- 9 -
Warta Limnologi – No. 45Tahun
XXIII
Desember 2010
Ikut Tri Handoyo, A.Md, Puslit Limnologi-LIPI ikuttri.handoyoyahoo.com
ungguh akan menjadi mimpi yang sangat buruk bagi
pengguna Excel
jika mendapati workbook-nya rusak corrupted
atau damaged. Kerusakan tersebut dapat terjadi karena beberapa hal, namun yang
menjadi berita baik adalah bahwa kerusakan yang terjadi pada workbook
dapat diperbaiki atau dipulihkan. Jika suatu workbook mengalami kerusakan
maka Excel secara otomatis melakukan pemulihan
automated recoveryFile
Recovery Mode, yaitu dengan berusaha membuka ulang dan secara serempak
akan memperbaiki workbook yang rusak pada file tersebut. Excel mengindentifikasi
isi filedata workbook yang rusak sambil memperbaikinya. Jika perbaikan gagal,
Excel akan berusaha kembali untuk membuka workbook tersebut tapi bukan
untuk berusaha memperbaiki, namun Excel menyadap nilai cell dan menampilkan
data hasil formulanya saja. Dalam keadaan tertentu Excel terkadang
tidak melakukan automated recovery, tapi pengguna Excel tidak perlu putus asa
karena ada langkah-langkah lain yang dapat membantu, yaitu:
1. Memulihkan atau Memperbaiki
Workbook File Excel Secara Manual Pada menu File, klik Open.
Excel 2007: klik Tombol Microsoft Office
, kemudian klik Open. Pada kotak dialog Open, pilih
fileworkbook yang rusak. Klik tanda panah di sebelah
tombol Open, kemudian klik Open and Repair. Selanjutnya pilih
metode yang digunakan untuk memperbaiki
workbook yang
rusak. Repair: untuk memulihkan data pada workbook sebanyak
mungkin. Extract Data: menyadap dan
menampilkan nilai
dan formula
dari workbook
jika pemulihan
workbook tidak
berhasil.
Penting. Jika kerusakan workbook diakibatkan karena disk error atau
network error maka tidak mungkin untuk membuka workbook tersebut.
Pindahkan lokasi workbook tersebut ke tempat lain sebelum menghabis-kan
waktu untuk mencoba pilihan-pilihan cara memulihkan file pada langkah
nomor 2 atau nomor 3.
2. Menggunakan Versi File yang
Terakhir Disimpan
Jika saat bekerja dengan Excel tiba-tiba file tersebut rusak corrupt
atau damaged sebelum data terakhir dapat disimpan, maka worksheet
original dapat dipulihkan dengan cara mengembalikan kondisi file pada
kondisi terakhir tersimpan.
Langlah-langkah untuk
mengembali-kan versi
file yang
terakhir disimpan yaitu:
Pada menu File, klik Open.
S
Tiga Cara Untuk Memulihkan Workbook
Excel Yang Rusak
- 10 -
Warta Limnologi – No. 45Tahun
XXIII
Desember 2010
Excel 2007: klik Tombol Microsoft Office
, kemudian klik Open.
Pilih nama file yang sedang dikerjakan.
Muncul kotak dialog pesan
“Revert to Saved Data?”, klik Ok. Excel 2007: klik Yes untuk
membuka kembali workbook.
Catatan: Workbook yang terbuka adalah kondisi workbook tersebut
yang terakhir tersimpan. Adapun perubahan
yang menyebabkan
rusaknya workbook tersebut tidak tersimpan.
3. Berusaha Membuka File yang Rusak
Dengan Program yang Lain
Jika Excel tidak dapat membuka workbook yang rusak, ada beberapa
program yang lain yang dapat digunakan
untuk mencoba
membukanya. Microsoft Tool adalah salah satu pilihannya, cara yang
digunakan adalah sebagai berikut:
Klik Start pada Windows XPtombol bulat Start pada
windows Vista7,
pilih All
Programs. Pilih Microsoft Office, kemudian
Microsoft Office
Tools dan Microsoft
Office Application
Recovery.
Pada kotak dialog yang muncul,
pilih Microsoft Office Excel. Klik Recover Application.
Workbook yang rusak juga dapat dibuka dengan menggunakan
Microsoft WordPad.
Satu-satunya alternatif adalah WordPad akan
mengkonversi seluruh data ke dalam bentuk teks, dan WordPad tidak
memulihkan
formula-formulanya. Walaupun
demikian, dengan
WordPad setidaknya
akan mengembalikan data yang penting.
WordPad juga akan memulihkan prosedur Visual Basic Script VBS
pada Macros yang dapat dicari pada recovered text for “Sub” and “Function”
untuk mencarinya.
File .xls
yang rusak
memungkinkan juga untuk dibuka dengan Word, namun sekali lagi data
adalah satu-satunya yang dapat dipulihkan
walaupun hasil
yang ditampilkan tidak beraturan. Jadi
lakukan hanya sebagai usaha terakhir.
Diterjemahkan dari: “3 ways to recover a corrupted Excel
workbook “, HP Technology at Work
Index – Articles Archive. Homepage
Online. Available
from http:h30458.www3.hp.com
aprensmb902514.html; Internet; Diakses pada 20 Januari 2010.
“Repairing corrupted files in Excel” – Applies to: Microsoft Office Excel
2003, Microsoft
Office Online.
Available from
http:office.microsoft.comen-us excelHA010346561033.aspx;
Internet; Diakses pada 21 Januari 2010.
“Repairing a corrupted workbook” – Applies to: Microsoft Office Excel
2007, Microsoft
Office Online.
Available from
http:office. microsoft.comen-usexcel
HA100970171033.aspx; Internet;
Diakses pada 21 Januari 2010.
- 11 -
Warta Limnologi – No. 45Tahun
XXIII
Desember 2010
Dini Daruati, Puslit Limnologi-LIPI dini_daruyahoo.com
aduk Gajah Mungkur di Wonogiri
merupakan bangunan pengendali banjir
di DAS Bengawan Solo Hulu. Dengan
adanya waduk
tersebut maka
masalah banjir di Bengawan Solo
dapat dikurangi. Masalah yang timbul adalah bahwa
umur waduk
yang direncanakan 100 tahun
kemungkinan tidak dapat tercapai karena tingkat sedimentasinya
yang cukup tinggi. Umur waduk 100 tahun tersebut didasarkan pada asumsi tingkat
sedimentasi dapat ditekan menjadi 1,2 mmtahun. Hasil studi yang pernah
dilakukan oleh peneliti dari Universitas Gadjah Mada menyebutkan bahwa
selama periode 1981-1985 tingkat sedimentasinya mencapai 5,3 mmtahun.
Berdasarkan
angka tersebut
maka diperkirakan Waduk Gajah Mungkur
hanya berumur 27 tahun. Daerah Tangkapan Waduk DTW
Gajah Mungkur secara geografis terletak pada
7
o
23‟-8
o
15‟LS dan
110
o
4‟- 111
o
18‟BT. Secara administratif sebagian besar terletak di Kabupaten Wonogiri
dan sebagian lainnya di Kabupaten Pacitan dan Karanganyar. Luas DTW
Gajah Mungkur 135.000 ha dengan genangannya flooding area seluas
13.600 ha Rencana Teknik Lapangan Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah
DAS Solo Hulu, 1985. Daerah Tangkapan Waduk Gajah Mungkur terbagi atas enam
sub DAS, yaitu Keduang 42.664 ha, Wiroko 20.580 ha, Temon 6.935 ha,
Solo Hulu 19.976 ha, Alang Unggahan 23.528 ha dan Wuryantoro 7.333 ha.
Curah hujan tahunan rata-rata sebesar 2.584 mm dengan musim hujan terjadi
pada bulan November-April dan musim kemarau
pada bulan Mei-Oktober. Kondisi geologi yang ada berupa daerah
dengan formasi vulkanik pada bagian sebelah Utara-Timur, campuran vulkanik
dengan batuan sedimen di sebelah Timur dan Barat dan batuan kapur di bagian
Selatan. Jenis tanah yang dijumpai terdiri atas Litosol 29,05 , Grumusol 31,40
, Latosol 11,37 , dan Mediteran 40,70 . Kondisi topografi umumnya
berbukit dan bergunung. Penggunaan lahan yang dominan adalah tegal 38,57
, sawah 36,43 , pekarangan 23,86 , hutan 10,90 , dan lainnya 6,67
. Sukresno dan Rahardyan, 2001
Menurut penelitian Pramono et al., 2001, sedimentasi di DTW Gajah
Mungkur mulai turun sejak tahun 1991 dari 29 tonhatahun menjadi 8 tonhatahun.
Hal ini diakibatkan oleh adanya kegiatan rehabilitasi lahan yang telah dimulai sejak
tahun 1989 dan rendahnya curah hujan tahun 1997. Tingkat sedimentasi mulai naik
lagi
pada tahun
1998, dari
8 tonhatahun pada tahun 1997 menjadi
33 tonhatahun pada tahun 1998. Adanya El-Nino tahun 1997 yang
menyebabkan kekeringan dan adanya La-Nina
pada tahun
1998 yang
menyebabkan curah hujan yang terjadi berada di atas rata-rata normal,
sehingga besar erosivitas hujan juga meningkat. Tingkat sedimentasi sejak tahun
1998 sampai tahun 2000 sudah melebihi tingkat sedimentasi tahun 1991 sehingga
dikhawatirkan umur waduk akan lebih pendek lagi.
Penelitian tersebut
menganalisis kecenderungan
perubahan kondisi
hidrologi di empat Sub DAS Wuryantoro, Alang, Temon, dan Keduang yang masuk
ke Waduk Gajah Mungkur. Analisis tersebut meliputi data tingkat sedimentasi,
hasil air, dan koefisien regim sungai pada masing-masing Sub DAS. Bahan dan alat
yang diperlukan berupa Automatic Water Level Recorder AWLR, Automatic Rainfall
Recorder ARR, Ombrometer, Suspended sediment sampler, dan Peta Topografi.
Data yang diperlukan adalah data curah hujan, data Tinggi Muka Air TMA dan
data sampel sedimen. Data curah hujan diolah menjadi hujan rata-rata dengan
W
SEDIMENTASI DI WADUK GAJAH MUNGKUR
- 12 -
Warta Limnologi – No. 45Tahun
XXIII
Desember 2010
metode polygon Thiesen, data TMA diolah menjadi debit dengan menggunakan
stage-discharge rating curve, dan data sampel sedimen diolah menjadi tingkat
sedimentasi
dengan menggunakan
suspended-discharge rating
curve. Perubahan
debit sungai
m
3
detik menjadi debit limpasan dilakukan dengan
mengubah satuan
m
3
dtk menjadi
mmtahun, dengan demikian data debit dapat dibandingkan antara Sub DAS
yang satu
dengan lainnya
tanpa terpengaruh
oleh luas
Sub DAS.
Pengukuran sedimen dilakukan pada masing-masing outlet dari empat Sub DAS
yang masuk ke Waduk Gajah Mungkur. Koefisien
aliran menunjukkan
perbandingan antara debit dengan curah hujan yang menyebabkannya. Koefisien ini
menggambarkan kondisi hidrologi suatu DAS. Menurut Cook dan Bansby-Williams
dalam Suyono 1996 DAS yang baik mempunyai koefisien aliran 0,50, DAS
yang cukup mempunyai koefisien antara 0,50
– 0,75 dan DAS yang buruk koefisien alirannya 0,75. Jika hanya dilihat dari
koefisien aliran tersebut, Sub DAS yang ada di Daerah Tangkapan Air DTA
Waduk Gajah Mungkur masih relatif baik dengan nilai koefisien rata-rata berkisar
antara 0,22 sampai 0,48. Selain itu koefisien
alirannya juga
cenderung semakin membaik.
Sedimentasi di
Waduk Gajah
Mungkur masih tetap terjadi walaupun telah dilakukan upaya Rehabilitasi Lahan
dan Konservasi Tanah RLKT secara luas di DTW Gajah Mungkur pada periode
1988-1994. Hal tersebut memperlihat-kan bahwa penanganan RLKT yang dilakukan
kemungkinan masih belum sesuai dengan sasaran penanganan yang seharusnya
dilakukan, yaitu dalam mengidentifikasi sumber-sumber erosi di DTW Gajah
Mungkur
sebagai asal
terjadinya sedimentasi.
Permasalahan tersebut
melatarbelakangi Sukresno
dan
Rahardyan 2001 untuk mengevaluasi sumber-sumber
erosi-sedimentasi di
Waduk Gajah Mungkur dengan metode korelasi ukuran butir tanah asli di DTW
Gajah Mungkur dengan ukuran butir sedimen di Waduk Gajah Mungkur.
Tanah asli yang mewakili untuk tiap jenis tanah yang ada di masing-masing
enam sub DAS di DTW Gajah Mungkur diambil sebagai sampel untuk mendeteksi
karakteristik ukuran butir asal sedimen, sedangkan sampel endapan sedimen
diambil dari muara sungai di enam sub DAS tersebut. Pengambilan sampel tanah
asli asal sedimen dan endapan sedimen dilakukan pada musim kemarau tahun
1994 dengan menggunakan bor tanah untuk sampel tanah dan sedimen lapisan
permukaan 0-10 cm. Selanjutnya sampel tanah dan sedimen tersebut dianalisis
ukuran butir untuk fraksi liat 0,002 mm, debu dan pasir halus 0,1-0,002 mm dan
pasir kasar 0,1-2,0 mm penggolongan berdasarkan USDA. Untuk mengetahui
hubungan antara tanah asal sedimen dengan
sedimen dilakukan
dengan membandingkan antara ukuran butir tanah
asli dan endapan sedimennya pada ke enam sub DAS Keduang, Wiroko, Temon,
Solo Hulu,
Alang Unggahan
dan Wuryantoro di DTW dan Waduk Gajah
Mungkur.
Hasil penelitian Pramono et al., 2001 tersebut menunjukkan bahwa sebagian
besar sedimen di Waduk Gajah Mungkur bukan berasal dari hasil erosi ditempat
sheet-rill erosion namun dapat berasal dari erosi tebing sungai, erosi tebing jalan,
erosi parit dan erosi jurang gully, terutama di sub DAS Wiroko, Temon, Solo
Hulu dan Alang Unggahan. Hal ini karena ukuran butir material sedimen di waduk
pada sub DAS tersebut lebih kasar dibanding tanah aslinya. Kondisi ini
mencerminkan bahwa penanganan erosi lahan dengan praktek konservasi tanah
seperti terasering dan lain-lain telah dilakukan dengan tepat, namun penangan
erosi pada offsite pada alur-alur sungai belum tepat sasaran. Pada sub DAS
Keduang dan Wuryantoro menunjukkan bahwa ada korelasi yang sama antara
besar ukuran butir material tanah asli di DTW dengan ukuran butir sedimen di
waduk. Hasil sedimen yang berada di muara sungai Keduang dan Wuryantoro
ukuran
butirnya masih
memiliki
- 13 -
Warta Limnologi – No. 45Tahun
XXIII
Desember 2010
karakteristik yang
sama dengan
sumbernya tanah asli di DTW, hal ini memperlihatkan bahwa sedimen tersebut
merupakan hasil langsung dari erosi sheet- rill, maupun tanah longsor dan erosi jurang
yang terutama banyak terjadi pada lahan-lahan garapan tegal. Kondisi ini
memperlihatkan
bahwa penanganan
konservasi tanah yang ditujukan untuk mengendalikan baik erosi onsite maupun
erosi offsite belum dilakukan sesuai sasaran. Hal tersebut mengakibatkan hasil
erosi yang berada di DTW terutama di sub DAS Keduang dan Wuryantoro
hampir semua menjadi sedimen di waduk. Muara kedua sub DAS tersebut sangat
dekat dengan tubuh bendung Waduk Gajah Mungkur.
Berdasarkan analisis sumber erosi- sedimentasi di atas, penanganan RLKT di
sub DAS Wiroko, Temon, Solo Hulu dan Alang Unggahan perlu lebih diarahkan
untuk mengendalikan erosi tebing sungai, erosi tebing jalan, erosi parit dan erosi
jurang. Untuk sub DAS Keduang dan Wuryantoro penanganan RLKT-nya lebih
diarahkan untuk mengendalikan erosi sheet-rill, tanah longsor dan erosi jurang.
Pengerukan Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri akan sia-sia bila tidak diikuti
dengan usaha menahan laju erosi. Erosi yang berlebihan dari bagian hulu sungai
akan menyebabkan pengendapan di waduk lebih cepat bertambah. Hal itu
diungkapkan
oleh Kepala
Badan Penelitian Teknologi Daerah Aliran Sungai
DAS Nugroho
Sulistyo Priyono,
Pengerukan tidak akan efektif kalau penahan erosi di bagian hulu tidak
diperhatikan, terutama erosi dari Sungai Keduang yang cukup tinggi, jelas
Nugroho Kompas, 2009. Pengerukan lumpur di Waduk Gajah Mungkur
Wonogiri telah dimulai sejak bulan Mei 2003. Proses pengerukan ini merupakan
bantuan
dari Japan
International Cooperation Agency JICA sebanyak Rp
60 miliar. Menurut Nugroho, sebenarnya sudah ada beberapa pembangunan
pengendali erosi, tetapi oleh pemerintah daerah,
bangunan tersebut
tidak dipelihara. Misalnya di hulu Sungai
Keduang yang terdapat beberapa bangunan pengendali erosi. Bangunan
pengendali erosi itu bisa dibangun dari bambu atau batu. Mengendalikan laju
erosi juga bisa dilakukan dengan membuat terasering pada permukaan
tanah. Ia juga mengusulkan, pemerintah dapat membuat bangunan penahan erosi
dari bambu yang langsung ditanam karena bambu tahan lama. Bupati
Wonogiri
H. Begug
Poernomosidi mengemukakan bahwa seharusnya tidak
hanya dilakukan pengerukan lumpur yang telah terlihat di dekat bendungan. Perlu
juga dilakukan pembuatan cek dam pada anak-anak Sungai Bengawan Solo dan
perbaikan hutan-hutan yang ada di daerah hulu, baik itu milik rakyat maupun
Perhutani yang sekarang telah rusak berat akibat banyaknya penjarahan kayu Surat
Kabar Kompas, 2009.
Daftar Pustaka Pramono I.B, Sukresno dan U.H. Murtiono.
2001. Evaluasi Kondisi Hidrologi di Daerah Tangkapan Air Waduk Gadjah
Mungkur, Wonogiri. Prosiding Ekspose Hasil Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Pengelolaan Das Surakarta, hal 75-84.
Sukresno dan Rahardyan, N.A. 2001. Evaluasi
Sumber-Sumber Erosi-
Sedimentasi di Waduk Wonogiri. Prosiding Ekspose Hasil Penelitian dan
Pengembangan Teknologi
Pengelolaan Das Surakarta, hal 51- 59
Suyono. 1996. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Dalam Kontek Hidrologi dan
Kaitannya dengan
Pembangunan Berkelanjutan.
Pidato pada
Pengukuhan Jabatan Lektor Kepala Madya di Fakultas Geografi UGM.
Surat Kabar Kompas. 5 Februari 2009. Pendangkalan
Waduk Gajah
Mungkur Mengkhawatirkan.
- 14 -
Warta Limnologi – No. 45Tahun
XXIII
Desember 2010
Muhammad Badjoeri, Puslit Limnologi-LIPI mbadjoeriyahoo.com
ndonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman
hayati mikroba. Berbagai jenis mikroba telah dimanfaatkan
manusia sebagai penghasil antibiotik pada
industri obat-obatan
dan kedokteran,
probiotik pada
industi makanan, biofertilizer pada industri
pertanian dan
perikanan, agen
bioremedasi pada pengolahan limbah dan penanganan
pencemaran lingkungan.
Mikroba selain sangat beragam jenisnya juga sangat dipengaruhi faktor lingkungan
sehingga dapat mengalami perubahan karakter, baik fisiologis maupun genetik.
Karena itulah para peneliti berupaya mencari berbagai teknik untuk menyimpan
dan mengawetkannya agar ketersediaan isolat
mikroba yang
stabil dan
pemanfaatannya dapat berkelanjutan. Preservasi mikroba adalah upaya
penyimpanan dan pemeliharaan koleksi atau plasma nutfah mikroba dalam jangka
waktu tertentu dan apabila suatu saat diperlukan
dapat dengan
mudah diperoleh kembali dengan kondisi yang
relatif stabil. Keberhasilan preservasi mikroba ditentukan oleh: 1 penguasaan
teknologi, 2 ketersediaan fasilitas dan 3 ketersediaan tenaga yang terampil.
Tujuan preservasi: 1. menahan laju aktivitas metabolisme mikroba sehingga
viabilitas daya tumbuh nya dapat dipertahankan, 2 memelihara isolat
mikroba sehingga mempunyai recovery daya tumbuh kembali dan kelangsungan
hidup yang tinggi dengan perubahan karakter yang minimum Machmud, 2001.
Berbagai cara atau teknik preservasi mikroba telah banyak dikembangkan
Howard 1955, Davis 1975, Fletcher and Young 1997, Obara et al. 1981, Badjoeri
dan Widiyanto 1999, Machmud 2001, Kusmiati dan Priyadi 2003, dan Yuniarti et
al. 2003 yaitu :
1. Preservasi mikroba untuk jangka