Metode Pendidikan Akhlaq Menurut Kitab Al-Akhlaq Lil Banat

49

B. Metode Pendidikan Akhlaq Menurut Kitab Al-Akhlaq Lil Banat

Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata, yaitu meta dan hodos. Meta berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan” atau “cara”. Dengan demikian metode dapat diartikan jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan Nur Uhbiyati, 1989: 123. Metode yang dipakai oleh Umar bin Ahamad Baradja dalam kitab Al Akhlaq lil Banat antara lain:

1. Pendidikan Melalui Teladan

Interaksi manusia merupakan bentuk komunikasi manusia secara langsung, yang menyebabkan terjadinya saling mengambil contoh, meniru, dan mempengaruhi antar satu dengan yang lain. Pendidikan melalui teladan merupakan salah satu teknik pendidikan yang efektif dan sukses. Kerena itulah maka Allah mengutus Muhamad SAW. menjadi suri tauladan bagi manusia. Di dalam diri beliau Allah menyusun suatu bentuk sempurna metodologi Islam, suatu hidup yang abadi selama sejarah masih berlangsung. Firman Allah SWT:                    Artinya : “Sesungguhnya Telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” Q.S Al-Ahzab: 21. www.al qur’an_word.com 50 Begitu pula Umar bin Ahmad Baradja menerapkan metode ini dalam pendidikan akhlaq anak. Dalam kitabnya dipaparkan tentang sosok Nabi Muhammad untuk dijadikan teladan bagi anak didik. Dengan memaparkan semua budi pekerti Nabi yang luhur, antara lain: Nabi selalu bersikap ramah kepada para sahabat, beliau selalu tersenyum dan memulai salam dan berjabat tangan ketika bertemu dengan mereka. Umar baradja, 1987 : 27

2. Pendidikan Melalui Nasehat

Di dalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh kata- kata yang didengar. Pembawaan itu biasanya tidak tetap dan oleh karena itu kata-kata harus diulang-ulang. Nasehat yang berpengaruh membuka jalannya ke dalam jiwa secara langsung melalui perasaan. Ia menggerakannya dan mengguncang isinya selama waktu tertentu. Nasehat yang jelas dan dapat dipegangi adalah nasehat yang dapat menggantungkan hatinya perasaan dan tidak membiarkan perasaan itu jatuh ke dasar bawah dan mati tak bergerak. Umar bin Ahmad Baradja pun lebih banyak menerapkan metode nasehat di dalam mendidik akhlaq anak. Sebagai contoh adab pada waktu hendak tidur. “Segeralah tidur, sehingga bisa bangun, jangan terlalu lama karena bisa mengakibatkan malas untuk bekerja, cukup 8 jam sehari”. Umar baradja, 1987 : 62 Di samping itu, nasehat tidak akan berbekas manakala perbuatan pemberi nasehat tidak sesuai dengan apa yang telah dinasehatkan. Oleh 51 karena itu, dalam penggunaan metode nasehat pada pendidikan akhlaq anak tidaklah cukup jika tidak disertai dengan keteladanan dan perantara yang memungkinkan teladan itu diikuti dan diteladani.

3. Pendidikan Melalui Cerita atau Kisah

Cerita mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan sehingga dengan mengisahkan cerita pada pendengar akan mempengaruhi kehidupan mereka. Oleh kerena itu Islam menjadikan cerita untuk dijadikan sebagai alat pendidikan seperti cerita Nabi atau Rasul terdahulu, cerita tentang kaum yang hidup terdahulu baik yang ingkar atau yang beriman kepada Allah. Firman Allah SWT:         ……… Artinya : “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal…” Q.S. Yusuf: 111 www.al qur’an_word.com Dalam kitab Al Akhlaq Lil Banat juga terdapat metode pendidikan akhlaq anak melalui kisah nyata. Sebagaimana contoh, Sayyidatina Maimunah binti Al Harits R.A mempunyai seorang sahaya perempuan, ketika memerdekakannya ia tidak meminta izin dahulu kepada Nabi SAW. Ketika Nabi SAW datang ke rumahnya, Maimunah berkata: “Wahai Rosulullah, tahukah Anda, bahwa aku telah memerdekakan sahaya perempuanku?”. Nabi bertanya, “ Apakah itu sudah engkau lakukan?”. Maimunah menjawab, “ Ya.” 52 Nabi SAW berkata, “ Seandainya ia engkau berikan kepada paman-pamanmu, niscaya pahalamu akan menjadi lebih besar.” . Umar baradja, 1987 : 34

4. Pendidikan Melalui Kebiasaan

Kebiasaan mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia karena ia menghemat banyak sekali kekuatan manusia karena sudah menjadi kebiasaan yang sudah melekat dan spontan agar kekuatan itu dapat dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan di lapangan. Islam mempergunakan kebiasaan itu sebagai salah satu teknik pendidikan lalu mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan, tanpa terlalu payah tanpa kehilangan banyak tenaga dan tanpa menemukan kesulitan. Dalam kitab Al Akhlaq Lil Banat juga menggunakan metode melalui kebiasaan, misalnya kewajiban terhadap teman-teman, hendaknya senantiasa berlapang dada dengan mereka dalam segala urusan, memperlakukan mereka dengan lemah lembut dan menghadapi mereka dengan wajah cerah dan murah senyum. Umar baradja, 1987 : 66

5. Pendidikan Menggunakan Syair

Rasulullah SAW senang mendengarkan syair dan menikmatinya. Beliau juga menjadikan Hasan bin Tsabit menjadi penyairnya. Tentang lagu dan nyanyian ini, Imam Nawawi berkata: Sebagian ulama 53 memperbolehkan nyanyian untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan keinginan yang kuat ketika akan mengerjakan pekerjaan yang berat. Atau untuk mengistirahatkan jiwa di tengah-tengah pekerjaaan yang melelahkan. Rasulullah SAW melanjutkan syair dan prosa bersama sahabatnya ketika membangun masjid dan menggali parit. Namun kita harus mencegah diri untuk mendengarkan lagu-lagu yang membuat kita terlena dan mencerminkan ketidakbermoralan. Era intermedia, 2005: 154. Dalam menyampaikan materi pendidikan akhlaq anak, Umar bin Ahmad Baradja juga menggunakan syair. Contohnya mengenai tentang akhlaq: ِاَذ َﻟ ا ْﻢ َﺗﱠﺘ ِﺴْﻊ َا ْﺧَﻠ ُق ﺎ َﻗْﻮ ٍم َﺗ ِﻀ ُﻖ ِﺑ ْﻢ َﻓ ِﺴ َﺤ ُت ﺎ ْﻟ اِﺒ َﻠ ِد ﺎ Artinya : Apabila suatu kaum tidak berakhlaq lapang, maka sempitlah bagi mereka negeri yang luas. Umar Al Baradja, 1987:12. Contoh syair lain dalam adab berpakaian, yang artinya : Bukanlah keindahan karena baju yang menghiasi kita Sesungguhnya keindahan itu adalah keindahan ilmu dan adab.Umar baradja, 1987 : 14

6. Pendidikan Menggunakan Dalil Naqli

Al Qur’an merupakan firman Allah atau kalam Allah yang tiada tandingnya mu’jizat, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penutup para Nabi dan Rasul, melalui perantara Malaikat Jibril dan ditulis 54 dalam mushaf-mushaf dengan bahasa arab, yang disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta mempelajarinya merupakan suatu ibadah, dimulai dari surat Al fatihah dan ditutup dengan surat An Naas. Muhammad Aly Ash-Shabuny, 1984: 18 Oleh karena itu, Al Qur’an harus dijadikan sebagai pegangan hidup, sebagai sumber utama merumuskan berbagai teori pendidikan Islam. Dengan kata lain pendidikan Islam harus berlandaskan pada ayat- ayat Al Qur’an yang penafsirannya dapat dilakukan berdasarkan ijtihad yang sesuai dengan perubahan dan pembaharuan. Dalam kitab Al Akhlaq Lil Banat juga menggunakan dalil naqli sebagai metode, contohnya akhlaq terhadap kerabat. Umar baradja, 1987 : 49                                       Artinya : “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” QS. An-Nisa : 36. www.al qur’an_word.com 55

C. Sasaran Penulisan Kitab Al Akhlaq Lil Banat