu) orang Business Manager dari Bank Muamalat 3.1 (satu) orang Opersional Manager dari Bank Muamalat 4.2 (dua) orang Account Manager Muamalat Cabang Medan 5.2 (dua) Orang Remedial Bank Muamalat Cabang Medan

6.Notaris yang pernah membuat akad pembiayaan pada bank muamalat cabang Medan

4. Sumber Data.

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder:

a. Data Primer

Data Primer yaitu data yang diperoleh dari penelitian lapangan dengan melakukan wawancara terhadap para responden dan nara sumber, wawancara dilakukan dengan maksud untuk mengetahui lebih mendalam tentang praktek pemberian pembiayaan kepada koperasi pada bank muamalat cabang medan.


(51)

b. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari penelitian /penelusuran kepustakaan yang mempunyai kekuatan mengikat yang dapat dibedakan atas bahan hukum primer, sekunder dan tertier.††††††††††

5. Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini untuk mendapatkan hasil yang ojektif dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah, maka data dalam penelitian ini diperoleh melalui :

1. Terhadap data primer, pengumpulan data dilakukan melalui wawancara kepada pihak –pihak yang ada kaitannya terhadap permasalahan yang diteliti, dengan menggunakan pedoman wawancara sebagai alat pengumpulan data.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

2. Terhadap data sekunder, pengumpulan data dilakukan dengan cara studi dokumen, yaitu dengan menghimpun data yang berasal dari kepustakaan yang berupa peraturan-peraturan perundang-undangan, buku–buku/literatur, karya ilmiah seperti makalah, jurnal, artikel –artikel yang terdapat pada

††††††††††

Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang mengikat, yakni berupa norma – norma hukum seperti antara lain : peraturan perundang-undangan. Bahan hukum sekunder dalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. Selanjutnya bahan hukum tertier adalah bahan yang memberikan petunjuk ataupun penjelasan terhadap bahan-bahan hukum primer dan sekunder lihat : Soerjono Soekamto , Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hal 55.

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

. Didalam penelitian dikenal tiga jenis alat pengumpul data, yaitu studi dokumen atau bahan pustaka, pengamatan atau observasi, dan wawancara. Lihat Soerjono Soekanto, Ibid., hal 66.


(52)

majalah maupun koran, dan segala tulisan yang mempunyai hubungan dengan permasalahan yang diteliti.

Studi dokumen juga meliputi studi terhadap dokumen-dokumen resmi, bahan-bahan inhause training yang berkaitan dengan operasional dan pembiyaan pada bank Muamalat, yang diperoleh dari bank Muamalat cabang Medan.

6. Analisa Data

Analisa data merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian dalam rangka memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Sebelum analisa data dilakukan, terlebih dahulu diadakan pemeriksaan dan evaluasi terhadap semua data yang ada untuk mengetahui validitasnya, untuk selanjutnya diadakan pengelompokan terhadap data yang sejenis untuk kepentingan analisis.

Analisa data dilakukan secara kualitatif, §§§§§§§§§§ yaitu untuk memperoeh gambaran tentang pokok permasalahan dengan menggunakan metode induktif dengan mengamati hal-hal yang khusus untuk kemudian menarik kesimpulan pada hal-hal yang umum.

§§§§§§§§§§

. Analisis data dibedakan berdasarkan sifat datanya menjadi analisis yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Analisis kualitatif dilakukan pada data yang tidak bisa dihitung (datanya tidak berupa angka-angka statistik). Lihat : Rianto Adi. Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Penerbit Granit, Jakarta, 2004, hal .128.


(53)

BAB II

TATA CARA PEMBERIAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH KEPADA KOPERASI PADA BANK MUAMALAT CABANG MEDAN

A. Sistem Perbankan Islam

Konsep dasar dari sistem Bank Islam adalah Syariah Islam yaitu hukum –hukum syariah yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Konsep ini pada dasarnya adalah konsep perniagaan menurut ajaran Islam.*********** Hal yang sama juga dikemukakan oleh Muhammad Syafi’i Antonio, bahwa bank Islam adalah bank yang tata cara beroperasinya sesuai dengan prinsip Syariah Islam.††††††††††† Bank yang beroperasinya sesuai dengan prinsip-prinsip Islam adalah” Mengikuti ketentuan Syariah Islam. Dalam tata cara bermuamalat itu dijauhi praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba untuk diisi dengan kegiatan –kegiatan investasi atas dasar bagi hasil dan pembiayaan perdagangan.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Zainul Arifin menyebutkan 3 (tiga) prinsip utama yang dianut oleh bank –bank Islam adalah :

1.Larangan Riba (bunga) dalam berbagai bentuk transaksi.

***********

. H.M. Amin Aziz Mengembangkan Bank Islam di Indonesia, Penerbit Bangkit, Jakarta, 1992, hal 10.

†††††††††††

. H. Karnaen Perwaatmadja, H. Muhammad Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, Jakarta, 1992, hal 1-2.

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ . Ibid


(54)

2.Menjalankan bisnis dan aktifitas perdagangan yang berbasis pada memperoleh keuntungan yang sah menurut syariah.

3.Memberi Zakat.§§§§§§§§§§§

Perbedaan pokok antara perbankan Islam dengan perbankan konvensional adalah larangan riba (bunga) bagi perbankan Syariah. Riba dilarang, sedangkan jual beli (bai) dihalalkan. Dengan demikian, maka membayar dan menerima bunga pada uang yang dipinjamkan, dilarang.************ Perbankan Islam adalah suatu strategi Islam untuk mencapai tujuan Islam dalam perekonomian Islam.

M. Umar Chapra mengemukakan tiga strategi Islam untuk mencapai tujuan - tujuan Islam. Elemen penting adalah terintegrasinya semua aspek kehidupan keduniaan dengan aspek spritual untuk menghasilkan suatu peningkatan moral manusia dan masyarakat dimana ia hidup.†††††††††††† Namun Islam tidak hanya menitik beratkan pada usaha aspek spritual individu dan masyarakat. Kesadaran moral itu penting karena dapat memberi dukungan kepada kekuatan sistem sosial, politik dan ekonomi pada gilirannya dapat diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga kondusif kepada peningkatan moral individu. Suatu lingkungan yang tidak adil dan eksploitatif akan meninggalkan aspirasi individu untuk menjadi jujur dan tulus.

Strategi kedua bahwa Islam telah menyediakan suatu ”cetak biru” untuk dapat mengorganisasikan semua aspek kehidupan ekonomi, politik, sosial agar dapat memperkuat jaringan moral masyarakat dan mengaktualisasikan sasaran dalam

§§§§§§§§§§§

. Zainul Arifin Op Cit. hal. 29. ************

Ibid. hal 28 ††††††††††††


(55)

Islam.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Misalnya distribusi pendapatan dan kekayaan yang adil, tidak dapat direalisasikan tanpa adanya :

a.Suatu kepercayaan pada persaudaraan manusia yang bermuara dari keimanan kepada keesaan Tuhan.

b.Suatu sistem ekonomi yang tidak melahirkan sikap sosial Darwinisme, siapa yang kuat dia yang menang dan ;

c.Suatu sistem sosial politik yang mencegah ketidakadilan dan eksploitasi berbagai cara misalnya melarang riba dan mewajibkan secara moral kepada individu masyarakat dan negara untuk menyalurkan dukungan materil kepada yang lemah.

Strategi yang ketiga adalah peran yang diberikan kepada negara. Tanggung jawab negara adalah berperan positif dalam membimbing dan mengatur perekonomian agar terealisasi tujuan-tujuan syariah.§§§§§§§§§§§§ Tujuannya adalah untuk menciptakan suatu keseimbangan yang sehat antara kepentingan individual dan masyarakat menurut prinsip yang diajarkan oleh Rasulullh SAW.” Janganlah menimpakan bahaya kepada orang lain dan jangan pula dia ditimpakan bahaya atasnya.

B. Pengertian Pembiayaan Mudharabah

Pembiayan pada Bank Syariah merupakan suatu bentuk pembiayaan sebagaimana diatur dalam Al-Quraan dan ucapan dari Nabi Muhammad S.A.W. jadi hukum Islam

‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

. Ibid hal. 13 §§§§§§§§§§§§


(56)

berasal dari teks yang terungkap dari sebuah norma yang saling berhubungan yang melarang kegiatan pengambilan keuntungan (intrest making) dan kegiatan spkulatif yang tidak pantas.*************.

Menurut Muhammad Kawas Qal’aj, sebagaimana dikutip Muhammad Syafii Antonio, perkataan Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan ”pengertian memukul atau berjalan lebih tepatnya proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha”.††††††††††††† Secara tehnis

Mudharabah berarti:

Akad kerjasama usaha antara dua pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara Mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian sipengelola. Seandainya kerugian itu disebabkan karena kecurangan atau kelalaian pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Dengan demikian pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga keuangan syariah kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif.§§§§§§§§§§§§§ Dalam kegiatan penyaluran dana oleh Bank Syariah melakukan investasi dan pembiayaan, disebut investasi karena prinsip yang digunakan adalah prinsip penanaman dana atau penyertaan dan keuntungan yang diperoleh bergantung pada kinerja Enterpreniur dan usaha yng menjadi objek penyertaan tersebut sesuai

*************

. Bismar Nasution Hukum dan Ekonomi, makalah disampaikan pada Seminar Nasional dengan tema,” Signifikansi Hukum Islam di Dalam Merespon Issu-issu Global “, di Pasca Sarjana IAIN Medan Tanggal 19 Juni 2004 hal 11.

†††††††††††††

. Muhammad Syafi’i Antonio, Op Cit, hal.95. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡

I b i d §§§§§§§§§§§§§

. Tim Penulis Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, PT. Intermasa, Jakarta. Hal. 44.


(57)

dengan nisbah bagi hasil yang telah disepakati sebelumnya. Selanjutnya disebut pembiayaan karena Bank Syariah menyediakan dana guna membiayai kebutuhan nasabah/mudharib atau mudharib yang membutuhkan dan layak untuk memperoleh pembiayaan tersebut, sehingga mekanisme daripada pembiayaan Mudharabah pada dasarnya terletak pada kerjasama yang baik antara Bank Syariah dan mudharib.

Dengan demikian pembiayaan Mudharabah yang disalurkan oleh Bank Syariah kepada nasabah/mudharib, terutama pengusaha kecil yang diharapkan akan mampu meningkatkan dan membesarkan usaha mereka, sehingga manfaat yang diperoleh dari pembiayaan Mudharabah dapat dirasakan oleh kedua belah pihak, baik pihak Bank Syariah maupun para pengusaha tersebut.

Tugas pokok Bank Syariah pada umumnya memberikana fasilitas atau

intermediary dengan mengumpulkan dana dari masyarakat dan memberikan

pembiyaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang memerlukan, maka sistem pembiayaan pada Bank Syariah merupakan suatu kerangka dari posedur – prosedur yang berhubungan dengan proses penyediaan uang berdasarkan kesepakatan atau persetujuan dari kedua belah pihak

Pembiayaan sistem Mudharabah pada Bank Muamalat Cabang Medan diberikan terhadap usaha-usaha Koperasi yang dianggap dapat memberikan keuntungan kepada bank maupun untuk koperasi tersebut. Untuk itu Bank Muamalat Cabang Medan lebih memilih memberikan pembiayaan secara Mudharabah kepada koperasi yang berada dilingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Koperasi dibawah


(58)

naungan Instansi dan lembaga Pemerintah dalam hal ini Koperasi Pegawai Negeri (KPN).**************

Secara umum pembiayaan dalam Bank Syariah menurut sifat penggunaannya dibagi dua yaitu :

1. Pembiayaan Produktif

Pembiayaan Produktif merupakan pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas yaitu, untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi.††††††††††††††

Pembiayaan Modal kerja yang dilaksanakan oleh Bank Syariah dalam rangka memenuhi kebutuhan modal kerja nasabah bukan dengan meminjamkan uang tunai, tetapi dengan menjamin hubungan partnership dengan nasabah.‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡ Bank bertindak sebagai penyandang dana sedangkan pengusaha sebagai pengelola. Hal ini dapat disebut dengan sistem pembiayaan Mudharabah atau dalam istilahnya trust

financing. Fasilitas ini dapat diberikan untuk jangka waktu tertentu, sedangkan bagi

hasilnya secara periodik dengan nisbah wajar yang disepakati dalam akad. Setelah jatuh tempo nasabah/mudharib mengembalikan sejumlah dana tersebut beserta porsi bagi hasil yang belum dibagikan.

**************

. Wawancara dengan Bussines Manager Bank Muamalat Cabang Medan (Okky Surdian), pada tanggal 9 Desember 2008.

††††††††††††††

.Muhammad syafi’i Antonio, Op Cit, hal. 160. ‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡‡


(59)

2. Pembiayaan Konsumtif

Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan akan habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan barang-barang konsumsi dengan cara sebagai berikut :

1). Al bai’ Bitsaman ajil (salah satu bentuk murabahah) yaitu suatu perjanjian pembiayaan yang disepakati antara bank dengan nasabah, dimana bank menyediakan dananya untuk pembelian barang modal dan usaha anggotanya yang kemudian proses pembayarannya dilakukan secara mencicil atau angsuran . 2). Al Ijarah Al Muntahia bit tamlik (sewa beli)

Al Ijarah Al Muntahia bit tamlik adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual beli

dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang ditangan sipenyewa.

3). Al Musyarakah Al Muntanaqishas (decreasing participation), yaitu dimana dalam hal pembiayaan ini bank secara bertahap menurunkan jumlah partisipasinya. 4). Ar Rahn, yaitu pihak bank menahan salah satu harta milik si mudharib sebagai

jaminan atas pinjaman yang diterimanya.§§§§§§§§§§§§§§

Kegiatan pembiayaan Mudharabah yang dlaksanakan oleh Bank Syariah pada substansinya dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan dengan cara Islami. Dalam proses pembiayaan yang dimohonkan oleh nasabah/mudharib akan diterus oleh pihak bank, jika Bank Syariah telah meneliti dan mempelajari serta merasa yakin bahwa nasabah/mudharib yang akan menerima pembiayaaan akan mampu dan mau

§§§§§§§§§§§§§§


(1)

3. Penyelesaian atas pembiayaan Mudharabah bermasalah dilakukan melalui :

a. Langkah penyelamatan, apabila pembiayaan masih ada harapan kembali kepada Bank, yiatu rescheduling, reconditioning dan restructing. Selain itu dapat pula dilakukan take over (pengambil-alihan) kegiatan usaha oleh Bank dengan akusisi atau aliansi.

b. Dengan cara melakukana penagihan sendiri, penyelesaian dengan cara menjual barang agunan, Penagihan melalui Pengadilan, Penghapus Bukuan Pembiayaan Macet dan Penghapusan Tagihan

c. Langkah penyelesaian, apabila pembiayaan sulit bahkan sudah tidak ada harapan kembali kepada Bank, yaitu dengan mengajukan gugatan perdata lembaga Peradilan Agama atau melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS), sesuai dengan pilihan penyelesaian sengketa yang disepakati para pihak, sebagaimana yang disebut dalam akad pembiayaan Mudharabah.

B. Saran

1. Pihak-pihak yang terkait dalam masalah perbankan khususnya Bank berdasarkan syariah lebih mensosialisasikan keberadaan Bank Syariah kepada masyarakat, terutama terhadap persepsi sebagaian masyarakat yang pro dan kontra terhadap halal dan haramnya riba atau bunga Bank serta terhadap keunggulan konsep perbankan syariah yang berdasarkan prinsip kemitraan. 2. Kepada Bank Muamalat Cabang Medan diharapkan dapat meningkatkan


(2)

yang berkelanjutan, seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi demi peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

3. Peran pihak Bank Muamalat dalam memberdayakan pengusaha kecil/ golongan ekonomi lemah lebih digiatkan terutama dalam penyediaan pembiayaan/ modal serta persyaratan jaminan dipermudah, namun tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian, guna menghindarkan risiko kerugian bagi pihak Bank.

4. Bank Muamalat Cabang Medan disarankan untuk menyempurnakan akad pembiayaan Mudharabah, dengan menambah klausula yang mengatur dengan tegas tentang sanksi yang akan diberlakukan terhadap nasabah/ mudharib yang melanggar akad pembiayaan Mudharabah.


(3)

DAFTAR PUSTAKA 1. Buku

Abdurrahman bin Abdullah Al-Bassam, Syarah Bulughul Maram Jilid 5, Pustaka Azzam, Jakarata, 2006

Anshori Abdul Ghofur, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia, Citra Media, Yokyakarta, 2006.

Ascary, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2007

Agustianto, Percikan pemikiran Ekonomi Islam, Respon terhadap Persoalan Ekonomi Kontemporer, Cipta Pustaka Media, Bandung, 2002.

Azis Amin, H.M., Mengembangkan Bank Islam di Indonesia, Bangkit Jakrta, , 1992 Antonio, Muhammad Syafi’, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik, Gema Insani,

Jakarta, 2001.

, Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, Tazkia Institute, Jakarta, 1999.

Al-Quran dan Terjemahan , Diterbitkan Oleh Mujamma’ al-Malik Fadh Li Thiba’at al-Mush-haf asy-Syarif, Al-Quran dan Terjemahannya, Medinah Munawwarah, 1990.

Arifin, Zainul, Memahami Bank Syariah: Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek, Alvabet, Jakarta, 2006.

Ashshofa, Burhan, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 1996. Ash-Shiddieqy Hasbi, Hukum-hukum Fiqih Islam, Bulan Bintang, Jakarta.

Bungin Burhan, Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis Dan Metodologis Ke Arah Penguasaan Model Aplikasi, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003.

, Metodologi Penelitian Sosial, Airlangga, University press, Bandung, 2001

Budiono Herlien, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan , Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007


(4)

Djamil, Fathurrahman, Hukum Perjanjian Syariah, Dalam Kompilasi Hukum Perikatan, (Dalam Rangka Menyambut Masa Purna Bakti Usia 70 Tahun), PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001.

Djumhana, Muhamad, Hukum Perbankan Di Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003.

Dewi, Gemala, dkk, Hukum Perikatan Islam Di Indonesia, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2005

Ghofur Ansory, Abdul Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam Di Indonesia, Yogyakarta : Citra Media, 2006

Karim, Adiwarman A. Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2004

Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004 , Manajemen Perbankan, RajaGarfindo Persada, Jakarta, 2002.

Manurung Mandala dan Prathama Rahardja, Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter (Kajian Kontekstual Indonesia), Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia , Jakarta , 2004

Muhammad, Tekhnik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syariah, UII Press, Yogjakarta, 2001.

Qordhawi Yusuf, Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta, Gema Insani Perss, 1997. Remy Sjahdeini Sutan, Perbankan Islam dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum

Perbankan Indonesia, Grafiti, Jakarta, 1999, hal. 4.

Saeed, Abdullah, Bank Islam dan Bunga; Studi Kritis dan Interpretasi Kontemporer tentang Riba dan Bunga., Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2004.

, Menyoal Bank Syariah, Kritik Atas Interpretasi Bunga Kuam Neorevivalis, Jakarta : Paramadina, 2004


(5)

Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, cetakan kedua, UI-Press, Jakarta, 1982.

,dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif-Suatu Tinjauan Singkat, Cetakan Kedua, Rajawali, Jakarta, 1986.

Soemitro, Roni Hanitijo, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Semarang, 1980.

Sumitro, Warkum, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait ; BAMUI, TAKAFUL dan Pasar Modal Syariah di Indonesia, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004.

Thaib Hasballah M, Hukum Aqad (Kontrak) Dalam Fiqih Islam Dan Praktek Di Bank Sistem Syariah, Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2005.

, Kapita Selekta Hukum Islam, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2004. Usman, Rachmadi, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Gramedia Pustaka

Utama, Jakarta, 2001.

Warman A Karim Adi, Bank Islam (Analisis Fiqih dan Keuangan), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006.

Wibowo Edy dan Untung Hendy Widodo, Mengapa Memilih Bank Syariah, , Ghalia Indonesia, Jakarta, 2005.

2. Undang –Undang

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Pebankan Syariah. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 94 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4867.

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Pokok-Pokok Perbankan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 3790.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502.


(6)

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Lembaran Negara republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 138 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 3872.

Peraturan pemerintah No. 72 tahun 1992 Tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil

Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/36/KEP/DIR/1999, Tentang Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.

Himpunan Fatwa Dewan syariah Nasional, Edisi Kedua tahun 2003, Dewan Syariah Nasional majelis Ulama Idonesia dan Bank Indonesia, Jakarta.

3. Artikel / Makalah

Agustianto. Konsep dan Sistem Perbankan Syari’ah, Medan Bisnis, 31 Juli 2001. , “Pengaruh Bunga Terhadap Keterpurukan Ekonomi Indonesia (Studi

Kasus 1997-2004)”, dalam Kumpulan Makalah Seminar Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (PROCEEDINGS OF INTERNATIONAL SEMINAR ON ISLAMIC ECONOMICS AS A SOLUTION ), Medan, 18-19 September 2005. Nasution, Bismar, Hukum dan Ekonomi, makalah disampaikan pada Seminar

Nasional dengan tema ‘signifikansi Hukum Islam Dalam Merepon Issu-issu Global”, di Pascasarjana IAIN SU Medan, tanggal 19 Juni 2004

4. Internet

Bank Muamalat Indonesia, www. muamalatbank .com,

http://agustianto.nirlah.com/2008/04/03.peradilan-agama-dan-sengketa-ekonomi-syariah, di akses pada hari Senin tanggal 20 Bulan Desember 2008

http://pa-pangkalpinang.pta-tabel-net/images/stroies/artikel/makalah%20abdul%20 manna.pdf.di akses pada hari Senin tanggal 20 Desember 2008

http://syariah-online.org/ruu/tanggapan-terhadap-usulan-pemerintah-naskah-ruu- perbankan-syari%E2%80ah/default.asp