Perancangan Media Informasi Tentang Bahaya HIV Aids Pada Remaja Melalui Film Pendek

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI TENTANG

BAHAYA HIV AIDS PADA REMAJA MELALUI FILM PENDEK

DK 38315 / Tugas Akhir Semester II 2013-2014

Oleh:

Admiral Medicaputera Hermawan 51910017

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI TENTANG BAHAYA

HIV AIDS PADA REMAJA MELALUI FILM PENDEK

Admiral Medicaputera Hermawan

NIM. 51910017

Telah disetujui dan disahkan di Bandung sebagai Tugas Akhir pada tanggal: (14 Agustus 2014)

Menyetujui, Pembimbing

Rini Maulina, M.Sn. NIP. 4127 32 06 011

Dekan Fakultas

Ketua Program Studi Desain Desain Komunikasi Visual

Prof. Dr. Primadi Tabrani Taufan Hidayatullah, S.Sn., M.Ds. NIP. 4127 32 06 036 NIP. 4127 32 06 003


(3)

SURAT KETERANGAN

PERSETUJUAN PUBLIKASI

Bahwa yang bertanda tangan di bawah ini, penulis dan pihak perusahaan tempat penelitian, menyetujui:

“Untuk memberikan kepada Universitas Komputer Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif atas penelitian ini dan bersedia untuk di-online-kan sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk kepentingan riset dan pendidikan”.

Bandung, 14 Agustus 2014

Penulis,

Admiral Medicaputera Hermawan NIM. 51910017

Pembimbing,

Rini Maulina, M.sn. NIP. 4127 32 06 011


(4)

RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Admiral Medicaputera Hermawan Tempat, Tanggal Lahir : Pelaihari, 01 Juni 1993

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status : Belum menikah

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Taman Cibaduyut Indah J.96, Bandung, Jawa Barat

Telepon : 082126044405

E-mail : admiralmedicaputera@ymail.com

Pendidikan

Tahun Keterangan

1998-2004 SDN Babakan Tarogong

2004-2007 SMPN 38 Bandung

2007-2010 SMA Pasundan 1 Bandung

2010 - 2014 Universitas Komputer Indonesia

Kemampuan

Mampu menggunakan perangkat komputer dengan baik.

Mampu menggunakan sofware Photoshop, Premiere, dan Ilustrator dengan baik. Mampu menggambar dengan baik.


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN………...i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ………...…ii

KATA PENGANTAR………....…iii

ABSTRAK………..iv

ABSTRACT………v

DAFTAR ISI. ... ….vi

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL………..………xiii

DAFTAR LAMPIRAN……….xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang Masalah ... 1

I.2. Identifikasi Masalah ... 3

I.3. Rumusan Masalah ... 3

I.4. Batasan Masalah ... 4

I.5. Tujuan Perancangan ... 4


(6)

II.1. HIV AIDS ... 6

II.1.2. Cara Penularan HIV AIDS ... 7

II.1.3. Gejala – gejala Terinfeksi HIV AIDS ... 9

II.1.4. Kelompok Yang Beresiko Tinggi Tertular HIV AIDS ... 9

II.1.5. HIV AIDS Tidak Semudah Itu Menular. ... 10

II.1.6. Cara Pencegahan HIV AIDS. ... ..10

II.1.7. Nutrisi Bagi Penderita HIV AIDS ... ...10

II.2. Remaja ………….………...11

II.2.1. Batasan Usia Remaja ………...12

II.2.2. Perkembangan Remaja ………13 II.3. Film Pendek ………15 II.3.1. Sejarah Film Pendek ………....16

II.4. Analisis Masalah ……….………18 II.4.1. Remaja Dan Pergaulan Bebas ……….……….18 II.4.2. Remaja Dan Hiv ……….………..21 II.4.3. Media Brosur Yang Tidak Menyadarkan ……….………23 II.5. Solusi Pemecahan ………...24 BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL…..…...26 III.1. Strategi Perancangan. ... ..………26


(7)

III.1.1. Pendekatan Komunikasi………..………27

III.1.2. Strategi Kreatif …...28

III.1.3. Strategi Media ………..……...…...28

III.1.4. Strategi Distribusi ………..……….29

III.2 . Konsep Visual ……….……….30

III.2.1. Format Film ……….…………...31

III.2.2. Tata Letak (layout) ……….………31

III.2.3. Tipografi ……….32 III.2.4. Warna ……….33 III.2.5. Musik ………..34 III.2.6. Ide Cerita ………34 III.2.7. Tokoh Dalam Cerita……….………35 III.2.8. Storyline ………..……….…………...37 III.2.9. Storyboard ………..39

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA……….….47 IV.1 Media Utama……….…..47 IV.1.1 Teknis Pembuatan Film……….………...47 IV.1.1.1 Pembuatan Sinopsis……….……..47 IV.1.1.2 Pembuatan Storyline……….…….47 IV.1.1.3 Pembuatan Storyboard……….……….48


(8)

IV.1.2 Teknis Editing ……….…….……48 IV.1.2.1 Setting Frame……….…….……48 IV.1.2.2 Import Frame……….….………49 IV.1.2.3 Pemotongan Frame……….….……...49

IV.1.2.4 Penambahan Transisi Video………..……….50

IV.1.2.5 Penambahan Teks………..……….50

IV.1.2.6 Penambahan Musik………...………..51

IV.1.2.7 Proses Rendering………..…………..51

IV.3 Media Pendukung……….………...52 IV.3.1 Brosur……….………...52 IV.3.2 Poster……….………52 IV.3.3 Stiker……….………….53 IV.3.4 Cover Dvd……….…54 IV.3.5 Pin………..55 IV.3.6 Pulpen ...55

IV.3.7 Baju ...56

IV.3.8 X-banner ...56

IV.3.9 Facebook & Twitter ...57

IV.3.10 Youtube ...58


(9)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. (2009). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.

Cahyono,Edi.(2009).“SekilasTentangFilmPendek”,http://filmpelajar.com/tutorial/sek ilas-tentang-film-pendek (diunduh pada jam 20.04 hari jumat, tanggal 25 april 2014). Hurlock, E. B. (1998). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, E. B. (2000). Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

Kartono, Kartini. (2003). Patologi Sosial 2 Kenakalan Remaja. cet. 5. Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Maryunani, A. (2009). Pencegahaan penularaan HIV dari ibu ke bayi. Jakarta : Trans Info Media.

Monks, F. J., & Haditono, S. R. (2009). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Gadjah Mada University Press.

Monks, F.J. (1999). Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta.

Murni, S. (2009). Hidup dengan HIV AIDS. Yayasan Spiritia, Jakarta, 17/12/2013 Nursalam, Kurniawati, D. N. (2009). Asuhan keperawatan pada pasien HIV/AIDS. Jakarta : Salemba Medika.

Pasuhuk, F. W. (1996). AIDS : Penyakit hubungan seksual. Bandung : Indonesia Publishing.

Rumini S, Sundari S. (2004). Perkembangan Anak dan Remaja: Buku Pegangan Kuliah. Jakarta: Rineka Cipta.


(10)

Sarwono. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Scorviani, V. (2011). Mengupas tuntas 9 jenis penyakit menular seksual. Yogjakarta : Nuha Medika.

W.S Sarlito, (2001). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo http:/www.spiritia.or.id, diakses pada 8 desember 2013.


(11)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, segala rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul

“PERANCANGAN MEDIA INFORMASI TENTANG BAHAYA HIV AIDS PADA REMAJA MELALUI FILM PENDEK”

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Tugas Akhir di Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

Penulis mohon maaf kepada ibu Rini Maulina, M.Sn selaku dosen pembimbing, khususnya, umumnya kepada pembaca, barang kali dalam tugas ini menemukan kesalahan atau kekurangan baik itu dari segi penulisan maupun dari segi bahasa, bahkan dari isi itu sendiri. Selain itu, penulis mengharapkan kepada pembaca untuk bisa memberikan kritik dan sarannya yang sifatnya membangun.

Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bandung, 14 Agustus 2014


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk hidup, rentan dengan penyakit penyebab penyakit bisa beragam namun yang paling umum dijumpai adalah virus, yakni mikroba yang bersifat parasit dengan ukuran mikroskopik dan cenderung bekerja dengan cara menginfeksi inangnya. Pada kenyataannya virus ini tidak bisa melakukan aktifitas makhluk hidup jika ia berada diluar wilayah inangnya. Selama ini virus memang lekat dengan asosiasi terhadap penyakit tertentu saja.

Dari banyaknya virus yang berbahaya, salah satu virus paling berbahaya dan mematikan di dunia adalah Human Immunodeficiency Virus atau biasa disebut HIV. HIV adalah virus yang dapat menyebabkan penyakit Acquired Immuno Deficiency Syndrome atau biasa disebut AIDS. Virus ini merupakan sekelompok virus yang dikenal sebagai retrovirus (Kelas virus yang memiliki materi genetik dalam bentuk RNA dan menggunakan enzim reverse transcriptase untuk menuliskan RNA ke dalam DNA dalam sel inang) yang menyerang sistem kekebalan atau imunitas tubuh manusia, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi. Dengan kata lain, kehadiran virus ini dalam tubuh akan menyebabkan defisiensi atau kekurangan sistem imun.

HIV merupakan virus menakutkan yang menjadi salah satu penyebab kematian diantara laki-laki dan perempuan yang melakukan seks bebas. Lagi pula di negara dimana infeksi HIV yang berlanjut menjadi penyakit AIDS menyebar secara luas pada orang dewasa, maka jumlah anak yang akan terkena HIV akan meningkat dengan cepat pula (Sumber : www.spiritia.or.id). Masa remaja merupakan masa-masa yang penuh dengan gejolak. Masa remaja juga rentan dengan berbagai permasalahan yang cukup kompleks. Dimasa inilah seseorang sedang tumbuh dan menjalani saat mencari jati diri untuk membentuk karakter kepribadian. Masa ini juga seringkali disebut sebagai masa transisi seseorang dari masa kanak-kanak


(13)

menuju dewasa. Sehingga seringkali sifat kekanak – kanakan masih melekat dan pertimbangan kedewasaan pun belum sepenuhnya terbentuk.

Masa remaja diawali oleh datangnya pubersitas, yaitu proses bertahap yang mengubah kondisi fisik dan psikologis seorang anak menjadi seorang dewasa. Pada saat ini terjadi peningkatan dorongan seks sebagai akibat perubahan hormonal. Selain itu karakteristik seks primer dan sekunder menjadi matang sehingga memungkinkan seseorang untuk bereproduksi (berketurunan). Mengenai dorongan seksual yang meningkat ini menjadikan seorang remaja mulai belajar untuk mengetahui dan mencari informasi terkait dengan seksualitas itu sendiri. Untuk selanjutnya penyaluran hasrat yang dimiliki juga menyertai proses belajarnya tersebut.

Karakteristik remaja, disatu sisi sedang senang-senangnya mencari informasi dan pengalaman baru sebagai perwujudan dari rasa ingin tahu yang besar. Pada sisi lain, remaja sedang mencari jati diri dan memiliki dorongan seksual yang sangat besar. Kesemuanya ini menyebabkan remaja mudah terpengaruh pada perilaku-perilaku menyimpang antara lain perilaku-perilaku seks bebas dan penyalahgunaan narkoba. Diketahui bahwa kedua perilaku menyimpang ini sama-sama dapat menjadi penyebab dalam penularan HIV.

Salah satunya narkoba, para remaja memakai narkoba mereka merasa ingin terlihat gagah yang mengakibatkan mereka ketagihan serta mereka ingin terlihat gaul di mata teman-teman sebayanya atau penyebab lain adanya rasa gelisah, depresi, frustasi yang disebabkan masalah disekolah maupun dirumah serta banyak remaja menggunakan narkoba untuk memunculkan imajinasi serta meningkatkan rasa percaya diri biasanya remaja seperti ini membentuk sebuah band untuk berimajinasi mencari sebuah lirik, note lagu namun, tidak semua remaja yang mempunyai band melakukan hal tersebut. Setelah mencoba dan ketagihan, mereka terus menerus menjadi pemakai aktif sampai mereka menmakai macam-macam jenis narkoba dan menaikan dosisnya untuk mendapatkan fantasi yang mereka inginkan, serta yang paling berbahaya adalah narkoba IDU (Jenis jarum suntik). Jarum yang tidak steril akan membuat mereka terjangkit virus yang berbahaya, salah satunya virus HIV dimana menyerang sistem kekebalan tubuh


(14)

para remaja. Setelah para remaja kecanduan narkoba jenis suntik mereka tidak akan lagi membedakan mana jarum suntik yang steril maupun yang tidak steril, yang ada dipikiran mereka adalah terus menggunakan narkoba jenis suntik untuk memberikan kepuasan terhadap diri sendiri tanpa memikirkan akibat yang ditimbulkan dari jarum suntik yang tidak steril tersebut, sehingga remaja tidak akan sadar bahwa mereka terinfeksi virus HIV, satu-satunya cara untuk mengetahui mereka terinfeksi atau tidak dengan cara tes HIV, kalau mereka tidak melakukan tes HIV tersebut mereka akan sadar setelah beberapa tahun saat AIDS telah menjangkit dalam tubuhnya.

Dari banyaknya fenomena dikalangan remaja banyak pula lembaga/dinas terkait untuk mencegahnya, salah satunya dengan membuat media informasi. Banyaknya media informasi yang diberikan kepada para remaja akan pemahaman bahaya virus HIV, salah satunya brosur yang kurang dimengertinya bahasa dalam konten media brosur yang sudah ada sehingga remaja sulit memahaminya. Dan tidak efektifnya konten yang diberikan dibrosur tersebut, dari brosur yang sulit dipahami oleh remaja dan sudah ada, tidak dapat menyadarkan remaja akan bahaya narkoba namun mengakibatkan mereka menyuruh untuk melakukan hal yang seharusnya tidak dilakukan oleh para remaja untuk lebih dekat dengan virus HIV, bahkan dalam brosur yang ada terdapat gambar yang terbuka dan kurang mendidik sehingga remaja sangat rentan mencontoh gambar yang ditampilkan, hal ini sangat menghawatirkan remaja yang rentan terjangkit virus Hiv dikarenakan isi dari konten brosur tersebut. Maka dari itu segera mungkin untuk mencari cara mencegah banyak remaja terjerumus kedalam hal yang mengakibatkan mereka terjangkit virus HIV.


(15)

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang masalah dapat diidentifikasikan bahwa banyak media informasi yang tidak menyadarkan para remaja melainkan menjerumuskan seperti :

 Tidak efektifnya informasi yang terdapat dalam media brosur yang dikeluarkan oleh rumah cemara karena konten yang ada didalamnya ada konten yang sulit dipahami,

 Media informasi mengenai pemahaman bahaya HIV yang sudah ada dalam media brosur tidak menyadarkan secara moral karena memiliki konten – konten yang menjerumuskan.

 Terlalu terbukanya konten gambar organ – oragan vital didalam media brosur yang kurang pantas diperlihatkan kepada remaja.

 Sumber depresi tidak diketahui atau kurang dipahami sebagai salah satu sumber utama yang menyebabkan remaja aktif menggunakan narkoba

 Sangat rentannya penggunaan narkoba suntik para remaja sehingga remaja dengan mudah terjerumus yang berdampak pada terjangkitnya virus HIV.  Meningkatnya remaja yang menggunakan narkoba jenis IDU.

I.3 Rumusan Masalah

Adalah bagaimana cara memberikan pemahaman yang pantas untuk remaja mengenai informasi bahaya HIV agar mereka memahami informasi tersebut dan menanamkan rasa takut pada benak mereka.

I.4 Batasan Masalah

Dengan terpaparnya masalah yang terjadi, maka batasan masalah melingkupi para remaja rentan tertular, sosial menengah ke atas disebabkan gaya hidup mereka terutama di wilayah Kota Bandung karena Bandung merupakan salah satu kota tertinggi remaja terjangkit HIV. Berkisaran usia 15 – 18 tahun karena mereka


(16)

sedang mencari sesuatu hal yang baru dan ingin mencoba-coba serta ingin terlihat gaul dikalangan teman-temannya.

I.5 Tujuan Perancangan

 Memberikan informasi yang pantas

 Memberikan informasi yang mudah dipahami  Memberikan informasi yang lengkap

 Menciptakan rasa takut dibenak remaja akan bahaya HIV  Menyadarkan remaja akan bahaya HIV


(17)

BAB II

HIV AIDS DAN REMAJA

II.1 HIV AIDS

Menurut Maryunani, (2009, h.24) HIV berarti Human Immunodeficiency Virus. HIV hanya menular antar manusia, ada virus yang serupa yang menyerang hewan, Tetapi virus ini tidak dapat menular pada manusia, dan HIV tidak dapat menular hewan. HIV menyerang sistem kekebalan tubuh yaitu sistem yang melindungi tubuh terhadap infeksi.

Karena pada tahun - tahun pertama setelah terinfeksi tidak ada gejala atau tanda infeksi, Kebanyakan orang yang terinfeksi HIV tidak mengetahui bahwa dirinya telah terinfeksi. Segera setelah terinfeksi, Beberapa orang mengalami gejala yang mirip gejala flu selama beberapa minggu. Penyakit ini disebut sebagai infeksi HIV primer atau akut. Selain itu tidak ada tanda infeksi HIV. Tetapi virus tetap ada di tubuh dan dapat menular pada orang lain. Sumber : www.spiritia.or.id

Menurut Scorviani, (2011, h.3) AIDS berarti Acquired Immune Deficiency Syndrome. Mendapatkan infeksi HIV menyebabkan sistem kekebalan menjadi semakin lemah, keadaan ini akan membuat orang mudah diserang oleh beberapa jenis penyakit (sindrom) yang kemungkinan tidak mempengaruhi orang dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat. Penyakit tersebut disebut sebagai infeksi oportunistik. Infeksi oportunistik termasuk jamur pada mulut, Jenis kanker yang jarang dan penyakit tertentu pada mata, kulit dan sistem saraf .

Menurut Pasuhuk, (1996, h.4) awal mula berawal dari beberapa ilmuan menganggap HIV menyebar dari kera ke manusia antara 1926-1946. Penelitian sekarang menunjukkan bahwa HIV kemungkinan pertama meloncat dari simpanse ke manusia pada 1675 tetapi jenis virus itu tidak menetapkan diri sebagai epidemi hingga 1930. Sedangkan pada tahun 1959 seorang laki-laki meninggal dunia di Kongo dengan apa yang dianggap peneliti sebagai kematian AIDS pertama yang terbukti. Pada tahun 1978 laki – laki gay di Amerika Serikat dan Swedia serta laki


(18)

– laki heteroseks di Tanzania dan Haiti menunjukan gejala – gejala apa yang nantinya disebut AIDS.

Menurut Pasuhuk, (1996, h.4) pada tahun 1981 di Amerika Serikat. Saat itulah Aids mulai dijelaskan penelitian retrospektif menunjukan kalau kasus – kasus awal boleh jadi telah ada sejak 1978. Pada 1979 peneliti Amerika Serikat mendiagnosa dua belas kasus infeksi yang berasal dari infeksi oportunistik pada kaum homoseksual, Dalam kasus – kasus ini mereka mengobservasi kalau virus, bakteria, fungsi, dan protozoa yang biasanya tidak merugikan manusia menimbulkan infeksi berat seperti radang paru, radang selaput otak, radang lambung yang cukup fatal. Tiga tahun kemudian yakni pada tahun 1982 gejala – gejala serupa tampak pada pecandu obat bius yang menyuntikan obat dan juga pada penderita hemophilia yang mendapat donor darah.

Bagaimana sampai virus Aids itu berkembang, Agaknya virus ini menulari sejenis species kera di Afrika Tengah, Antara lain Zaire dan salah satu dari kera itu menggigit satu atau lebih orang sehingga virus itu tersebar. Tatto pada kulit memperluas infeksi dikalangan penduduk dan barangkali itulah penyebabnya 10% penduduk Zaire pria maupun wanita mengidap virus antibody HIV dalam darahnya, meskipun begitu jarang diantara mereka menderita penyakit itu.

Dr Peter Piot dari Institute Fortropical Medicine di Antwerpen, Belgia membenarkan diantara tahun 1960 – 1970 terjadi emigrasi dari Haiti ke Zaire, Ketika orang – orang ini kembali ke Haiti mereka menjadi pembawa virus itu ke kepulauan Karibia. Virus itu kemudian menyebarkan ke kaum homoseksual di Kota metropolitan New York karena mereka sering memilih tempat wisata di Haiti.

II.1.2 Cara Penularan HIV AIDS

Menurut Murni, (2009, h.21) HIV terdapat di darah seseorang yang terinfeksi (termasuk darah haid), air susu ibu, air mani dan cairan vagina. Pada saat berhubungan seks tanpa kondom, HIV dapat menular dari darah, Air mani atau cairan vagina orang yang terinfeksi langsung ke aliran darah orang lain, atau melalui selaput lendir (mukosa) yang berada di vagina, penis, dubur atau mulut.


(19)

Menurut Murni, (2009, h.21) HIV dapat menular melalui transfusi darah yang mengandung HIV. Saat ini darah donor seharusnya diskrining oleh Palang Merah Indonesia (PMI), sehingga resiko terinfeksi HIV melalui transfusi darah seharusnya rendah walau tidak nol.

Menurut Murni, (2009, h.21) HIV dapat menular melalui alat suntik (misalnya yang dipakai secara pergantian oleh pengguna narkoba suntikan). Melalui alat tindakan medis, atau oleh jarum tindik yang dipakai untuk tato, bila alat ini mengandung darah dari orang yang terinfeksi HIV.

Menurut Murni, (2009, h.21) HIV dapat menular pada bayi saat kehamilan, kelahiran, dan menyusui. Bila tidak ada campur tangan pemerintah, kurang lebih sepertiga bayi yang dilahirkan oleh seorang ibu dengan HIV akan tertular.

HIV agak sulit menular dan tidak menular setiap kali terjadi peristiwa berisiko yang melibatkan orang terinfeksi HIV. Misalnya walau sangat berbeda-beda rata-rata, hanya akan terjadi satu penularan HIV dari laki-laki yang terinfeksi pada perempuan yang tidak terinfeksi dalam 500 kali berhubungan seks vagina. Namun penularan satu kali itu dapat terjadi pada kali pertama.

Gambar II.1 Cara penularan

Sumber :

http://informasi-kesehatan-remaja.blogspot.com/2013/02/hivaids-gejala-dan-cara-penularannya.html(15 Desember 2013)


(20)

II.1.3 Gejala – gejala Terinfeksi HIV AIDS

Menurut Scorviani, (2011, h.9) sebagian besar orang yang terinfeksi HIV AIDS tidak menyadari dirinya sudah terinfeksi karena tidak ada gejala yang tampak segera setelah terjadi infeksi awal, Beberapa orang mengalami demam (disertai panas tinggi, gatal-gatal, nyeri sendi, dan pembekakan pada limpa). Biasanya ini terjadi pada masa seroconversion yaitu saat tubuh membuat antibodi akibat HIV AIDS yang biasanya terjadi Antara 6 minggu sampai 3 bulan setelah terjadi infeksi.

Meskipun infeksi HIV AIDS tidak disertai gejala awal, Seseorang yang terinfeksi HIV AIDS bisa menularkan virus tersebut kepada orang lain. Satu-satunya cara untuk menentukan apakah ada HIV AIDS di dalam tubuh seseorang adalah melalui tes HIV AIDS.

II.1.4 Kelompok Yang Beresiko Tinggi Tertular HIV AIDS

Berikut beberapa kelompok / golongan yang beresiko tinggi menurut Maryunani, (2009, h.53)

 Mereka yang sering melakukan hubungan seksual diluar nikah, Dengan bergonta-ganti pasangan.

 Mereka yang mempunyai banyak pasangan seksual misalnya, Homo seks ( melakukan hubungan dengan sesama laki-laki ), Biseks ( melakukan hubungan seksual dengan sesama wanita ), Waria dan mucikari.

 Penerima transfusi darah manusia yang sudah terinfeksi virus HIV  Bayi yang dilahirkan dari Ibu yang mengidap virus AIDS.

 Pecandu narkotika suntikan.  Pasangan dari pengidap AIDS

Resiko penularan HIV dari seks melalui dubur adalah lebih tinggi, dan penularan melalui penggunaan jarum suntik bergantian lebih tinggi lagi. Resiko penularan dari seks oral lebih rendah tetapi tetap ada.


(21)

II.1.5 HIV AIDS Tidak Semudah Itu Menular

Banyak orang yang beranggapan, HIV AIDS dapat dengan mudah menular saat kita berdekatan dengan orang dengan Hiv Aids. Berikut penjelasan (HIV AIDS tidak menular melalui) menurut Murni, (2009, h.22)

 Bersalaman atau berpelukan  Berciuman

 Batuk maupun bersin

 Memakai peralatan rumah tangga seperti alat makan, telepon, kamar mandi, kamar tidur dll

 Gigitan nyamuk

 Bekerja, bersekolah, mengendarai kendaraan bersama

 Memakai fasilitas umum misalnya kolam renang, wc umum dll

HIV tidak dapat menular melalui udara, virus ini akan cepat mati bila diluar tubuh. Virus ini dapat dibunuh jika cairan tubuh yang mengandungnya dibersihkan dengan cairan pemutih seperti bayclin atau dengan sabun dan air. HIV tidak dapat diserap oleh kulit yang tidak luka.

II.1.6 Cara Pencegahan HIV AIDS

Menurut Maryunani, (2009, h.23) hindarkan hubungan seksual diluar nikah, usahakan hanya berhubungan dengan satu orang pasangan seksual, tidak berhubungan dengan orang lain, Pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila melakukan hubungan seksual, Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus, Hendaknya jangan hamil karena akan memindahkan virus AIDS pada janinnya, Kelompok resiko tinggi dianjurkan untuk menjadi donor darah, Penggunaan jarum suntik dan alat lainnya (akupuntur, tato, tindik) harus dijamin sterilisasinya.

II.1.7 Nutrisi Bagi Penderita HIV AIDS

Nutrisi yang sehat dan seimbang diperlukan oleh penderita HIV AIDS untuk mempertahankan kekuatan badan dan berat badan, mengganti kehilangan vitamin dan mineral, meningkatkan fungsi sistem imun dan kemampuan tubuh untuk


(22)

memerangi infeksi, memperpanjang periode dari infeksi hingga berkembang menjadi penyakit AIDS, meningkatkan respon terhadap peningkatan, menjaga orang dengan HIV AIDS agar dapat tetap aktif, menjaga orang dengan HIV AIDS agar dapat tetap produktif (Nursalam & Kurniawati, 2009). Menurut Nursalam & Kurniawati, 2009 bahan-bahan makanan yang baik untuk nutrisi penderita HIV AIDS yaitu :

 Tempe ataupun produknya yang mengandung protein dan vitamin B12 yang mengandung bakterisida yang dapat mencegah diare

 Kelapa dan produknya yang mengandung medium chain trigliserida (MCT) yang sudah diserap. (MCT) merupakan sumber energi yang dapat digunakan untuk pembentukan sel

 Wortel kaya kandungan beta karogen. Beta karogen berfungsi sebagai antiradikal bebas yang dihasilkan oleh perusakan Hiv pada sel tubuh.

II.2 Remaja

Remaja dalam bahasa Latin adalah adolescence, yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Istilah adolescence sesungguhnya mempunyai arti yang luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini didukung oleh Piaget (Hurlock, 1998) yang mangatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih atau kurang dari usia pubertas.

Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial. Remaja sering kali didefinisikan sebagai periode transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau seseorang yang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah terangsang perasaannya dan sebagainya. Kartono, (2003, h.148) “masa remaja disebut pula


(23)

sebagai penghubung antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa”. Pada periode ini terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenai kematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama fungsi seksual. Disisi lain Rumini, & Sundari, (2004, h.53) “menjelaskan masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa”.

II.2.1 Batasan Usia Remaja

Pada tahun 1974, WHO memberikan defenisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan 3 kriteria yaitu biologik, psikologik, dan sosial ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut :

 Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

 Individu mengalami psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

 Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh pada keadaan yang relatif lebih mandiri Sarwono, (2012, hlm.12)

Pada tahun-tahun berikutnya, definisi ini makin berkembang ke arah yang lebih konkrit operasional. Ditinjau dari bidang kegiatan WHO, yaitu kesehatan, masalah yang terutama dirasakan mendesak mengenai kesehatan remaja adalah kehamilan yang terlalu awal. Berangkat dari masalah pokok ini WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batas usia remaja. Kehamilan dalam usia-usia tersebut memang mempunyai resiko yang lebih tinggi daripada kehamilan dalam usia-usia diatasnya .

Selanjutnya WHO menyatakan walaupun definisi diatas terutama didasarkan pada usia kesuburan wanita, batasan tersebut berlaku juga untuk remaja pria dan WHO membagi kurun usia tersebut dalam 2 bagian yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Perserikatan bangsa-bangsa (PBB) sendiri menetapkan usia 15-24 tahun sebagai usia pemuda dalam rangka keputusan mereka untuk menetapkan tahun 1985 sebagai tahun pemuda Internasional.


(24)

Sanderowitz & Paxman, 1985 (Seperti dikutip W.S Sarlito, 2001).

Di Indonesia, batasan remaja yang mendekati batasan PBB tentang pemuda adalah kurun usia 15-24 tahun yang dikemukakan dalam sensus penduduk 2014. Menurut hasil sensus ini, jumlah remaja di Indonesia pada tahun tersebut adalah 41,283,6 jiwa dari seluruh penduduk di Indonesia (www.datastatistik-indonesia.com; diunduh 22 april 2014).

II.2.2 Perkembangan Remaja

Perkembangan remaja meliputi perkembangan fisik, sosial, emosi, moral dan kepribadian (Hurlock, 2000)

A.Perkembangan Fisik Remaja

Seperti pada semua usia, dalam perubahan fisik juga terdapat perbedaan individual. Perbedaan seks sangat jelas. Meskipun anak laki-laki memulai pertumbuhan pesatnya lebih lambat daripada anak perempuan. Hal ini menyebabkan pada saat matang anak laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Setelah masa puber, kekuatan anak laki-laki melebihi kekuatan anak perempuan. Perbedaan individual juga dipengaruhi oleh usia kematangan. Anak yang matangnya terlambat cenderung mempunyai bahu yang lebih lebar dari pada anak yang matang lebih awal (Hurlock, 2000),

B. Perkembangan Sosial

Salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah (Hurlock, 2000). Pencapaian tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru. Yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan,


(25)

nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial, dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin (Hurlock, 2000).

C. Perkembangan Emosi

Masa remaja ini biasa juga dinyatakan sebagai periode “badai dan tekanan”, yaitu suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Meningginya perubahan emosi ini dikarenakan adanya tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru (Monks & Haditomo, 2009).

Pada masa ini remaja tidak lagi mengungkapkan amarahnya dengan cara gerakan amarah yang meledak-ledak, melainkan dengan menggerutu, atau dengan suara keras mengritik orang-orang yang menyebabkan amarah.

D. Perkembangan Moral

Pada perkembangan moral ini remaja telah dapat mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok daripadanya kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak (Hurlock, 2000).

Pada tahap ini remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku khusus dimasa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya (Hurlock, 2000).

E. Perkembangan Kepribadian

Pada masa remaja, anak laki-laki dan anak perempuan sudah menyadari sifat-sifat yang baik dan yang buruk, dan mereka menilai sifat-sifat ini sesuai dengan sifat teman-teman mereka. Mereka juga sadar akan peran kepribadian dalam hubungan-hubungan sosial dan oleh karenanya terdorong untuk memperbaiki kepribadian mereka (Hurlock, 2000).

Banyak remaja menggunakan standar kelompok sebagai dasar konsep mereka mengenai kepribadian “ideal”. Tidak banyak yang merasa dapat mencapai


(26)

gambaran yang ideal ini dan mereka yang tidak berhasil ingin mengubah kepribadian mereka (Hurlock, 2000).

II.3 Film Pendek

Menurut Arsyad (2009: 49), film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup.

Film pendek merupakan primadona bagi para pembuat film indepeden. Selain dapat diraih dengan biaya yang relatif lebih murah dari film cerita panjang, film pendek juga memberikan ruang gerak ekspresi yang lebih leluasa. Meski tidak sedikit juga pembuat film yang hanya menganggapnya sebagai sebuah batu loncatan menuju film cerita panjang (Cahyono, 2009).

Film pendek pada hakikatnya bukanlah sebuah reduksi dari film cerita panjang, ataupun sekedar wahana pelatihan belaka. Film pendek memiliki karakteristiknya sendiri yang berbeda dengan film cerita panjang, bukan lebih sempit dalam pemaknaan, atau bukan lebih mudah. Sebagai analogi, dalam dunia sastra, seorang penulis cerpen yang baik belum tentu dapat menulis cerpen dengan baik, begitu juga sebaliknya, seorang penulis novel, belum tentu dapat memahami cara penuturan simpleks dari sebuah cerpen.

Sebagai sebuah media ekspresi, film pendek selalu termarjinalisasi dari sudut pandang pemirsa, karena tidak mendapatkan media distribusi dan eksibisi yang pantas seperti yang didapatkan cerpen di dunia sastra (Cahyono, 2009).

Secara teknis, film pendek merupakan film-film yang memiliki durasi dibawah 50 menit (Derek Hill dalam Gotot Prakosa, 1997) . Meskipun banyak batasan lain yang muncul dari berbagai pihak lain di dunia, akan tetapi batasan teknis ini lebih banyak dipegang secara konvensi. Mengenai cara bertuturnya, film pendek memberikan kebebasan bagi para pembuat dan pemirsanya, sehingga bentuknya menjadi sangat bervariasi. Film pendek dapat saja hanya berdurasi 60 detik, yang penting ide dan pemanfaatan media komunikasinya dapat berlangsung efektif. Yang menjadi menarik justru ketika variasi-variasi tersebut menciptakan cara


(27)

pandang, cara pandang baru tentang bentuk film secara umum, dan kemudian berhasil memberikan banyak sekali kontribusi bagi perkembangan sinema (Cahyono, 2009).

Film pendek merupakan film dengan durasi pendek antara 1 menit – 30 menit, menurut standar festival internasional. Jenis-jenis film pendek itu antara lain sebagai berikut :

 Film Pendek Eksperimental

Film pendek yang digunakan sebagai bahan eksperimen atau ujicoba, di Indonesia jenis film ini sering dikategorikan sebagai film indie.

 Film Pendek Komersial

Film pendek yang diproduksi untuk tujuan komersil atau memperoleh keuntungan, contoh : iklan, profil perusahaan (company profile).

 Film Pendek Layanan Masyarakat (Public Service)

Film pendek yang bertujuan untuk layanan masyarakat. Biasanya ditayangkan di media massa (televisi). Contoh : untuk penyuluhan bahaya narkoba, disiplin lalu lintas dan sebagainya.

 Film Pendek Entertainment / Hiburan

Film pendek yang bertujuan komersil untuk hiburan. Film ini banyak kita jumpai di televisi dengan berbagai ragamnya. contoh : Mr. Bean, kartun, dan sebagainya. (Cahyono, 2009)

II.3.1 Sejarah Film Pendek

Istilah film pendek mulai populer sejak tahun 50-an, sedangkan alur perkembangan film pendek dimulai dari Jerman dan Perancis. Para penggagas film pendek itu ialah Manifesto Oberhausen di Jerman dan kelompok Jean Mitry di Perancis. Kemudian muncul Oberhausen Kurzfilmtage yang sekarang menjadi festival film pendek tertua di dunia, tepatnya di kota Oberhausen sendiri. Tidak menunggu waktu yang lama Paris pun menjadi saingan dengan kemunculan


(28)

Festival du Court Metrage de Clermont-Ferrand yang diadakan tiap tahun. Festival-festival film pendek di Eropa menjadi ajang eksibisi utama yang sarat pengunjung, apalagi didukung dengan munculnya cinema house bervolume kecil. Masyarakata pun dapat menyaksikan pemutaran film-film pendek ini di harmpir setiap sudut kota di Eropa. (Cahyono, 2009)

Di Indonesia film pendek sampai sekarang masih menjadi sosok yang termarjinalkan dari sudut pandang pemirsa. Film pendek Indonesia mulai muncul dikalangan pembuat film Indonesia sejak munculnya pendidikan sinematografi di IKJ. Perhatian para film enthusiasts di era tahun 70-an bisa dikatakan cukup baik dalam membangun atmosfer positif bagi perkembangan film pendek di Jakarta. Bahkan, Dewan Kesenian Jakarta mengadakan Festival Film Mini setiap tahunnya semenjak tahun 1974, dimana format film yang diterima hanyalah seluloid 8mm. Tapi, sangat disayangkan pada tahun 1981 Festival Film Mini berhenti karena kekurangan dana. (Cahyono, 2009)

Tahun 1975 mulai muncul Kelompok Sinema Delapan yang dimotori Johan Teranggi dan Norman Benny. Kelompok ini secara simultan terus mengkampanyekan pada masyarakat bahwa seluloid 8mm dapat digunakan sebagai media ekspresi kesenian. Hingga pada tahun 1984 munculnya hubungan internasional diantaranya dengan para film maker Eropa terutama dengan Festival Film Pendek Oberhausen. Hal itu, membuat film pendek mulai berani unjuk gigi dimuka dunia. Keadaan ini memancing munculnya Forum Film Pendek di Jakarta, yang berisikan para seniman, praktisi film, mahasiswa dan penikmat film dari berbagai kampus untuk secara intensif membangun networking yang baik di kalangan pemerhati film. (Cahyono, 2009)

Tapi, tetap saja hal itu tidak berlangsung lama karena Forum Film Pendek hanya bertahan selama dua tahun saja. Secara garis besar, keadaan film pendek di Indonesia memang dapat dikatakan ironis. Karena film pendek Indonesia hampir tidak pernah tersampaikan ke pemirsa lokal-nya secara luas karena miskinnya ajang-ajang eksibisi dalam negeri. Tetapi disisi lain, di dunia internasional film pendek Indonesia cukup mampu berbicara dan eksis. Dari sejak karya-karya


(29)

Slamet Rahardjo, Gotot Prakosa, Nan T. Achnas, Garin Nugroho, sampai ke generasi Riri Riza dan Nanang Istiabudi (Cahyono, 2009)

II.4 Analisis Masalah II.4.1 Remaja dan Narkoba

Para remaja menggunakan narkoba mereka merasa ingin terlihat gagah yang mengakibatkan mereka ketagihan serta mereka ingin terlihat gaul dimata teman-teman sebayanya atau penyebab lain adanya rasa gelisah, depresi, frustasi yang disebabkan masalah disekolah maupun dirumah serta banyak remaja menggunakan narkoba untuk memunculkan imajinasi serta meningkatkan rasa percaya diri biasanya remaja seperti ini membentuk sebuah band untuk berimajinasi mencari sebuah lirik, note lagu namun, tidak semua remaja yang mempunyai band melakukan hal tersebut. Setelah mencoba dan ketagihan, mereka terus menerus menjadi pemakai aktif sampai mereka menmakai macam-macam jenis narkoba dan menaikan dosisnya untuk mendapatkan fantasi yang mereka inginkan, serta yang paling berbahaya adalah narkoba IDU (Jenis jarum suntik). Jarum yang tidak steril akan membuat mereka terjangkit virus yang berbahaya, salah satunya virus HIV dimana menyerang sistem kekebalan tubuh para remaja. Setelah para remaja kecanduan narkoba jenis suntik mereka tidak akan lagi membedakan mana jarum suntik yang steril maupun yang tidak steril, yang ada dipikiran mereka adalah terus menggunakan narkoba jenis suntik untuk memberikan kepuasan terhadap diri sendiri tanpa memikirkan akibat yang ditimbulkan dari jarum suntik yang tidak steril tersebut, sehingga remaja tidak akan sadar bahwa mereka terinfeksi virus HIV, satu-satunya cara untuk mengetahui mereka terinfeksi atau tidak dengan cara tes HIV, kalau mereka tidak melakukan tes HIV tersebut mereka akan sadar setelah beberapa tahun saat Aids telah menjangkit dalam tubuhnya.

Dipilih kategori batasan usia remaja untuk menjadi objek penelitian adalah sebagai berikut :


(30)

Remaja tengah ( 15-18 tahun )

Kepribadian remaja pada masa ini masih kekanak-kanakan tetapi pada masa remaja ini timbul unsur baru yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri. Remaja mulai menentukan nilai-nilai tertentu dan melakukan perenungan terhadap pemikiran filosofis dan etis. Maka dari perasaan yang penuh keraguan pada masa remaja awal maka pada rentan usia ini mulai timbul kemantapan pada diri sendiri. Rasa percaya diri pada remaja menimbulkan kesanggupan pada dirinya untuk melakukan penilaian terhadap tingkah laku yang dilakukannya. Selain itu pada masa ini remaja menemukan diri sendiri atau jati dirinya, remaja tengah melingkupi kelas 1 – 3 Sma (Kartono, 2003).

Banyaknya remaja yang terjerumus ke dalam pergaulan bebas salah satunya terjerumus kedalam napza, remaja yang telah terjerumus ke dalam jerat napza akan menjadi kecanduan sehingga mereka terus menerus menaikan dosis napza yang dikonsumsinya tanpa memikirkan resiko bahaya yang mengintai mereka. Napza adalah zat-zat kimiawi yang dimasukkan kedalam tubuh manusia baik secara oral (melalui mulut), dihirup (melalui hidung) atau disuntik yang menimbulkan efek tertentu terhadap fisik, mental dan ketergantungan. Berdasarkan data tentang penyalahgunaan narkoba di Indonesia, dari sebanyak 3,2 juta jiwa yang mengkonsumsi narkoba, 78% diantaranya adalah remaja. (Sumber: http://jabar.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?ArtikelID=586)

Gambar II.2 Ilustrasi pergaulan bebas dikalangan remaja Sumber: http://accuratehealth.blogspot.com/2013_05_01_archive.html


(31)

Gambar II.3 Ilustrasi pergaulan bebas remaja

Sumber: http://koranbogor.com/2014/02/21/psikolog-pemerintah-harus-serius-berantas-narkobabanyak-anak-muda-jadi-korban.html

II.4.2 Remaja dan HIV.

Remaja adalah salah satu kelompok yang paling berisiko untuk terinfeksi HIV, Remaja sangat dikaitkan dengan aktifitas seksual yang berisiko dan penggunaan napza sehingga menjadi kelompok yang berisiko. Pendidikan seks pada remaja menjadi salah satu hal yang harus dikedepankan. Namun pendidikan seks seperti apa yang tidak membebani remaja dan dapat diterima dan diimplementasikan kepada seluruh lapisan masyarakat.

Remaja adalah suatu fase ketika seseorang mengalami dua perubahan besar. Perubahan pertama adalah perubahan bentuk dan volume tubuh. Terjadi perubahan dan pertumbuhan organ seks sekunder sehingga mendorong keingintahuan dan daya tarik remaja terhadap pertumbuhan ini. Perubahan kedua adalah perkembangan volume otak, dimana membuat remaja menjadi sangat berkembang dalam aspek psikologis. Kemudian dikenal istilah-istilah atau bahasa-bahasa yang hanya dimengerti oleh remaja, seperti gaul dan alay. Kedua


(32)

perubahan tersebut kemudian secara bersama-sama membuat remaja sebagai individu yang sulit dimengerti oleh orang dewasa. Padahal semua orang dewasa pasti juga pernah mengalami fase remaja.

Cara pandang terhadap diri sendiri dan cara pandang terhadap lingkungan sekitar terkadang menjadi berbeda. Ekspresi emosional yang kadang sulit dikendalikan semakin membuat remaja menjadi individu yang sulit dimengerti. Perkembangan badan and otak tadi harus diimbangi dengan masuknya informasi dan pendidikan. Seperti tingginya kasus penyakit Human Immunodeficiany Virus/Acquired Immnune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), khususnya pada kelompok umur remaja, salah satu penyebabnya akibat pergaulan bebas dari data yang di kutip dari bulan Oktober sampai dengan Desember 2013 jumlah infeksi HIV baru yang dilaporkan sebanyak 8.624 kasus diantaranya dari persentase infeksi HIV tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 25-49 tahun (70,4%), diikuti kelompok umur 20-24 tahun (16,4%), dan kelompok umur >= 50 tahun (5,3%). Kenapa kelompok umur 25-49 tahun banyak terjangkit, dikarenakan pada usia 15-20 tahun mereka mengenal pergaulan bebas yang tidak beraturan dan berakibat mereka terjangkit virus HIV pada usia 25 tahun ke atas, sedangkan virus HIV menginveksi manusia rentan waktu 2-10 tahun dari pertama terjangkit.

(Sumber: http://spiritia.or.id/Stats/StatCurr.php?lang=id). II.4.3 Media Brosur yang tidak menyadarkan

Dalam penelitian ini telah dilakukan survey terhadap beberapa media brosur, dari 5 media brosur yang didapat hampir semua isi konten brosur tidak menyadarkan para remaja, bahkan isi konten tersebut ada yang menjerumuskan serta Bahasa dalam isi konten tidak dapat dipahami oleh para remaja, contohnya sebagai berikut :


(33)

Gambar II.4 Brosur yang menjerumuskan

Sumber : Dokumen pribadi

Gambar II.5 Brosur yang menjerumuskan Sumber : Dokumen pribadi


(34)

Gambar II.6 Brosur yang menjerumuskan

Sumber : Dokumen pribadi

Gambar II.7 Brosur yang menjerumuskan


(35)

Dari hasil survey data didapat maka dapat ditarik kesimpulan bahwa media brosur tentang pemahan bahaya HIV AIDS yang tersebar dikalangan remaja tidak dapat dipahami oleh mereka bahkan tidak menyadarkan mereka tentang gaya hidup bebas yang dapat menjerumuskan mereka terhadap virus HIV AIDS.

II.5 Solusi Pemecahan 5W1H + E

Dalam pemecahan masalah yang telah di jelaskan pada sub bab sebelumnya diperlukan mendesain ulang media brosur serta menambahkan media informasi berupa film pendek, agar remaja sadar akan bahaya HIV AIDS serta remaja dapat melihat bahaya HIV AIDS dalam film pendek yang dibuat agar mereka tau resiko yang didapat setelah menonton film pendek tersebut. Dalam hal ini digunakan metode 5W1H + E sebagai strategi agar informasi yang dikomunikasikan sampai pada penerima pesan dengan efektif, berikut urainya :

WHAT

Pemahaman HIV AIDS dan pencegahan gaya hidup bebas para remaja sehingga media informasi yang dibuat dapat dipahami dan menyadarkan remaja.

WHO

Ditujukan kepada remaja yang rentan di Kota Bandung dengan status sosial menengah ke atas yang lebih riskan terkena.

WHY

Agar khalayak dapat memahami informasi yang diberikan serta mengubah gaya hidup mereka dan menyadarkan remaja akan bahaya HIV AIDS.

WHERE

Di Sma Kota Bandung, karena Kota Bandung salah satu Kota besar serta anak Sma yang riskan terjangkit HIV.


(36)

WHEN

Diputar bertepatan pada saat acara memperingati hari HIV AIDS se-dunia pada tanggal 1 Desember 2014.

HOW

Melalui film pendek, agar para remaja dapat langsung melihat bahaya pergaulan bebas bagi mereka serta mencegah gaya hidup bebas dan paham akan bahaya HIV AIDS.

EFFECT

Menyadarkan, serta memberi rasa takut terhadap remaja yang rentan dan memberi mereka pemahaman akan bahaya HIV AIDS.


(37)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan banyak remaja dan media brosur yaitu tidak menyadarkannya remaja serta konten dalam media informasi yang diberikan terdapat bahasa yang sulit dipahami oleh para remaja namun konten dari media informasi tersebut tidak menyadarkan melainkan menjerusumkan remaja. Dalam menjawab solusi masalah tentang bahaya HIV AIDS pada remaja dibutuhkan strategi perancangan. Strategi perancangan yang digunakan adalah melalui media informasi berupa film pendek. Karena dengan fil pendek para remaja akan dapat melihat kejadian langsung tanpa mengkhayal akan bahaya HIV.

Adapun pemilihan target khalayak dari media informasi ini dipandang dari segi demografis, psikografis, dan geografisnya adalah sebagai berikut:

1.Demografis

Dilihat dari segi demografis, sasaran dari perancangan film pendek HIV AIDS dan Remaja adalah :

 Usia : 15 - 18 tahun

 Jenis kelamin : Laki-laki & Perempuan  Kelas sosial : Menengah ke atas  Pendidikan : SMA Sederajat  Status : Belum menikah  Agama : Semua agama

Alasan memilih target khalayak usia 15-18 tahun adalah karena pada usia ini lebih tertarik pada hal-hal yang menjerumuskan mereka terhadap bahaya HIV seperti melalui jarum suntik narkoba, oleh karena itu diharapkan mereka dapat memahami pesan yang disampaikan.


(38)

2.Geografis

Dari segi geografis target khalayak yang dipilih meliputi wilayah kota Bandung. Karena kota Bandung adalah salah satu kota besar di Indonesia yang rentan akan penggunaan narkoba yang mengakibatkan para remaja kecanduan yang pada akhirnya terinveksi virus HIV.

3.Psikografis

Psikografis pada target khalayak usia 15-18 tahun adalah sebagai berikut :  Ketidakstabilan emosi.

 Senang mencoba sesuatu hal yang baru.  Mempunyai banyak fantasi, khayalan, bualan. III.1.1 Pendekatan Komunikasi

Pendekatan komunikasi yang digunakan dalam strategi perancangan media informasi mengenai HIV dan remaja melalui bahaya Narkoba dengan cara pendekatan melalui sosial.

A. Tujuan Komunikasi

Memberikan informasi kepada remaja tentang bahaya HIV melalui bahaya Narkoba agar remaja menyadari akan bahaya dari pemakaian narkoba terhadap diri mereka yang mendekatkan pada virus HIV dan membuat persepsi remaja takut akan narkoba dan HIV agar remaja menjauh dari hal hal tersebut.

B. Pendekatan Komunikasi Visual

Untuk merancang sebuah media informasi, pendekatan visual yang akan di gambarkan dengan memperlihatkan permasalahan remaja sehari-hari yang banyak dialami oleh remaja serta memperlihatkan akan bahaya narkoba yang berdampak pada terjangkitnya virus HIV, dan memperlihatkan penyesalan bila mereka menggunakan narkoba maka akan tumbuh rasa takut dibenak remaja akan narkoba dan bahaya HIV serta dengan mudah dapat dipahami oleh remaja.


(39)

C. Pendekatan Komunikasi Verbal

Pendekatan komunikasi ini menitik beratkan pada emosional para remaja dengan menggunakan Bahasa yang mudah dimengerti, sehingga media informasi ini akan mudah dipahami oleh khalayak. Untuk menjelaskan cerita secara terinci akan pemahaman terhadap bahaya HIV dan narkoba, kemudian di media informasi ini menceritakan permasalahan remaja dirumah yang sering kita temui dan bisa mendekatkan mereka kedalam jerat narkoba sehingga dapat riskan terjangkit HIV.

III.1.2 Strategi Kreatif

Strategi kreatif yang akan dimunculkan dalam media informasi ini adalah dengan memvisualisasikan kejadian sehari-hari para remaja dan permasalahannya yang sering mereka alami sehingga remaja akan melihat bahaya bila mereka melakukan sesuatu tindakan berbahaya seperti menggunakan narkoba yang akan mendekatkan mereka kedalam terjangkitnya virus HIV pada remaja dan pada akhirnya remaja akan tersadar didalam benak mereka akan merasa takut untuk melakukan hal yang merugikan mereka.

III.1.3 Strategi Media

Untuk menyampaikan informasi tentang pemahaman bahaya HIV pada remaja ini menggunakan media informasi berupa :

Media utama

Media utama yang dipilih untuk menginformasikan tentang pemahaman bahaya HIV AIDS pada remaja adalah melalui film pendek dari mulai gaya hidup remaja zaman sekarang hingga pemahaman bahaya HIV. Dipilih media ini dikarenakan menampilkan kejadian remaja yang terjerat narkoba sehingga mengakibatkan terjangkitnya virus HIV pada remaja supaya mereka sadar akan bahaya HIV yang sebenarnya.


(40)

Media pendukung

Beberapa media pendukung yang dipilih untuk menunjang media utama adalah sebagai berikut :

 Brosur  Poster Film

 Media Facebook dan Twitter  Pin

 Cover Dvd  Stiker  Pulpen  X-Banner  Youtube  T-shirt

III.1.4 Strategi Distribusi

Jadwal penyebaran film pendek Remaja & HIV AIDS dijadwalkan bersamaan dengan diselenggarakan hari HIV AIDS se-Dunia pada tanggal 1 Desember 2014. Sebelum penayangan film pendek disebarkan media-media yang dapat menarik remaja untuk tertarik melihat film pendek yang diputar.

Tabel III.1 Jadwal Penyebaran Sumber : Dokumen pribadi


(41)

 Brosur didistribusikan diawal sebagai pemahaman awal terhadap bahaya HIV melalui Narkoba kepada para remaja disekolah

 Facebook dan Twitter didistribusikan berbarengan dengan brosur agar info yang telah dibaca dibrosur bias dilihat kembali serta bisa menanyakan hal-hal lain mengenai bahaya HIV.

 Poster Film muncul beberapa minggu setelah brosur disebar, poster film ditempel dimading-mading sekolah menengah atas.

 Film Pendek didistribusikan bertepatan pada saat hari HIV AIDS Se-dunia pada tanggal 1 desember 2014 diaula / lapang sekolah setelah sebelumnya bekerja sama dengan pihak sekolah melalui rumah cemara.

 Pin, Pulpen, dan Stiker, T-shirt didistribusikan pada saat setelah film pendek diputar, bertujuan untuk merchendaise film pendek yang akan mengingatkan mereka pada film tersebut setelah melihat merchendaise tersebut. Untuk stiker biasanya remaja menempelkannya dibarang kesayangan mereka bertujuan untuk mengingatkan akan bahaya HIV.  Youtube didistribusikan satu minggu setelah penayangan

disekolah-sekolah bertujuan agar remaja dapat melihat kembali film yang diputar dan merekomendasikannya kepada remaja lain / target sekunder.

III.2 Konsep Visual

Untuk menghasilkan infomasi melalui media audio visual yang baik, tentu dibutuhkan sebuah konsep visual yang baik pula karena ini dimaksudkan agar tidak terjadinya kesalahan dalam penyampaian pesan ataupun informasi dari pemahaman bahaya HIV. Konsep visual merupakan awal dari sebuah gagasan yang diperoleh dari sebuah pemahaman dan pendalaman materi dari semua permasalahan yang telah dikaji. Mengapa didalam media pendukung ini banyak menampilkan tokoh utama karena tokoh utama dalam film ini menjadi objek berpengaruh dalam film ini. Dalam tampilan tokoh warna sedikit dirubah menjadi


(42)

lebih muncul dan berwarna. Warna warna yang dipilih dalam film ini adalah warna merah, hitam, abu, putih. Merah memunculkan kesan bahaya, hitam memunculkan kesan kelam / penyesalan, abu memunculkan kesan ambigu / ragu – ragu, sedangkan putih memunculkan kesan polos terhadap remaja tersebut. Berikut adalah beberapa penjelasan tentang konsep visual dari film pendek

III.2.1 Format Film

Format desain pada film pendek tentang bahaya HIV dengan menggunakan video high resolution yaitu 1920 x 1080 pixel dengan perbandingan aspek rasio 16 : 9. Aspek rasio merupakan perbandingan lebar dan tinggi dari sebuah pixel dalam sebuah gambar. Sedangkan format kemasan dari film pendek ini berupa DVD. Judul yang akan dipilih atau digunakan dalam film pendek ini adalah “Bening”, judul tersebut dipilih agar remaja sadar akan bahaya HIV yang sangat berbahaya agar remaja senantiasa terbebas dari virus mematikan tersebut.

Kemudian untuk media-media yang dibuat, dalam film pendek ini dengan format terakhir yang akan digunakan adalah format dvd, dengan durasi film ± 14 menit yang akan dipusblish kedalam format file *.mp4 .

III.2.2 Tata Letak (layout)

Tata letak dalam film pendek ini menggunakan Intersection of thirds (). Komposisi Rule of third adalah petunjuk bagaimana caranya mengkomposisikan obyek disatu per tiga bagian dalam foto agar lebih enak dilihat. Tujuannya adalah agar film pendek ini terlihat menarik karena komposisi objek tidak selalu harus ada ditengah agar kreatifitas pengambilan gambar objek tidak membosankan untuk ditonton.

Dan menggunakan aspek rasio yang lebar agar semua bagian terekam oleh kamera. Aspek rasio yang digunakan dalam film pendek ini adalah 16:9, saat ini


(43)

aspek rasio 16:9 merupakan rasio standar untuk film-film yang ditayangkan di bisokop Indonesia.

Gambar III.1 Rule of Thirds Sumber:

http://www.rikkihibbert.co.za/2011/03/16/understanding-composition-the-rule-of-thirds/ (8 Desember 2013)

III.2.3 Tipografi

Tipografi yang digunakan dalam film pendek ini adalah huruf-huruf serif yang berkesan tegas sehingga dapat tersampaikan/menyadarkan kepada remaja akan bahaya Hiv Aids.

Bodoni MT

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz


(44)

@ Friday13

ABCDEFGHIJKLMNOPQRSTUVWXYZ Abcdefghijklmnopqrstuvwxyz 1234567890!@#$%^&*()_+

III.2.4 Warna

Dalam penggunaan warna, digunakan warna hitam dan putih dalam film saat menceritakan kejadian masa lalu. Dalam penulisan judul film dicover menggunakan warna merah berkesan berbahaya, beresiko. Putih berkesan memperlihatkan kepolosan remaja, Abu-abu berkesan ambigu / labil dalam melakukan sesuatu bisa dikatakan remaja yang sedang mencari jati diri. Sedangkan warna rgb untuk keperluan digital dan warna cmyk untuk keperluan cetak.

Gambar III.2 Warna Sumber : Dokumen pribadi


(45)

III.2.5 Musik

Musik dalam film ini dibagi menjadi dua bagian, diantaranya soundeffect dan lagu.. Musik yang digunakan sebelumnya dicocokan dengan latar dari film ini. Saat lagu Pharrell William – Happy muncul pada saat suasana ceria ketika pulang sekolah, sedangkan Coldplay – A Hopefull Transmission pada saat suasa bimbang, dan pada saat Coldplay – Paradise diputar dicocokan dengan suasa yang sudah menyadari atau sudah menemukan titik terang.

Elemen musik yang digunakan dalam film ini sebagai berikut : Soundeffect : Sound effect by Freesfx.co.uk

Judul lagu : Pharrell William – Happy, Coldplay – A Hopefull Transmission Coldplay – Paradise

III.2.6 Ide Cerita

Seorang anak perempuan bernama tika yang taat dan rajin sekolah serta pintar mempunyai sahabat bernama nisa, akan tetapi keadaan rumah yang menjadikan tika depresi karena sering melihat orang tuanya bertengkar sehingga tika terjerumus kedalam narkoba setelah diajak oleh teman laki-lakinya bernama bily, yang mengakibatkan tika terinfeksi virus HIV setelah beberapa tahun sesudah kecanduan mengkonsumsi narkoba IDU (jenis suntik) tika pun merasakan gejala-gejala HIV serta muncul bintik-bintik merah ditubuhnya lalu tika memeriksakan ke dokter, dan dokter pun mengatakan bahwa tika positif terinfeksi virus HIV. Tika pun terkejut lalu pulang kerumahnya sambil menangis dan merenungkan kesalahannya.


(46)

III.2.7 Tokoh Dalam Cerita

 Tika : Perempuan pintar, rajin serta mempunyai paras wajah yang cantik

Gambar III.3 Tokoh Tika Sumber : Dokumen pribadi

 Nisa : Perempuan berkerudung, pintar, rajin sahabat dari tika

Gambar III.4 Tokoh Nisa Sumber : Dokumen pribadi

 Bily: Teman laki laki sekelas tika dan nisa, anak yang nakal serta pemakai aktif narkoba IDU (jarum suntik)


(47)

Gambar III.5 Tokoh Bily Sumber : Dokumen pribadi

 Orang tua tika : Sering bertengkar sehingga membuat tika tidak nyaman dan depresi

Gambar III.6 Tokoh Ayah dan Ibu Sumber : Dokumen pribadi  Dokter : Pribadi yang berwibawa, berkacamata

Gambar III.7 Tokoh Dokter Sumber : Dokumen pribadi


(48)

III.2.8 Storyline 1. Lokasi : Di Jalan

Scene 1 : Seperti biasa Tika dan Nisa pulang berjalan kaki bersama.

Pengambilan Gambar : Wide Shot 2. Lokasi : Rumah Tika

Scene 2 : Tika masuk rumah dan langsung masuk ke kamarnya.

Pengambilan Gambar : Back Close up 3. Lokasi : Kamar Tika

Scene 3 : Tika mendengar orang tuanya bertengkar dan Tika menangis

Pengambilan Gambar : Mid Shot – Point of view 4. Lokasi : Kantin

Scene 4 : Saat istirahat nisa dan tika duduk berbincang, namun muka tika

tampak bete dan tidak ingin nisa mengetahui permasalahannya. Pengambilan Gambar : Mid Shot

5. Lokasi : Kantin

Scene 5 : Kemudian nisa mendapat telpon dari ibunya menyuruh untuk pulang karna ibu nisa sedang sakit, nisa pun pamit pulang kepada tika, sepulang nya nisa bily pun menghampiri tika dan bertanya setelah itu menawarkan sesuatu kepada tika. Tika pun terdiam memikirkannya.

Pengambilan Gambar : Mid shot – Point of view – Extreme close up 6. Lokasi : Kamar Tika

Scene 6 : Saat tidur tika gelisah dan memikirkan untuk mencoba sesuatu yang

diberikan oleh bily dan akhirnya tika mencobanya. Pengambilan Gambar : Mid shot

7. Lokasi : Kamar Tika

Scene 7 : Satu minggu kemudian, Tika tertidur pulas sampai tidak ingat

sekolah namun ibu tika membangunkannya sambil marah – marah, tika pun bangun dan sedikit mengengkang ibunya namun akhirnya tika menurut untuk pergi sekolah.

Pengambilan Gambar : Mid shot – Close up 8. Lokasi : Di Jalan


(49)

Scene 8 : Saat diperjalanan menuju sekolah, tika menerima sms dari bily, bily mengajak tika main ke kostan nya, tika pun mengiyakannya dan menghampiri bily.

Pengambilan Gambar : Wide shot – Mid shot – Point of view 9. Lokasi : Kostan

Scene 9 : Sesampai dikostan bily, tika diberikan sesuatu yang lebih oleh bily,

tika pun menggunakannya sampai tidak sadarkan diri, namun saat tika tidak sadarkan diri bily memanfaatkannya.

Pengambilan Gambar : Mid shot – Cut away 10.Lokasi : Depan Rumah Tika

Scene 10 : Nisa datang untuk menemui tika yang sering membolos tidak ada

kabar, nisa ketemu ayah tika dan ayah tika menyuruh nisa masuk dan langsung ke kamar tika.

Pengambilan Gambar : Mid shot 11.Lokasi : Kamar Tika

Scene 11 : Sesampainya dikamar nisa mendapati kamar yang berantakan dan

melihat sisa – sisa rokok yang berserakan, lalu nisa membangunkan tika dan menanyakan apa yang terjadi, namun tika marah dan mengusir nisa.

Pengambilan Gambar : Mid shot – Point of view 12.Lokasi : Kostan

Scene 12 : beberapa hari kemudian tika membolos sekolah lagi dan main ke

kostan bily, sesampainya di kostan, tika langsung terkejut mendapati bily yang terbujur kaku mengeluarkan busa dimulutnya, tika pun histeris dan langsung kembali kerumah.

Pengambilan Gambar : Mid shot – Close up 13.Lokasi : Klinik

Scene 13 : Tiga tahun kemudian tika merasa kurang enak badan dan

memeriksakannya kepada dokter, dokter merekomendasikan tika untuk di tes darah satu minggu kemudian hasil tes darah sudah diketahui dokter menyampaikan bahwa tika positif terinveksi Hiv seketika tika pun histeris dan tidak percaya.


(50)

14.Lokasi : Kantin

Scene 15 : Setelah beberapa saat terdiam akhirnya tika pun menolak

menerima barang yang diberIkan oleh bily dan berkata tidak akan pernah menggunakan barang haram tersebut !!!

Pengambilan Gambar : Extreme close up – Mid shot

III.2.9 Storyboard

Gambar III.8 Storyboard Sumber : Dokumen pribadi

Dari Storyboard diatas dimulai dari pembukaan memperlihatkan sedikit suasana jalanan di Kota Bandung menggunakan Timelapse.

Gambar III.9 Storyboard Sumber : Dokumen pribadi


(51)

Dari Storyboard diatas dimulai dari scene 1 melihatkan Tika dan Nisa tertawa membahas kejadian disekolah sambil jalan menuju pulang kerumah mereka masing- masing.

Gamabar III.10 Storyboard Sumber : Dokumen pribadi

Dari storyboard diatas scene 2 melihatkan Tika masuk kedalam rumah dan sesampainya dikamar Tika meluruskan badannya.

Gambar III.11 Storyboard Sumber : Dokumen pribadi


(52)

Dari storyboard diatas scene 3 memperlihatkan Tika yang saat menonton televise mendengar ayah dan ibunya bertengkar karena ayah pulang larut malam, Tika pun gelisah sekaligus depresi karena orang tuanya kerap bertengkar.

Gambar III.12 Storyboard Sumber : Dokumen pribadi

Dari storyboard diatas Tika dan Nisa sedang berbincang dikantin, saat mereka berbincang Nisa mendapat telepon dari ibunya yang sedang sakit Nisa pun pamit pulang duluan kepada Tika.

F

Gambar III.13 Storyboard Sumber : Dokumen pribadi


(53)

Dari storyboard diatas scene 5 saat Nisa pulang Bily pun menghampiri Tika dan menawarkan sesuatu kepada Tika namun Tika terdiam dan berpikir.

Gambar III.14 Storyboard Sumber : Dokumen pribadi

Dari storyboard diatas scene 6 melihatkan kegelisan Tika yang tidak bias tertidur dan memikirkan barang yang diberikan Bily padanya.

Gambar III.15 Storyboard Sumber : Dokumen pribadi

Dari storyboard diatas scee 7 memperlihatkan Tika yang sedang tidur sampai kesiangan bangun sekolah yang pada akhirnya dibangunkan oleh ibunya akan


(54)

tetapi Tika agak menentang saat dibangunkan ibunya akhirnya Tika bangun setelah ibunya mencubitnya.

Gambar.III.16 Storyboard Sumber : Dokumen pribadi

Dari storyboard diatas scene 8 saat Tika pergi kesekolah mendapat pesan singkat dari Bily dan mengajak Tika untuk main kekostan Bily, Tika pun menghampiri Bily.

Gambar III.17 Storyboard Sumber : Dokumen pribadi


(55)

Dari storyboard diatas scene 9 sesampainya Tika dikostan Bily, Tika menceritakan masalahnya pada Bily dan Bily pun memberikan sesuatu yang lebih enak pada Tika. Tika pun menggunakannya hingga tidak sadarkan diri dan Bily pun memanfaatkannya.

Gambar III.18 Storyboard Sumber : Dokumen pribadi

Dari storyboard diatas scene 10 Nisa bermain kerumah Tika untuk menanyakan kondisi Tika yang jarang masuk sekolah.

Gambar III.19 Storyboard Sumber : Dokumen pribadi


(56)

Dari storyboard diatas scene 11 memperlihatkan kamar Tika yang penuh bekas rokok dan Tika yang sedang tidur, Nisa membangunkan Tika untuk menanyakan mengapa dia berubah akan tetapi Tika malah marah dan mengusir Nisa.

Gambar III.20 Storyboard Sumber : Dokumen pribadi

Dari storyboard diatas scene 12 memperlihatkan Bily yang sedang sakau dan menggunakan narkoba secara berlebih yang membuat Bily meninggal.

Gambar III.21 Storyboard Sumber : Dokumen pribadi


(57)

Dari storyboard diatas scene 13 Tika berobat ke dokter dan menanyakan hasilnya akan tetapi hasil yang didapat Tika positif terkena HIV. Tika pun terkejut sekaligus menyesalinya.

Gambar III.22 Storyboard Sumber : Dokumen pribadi

Dari storyboard diatas scene 14 Tika menolak barang pemberian dari Bily. Dan tidak akan menggunakan barang haram tersebut.


(58)

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA

IV.1 Media Utama

Media utama film pendek “Bening” berdurasi empat belas menit sembilan belas detik ini mengangkat kisah seorang anak broken home yang kedua orang tuanya sering bertengkar, dia mempunyai sahabat akan tetapi teman kelas laki-lakinya menghasut untuk menggunakan narkoba agar masalah yang dialami olehnya segera tuntas.

IV.1.1 Teknis Pembuatan Film

Dalam keseluruhan pembuatan film pendek “Bening” ini, ada beberapa tahap yang telah disiapkan dimulai dari ide cerita, sinopsis, storyline, storyboard. Setelah pembuatan ide hingga storyboard telah dirasa siap maka langkah selanjutnya adalah pemilihan lokasi pengambilan gambar, actor, crew. Pemilihan kostum dan kamera yang digunakan dalam film pendek ini, berikut adalah rincian pembuatan film pendek ini.

IV.1.1.1 Pembuatan Sinopsis

Pembuatan sinopsis ini berdasarkan referensi serta kejadian yang dialami oleh kebanyakan remaja sehingga mereka gampang terjerumus untuk memakai narkoba, yang mengakibatkan mereka beresiko terinveksi HIV karena setelah mereka mencoba narkoba maka mereka akan ketagihan dan tidak memikirkan steril atau tidak yang membuat mereka menaikan dosis yang lebih tinggi untuk mendapatkan kesenangan berlebih.

IV.1.1.2 Pembuatan Storyline

Pembuatan storyline disusun dengan kesesuaian gambar ide dan kemampuan tangkap visual pada saat proses pengambilan gambar akan dilakukan dan telah disesuaikan dengan alur cerita yang dibuat.


(59)

IV.1.1.3 Pembuatan Storyboard

Storyboard dibuat sebagai gambar kasar yang dapat memudahkan kru untuk pengambilan gambar dan sebuah visualisasi awal dari storyline.

IV.1.2 Teknis Editing

Setelah seluruh proses pengambilan gambar selesai berdasarkan arahan storyline dan storyboard, langkah selanjutnya adalah proses editing. Editing video film pendek ini menggunakan software Adobe Premiere Pro CS6, langkah pertama dalam editing adalah membuat setting frame, import frame, pemotongan frame, penambahan transisi video, penambahan teks judul, penambahan musik / soundeffect dan terakhir proses rendering. Adapun proses editing secara lengkap yakni.

IV.1.2.1 Setting Frame

Settingan frame pada video film pendek “Bening” ini adalah 1920 x 1080 24fps, disesuaikan dengan hasil pengambilan gambar pada saat syuting. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas video high definition (HD).

Gambar IV.1 Setting Frame Sumber : Dokumen pribadi


(60)

IV.1.2.2 Import Frame

Setelah melakukan setting video langkah selanjutnya mengimport video berdasarkan arahan storyline dan gambaran storyboard hal ini dilakukan agar mempermudah proses editing.

Gambar IV.2 Import Frame

Sumber : Dokumen pribadi

IV.1.2.3 Pemotongan Frame

Pemotongan frame dilakukan agar benar-benar menggunakan gambar yang diperlukan dan gambar yang perlu dibuang. Pemotongan gambar menggunakan razor tool.

Gambar VI.3 Pemotongan Frame


(61)

IV.1.2.4 Penambahan Transisi Video

Penambahan transisi video ini bertujuan untuk memperhalus perpindahan gambar hasil rekaman dari satu frame ke frame lain.

Gambar IV.4 Transisi Video

Sumber : Dokumen pribadi

IV.1.2.5 Penambahan Teks

Penambahan teks digunakan untuk judul, atau short body teks judul film pendek “Bening” font yang digunakan sudah dipilih untuk digunakan pada judul film pendek ini.

Gambar IV.5 Penambahan Teks


(62)

IV.1.2.6 Penambahan Musik

Musik yang digunakan dalam film pendek “Bening” ini adalah lagu “Pharrell William – Happy, Cold Play – A Hopeful Transmission, Cold Play –Paradise”

Gambar IV.6 Penambahan Musik

Sumber : Dokumen pribadi

IV.1.2.7 Proses Rendering

Pada tahap terakhir ini adalah proses rendering yaitu menjadikan sebuah video yang utuh dengan setting format output

Gambar IV.7 Proses Rendering


(63)

IV.1.3 Media Pendukung

Media pendukung dibuat untuk alat promosi media utama film pendek “Bening” , media pendukung tersebut adalah brosur, poster, stiker, cover dvd, pin.

IV.1.3.1 Brosur

Brosur dibuat karena melihat brosur yang sudah ada untuk kalangan remaja 15-18 tahun terlalu fulgar konten gambar dan kata-kata yang digunakan dalam brosur tersebut sehingga dalam pembuatan brosur ini menggunakan kata-kata yang dimengerti oleh remaja dan sebagai media promosi dengan cangkupan yang sangat luas dari segi distribusi maupun segi informasi.

Spesifikasi :

Ukuran : 15 x 21 cm Teknis bahan : Art paper 150 gr Teknis : Cetak offset

Gambar IV.8 Brosur Sumber: Dokumen pribadi IV.1.3.2 Poster

Poster berfungsi sebagai media promosi berskala luas untuk film pendek “Bening” ini, dikarenakan proses distribusi mudah dilakukan. Poster ini dicetak dengan ukuran A3 menggunakan kertas Art paper 150 gsm.


(64)

Spesifikasi :

Ukuran : 29,7 x 42 cm Teknis bahan : Art paper 150 gr Teknis : Cetak offset

Gambar IV.9 Poster Sumber: Dokumen pribadi

IV.1.3.3 Stiker

Stiker berfungsi sebagai mercendaise setelah pemutaran film pendek ini, biasanya para remaja akan suka menempel stiker dibarang kesayangan mereka agar mudah diingat ukuran 8x8 menggunakan stiker cromo.

Spesifikasi :

Ukuran : 26,5 x 16 cm Teknis bahan : Stiker cromo Teknis : Cetak offset


(65)

Gambar IV.10 Stiker Sumber: Dokumen pribadi

IV.1.3.4 Cover Dvd

Cover di dvd ini menggunakan tampilan dari pemeran utama dalam film “Bening” untuk melengkapi media pendukung, memperindah tampilan dvd dari media utama. Spesifikasi :

Ukuran : 26,5 x 16 cm Teknis bahan : Art paper 150 gr Teknis : Cetak offset

Gambar IV.11 Cover Dvd Sumber: Dokumen pribadi


(66)

IV.1.3.5 Pin

Pin berfungsi sebagai mercendaise setelah pemutaran film pendek ini sebagai pengingat.

Spesifikasi :

Ukuran : 5 x 8 cm Teknis bahan : Stiker cromo Teknis : Cetak offset

Gambar IV.12 Pin Sumber: Dokumen pribadi

IV.1.3.6 Pulpen

Pulpen sebagai merchendaise saat setelah film diputar berguna untuk mengingatkan remaja dan bisa dipakai sehari-hari oleh remaja untuk belajar.

Gambar IV.13 Pulpen Sumber: Dokumen pribadi


(67)

IV.1.3.7 T-shirt

T-shirt didistribusikan sebagai merchendaise dan sebagian dipakai panitia untuk pemutaran film pendek ini.

Spesifikasi :

Ukuran : all size Teknis bahan : Combad 20s Teknis : Sablon digital

Gambar IV.14 T-shit Sumber: Dokumen pribadi

IV.1.3.8 X-Banner

X-banner didistribusikan pada saat hari pemutaran film. Spesifikasi :

Ukuran : 60 x 160 cm

Teknis bahan : Bahan Display Albatros Teknis : Cetak offset


(68)

Gambar IV.15 X-banner Sumber: Dokumen pribadi

IV.1.3.9 Facebook & Twitter

Facebook dan twitter didistribusikan berbarengan dengan brosur diawal sebagai media informasi, dimana para remaja mencari informasi dimedia sosial.

Gambar IV.16 Tampilan twitter dan facebook Sumber: Dokumen pribadi


(69)

IV.1.3.10 Youtube

Youtube didistribusikan pada saat seminggu film telah diputar, untuk para remaja bisa melihat kembali dan bisa melihatkannya kepada remaja lain atau target sekunder

Gambar IV.17 Tampilan youtube Sumber: Dokumen pribadi


(1)

Spesifikasi :

Ukuran : 29,7 x 42 cm Teknis bahan : Art paper 150 gr Teknis : Cetak offset

Gambar IV.9 Poster Sumber: Dokumen pribadi

IV.1.3.3 Stiker

Stiker berfungsi sebagai mercendaise setelah pemutaran film pendek ini, biasanya para remaja akan suka menempel stiker dibarang kesayangan mereka agar mudah diingat ukuran 8x8 menggunakan stiker cromo.

Spesifikasi :

Ukuran : 26,5 x 16 cm Teknis bahan : Stiker cromo Teknis : Cetak offset


(2)

Gambar IV.10 Stiker Sumber: Dokumen pribadi

IV.1.3.4 Cover Dvd

Cover di dvd ini menggunakan tampilan dari pemeran utama dalam film “Bening” untuk melengkapi media pendukung, memperindah tampilan dvd dari media utama. Spesifikasi :

Ukuran : 26,5 x 16 cm Teknis bahan : Art paper 150 gr Teknis : Cetak offset


(3)

IV.1.3.5 Pin

Pin berfungsi sebagai mercendaise setelah pemutaran film pendek ini sebagai pengingat.

Spesifikasi :

Ukuran : 5 x 8 cm Teknis bahan : Stiker cromo Teknis : Cetak offset

Gambar IV.12 Pin Sumber: Dokumen pribadi

IV.1.3.6 Pulpen

Pulpen sebagai merchendaise saat setelah film diputar berguna untuk mengingatkan remaja dan bisa dipakai sehari-hari oleh remaja untuk belajar.

Gambar IV.13 Pulpen Sumber: Dokumen pribadi


(4)

IV.1.3.7 T-shirt

T-shirt didistribusikan sebagai merchendaise dan sebagian dipakai panitia untuk pemutaran film pendek ini.

Spesifikasi :

Ukuran : all size Teknis bahan : Combad 20s Teknis : Sablon digital

Gambar IV.14 T-shit Sumber: Dokumen pribadi

IV.1.3.8 X-Banner

X-banner didistribusikan pada saat hari pemutaran film. Spesifikasi :

Ukuran : 60 x 160 cm


(5)

Gambar IV.15 X-banner Sumber: Dokumen pribadi

IV.1.3.9 Facebook & Twitter

Facebook dan twitter didistribusikan berbarengan dengan brosur diawal sebagai media informasi, dimana para remaja mencari informasi dimedia sosial.

Gambar IV.16 Tampilan twitter dan facebook Sumber: Dokumen pribadi


(6)

IV.1.3.10 Youtube

Youtube didistribusikan pada saat seminggu film telah diputar, untuk para remaja bisa melihat kembali dan bisa melihatkannya kepada remaja lain atau target sekunder

Gambar IV.17 Tampilan youtube Sumber: Dokumen pribadi