Potensi sumberdaya hayati Kondisi sosial ekonomi

- 7 - Warta Limnologi – No. 45Tahun XXIII Desember 2010 and tall swamp forest tanah gambut dan hutan berawa, fresh water swamp rawa air tawar dan stunteddwarf swamp forest hutan berawa yang mengalir atau tergenang, dan riparian swamp forest hutan berawa pinggiran. Selain itu juga terdapat hutan Dipterocarp sekunder hills and hill Forest. Kondisi Danau Sentarum saat musim hujan dan musim kemarau dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Kondisi Danau Sentarum saat musim hujan atas dan musim kemarau bawah. Sumber Dennis et al. 2000

C. Potensi sumberdaya hayati

Secara keseluruhan, di dalam kawasan ini terdapat 16 spesies yang terancam punah International Union for Conservation of Nature IUCN list, 26 spesies yang tergolong dalam CITES Convention on International Trade in Endangered Species konvensi internasional tentang perdagangan spesies yang terancam punah, 143 mamalia 29 diantaranya endemik di Pulau Kalimantan dan populasi orang utan Pongo pygmaeus. Selain itu juga terdapat 282 spesies burung dan 26 spesies reptil, lebih dari 150 spesies anggrek dan 500 spesies tanaman telah diidentifikasi keberadannya di kawasan ini. Beberapa spesies ikan yang sangat penting dalam kehidupan penduduk lokal adalah Clown Loach dan Ithe Asian Arowana Schleropages formosus Marbled Goby Oxyeleotris marmorata, Sultan Fish Leptobarbus hoevenii, Featherback Chitala lopis, dan Giant Snakehead Channa micropeltes. Ikan Arwana menjadi sumber perhatian utama karena penurunan populasi besar-besaran yang terjadi akibat penangkapan berlebih karena nilai jualnya yang mencapai 3000 per ikan Dudley, 2000.

D. Kondisi sosial ekonomi

Dari hasil sensus penduduk pada tahun 1997 diperkirakan sekitar 8.480 penduduk tetap terdaftar di wilayah ini. Penduduk lokal digolongkan dalam dua suku yaitu Iban Dayak dan Malay. Suku Iban Dayak memenuhi kebutuhan hidup mereka melalui kegiatan perikanan tangkap, perkebunan, persawahan, dan agroforestry Sedangkan suku Malay melakukan kegiatan perikanan tangkap, pengumpulan kayu dan budidaya ikan. Industri yang sangat penting diwilayah ini adalah industri penghasil madu yang dimulai sejak tahun 1800 de Mol, 1933 dalam Aglionby, 2000. Sekitar 13 jumlah keluarga terlibat usaha ini. Total produksi madu di kawasan ini adalah sekitar 20-25 ton pada tahun 1993. E. Upaya konservasi dan ancamannya Upaya konservasi telah dimulai dengan dideklarasikannya kawasan ini sebagai Kawasan Perlindungan Hewan - 8 - Warta Limnologi – No. 45Tahun XXIII Desember 2010 Liar Danau Sentarum Danau Sentarum Wildlife Reserve pada tahun 1982 dengan SK Menteri Kehutanan No. 757KptsUm10 l982. Pada bulan Februari 1999, kawasan ini diubah statusnya menjadi Taman Nasional Danau Sentarum dan pada bulan April 1994 kawasan ini ditetapkan sebagai ramsar site kedua di Indonesia. Status Taman Nasional menaungi 132.000 hektar area inti core area dan 65.000 hektar kawasan penyangga. Meskipun demikian, upaya nyata konservasi baru dimulai pada tahun 1992 melalui proyek pengelolaan hutan tropis The United Kingdom Tropical Forest Management Project UK-ITFMP yang didanai oleh the British Overseas Development Administration sekarang Department for International Development dari 1992-1997. Proyek ini mendirikan kembali sistem community-based management yang sempat tertidur. Sistem ini berhasil diterapkan di beberapa wiilayah dengan menegakkan hukum adat, memperkuat kelembagaan dan menumbuhkan kecintaan lokal terhadap nilai konservasi. Beberapa ancaman terhadap upaya konservasi kawasan Danau Sentarum adalah: 1. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan alat tangkap dan upaya penangkapan yang ramah lingkungan, 2. Perluasan perkebunan sawit yang menggusur habitat alami, 3. Adanya upaya kanalisasi dan pembendungan air Danau Sentarum, 4. Kebakaran hutan baik secara alami maupun akibat kegiatan manusia, 5. Lemahnya partisipasi masyarakat, 6. Lemahnya koordinasi antara pemangku kepentingan dan 7. Lemahnya penegakan peraturan dan hukum.

F. Kesimpulan Danau Sentarum menunjang berbagai