65
pembungkusan diusahakan agar tidak terjadi kontaminasi tercampurnya benda asing seperti potongan tali rafia,batuan, kerikil, dan benda asing lainnya agar mutu
hasil perajangan tetap terjaga.
4.8. Penggunaan Faktor Produksi
Tabel 4. Faktor Produksi Usahatani Tembakau
No Variabel
Jumlah rata-rata Harga rata-rata
masa tanam ---Rp---
1 Produksi tembakau kg
2.439,75 56.360
2 Luas lahan m
2
2.748,00 50.000
3 Jumlah benih gram
5,49 10.000
4 Tenaga kerja HOK
62,63 50.000
5 Pupuk kandang kg
3.519,00 400
6 Pupuk ZA kg
73,64 4.000
7 Pupuk NPK Fertila kg
85,15 12.697
8 Pupuk KNO
3
kg 37,15
19.638 9
Pestisida liter 2,11
91.765 Sumber: Data Primer Penelitian, 2016.
Faktor produksi yang digunakan dalam produksi tembakau rajangan di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang adalah luas lahan, jumlah benih, tenaga
kerja, pupuk kandang, pupuk ZA, pupuk NPK Fertila, pupuk KNO
3
dan pestisida.Hal ini sesuai dengan pendapat Mamat et al. 2006 faktor produksi
tembakau adalah luas lahan, benih tembakau, pupuk sesuai kebutuhan nutrisi tanah, tenaga kerja, modal dan pestisida. Data penggunaan faktor produksi dapat
dilihat pada Lampiran 5. Penggunaan faktor produksi dapat mempengaruhi jumlah produksi tembakau di Desa Tajuk Kecamatan Getasan, hal ini sependapat dengan
Cahyono 2005 yang menyatakan bahwa faktor- faktor produksi akan menentukan
66
besar kecilnya produksi yang dihasilkan. Faktor-faktor produksi tembakau di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang dapat dilihat pada Tabel 4.
4.9. Analisis Fungsi Produksi Model Cobb-Douglas
Model yang digunakan untuk menggambarkan pengaruh kuantitas penggunaan faktor- faktor produksi tembakau terhadap produksi tembakau dalam
penelitian ini adalah model fungsi produksi dengan mengasumsikan fungsi produksi model Cobb-Douglas. Faktor-faktor produksi tembakau meliputi luas
lahan, jumlah benih, tenaga kerja, pupuk kandang, pupuk ZA, pupuk NPK Fertilla, pupuk KNO
3
dan pestisida. Fungsi produksi model Cobb-Douglasadalah fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel
yang satu disebut variabel dependen atau yang dijelaskan Y, dan yang lain disebut variabel independen atau variabel yang menjelaskan XSoekartawi,
2002. Persamaan
yang diperoleh
pada model
Cobb-Douglasdapat ditransformasikan dalam bentuk logaritma natural. Sebelum dilakukan pengujian,
data harus diuji normalitasnya. Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui data variabel dependen dan independen berdistribusi normal atau tidak
Sukestiyarno, 2008.Pengujian asumsi klasik diperlukan untuk mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan benar-benar bias dari gejala
heteroskedastisitas, multikolinieritas dan gejala autokorelasi. Uji normalitas data yang digunakan menggunakan uji Kolomorov smirnov,
hasil analisis uji normalitas dapat dilihat pada Lampiran6. Berdasarkan hasil pengujian kenormalan menggunakan uji Kolmogorov smirnov diperoleh nilai
67
signifikansi dari masing- masing faktor produksi tembakau 0,05 sehingga data tersebut berdistribusi normal sesuai dengan pendapat Sukestiyarno 2008 bahwa
kriteria pengujian angka signifikansi 0,05 maka data berdistribusi normal dan jika angka signifikansi 0,05, maka data tidak berdistribusi normal. Hasil uji
Kolmogorov-Smirnov dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. N ilai Uji Kolmogorov - Smirnov No
Variabel Asymp. Sig 2-tailed
1 Y Produksi tembakau
0,509 2
X
1
Luas lahan 0,182
3 X
2
Jumlah benih 0,075
4 X
3
Tenaga kerja 0,175
5 X
4
Pupuk kandang 0,088
6 X
5
Pupuk ZA 0,087
7 X
6
Pupuk NPK Fertila 0,077
8 X
7
Pupuk KNO
3
0,138 9
X
8
Pestisida 0,328
Sumber: Data Primer Penelitian, 2016. Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui bahwa data yang digunakan
dinyatakan bias dari gejala heteroskedastisitas, multikolinieritas dan gejala autokorelasi. Hasil analisis uji asumsi klasik dapat dilihat pada Lampiran 7. Uji
autokorelasi diperoleh menggunakan regresi Durbin-watson. Durbin- watson menunjukkan nilai residual prediction error, apabila uji DW menunjukkan
angka -2 dw 2 maka tidak terjadi autokorelasi Gujarati, 2010.Berdasarkan hasil pengujian menggunakan program SPSS diperoleh nilai dw sebesar 1,433,
artinya nilai dw berada diantara nilai -2 dw 2 sehingga data tersebut dinyatakan terbebas dari autokorelasi. Uji multikolinieritas bertujuan untuk
menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas variabel independent. Model korelasi yang baik sebaiknya tidak memiliki
68
korelasi antar variabel bebasnya. Hal tersebut dapat dilihat pada outputcoefficient correlation. Jika nilai VIF 10 maka tidak terjadi multikolinieritas Wiratna dan
Endrayanto, 2012. Berdasarkan hasil pengujian menggunakan program SPSS diperoleh nilai tolerance collinearity statistics masing- masing variabel sebesar X
1
= 0,252 , X
2
= 0,610 , X
3
= 0,227, X
4
= 0,462, X
5
= 0,921, X
6
= 0,544, X
7
= 0,903, X
8
= 0,696 dengan nilai VIF kurang dari 10 yakni X
1
= 3,966 , X
2
= 1,640 , X
3
= 4,414, X
4
= 2,166, X
5
= 1,086, X
6
= 1,839, X
7
= 1,107, X
8
= 1,436. Berdasarkan nilai tersebut data yang digunakan dinyatakan bebas dari adanya
multikolinieritas. Uji heteroskedastisitas dapat dilihat dari grafik scatterplot yang menunjukkan titik-titik menyebar dan tidak berpola. Titik-titik berpola teratur
seperti bergelombang dan menyempit menyimpulkan adanya heteroskedastisitas sedangkan pada titik-titik yang tidak berpola dan menyebar mengindikasikan tidak
terjadi heteroskedastisitas Ghozali, 2005. Berdasarkan uji asumsi klasik data yang digunakan dapat dikatakan terbebas dari gejala heteroskedastisitas,
multikolinieritas dan gejala autokorelasi serta data berdistribusi normal. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai koefisien regresi B masing- masing
faktor produksi yakni sebesar 0,807 untuk faktor produksi luas lahan, -0,011 untuk faktor produksi jumlah benih, 0,249 untuk faktor produksi tenaga kerja, -
0,022 untuk faktor produksi pupuk kandang, -0,040 untuk faktor produksi pupuk ZA, -0,096 untuk faktor produksi pupuk NPK Fertila, 0,009 untuk faktor produksi
pupuk KNO
3
dan -0,035 untuk faktor produksi pestisida. N ilai intersept konstanta yang diperoleh sebesar -1,036. Koefisien regresi yang diperoleh dapat dituliskan
pada persamaan regresi linear berganda sebagai berikut :
69
Y = -1,306 X
1 0,807
.X
2 -0,011
. X
3 0,249
. X
4 -0,022
. X
5 -0,040
.X
6 – 0,096
.X
7 0,009
.X
8 -0,035
Bentuk persamaan dalam bentuk persamaan model Cobb-Douglassebagai berikut: LnY = -Ln 1,036 + 0,807 LnX
1
– 0,011 LnX
2
+ 0,249 LnX
3
- 0,022 LnX
4
– 0,040 Ln X
5
– 0,096 Ln X
6
+ 0,009 Ln X
7
- 0,035 Ln X
8
Keterangan : Y = jumlah produksi tembakau yang dihasilkan dalam satu kali masa
tanam kg. X
1
= luas lahan yang digunakan dalam satu kali masa tanam m
2
masa tanam
X
2
= jumlah benih yang digunakan dalam satu kali masa tanam gram masa tanam
X
3
= jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam satu kali masa tanam HOK masa tanam
X
4
= jumlah pupuk kandang yang digunakan dalam satu kali masa tanam dalam satuan kg masa tanam
X
5
= jumlah pupuk ZA yang digunakan dalam satu kali masa tanam dalam satuan kg masa tanam
X
6
= jumlah pupuk NPK Fertila yang digunakan dalam satu kali masa tanam dalam satuan kg masa tanam
X
7
= jumlah pupuk KNO
3
yang digunakan dalam satu kali masa tanam dalam satuan kg masa tanam
X
8
= jumlah pestisida yang digunakan dalam satu kali masa tanam dalam satuan liter masa tanam
70
Nilai koefisien determinasi R
2
yang diperoleh adalah sebesar 0,908 artinya 90,8 menjelaskan faktor produksi luas lahan, jumlah benih, tenaga kerja, pupuk
kandang, pupuk ZA, pupuk NPK Fertila, pupuk KNO
3
dan pestisida terhadap jumlah produksi tembakau sedangkan 9,2 dijelaskan oleh faktor lain yang tidak
dimasukkan dalam model regresi. Hal ini sesuai dengan pendapat Ramadhani 2011 bahwa semakin besar nilai R
2
mendekati nilai satu, semakin baik hasil regresi tersebut dan jika nilai R
2
mendekati nol maka variabel independent secara keseluruhan tidak bisa menjelaskan variabel dependent.
Uji serempak dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor produksi terhadap produksi tembakau. Uji serempak dilakukan dengan menggunakan uji F, hal ini
sesuai dengan pendapat Ghozali 2005 bahwa uji F dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap dependen secara serempak. Hasil uji F
menunjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 123,865 dengan signifikansi sebesar 0,000. Perhitungan signifikansi pengaruh antar variabel dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Uji F Faktor Produksi Usahatani Tembakau di Kecamatan Getasan
Sumber Jumlah
dF Rata-rata
Fhit Sign.
Regresi 68,576
8 8,572
123,865 0,000
Residual 6,298
91 0,069
Total 74,873
99 Sumber: Data Primer Penelitian, 2016.
Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor- faktor produksi secara parsial terhadap produksi tembakau, hal ini sesuai pendapat Wiratna dan
Endrayanto2012 bahwa uji t bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen dan dependen secara parsial. Berdasarkan hasil analisis uji
71
parsial diperoleh hasil bahwa faktor produksi luas lahan, tenaga kerja dan pupuk NPK Fertila berpengaruh terhadap produksi tembakau karena nilai signifikansi
kurang dari 0,05. Hal ini sesuai dengan pendapat Ramadhani 2011 bahwa jika nilai signifikansi ≤ 0,05 menunjukkan pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat secara nyata. Faktor produksi jumlah benih, pupuk kandang, pupuk ZA, pupuk
KNO
3
dan pestisidatidak
berpengaruhsecara nyata
karena nilai
signifikansinya lebih dari 0,05. Hasil analisis uji t dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Koefisien Regresi Parsial Penggunaan Faktor Produksi pada Usahatani Tembakau di Kecamatan Getasan
Variabel Koefisien Regresi
t Hitung Sign.
Y Produksi tembakau -1,036
-1,810 0,074
X
1
Luas lahan 0,807
13,325 0,000
X
2
Jumlah benih -0,011
-0,277 0,782
X
3
Tenaga kerja 0,249
3,892 0,000
X
4
Pupuk kandang -0,022
-0,502 0,617
X
5
Pupuk ZA -0,040
-1,276 0,205
X
6
Pupuk NPK Fertila -0,096
-2,325 0,022
X
7
Pupuk KNO
3
0,009 0,275
0,784 X
8
Pestisida -0,035
-0,965 0,337
Sumber: Data Primer Penelitian, 2016. Luas lahan dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi
tembakau karena luas lahan yang besar memiliki kapasitas tanaman tembakau lebih banyak sehingga jumlah produksi tembakau dapat meningkat. Hal ini sesuai
dengan pendapat Tambunan 2003 bahwa luas lahan yang besar memungkinkan penanaman tanaman tembakau lebih banyak sehingga daun tembakau yang dapat
di panen lebih banyak. Tenaga kerja berpengaruh terhadap produksi karena usahatani tembakau merupakan usahatani padat karya yang membutuhkan jumlah
72
tenaga kerja yang cukup untuk proses pasca panen karena kondisi daun tembakau yang mudah memar sehingga proses pengolahannya harus dilakukan sesegera
mungkin. Hal tersebut didukung oleh pendapat Putri et al. 2015 bahwa pada usahatani tembakau tenaga kerja yang dibutuhkan pada proses pasca panen harus
disesuaikan karena proses pasca panen tembakau harus dilakukan dengan segera dan dikerjakan secara gotong royong agar kualitas hasil tembakau tetap terjaga
sehingga harga jual tembakau tinggi. Pupuk NPK Fertila sebagai pupuk starter berpengaruh terhadap jumlah
produksi tembakau karena pupuk NPK diberikan sebagai pemenuh unsur nitrogen dan kalium yang berfungsi pada proses pertumbuhan akar tanaman sehingga
pemberian pupuk NPK dapat mencegah terjadinya rebah tanaman yang dapat menurunkan jumlah tanaman tembakau. Pendapat ini sesuai dengan pendapat
Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur 2013 bahwa pupuk starter diberikan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan unsure N bagi tanaman yang berfungsi
sebagai penguat tanaman dan menjaga kualitas daun tembakau. Faktor produksi jumlah benih tidak berpengaruh karena penggunaan jumlah benih harus
disesuaikan dengan luas lahan yang dimiliki sebab jumlah benih yang berlebihan dapat menurunkan jumlah produksi sebagai akibat terlalu padatnya jumlah
tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Sa hid 1986 dalam jurnal Akbar et al. 2011 bahwa populasi yang padat dapat menurunkan produktivitas karena
padatnya jumlah tanaman dapat menyebabkan tanaman kerdil, kelembaban tinggi dan banyaknya tanaman yang mati. Faktor produksi pupuk kandang tidak
berpengaruh karena pemberian pupuk kandang yang tidak terfermentasi sempurna
73
tidak dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman melainkan dapat menyebabkan penyakit pada tanaman. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hanum 2008
bahwa penggunaan pupuk kandang yang tidak terfermentasi sempurna dapat menyebabkan penyakit pada akar tanaman tembakau sehingga menyebabkan
tanaman mudah rebah dan mati. Faktor produksi pupuk ZA dan KNO
3
tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi tembakau karena jenis tanah di Kecamatan Getasan adalah tanah
latosol dengan pH 5-6 sehingga penggunaan pupuk ZA yang mengandung unsur sulfur menyebabkan tanah semakin bersifat asam. Pemberian pupuk ZA dan
KNO
3
dimaksudkan untuk pemenukan unsur N pada saat tanaman berusia 7 hari setelah tanam sebagai pembentuk zat nikotin pada daun. Pemberian pupuk NPK
dan KNO
3
yang berlebihan dapat menyebabkan hama pada tanaman. Pendapat tersebut sesuai dengan pendapat Hanum 2008 bahwa pemberian pupuk nitrogen
yang berlebihan dapat meningkatkan populasi hama terutama kutu tembakau yang dapat menurunkan produktivitas tanaman. Faktor produksi pestisida tidak
berpengaruh terhadap jumlah produksi tanaman karena pestisida bukan merupakan zat perangsang pertumbuhan tanaman melainkan merupakan zat
pembasmi hama dan penyakit tanaman, sehingga penggunaannya tidak dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman yang meningkatkan produktivitas melainkan
hanya mengurangi penyebaran hama dan penyakit. Penggunaan pestisida yang berlebihan dapat berpengaruh buruk bagi tanaman sebab menurut Cahyono 2005
penggunaan pestisida berlebihan dapat menyebabkan kekebalan hama sehingga hama dapat hidup lebih banyak.
74
4.10. Elastisitas produksi