III-10
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015
Gambar 3.6. Perkembangan Impor Provinsi Kepulauan Riau Januari 2013, Desember 2013 dan Januari 2014
Sumber : BPS Kepulauan Riau angka sementara
Seperti yang telah disebut diatas, penguatan impor tersebut terjadi karena kebutuhan bahan baku yang meningkat sejalan denganpenguatan ekspor,
tercermin dari komoditas utama impor yang tidak jauh berbeda dengan komoditas ekspor, antara lain mesin elektronik, produk daeri besi dan baja. Seperti halnya
ekspor, impor juga didominasi impor luar negeri sebesar 98,83 dari total impor, sementara porsi impor antar daerah hanya sebesar1,17.
d. Perekembangan Harga Inflasi
Pada tahun 2013, tekanan inflasi di Provinsi Kepulauan Riau melonjak tiga kali lipat dibanding inflasi Tahun 2012, hal ini dipicu oleh kenaikan harga
bahan bakar minyak BBM bersubsidi. Sampai dengan akhir Desember 2013, inflasi di Kepulauan Riau tercatat sebesar 8,24 jauh lebih tinggi jika
dibandingkan Desember 2012 sebesar 2,38. Lonjakan inflasi Tahun 2013 terjadi di pertengahan tahun Bulan Juli dan mencapai puncaknya dengan tingkat
pergerakan inflasi sebesar 2,45 terhadap Bulan Juni 2013. Kenaikan harga BBM dan kendala cuaca memicu kenaikan harga
kelompok bahan makanan jika dibandingkan dengan kelompok lainnya. Terkait dengan kenaikan BBM kelompok pengeluaran lainnya yang berpengaruh
signifikan adalah kelompok transportasi, Komunikasi dan jasa keuangan.
III-11
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015
Kenaikan inflasi Provinsi Kepulauan Riau lebih dipengaruhi oleh pergerakan inflasi Kota Tanjungpinang yang mencapai 7,81, sedangkan
pergerakan inflasi Kota Batam sebesar 8,67. Meskipun sampai dengan akhir tahun tingkat inflasi tahunan Provinsi Kepulauan Riau berada pada tingkat
tertinggi, namun pergerakan inflasi Kepulauan Riau telah berangsur-angsur turun.
Gambar.3.7. Pergerakan Inflasi Kepulauan Riau dan Nasional Tahun 2010-2013
Sumber : Data BPS diolah
e. Indeks Gini
Gini Ratio
Gini rasio merupakan salah satu alat ukur untuk mengetahui kemerataan pendapatan dalam suatu wilayah, yang besarannya antara 0
– 1, angka 0 menunjukkan pemerataan yang sempurna, sedangkan angka 1 menunjukkan
ketidakmerataan yang sempurna. Menurut Todaro P. Michael, 1994, apabila indeks Gini berkisar antara 0,20 - 0,35 berarti tingkat pemerataan pendapatan di
wilayah tersebut dinyatakan tidak timpang pemerataan pendapatannya relatif sama, sementara menurut Suyatno 2009 : 30 bahwa indeks gini 0,50-0,70
merupakan kondisi adanya kesenjangan pendapatan yang tinggi; 0,35 Gini 0,50 mencerminkan kondisi adanya kesenjangan yang sedang dan bila Gini rasio 0,2 -
0,35 menggambarkan kesenjangan pendapatan yang rendah.
III-12
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015
Gambar.3.8. Grafik Indeks gini Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2008-2013
Sumber : Data BPS diolah
Pada gambar di atas, secara umum ketimpangan di Provinsi Kepulauan Riau sejak 2008 - 2013 dalam kondisi sedang, walaupun pada tahun 2013
menunjukkan indeks gini yang bertambah. Jika dibandingkan dengan Provinsi lain di Indonesia seperti Riau dan Jawa Barat, Provinsi Kepulauan Riau masih
menunjukkan pemerataan pendapatan yang lebih baik.
Gambar.3.8. Gambaran Indeks gini di berbagai Provinsi Tahun 2008-2010
Impor
Sumber : Data BPS diolah
III-13
PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2015
f. Indeks Williamson