Post 417e17dfeaeee533

(1)

KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM MEMBENTUK

PRIBADI ANAK YANG SHALIHAH

(Menurut Umar Bin Ahmad Baradja dalam Kitab

Al Akhlaq Lil Banat)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Disusun Oleh :

ULIN NADLIFAH UMMUL KHOIR

NIM : 111 06 117

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

2010


(2)

ii Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ULIN NADLIFAH UMMUL KHOIR

NIM : 111 06 117

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, 05 Agustus 2010 Yang menyatakan,

ULIN NADLIFAH UMMUL K. NIM : 111 06 117


(3)

iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudari :

Nama : ULIN NADLIFAH UMMUL KHOIR

NIM : 111 06 117

Jurusan : Tarbiyah

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Judul Skripsi : KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM

MEMBENTUK PRIBADI ANAK YANG SHALIHAH (Menurut Umar Bin Ahmad Baradja dalam Kitab Al Akhlaq Lil Banat)

telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.

Salatiga, 05 Agustus 2010 Pembimbing,

M. Ghufron, M.Ag


(4)

iv

P E N G E S A H A N

SKRIPSI Saudari : Ulin Nadlifah Ummul Khoir dengan Nomor Induk Mahasiswa: 111 06 117 yang berjudul: Konsep Pendidikan Islam dalam Membentuk Pribadi Anak Yang Shalihah (Menurut Umar bin Ahmad Baradja dalam Kitab Al Akhlaq Lil Banat)” telah dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Selasa, tanggal 31 Agustus 2010. Dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Tarbiyah.

Salatiga, Panitia Ujian Ketua Sidang

Dr. Imam Sutomo, M.Ag

NIP. 19580827 198303 1 002

Sekretaris Sidang

Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd NIP. 19670112 199203 1 005

Penguji I

Dra. Siti Zumrotun, M. Ag

NIP : 19670115 199803 2 002

Penguji II

Drs. Djoko Sutopo

NIP : 19560603 198703 1 002

Pembimbing

M. Ghufron, M. Ag NIP. 19720814 200312 004


(5)

v MOTTO

).

ﻢ ﻠ ﺴ ﻣ ه ا و ر

(

Apabila anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga perkara : Shodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaan,

dan anak sholeh yang mau mendoakannya. (HR. Muslim)

َاْﻛ

ِﺮُﻣ

ْﻮَاا

ْْو

َﻻَد

ُﻛْﻢ

َوَا

ْﺣ

ِﺴُﻨ

ْﻮَاا

َد

َﺑ ا

ْﻢ

)

ر

و

ﺪ ﺟ ﺎ ﻣ ﻦ ﺑ ا ه ا

(

Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah budi pekerti yang luhur”.


(6)

vi

Skripsi sederhana ini penulis persembahkan kepada: 1. Keluarga tercinta Abi Abdullah Chayyun dan

Umi Mudrikah yang telah mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menikmati dan mengenyam pendidikan sedari kecil hingga sekarang. Penulis persembahkan tulisan ini sebagai bukti ketulusan dan bakti penulis.

2. Kepada Kakanda Abdul Choliq yang senantiasa mendoakan dan memberikan bantuan kepada penulis selama proses menuntut ilmu. Adik-adik tercinta, Dek Afif dan si Ragil Ilut yang memotivatori penulis untuk terus bersemangat menuntut ilmu.

3. Kepada semua Guruku, siapa dan dimana pun mereka berada, yang telah memberikan pencerahan dalam hidupku, semoga Gusti Allah membalas semua amal mereka, Amin.


(7)

vii

ABSTRAK

KHOIR, ULIN NADLIFAH UMMUL. 2010. KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM MEMBENTUK PRIBADI ANAK YANG SHALIHAH (Menurut Umar Bin Ahmad Baradja dalam KitabAl Akhlaq Lil Banat). SKRIPSI. JURUSAN TARBIYAH. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri. Salatiga. Pembimbing : M. Ghufron, M. Ag

Kata kunci : konsep pendidikan islam dalam membentuk pribadi anak yang shalihah

Akhlaq yang mulia merupakan cermin kepribadian seseorang, selain itu akhlaq yang mulia akan mampu mengantarkan seseorang kepada martabat yang tinggi.

Akhir-akhir ini akhlaq yang baik merupakan hal yang mahal dan sulit dicari. Minimnya pemahaman akan nilai-nilai akhlaq yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Hadits akan semakin memperparah kondisi kepribadian seseorang, bahkan hidup ini seakan-akan terasa kurang bermakna. Untuk membentuk pribadi yang mulia, hendaknya penanaman akhlaq terhadap anak digalakkan sejak dini, karena pembentukannya akan lebih mudah dibanding setelah anak tersebut menginjak dewasa.

KitabAl Akhlaq Lil Banat membahas tentang beberapa akhlaq yang perlu kita aplikasikan dalam kehidupan, baik lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat. Sehingga akan tercipta pribadi yang santun sesuai dengan tuntunan

Al Qur’an. Jenis skripsi ini merupakan skripsi hasil kajian pustaka. Dengan mengulas beberapa Akhlaq kepada siapa saja dan metode dalam proses pendidikan. Untuk memperoleh data yang representatif dalam pembahasan skripsi ini, digunakan metode penelitian kepustakaan (library research) dengan cara mencari, mengumpulkan, membaca, dan menganalisa buku-buku yang ada relevansinya dengan masalah penelitian. Kemudian diolah sesuai dengan kemampuan penulis.

Setelah penulis memperoleh rujukan yang relevan kemudian data tersebut disusun, dianalisa, sehingga memperoleh kesimpulan. Untuk mencapai kesuksesan dalam proses pendidikan, maka materi yang ada dalam kitab Al Akhlaq Lil Banat sangat signifikan jika dipakai sebagai acuan dalam upaya mencapai keberhasilan pendidikan. Materi yang disajikan dalam kitab ini tidak hanya mengacu pada hubungan antara manusia dengan Allah (transedental), melainkan juga pada hubungan antar manusia (antroposentris), seperti akhlaq terhadap orang tua, kerabat, tetangga, sesama teman dan juga sampai pada adab atau tata cara, diantaranya adab bertamu, berjalan, bepergian, dan lain sebagainya. Untuk sebuah kesuksesan tidak pernah lepas dari metode pendidikan, metode yang dapat diterapkan diantaranya dengan menggunakan dalil naqli, nasihat, kisah, pembiasaan, keteladanan dan menggunakan syair.


(8)

viii

Segala puja teriring puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. dengan karunia dan hidayah-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: . “KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM MEMBENTUK

PRIBADI ANAK YANG SHALIHAH (Menurut Umar Bin Ahmad Baradja dalam KitabAl Akhlaq Lil Banat)”dan dapat diselesaikan dengan baik.

Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpah-curahkan kepada seorang reformis sejati pembawa risalah suci yakni Nabi Muhammad SAW. yang telah membawa umat manusia keluar dari kubangan lumpur jahiliyah menuju jalan yang diridhai oleh Allah SWT..

Skripsi ini diajukan kepada Ketua Progdi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan S1 (Strata 1).

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu, patutlah dengan tulus penulis mengucapkan terima kasih: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag., selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam

Negeri Salatiga.

2. Bapak M.Ghufron, M. Ag sebagai pembimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk pengembangan pemikiran penulis dan senantiasa memberikan arahan dan nasehat demi terselesaikannya skripsi ini dengan baik.


(9)

ix

3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M. Si, Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam beserta staffnya yang telah membantu penulis selama menjalani kuliah dan ketika penyusunan skripsi ini.

4. Kepada Para Dosen yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman kepada penulis dengan penuh kesungguhan serta penuh kesabaran.

5. Para Pimpinan beserta staff Perpustakaan yang telah berkenan meminjamkan buku-buku dan literatur lainnya yang dibutuhkan penulis

6. Keluarga tercinta Ayahanda Abdullah Chayyun dan Ibunda Mudrikah yang telah mencurahkan kasih sayangnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menikmati dan mengenyam pendidikan sedari kecil hingga sekarang. Penulis persembahkan tulisan ini sebagai bukti ketulusan dan bakti penulis. Kepada Kakanda Abdul Choliq yang senantiasa mendoakan dan memberikan bantuan kepada penulis selama proses menuntut ilmu. Adik-adik tercinta, Dek Afif dan si Ragil “Ilut” yang memotivatori penulis untuk terus bersemangat menuntut ilmu. Untuk tante umi sabil terimakasih atas inspirasinya.

7. Kepada Sahabat Alam yang selalu menyemangati penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Sahabat-sahabati secita di PMII, sahabat perjuangan

di ma’had Al Falah (mbakyu ju azoes, ela, mae, sibadut, doweex, tipeh, zaki, phela, uzli dan kaif) terimakasih telah mengukir canda menjadi diskusi yang unik, dan teman-temanMa’had STAIN (Spesial untuk bpk Ali sekalian, mbk faroh, dek ulin, mbk anis, dek zahro, dan adek2 angkatan 2009 semua).


(10)

x

Rowosari (keluarga besar Simbah KH. Ma’sum, para ustadz&ustadzah, nyak

thoif, neha malikha, mbk nayla, n mbk tia), serta seluruh teman-teman PAI kelas D Angkatan 2006 (Pakdhe) yang dikomandani oleh Trisna, Rina, Paijo, Shela, Hanik, Wida, Esti, Iim, Siba dan Yasin, yang sudah menerima penulis sebagai teman belajar dan berdiskusi. Dan sahabat lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan semuanya.

Akhirnya kepada Allah SWT. jualah penulis serahkan segalanya serta panjatkan doa semoga amal kebajikan mereka diterima di sisi-Nya, serta diberikan pahala yang berlipat ganda sesuai dengan amal perbuatannya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta bagi pembaca pada umumnya.

Salatiga, 05 Agustus 2010 Penulis


(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Pembatasan Masalah ... 67

F. Penegasan Istilah ... 8

G. Metode Penelitian ... 9

H. Sistematika Penulisan Skripsi ... 11

BAB II BIOGRAFI DAN SEJARAH PENULISAN KITAB AL-AKHLAQ LIL BANAT A. Biografi Umar bin Ahmad Baradja ... 13


(12)

xii

A. Konsep Pokok Materi KitabAl Akhlaq Lil Banat ... 25 B. Metode Pendidikan Akhlaq menurut Kitab Al Akhlaq Lil

Banat... 49 C. Sasaran Penulisan ... 55

BAB IV PEMBAHASAN

A. Signifikasi Pemikiran Umar bin Ahmad Baradja dalam Kitab Al Akhlaq Lil Banat dalam Pendidikan di Indonesia ... 56 B. Relevansi Pemikiran Umar bin Ahmad Baradja dalam

Kitab Al Akhlaq Lil Banat dalam Pendidikan di Indonesia ... 60 C. Implikasi Pemikiran Umar bin Ahmad Baradja dalam

Kitab Al Akhlaq Lil Banat dalam Pendidikan di Indonesia ... 64

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 67 B. Saran-saran ... 68 C. Kata Penutup ... 72 DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN


(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sesungguhnya anak adalah amanah Allah yang perlu kita syukuri,

“Jika amanah itu disia-siakan, maka tunggulah saat kehancuran” (Jamal Abdurrahman, Terj. Ardianingsih, 2003: v).

Pengertian anak bukan sekedar yang terlahir dari tulangsulbi kita atau anak cucu keturunan kita saja, namun termasuk juga anak seluruh orang muslim di manapun mereka berada, atau berasal dari bangsa manapun kesemuanya adalah termasuk generasi umat, yang menjadi tumpuan harapan kita, untuk dapat mengembalikan kesatuan umat seutuhnya, sebagaimana firman Allah SWT:







Artinya:”Dan sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu” (Q.S Al-Mu’minun: 52). (www.al

qur’an_word.com)

Anak laki-laki adalah sumber dari kepayahan yang dirasakan oleh para orang tua, sedangkan anak perempuan adalah sosok manusia yang paling lemah, dan rentan menimbulkan fitnah (Ahmad Shodiqin, 2005: vii). Ada pula yang menyebutkan perempuan adalah kaum hawa, yaitu sejenis makhluk dari jenis manusia yang halus kulitnya, lemah tulangnya, lembut suaranya dan agak berlainan bentuk dan susunan tubuhnya dari kaum laki-laki.


(14)

Dari perbedaan bentuk dan kondisi yang dimiliki antara laki-laki dan perempuan tersebut, Allah bermaksud untuk membedakan pola hidup dan cara hidup antar laki-laki dan perempuan karena dari perbedaan tersebut terkandung hikmah yang sangat besar bagi manusia dimana manusia tidak mampu menyangkalnya.

Namun dalam nilai ibadah kepada Allah, antara laki-laki dan perempuan tidak mempunyai perbedaan karena Allah menciptakan jin dan manusia untuk menyembah Allah, sebagaimana firman Allah SWT:







Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (Q.S Al-dzariyat: 56). (www.al

qur’an_word.com)

Dari ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia laki-laki dan perempuan dalam konteks ibadah dihadapan Allah adalah sama.

Anak perempuanlah yang membuat para ayah mencucurkan keringat dalam mendidiknya, bahkan harus bersikap lemah lembut dalam mendidik, akan tetapi setelah menginjak dewasa, diri mereka mengalami perubahan drastis. Perubahan tersebut bukanlah dari dirinya atau dari wataknya yang buruk akan tetapi akibat pengaruh dari perubahan lingkungan yang kita hidup di tengahnya. Apalagi di era modern sekarang ini sosok perempuan dalam lingkungan kehidupan manusia di berbagai segi sudah begitu tampak dalam berbagai tatanan kehidupan. Wanita sudah mulai tampil mendampingi bahkan menyamai atau melebihi kaum laki-laki. Begitu banyak penyalahgunaan


(15)

3

kelebihan yang dimiliki wanita menjadikan sebagai satu sarana untuk mencapai satu tujuan yang semu. Kehadiran wanita dalam kancah kehidupan modern telah memberi gambaran yang semakin berantakan dalam pandangan Islam.

Gaya hidup dan penampilan wanita seakan sudah sangat mirip dengan laki-laki, bahkan terkadang kita sulit untuk membedakan antara laki-laki dan perempuan, mereka seolah sudah lupa akan hakikatnya sebagai kaum hawa dalam pergaulan antara laki-laki dan perempuan sudah begitu bebas, seolah batas muhrim dan bukan tidak menjadi penghalang bagi hubungan mereka. Juga penanaman konsep akhlaq sejak dini dipandang penting dan perlu, sebagaimana Rosulullah bersabda yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Ibnu Abbas R.A yang berbunyi:

ْو َا ا ْﻮ ُﻣ ِﺮ ْﻛ َا

َﻟ

َد ﺎ

ُﻛْﻢ

ْﻮ ُﻨ ِﺴ ْﺣ َا َو

ا

أَد

َﺑ ا

û

ْﻢ

)

رو

ﺔ ﺟ ﺎ ﻣ ﻦ ﺑ ا ه ا

(

Artyinya : “Muliakanlah anak-anak kalian dan didiklah budi pekerti yang luhur”.(H.R. IbnuMajah).

Ketika seorang gadis bergaul dengan sesamanya di dalam sebuah lingkungan, Allah-lah yang lebih mengetahui tata cara mendidiknya. Terkadang ia terpana melihat suatu perilaku yang dilakukan oleh temannya padahal perilaku tersebut jauh dari nilai-nilai yang benar, oleh karena itu kita wajib berhati-hati dalam masalah ini. Sebagaimana kita wajib menanamkan nilai-nilai yang benar pada diri putri-putri kita. Maka akidah Islam yang


(16)

luruslah yang membentuk mereka menjadi sosok perempuan-perempuan yang shalikhah yang berakhlaq mulia.

Pendidikan Islam bukanlah untuk membentuk sosok pribadi lain di luar kepribadian manusia, tetapi pendidikan Islam justru membantu manusia untuk menemukan jati dirinya sebagai manusia muslim yang beriman dan bertaqwa.

Oleh karena itu program utama dan perjuangan pokok dari suatu usaha pendidikan adalah pembinaan yang baik, yang harus ditanamkan sejak dini kepada anak, bahkan kepada seluruh lapisan masyarakat sekalipun di tingkat bawah, sebab akhlaq suatu bangsa itulah yang akan menentukan tegak dan runtuhnya suatu bangsa. Jadi tepat apa yang dikatakan sang penyair besar Ahmad Syauqi Bey dalam kitab yang ditulis oleh Umar bin Ahmad Baradja, yaitu sebagai berikut: “Sesungguhnya kejayaan suatu umat (bangsa) terletak pada akhlaqnya selagi mereka berakhlaq/berbudi perangai utama, jika pada mereka telah hilang akhlaqnya, maka jatuhlah umat (bangsa) ini”. (Umar Al Baradja, 1987:12).

Syair tersebut menunjukkan bahwa akhlaq dapat dijadikan tolak ukur tinggi rendahnya suatu bangsa. Seseorang akan dinilai bukan karena jumlah materinya yang melimpah, ketampanan wajahnya dan bukan pula karena jabatannya yang tinggi. Allah SWT akan menilai hamba-Nya berdasarkan tingkat ketakwaan dan amal (akhlaq baik) yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki akhlaq mulia akan dihormati masyarakat akibatnya setiap orang di


(17)

5

sekitarnya merasa tenteram dengan keberadaannya dan orang tersebut menjadi mulia di lingkungannya.

Rendahnya akhlaq di dalam masyarakat, generasi bangsa dan di tubuh pejabat akan membawa kehancuran bangsa ini. Untuk menyelamatkan bangsa, seluruh rakyat dari lapisan yang paling bawah sampai lapisan yang paling atas harus dikembalikan kepada akhlaq. Caranya dengan membiasakan anak dengan akhlaq yang baik pada usia dini agar tercipta kebiasaan yang bagus pada generasi, dan agar generasi penerus memiliki kepribadian yang sempurna dan dapat menghadapi tantangan hidup di zaman sekarang.

Keterkaitan antara akhlak dan pendidikan sangatlah erat sekali, pendidikan merupakan pengetahuan yang terserap oleh peserta didik sedangkan akhlak merupakan pengaruh dari pendidikan itu sendiri. Namun tidak jarang masyarakat mendidik anak-anak khususnya usia sekolah dasar memaksakan kehendaknya tanpa mempertimbangkan dampak dari pemaksaan pendidikan itu sendiri. Padahal memberikan pemahaman dan keyakinan akan pentingnya akhlak bagi anak membutuhkan suatu metode penyampaian agar anak atau peserta didik menganggap itu merupakan suatu kebutuhan dan bukan sesuatu yang tidak manfaat. Sehingga proses internalisasi dapat berjalan dengan baik, lebih penting adalah anak mampu menerima konsep akhlak dengan baik serta mampu mewujudkan dalam kehidupan keseharian. Perlu materi dan metode yang tepat dan mudah digunakan oleh orang tua, masyarakat dan khususnya warga pendidikan.


(18)

Jadi jelaslah bahwa betapa pentingnya pembinaan akhlaq pada anak terutama anak perempuan demi tercapainya kesejahteraan dan kebahagiaan hidup, baik dunia maupun akhirat. Kitab Al Akhlaq Lil Banat merupakan sebuah kitab pegangan yang digunakan oleh beberapa lembaga pendidikan islam di Indonesia, kitab tersebut sangatlah urgen dalam proses pembinaan akhlaq. Jika kitab ini dijadikan panduan pada semua lembaga pendidikan islam di Indonesia, maka akan lahirlah generasi Islam yang yang berkualitas yang sesuai dengan tujuan Pendidikan Islam

Melihat fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk lebih mendalami lagi dalam mengkaji tentang “KONSEP PENDIDIKAN ISLAM DALAM MEMBENTUK PRIBADI ANAK YANG SHALIHAH (Menurut Umar Bin Ahmad Baradja dalam KitabAl Akhlaq Lil Banat)

B. Rumusan Masalah

Sehubungan dengan judul dan uraian dalam latar belakang permasalahan di atas, maka ada beberapa rumusan permasalahan, antara lain:

1. Bagaimana konsep akhlaq menurut Umar bin Ahmad Baradja dalam kitab Al Akhlaq Lil Banat?

2. Apakah relevansi pemikiran Umar bin Ahmad Baradja dalam kitab Al Akhlaq Lil Banat dalam konteks pendidikan Islam di Indonesia?


(19)

7

C. Tujuan Peneltian

Peneliti dalam melakukan penelitian memiliki beberapa tujuan, yang telah dirumuskan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui konsep akhlaq menurut Umar bin Ahmad Bardja dalam kitab Al Akhlaq Lil Banat.

2. Untuk mengetahui relevansi pemikiran Umar bin Ahmad Baradja dalam konteks Pendidikan Islam di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Memberikan informasi dan memperluas cakrawala tentang pendidikan, juga untuk memperkaya wacana kajian kependidikan keislaman di Indonesia, mengenal sosok seorang pemikir pendidikan dan cendekiawan muslim yaitu Umar bin Ahmad Baradja sebagai tolak ukur pola pendidikan di Indonesia di zaman sekarang. Serta meningkatkan kualitas pendidikan Islam di era globalisasi dan memberikan kontribusi pemikiran bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia, khususnya generasi umat Islam Indonesia

E. Pembatasan Masalah

Untuk lebih mempertajam dan mempermudah analisa serta kajian selanjutnya, penulis memberikan pembatasan masalah sehingga kajian skripsi ini berfokus pada kajian pandangan dan gagasan yang dirumuskan oleh Umar bin Ahmad Baradja tentang Pendidikan Islam dalam kitab yang ditulisnya yaituAl Akhlaq Lil Banat. Kajian, pandangan dan gagasan yang menjadi titik


(20)

fokus penulisan skripsi adalah pendidikan akhlaq anak menurut kitab Al Akhlaq Lil banat.

1. Pendidikan Akhlaq Anak

Pendidikan akhlaq anak adalah suatu bimbingan oleh si pendidik terhadap anak didik dengan tujuan membentuk kebiasaan atau sikap yang baik sehingga anak memiliki kepribadian yang utama.

2. Al Akhlaq Lil Banat

KitabAl Akhlaq Lil Banat adalah karya Umar bin Ahmad Baradja, yang terdiri dari tiga juz. Diterbitkan oleh Maktabah Muhammad bin Ahmad Nabhan Waauladuha di kota Surabaya Indonesia.

Kitab ini ditulis untuk semua peserta didik Islam di Indonesia. Isi kitab ini sangatlah komprehensif dalam konteks keseluruhan kehidupan insan, adanya pelajaran tentang pendidikan akhlaq, baik melalui jalur komunikasi vertikal maupun horizontal.

F. Penegasan Istilah

Untuk lebih mempertegas dan memperjelas tentang judul skripsi ini, serta untuk menghindari salah pengertian, maka perlu diuraikan beberapa penegasan istilah yang bersangkut paut dengan uraian ini, yaitu:

1. Pendidikan Islam

Yaitu pendidikan yang falsafah, dasar, tujuan serta teori-teori yang dibangun untuk melaksanakan praktek pendidikan dan nilai-nilai dasar Islam terkandung dalam Al-Qur’andan Hadist Nabi (Toha, 1996:99).


(21)

9

2. Anak

Yaitu makhluk yang masih membawa kemungkinan untuk mengembangkan jasmani maupun rohani, ia memiliki jasmani yang belum mencapai taraf kematangan, baik bentuk, ukuran maupun perkembangan bagian-bagiannya (Nur Uhbiyati, 1989: 91).

3. Sholikhah

Yaitu wanita sholihah, yang bersikap taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah suci dan beriman, baik dalam menjalankan perintah agama maupun dalam pergaulan sehari-hari di lingkungan masyarakat (Depdikbud, 1999: 772).

4. KitabAl-Akhlaq Lil Banat

Yaitu kitab akhlaq karangan Ustad Umar bin Ahmad Baradja, sebagai sebuah studi kritis mengenai konsep yang sebaiknya diterapkan pada anak, yang berperan banyak dalam menciptakan sebuah generasi yang mampu dan berakhlaqul karimah. Kitab tersebut terdiri dari tiga jilid dan masing-masing jilid berisi tentang akhlaq anak terhadap Tuhan, Malaikat, Rosul, orang tua, tetangga, teman, dan sebagainya.

G. Metode Penelitian

Dalam penulisan metode skripsi ini, penulis mengunakan beberapa metode penelitian, baik untuk memperoleh data maupun untuk menganalisis data-data yang ada, antara lain:


(22)

1. Library Research

Library Research adalah salah satu research atau penelitian kepustakaan (Hadi, 1991: 9).

Dalam penyusunan skripsi ini menggunakan jenis studi kepustakaan atau library research. Dalam arti bahwa bahan-bahan atau data-data penulisan skripsi ini diperoleh dari penelitian buku-buku dan literatur-literatur yang berkenaan dengan topik yang sedang dibahas.

Maka sumber data yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu:

a. Sumber data primer

Yaitu sumber data yang langsung berkaitan dengan obyek riset. (Tahzidulum Dharaha,1989: 60). Dalam penelitian ini sebagai sumber primernya adalah kitabAl Akhlaq Lil Banat.

b. Sumber data sekunder

Yaitu sumber data yang mengandung dan melengkapi sumber data primer. Adapun sumber data sekunder dalam penyusunan skripsi ini adalah buku-buku lain yang menjadi referensi, yang isinya dapat membantu dalam penyusunan skripsi ini.

2. Metode Analisis Data a. Metode Induktif

Metode induktif adalah suatu pola pikir yang berangkat dari hal-hal yang bersifat khusus kemudian ditarik generalisasi,


(23)

11

sebagaimana yang dikemukakan Sutrisno Hadi: “Berfikir induksi

adalah berangkat dari fakta- fakta khusus, peristiwa-peristiwa khusus dan kongkrit itu ditarik generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat

umum”(Hadi, 1991: 42).

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan pendapat-pendapat serta keterangan-keterangan dari literatur yang ada, yang bersifat khusus yakni kitabAl Akhlaq Lil Banat kemudian disimpulkan secara umum, berangkat dari konsep Pendidikan Islam dalam membentuk pribadi anak shalihah menurut kitab Al Akhlaq Lil Banat kemudian ditarik generalisasi yang mempunyai sifat umum.

b. Metode Komparatif

Metode komparatif adalah penyimpulan yang diambil dengan membandingkan pendapat yang satu dengan yang lainnya.

Metode ini digunakan untuk membandingkan pemikiran Umar bin Ahmad Baradja dalam kitab Al Akhlaq Lil Banat dengan para pemikir yang lain.

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Adapun sistematika pembahasan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagian Muka

Bagian ini berisi: Halaman Judul, Halaman Persetujuan, Halaman Pengesahan, Halaman Motto, Halaman Persembahan, Abstrak, Kata Pengantar dan Daftar Isi.


(24)

2. Bagian Tengah

Bagian inti merupakan bagian inti dari skripsi yang terbagi dalam bab-bab sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Permasalahan, Tujuan Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan Skripsi.

Bab II : Biografi dan Sejarah Penulisan KitabAl-Akhlaq Lil Banat Meliputi: Riwayat Hidup dan Latar Sosial Kultural Pengarang Kitab Al-Akhlaq Lil Banat dan Sejarah Penulisan Kitab Al-Akhlaq Lil Banat.

Bab III : Deskripsi Pemikiran

Meliputi: Konsep akhlaq dalam kitab Al-Akhlaq Lil Banat, Metode Pendidikan Akhlaq Menurut KitabAl-Akhlaq Lil Banat Sasaran dari Penulisan kitabAl-Akhlaq Lil Banat.

Bab IV : Pembahasan

Meliputi: Signifikansi Pemikiran Umar bin Ahmad Baradja dalam Kitab Al Akhlaq Lil Banat, Relevansi Pemikiran dan Implikasinya.

Bab V : Penutup

Meliputi: Kesimpulan, Saran-Saran, Kata Penutup. 3. Bagian Akhir

Bagian ini berisikan: Daftar Pustaka, Daftar Riwayat Pendidikan Penulis dan Lampiran-Lampiran.


(25)

13 BAB II

BIOGRAFI DAN SEJARAH PENULISAN KITABAL AKHLAK LIL BANAT

A. Biografi Umar Bin Ahmad Baradja 1. Riwayat Hidup

Umar bin Ahmad Baradja merupakan seorang ulama besar. Beliau lahir di kampung Ampel Magfur kota Surabaya pada tanggal 10 Jumadil Akhir 1331 H, yang bertepatan dengan 17 Mei 1913 M. Sejak dari waktu kecil beliau diasuh dan dididik oleh kakeknya dari pihak ibu, kakek beliau bernama Syaikh Hasan bin Muhammad Baradja, yang merupakan seorang ulama ahli ilmu dan fiqih.

Silsilah nasab beliau yang berasal dan berpusat di kota Saiwoon Hadromaut di Negeri Yaman, nama nenek moyang beliau yang ke-18 yang bernama Syaikh Sa’ad, yang dijuluki (laqob) Abi Roja’ (yang selalu

berharap), maka silsilah keturunan tersebut bertemu kepada Nabi Muhammad SAW yang ke-5 yang bernama Kilab bin Murroh. Umar bin Ahmad Baradja wafat dalam usia 77 tahun, pada hari Sabtu malam Ahad tepatnya pada tanggal 16 Robiul Tsani 1414 H atau 3 November 1990 M pada pukul 23.10 WIB di Rumah Sakit Islam Surabaya. Jenazah beliau dimakamkan keesokan harinya, yaitu pada hari Ahad sekitar jam setengah 4. Jenazah beliau disholatkan di Masjid Agung Sunan Ampel dan diimami oleh putranya sendiri yang menjadi khalifah (penggantinya) yaitu Al


(26)

Ustadz Ahmad bin Umar Baradja. Jenazah beliau dimakamkan di Pemakaman Islam Pegirian Surabaya. Prosesi pemakaman dihadiri oleh ribuan orang (Al Kisah, 2007: 85-89).

2. Riwayat Intelektual Umar bin Ahmad Baradja

Umar bin Ahmad Baradja muda menuntut ilmu agama dan bahasa arab dengan tekun, sehingga menguasai dan memahaminya. Pelbagai ilmu agama dan bahasa Arab yang beliau dapatkan dari para ulama, asatidz ataupun masyayikh baik melalui pertemuan langsung atau tidak langsung (melalui surat), pada masa itu tradisi belajar melalui surat masih banyak yang menggunakannya.

Realitas di masyarakat, para alim ulama dan orang-orang saleh telah menyaksikan ketakwaan dan kedudukan beliau sebagai ulama yang ‘amil (ulama yang mengamalkan ilmunya).

Dalam lingkungan pedagogis beliau adalah salah satu alumni yang berhasil sukses. Beliau juga mengenyam pendidikan di Madrasah Al Khairiyah di kampung Ampel Madrasah, Surabaya. Yang didirikan dan dibina oleh Al Habib Al Imam Muhamad bin Ahmadi Al Mahdlar pada tahun 1895, sebuah sekolah yang berdasarkan Islam Ahlu Sunnah wal Jamaah dan bermazdhabkan Syafi’i.

Guru-guru beliau yang berada di Indonesia diantaranya: a. Al Ustadz Abd Kadir bin Ahmad Bilfagih (Malang)

b. Al Ustadz Muhammad bin Husein Ba’abud (Lawang)


(27)

15

d. Al Habib Muhammad bin Achmad Assegaf (Surabaya) e. Al Habib Alwi bin Abdullah Assegaf (Solo)

f. Al Habib Achmad bin Alwi Aldjufri (Pekalongan) g. Al Habib Ali bin Husein bin Syahab (Gresik) h. Al Habib Zein bin Abdullah Alkaff (Gresik) i. Al Habib Achmad bin Ghalib Alhamid (Surabaya)

j. Al Habib Alwi bin Muhammad Al Muhdhar (Bondowoso) k. Al Habib Abdullah bin Hasan Maulahela (Malang)

l. Al Habib Hamid bin Muhammad As Sery (Malang)

m. Syeikh Robaah Hussanah Al Kholili - Palestina, yang bertugas mengajar di Indonesia

n. Syeikh Muhammad Mursidi - Mesir, yang bertugas mengajar di Indonesia

Guru-guru beliau yang berada di luar Negeri, diantaranya: a. Al Habib Alwi bin Abbas Al Maliki (Mekah)

b. As Sayyid Muhammad Amin Al Quthbi (Mekah) c. Asy Syeikh Muhammad Seif Nur (Mekah)

d. As Syeikh Hasan Muhammad Al Masyssyaath (Mekah) e. Al Habib Alwi bin Salim Alkaff (Mekah)

f. Asy Syeikh Muhammad Said Al Hadrawi Al Makky (Mekah)

g. Al Habib Muhammad bin Hadi Assegaf (Seiwoon-Hadramaut-Yaman)


(28)

i. Al Habib Hadi bin Ahmad Alhadlar(‘Innat-Hadramaut-Yaman) j. Al Habib Abdullah bin Thahir Alhaddad (Geidon-Hadramaut-Yaman) k. Al Habib Abdullah bin Umar Asy Syathiri (Tarim-Hadramaut-Yaman) l. Al Habib Hasan bin Ismail bin Syeikhbubakar (‘Innat

-Hadramaut-Yaman)

m. Al Habib Ali bin Zein Al Hadi (Tarim-Hadramaut-Yaman)

n. Al Habib Alwi bin Abdullah bin Syahab (Tarim-Hadramaut-Yaman) o. AlHabib Abdullah binHamid Assegaf (Seiwoon-Hadramaut-Yaman) p. Al Habib Muhammad bin Abdullah AlHaddar (Al Baidhaa-Yaman) q. Al Habb Ali bin Zain Bilfagih (Abu Dhabi-Emirat Arab)

r. As syeikh Muhammad Bakhith Al Muthi’i (Mesir)

s. Sayyidi Muhammad Al Fatih Al Kattani (Fass-Maroko)

t. Sayyidi Muhammad Al Muntashir Al Kattani (Marakisy-Maroko) u. Al Habib Alwi bin Thohir Al Haddad (Johor-Malasia)

v. SyeikhAbdul ‘Alim Ash-shidiqi (India) w. Syeih Hasannain Muhammad Makhluf (Mesir)

x. Al Habib Abdul Kadir Bin Ahmad Assegaf (Jeddah-Saudi Arabia). Ilmu-ilmu yang beliau kuasai diantaranya adalah bahasa Arab dan sastra, ilmu tafsir dan hadis, ilmu fiqih dan tasawuf, ilmu sirrah dan tarikh dan beliau juga sedikit menguasai bahasa Belanda dan Inggris. Berangkat dari berbagai ilmu yang dikuasai, beliau juga pandai dalam menulis karya tulis.


(29)

17

3. Latar Sosial Kultural dan Kiprah Dakwah a. Kultur Sosial Umar bin Ahmad Baradja

Dalam lingkungan masyarakat Umar bin Ahmad Baradja merupakan sosok pribadi yang sosialis. Salah satu gerakan sosial yang dilakukan oleh beliau adalah mencarikan dana untuk kebutuhan para janda, fakir miskin dan yatim piatu, khususnya para santri beliau agar mereka lebih konsentrasi dalam menimba ilmu.

Dalam membentuk keturunan yang baik dan shalih, beliau bekerjasama dengan Al Habib Idrus bin Umar Alaydrus, menjodohkan wanita-wanita muslimah dengan pemuda muslim yang baik menurut pandangan beliau sekaligus mengusahakan biaya perkawinannya.

Salah satu karya monumentalnya adalah membangun masjid Al Khoir Danakarya I Surabaya pada tahun 1971 bersama K.H. Adnan Chamim, setelah mendapat petunjuk dari Al Habib Sholih bin Muhsin Alhamid (Tanggul) dan Al Habib Zain bin Abdullah Alkaf (Gresik). Masjid ini sekarang digunakan untuk berbagai aktivitas yang berkaitan dengan dakwah masyarakat Surabaya.

b. Kiprah Dakwah

Sebagai awal karirnya beliau mengamalkan ilmunya dengan mengabdi di Madrasah Al Khairiyah Surabaya pada tahun 1935 sampai 1945, beliau berhasil mencetak beberapa ulama/asatidz yang telah menyebar ke berbagai pelosok tanah air. Murid beliau yang mengabdi dan mengamalkan ilmu yang diperoleh dari Umar bin


(30)

Ahmad Baradja di antaranya; Almarhum Al Ustadz Ahmad bin Hasan Assegaf, Almarhum Al Habib Umar bin Idrus Al masyhur, Almarhum Al Ustadz Ahmad bin Ali Bebgei, Al Habib Idrus bin Hud Assegaf, Al Habib Hasan bin Hasim Al Habsyi, Al Habib Hasan bin abdul Kadir Assegaf, Al Ustadz Ahmad Dzaki Ghufron dan Al Ustadz Ja’far bin

Agil Assegaf.

Setelah beliau mengabdi di Madrasah Al Khairiyah Bondowoso, beliau lalu pindah mengajar di madrasah Al Arabiyyah Al Islamiyyah Gresik setelah itu pada tahun 1951–1957 beliau memperluas serta membangun lahan baru bersama dengan Al Habib Zein bin Abdullah Alkaff, sehingga wujudlah Gedung Yayasan Badan Wakaf yang diberi nama Yayasan Perguruan Islam Malik Ibrahim.

Selain mengajar di lembaga pondok beliau juga mengajar di rumah pribadinya, di waktu pagi hari dan sore hari, juga majlis taklim/pengajian rutin malam hari. Karena sempitnya tempat dan banyaknya murid, maka beliau berusaha mengembangkan pendidikan itu dengan mendirikan Yayasan Perguruan Islam atas nama beliau Al Ustadz Ahmad Baradja, Hal ini sebagai wujud nyata dari hasil pendidikan dan pengalaman yang telah beliau dapat selama 50 tahun, dan berjalan sampai sekarang ini di bawah asuhan putranya yaitu Al Ustadz Ahmad bin Umar Baradja.


(31)

19

c. Kepribadian

Penampilan Umar bin Ahmad Baradja sangat bersahaja, juga dihiasi sifat -sifat ketulusan niat yang disertai keikhlasan dalam segala amal perbuatan duniawi dan ukhrawi. Beliau juga menjabarkan akhlak ahlul bait, keluarga Nabi dan para sahabat, yang mencontoh baginda Nabi Muhammad SAW. Beliau tidak suka membangga-banggakan diri, baik tentang ilmu, amal, maupun ibadah. Ini karena sifattawadhu’ dan rendah hatinya sangat tinggi.

Dalam beribadah, beliau selalu istiqamah baik sholat fardhu maupun sholat sunnah qabliyah dan ba’diyah. Sholat dhuha dan tahajud hampir tidak pernah dia tinggalkan walaupan dalam bepergian. Kehidupannya beliau usahakan untuk benar-benar sesuai dengan yang digariskan agama.

Cintanya kepada keluarga Nabi Muhammad SAW dan dzuriyah atau keturunannya sangat kental tak tergoyahkan. Juga kepada para sahabat anak didik Rasulullah SAW. Itulah pertanda keimanan yang teguh dan sempurna.

Dalam buku Kunjungan Habib Alwi Solo kepada Habib Abu Bakar Gresik, catatan Habib Abdul Kadir bin Hussein Assegaf, penerbit Putra Riyadi tahun 2003 halaman 93, disebutkan, “… kami

(rombongan Habib Alwi Al-Habsyi) berkunjung ke rumah Syeikh Umar bin Ahmad Baradja (di Surabaya). Kami dengar saking


(32)

senangnya, ia sujud syukur di kamar khususnya. Ia meminta Sayyidi Alwi untuk membacakan doa dan fatihah”(Al Kisah, 2007: 85-89).

Sifat wara’nya sangat tinggi. Perkara yang meragukan dan subhat beliau tinggalkan, sebagaimana meninggalkan perkara-perkara yang haram. Beliau juga selalu berusaha berpenampilan sederhana. Sifat Ghirah Islamiyah (semangat membela Islam) dan iri dalam beragama sangat kuat dalam jiwanya. Konsistensinya dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, misalnya dalam menutup aurat, khususnya aurat wanita, dia sangat keras dan tak kenal kompromi. Dalam membina anak didiknya, pergaulan bebas antara laki-laki dan perempuan beliau tolak keras. Juga bercampurnya murid laki-laki dan perempuan dalam satu kelas.

4. Karya-karya Umar bin Ahmad Baradja

Karya-karya Umar bin Ahmad Baradja sekitar 11 judul buku yang telah diterbitkan seperti:

a. Al Akhlak lil Banin (4 jilid) b. Al Akhlak lil Banat (3 jilid) c. Sullam Fiqih (2 jilid)

d. 17 Jauharah (17 mutiara doa) dan Ad’iyah Ramadhan (doa bulan

Ramadhan)

Yang semuanya dalam Bahasa Arab, di mana sejak tahun 1950 telah dipakai sebagai buku kurikulum di seluruh pondok pesantren di Indonesia.


(33)

21

Buku-buku tersebut pernah dicetak di Kairo Mesir pada tahun 1969

yang dibiayai oleh Syeikh Siraj Ka’ki dermawan Mekkah, dan dibagikan

secara cuma-cuma ke seluruh Negara Islam.

Syukur Alhamdulillah, atas ridha beliau dan niat agar buku-buku itu menjadi jariyah dan bermanfaat luas, maka pada tahun 1992 telah diterbitkan buku-buku tersebut ke dalam bahasa Indonesia, Jawa, Madura dan Sunda.

Syair-syair beliau dalam Bahasa Arab dengan sastra yang tinggi cukup banyak dan belum sempat dibukukan, juga karya-karya yang masih bertuliskan tangan.

B. Sejarah Penulisan Kitab

Umar bin Ahmad Baradja lahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang agamis. Beliau sangat tekun beribadah dan mengamalkan ilmunya dengan niat tulus ikhlas, serta selalu menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia. Ustadz Umar juga tekun dalam menuntut ilmu agama dan Bahasa Arab, sehingga ia menguasai dan memahaminya.

Sebagai seorang pendidik di beberapa madrasah beliau sangat memperhatikan masa depan anak didiknya dan masa depan bangsanya. Sebab, masa depan bangsa terletak pada generasi muda. Akhlak yang baik adalah tujuan setiap agama dan setiap aliran filsafat. Karena dengan akhlak yang baik, akan tercipta kebaikan dan perdamaian dalam masyarakat maupun dalam diri individunya. Dalam hal ini seorang penyair berkata: Apabila suatu kaum


(34)

tidak berakhlak lapang, maka sempitlah bagi mereka Negeri yang luas(Umar Al Baradja, 1993:12 ).

Untuk menciptakan suatu Negara yang aman dan makmur, maka warga Negaranya harus berakhlak mulia. Sebab jika warga Negaranya berakhlak buruk, maka negara itu akan hancur. Perspektif atau cara memandang keberadaan suatu bangsa bagi setiap bangsa pastilah memiliki standar dan tolak ukur yang berbeda. Salah satunya dengan urgennya penanaman akhlak pada anak.

Sebagaimana syair yang dikutip oleh Umar bin Ahmad Baradja di dalam kitabnya

ِاﱠﻧ

َﻤﺎ

ْﻟ اُﺎ

َﻣُﻢ

ْﻟ اَﺎ

ْﺧَﻠ

ُق ﺎ

َﻣﺎ

َﺑِﻘ

ﯿ

ْﺖ

*

َﻓِﺎ

ْن

ُھ

ُﻤْﻮ

اَذ

َھ

َﺒ

ْﺖ

َا

ْﺧَﻠ

ُﻗ ﺎ

ُﮭ

ْﻢ

َذ

َھ

ُﺒْﻮ

ا

Artinya :“Kekalnya suatu bangsa adalah selama akhlaknya kekal, akhlaknya sudah lenyap, musnah pula bangsa itu.” .(Umar Al Baradja, 1993).

Pentingnya akhlak dalam kehidupan manusia baik kehidupan individu maupun kehidupan masyarakat, Umar bin Ahmad Baradja berharap kepada orang tua atau wali murid dan pengajar atau guru-guru, untuk memperhatikan pendidikan anak dengan sebaik-baiknya, dengan mengawasi dan memperhatikan tingkah laku putra-putri dan anak didik yang menjadi tanggungjawab kita semua, menanamkan tingkah laku yang lahir di lubuk hati mereka dari tingkah laku yang tercela agar mereka menjadi orang-orang yang terdidik dan beradab, yang berguna bagi diri dan bangsa mereka.

Memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam. Namun sebaliknya tegaknya aktivitas keislaman dalam hidup dan kehidupan


(35)

23

seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudah menanamkan akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan baik, yakni perbuatan itu selalu diulang–ulang dengan kecenderungan hati (sadar) (Akhlak Mulia, 1996: 27). Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Semua yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat di dalam diri manusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna, mana yang cantik dan mana yang buruk.

Apalagi hidup di tengah-tengah zaman yang mengalami dekadensi moral atau akhlak, dimana juga pendidikan akhlak telah tersisihkan, memperhatikan tingkah laku dan putra-putri anak didik dari awal perkembanganya adalah merupakan suatu hal yang sangat penting sekali dan tidak boleh diremehkan. Karena hal itu merupakan kunci kebahagiaan bagi anak didik di masa depan. Sebaliknya jika membiarkan anak didik hingga terbiasa dengan tingkah laku yang buruk, maka masa depan anak didik akan menjadi buruk, sulit untuk di didik kembali, atau tidak mungkin dididik kembali selama-lamanya.

Melihat pentingnya pendidikan akhlak atau moral, maka Umar bin Ahmad Baradja terdorong hatinya untuk menulis kitab yang berisikan tentang bimbingan akhlak bagi anak, yang ditujukan kepada orang tua atau wali murid


(36)

di rumah serta guru-guru atau pengajar sebagai pedoman untuk membimbing akhlak anak didiknya. Kitab akhlak tersebut ada dua versi, yang pertama kitab Al Akhlaq Lil Banin adalah khusus untuk anak laki-laki. Yang ke dua kitab Al Akhlaq Lil Banat adalah khusus untuk anak perempuan.

Peranan Umar bin Ahmad Baradja yang sangat memperhatikan dan merasa bertanggungjawab pada kepribadian anak perempuan yang lebih lemah dan rentan menimbulkan fitnah sebagai penerus bangsa yaitu diungkapkan pada karyanyaAl Akhlaq Lil Banat. Sebagai warisan pada generasi pada masa itu, generasi sekarang dan generasi yang akan datang.


(37)

25 BAB III

DESKRIPSI PEMIKIRAN UMAR BIN AHMAD BARADJA DALAM KITABAL AKHLAQ LIL BANAT

A. Konsep Akhlaq Dalam KitabAl Akhlaq Lil Banat

KitabAl Akhlaq Lil Banat terdiri dari tiga jilid, selebihnya akan kami paparkan kandungan dari kitab tersebut agar dapat kita pahami dengan lebih mudah.

Pada juz satu secara garis besar berisi bagaimana cara membentuk akhlaq yang baik, contoh perilaku akhlaq yang baik, perilaku yang dilarang oleh agama dan contoh perilaku yang dilarang agama. Memperkenalkan Allah pada anak, memperkenalkan Nabi dan Malaikat Allah dalam artian bahwa Allah-lah yang menciptakan alam semesta ini untuk kita manfaatkan, sebagai sarana menyembah dan bertakwa kepada Allah. Menerangkan tentang taat terhadap perintah Allah dan menjauhi segala larangan-larangan Allah, menerangkan tentang akhlaq kepada orang tua, bagaimana akhlaq kepada guru, bagaimana sikap kita terhadap orang yang lebih muda dan lebih tua, dan bagaimana sopan santun kita ketika kita bertetangga, berteman. Pada bagian akhir juz pertama diterangkan sopan santun murid ketika dia menerima pelajaran dari guru dan diakhri dengan nasihat yang ditujukan untuk umum (masyarakat).

Pada juz dua secara garis besar menerangkan tentang hakikinya Al-Khalik, menerangkan tentang adab taat terhadap segala perintah Allah dan


(38)

menjauhi segala larangan-larangan Allah, memberikan panduan kepada anak agar anak selalu mencontoh apa yang telah Nabi Muhammad SAW. lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai anak yang telah dibesarkan oleh orang tua sudah selayaknya kita mencintai kedua orang tua yang telah melahirkan, membesarkan serta merawat kita tanpa mengenal lelah, menggambarkan tamsil-tamsil tentang orang yang senantiasa berbuat kebaikan, dan akan mendapatkan apa yang dia inginkan, adab kepada saudara laki-laki dan perempuan untuk saling hormat menghormati dan kasih sayang antar sesama, kesederhanaan yang menjadi kunci kebahagiaan di dunia dan akhirat, menerangkan bagaimana cara kita bertetangga yang baik, kewajiban kita terhadap teman-teman kita menjadi penutup pada juz dua ini.

Pada juz tiga secara garis besar menerangkan tentang bagaimana sebaiknya kalau kita sedang berjalan, duduk, berbicara, makan, bertamu dengan sesama muslim, menengok orang yang sedang sakit, adab ketika takziyah, adab ketika kita ditimpa sebuah musibah, dan diakhiri dengan adab ketika kita akan pergi serta adab meminta sesuatu kepada Allah. Intinya pada bab tiga ini merupakan keterangan yang menerangkan tentang hubungan antara manusia dengan manusia atau ibadahghairu mahdloh.

1. Akhlaq terhadap Allah SWT

Telah kita ketahui bahwa Allah telah memberikan kepada kita berbagai nikmat dan anugrah yang sangat besar, maka kita wajib bersyukur atas nikmat tersebut yaitu dengan berakhlaq terhadap Allah SWT dengan cara:


(39)

27

a. Mengabdi atau beribadah hanya kepada Allah SWT b. Menyayangkan atau mamuliakan Allah SWT

c. Melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya

d. Mencintai Allah SWT melebihi kecintaanya kepada bapak, ibu dan diri kita sendiri

e. Berusaha dan berdoa memohon kepada Allah SWT agar selamanya diberi petunjuk jalan yang benar dan memohon keselamatan juga memohon agar Allah SWT menjadikan anak-anak perempuan yang baik dan beruntung dunia dan akhirat

f. Bersyukur atas semua nikmat yang diberikan Allah SWT

Apabila kita bersyukur atas nikmat-Nya dengan melakukan perintah-Nya, maka Allah akan mencintai kita dengan menjadikan manusia lain juga mencintai kita, menjaga dari bahaya dan penyakit, dan juga akan memberikan segala sesuatu yang kita inginkan. Allah juga akan menambahi nikmat-Nya kepada kita, seperti firman Allah SWT:



























Artinya : “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Q.S. Ibrahim :7). (www.al qur’an_word.com)


(40)

Dengan semua itu maka hidup kita akan beruntung dan bahagia dunia dan akhirat.

g. Mencintai Malaikat-Malaikat Allah, para Rasul dan Nabi Allah, dan orang-orang shalih dari hamba-hamba Allah, karena sesungguhnya Allah SWT juga mencintai mereka. (Umar Baradja, 1987 : 5-6)

2. Akhlaq terhadap Rasulullah SAW

Jika kita mencintai Allah SWT maka kitapun harus mencintai Rasul Allah yaitu dengan taat kepada Rasulullah SAW juga merupakan bagian ketaatan kepada Allah SWT, seperti firman Allah :





























Artinya: “Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Ali Imran: 31). (www.al

qur’an_word.com)

Maka lakukanlah nasihat-nasihat Nabi yang manunjukan kepada kebaikan dan menjauhkan kejelekan. Karena nasihat tersebut akan mendatangkan kebahagiaan.

Cinta kepada Nabi Muhammad SAW. tidak cukup sekedar dilahirkan dalam bentuk pengakuan kata-kata, melainkan harus dibuktikan dalam bentuk yang nyata antara lain dengan :

a. Mengamalkan dan mematuhi agama Islam yang diajarkannya, baik


(41)

29

b. Berjuang menegakkan, mengembangkan dan membela

ajaran-ajarannya, termasuk pula menjaga kemurniannya dari bid’ah dan

kufarat.

c. Memuliakan Nabi Muhammad SAW. dan memperbanyak shalawat kepadanya.

d. Memuliakan keluarga dan sahabat-sahabatnya.

e. Mengikuti nasehat-nasehatnya dan mengamalkannya dalam kehidupan.

Selain kita diwajibkan untuk memuliakan Allah SWT kita juga diwajibkan untuk memuliakan Rasulullah SAW melebihi cinta kita kepada dua orang tua dan dirinya sendiri. Karena sesungguhnya Rasulullah SAW yang mengajarkan agama Islam dan karena Rasulullah kita mengetahui Tuhan kita, juga bisa membedakan antara halal dan haram. (Umar Baradja, 1987 : 9)

3. Akhlaq terhadap Orang Tua

Ketika kita tahu betapa beratnya tanggung jawab orang tua kita dalam mendidik dan membesarkan kita hingga kita tumbuh dewasa, betapa besar kecintaan mereka kepada kita. Maka dengan apa kita akan membalasnya? Sesungguhnya kita tidak dapat membalasnya, yaitu kecuali dengan berakhlaq yang baik terhadap mereka. Adapun dasar-dasar akhlaq terhadap orang tua adalah sebagai berikut:


(42)

a. Harus menaati kedua orang tua dengan senang hati dan juga melakukan sesuatu yang kita senangi oleh mereka dan berbuat baik, kepada mereka Allah berfirman:

















 ...

Artinya : “Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan

sebaik-baiknya... (Q.S.Al Isra’: 23)(www.al qur’an_word.com)

b. Tersenyum di hadapan orang tua

c. Bersalaman kepada orang tua pada waktu pagi ketika hendak mau pergi dan pada waktu sore ketika pulang ke rumah

d. Mendoakan keduanya selalu dalam kesehatan dan panjang umur e. Membantunya dengan ikut menjaga kitab-kitab dan pakaian serta

perabot-perabot juga merapikan pada tempatnya f. Bersungguh-sungguh dalam belajar

g. Melakukan hal-hal yang membahagiakan keduanya, baik di dalam rumah maupun di luar rumah

h. Menjauhi hal-hal yang dibenci oleh keduanya

i. Tidak berbicara keras di hadapan keduanya akan tetapi berbicaralah di hadapan mereka dengan cara yang lembut, firman Allah SWT:



...





















Artinya: ”...Maka jangan sekali-kali kamu menyatakan kepada keduanya’’ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan


(43)

31

ucapkanlah kepada mereka perkaa4taan yang mulia” (Q.S. Al-Isra’:

23).(www.al qur’an_word.com)

j. Jika meminta sesuatu kepada orang tua janganlah memaksa apalagi di depan tamu

k. Tidak boleh bermuka masam di hadapan keduanya, dengan alasan apapun

l. Tidak boleh berbohong

m. Berbuat baik kapada ibunya dulu kemudian baru kepada bapaknya, seperti dalam hadist:

َو

َﻋْﻨ

َر

ِﺿ

َﻲ

َﻗ ﷲ ا

َل ﺎ

:

َﺟ

َء ﺎ

َر

ُﺟ

ٌﻞ

ِاَﻟ

ﱠﻨ ﻟ ا

ِﺒ

ﱢﻲ

َﺻﱠﻠ

ُﷲ ا ﻲ

َﻋَﻠ

َو

َﺳَّﻠ

َﻓ ﻢ

َﻘ

َل ﺎ

:

َر ﺎ

ُﺳْﻮ

َل

ِﷲ ا

َﻣ

ْﻦ

َا

َﺣ

ّﻖ

ﱠﻨ ﻟ ا

ِس ﺎ

ِﺑ

ُﺤ

ْﺴ

ِﻦ

َﺻ

َﺤ

َﺑ ﺎ

ِﺘ

؟ ﻲ

َﻗ

َل ﺎ

ُاﱡﻣ

َﻚ

.

َﻗ

َل ﺎ

ُﺛﱠﻢ

َﻣ

ْﻦ

َﻗ ؟

َل ﺎ

ُاﱡﻣ

َﻚ

.

َﻗ

َل ﺎ

ُﺛﱠﻢ

َﻣ

ْﻦ

َﻗ ؟

َل ﺎ

ُاﱡﻣ

َﻚ

.

َﻗ

َل ﺎ

ُﺛﱠﻢ

َﻣ

ْﻦ

َﻗ ؟

َل ﺎ

َاُﺑ

ْﻮ

َك

)

(

Artinya: ”Dan Abu Hurairah r.a., dia berkata:” Ada seorang laki-laki mendatangi Nabi Muhammad Saw. seraya bertanya: Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak untuk ku pergauli dengan cara yang baik?” Beliau menjawab,”Ibumu”. Dia bertanya,” kemudian siapa lagi”, Beliau menjawab,”Ibumu”.Dia bertanya, ”kemudian siapa lagi?” Beliau menjawab,”Ibumu”. Dia bertanya ”kemudian siapa lagi?”, Beliau menjawab,”Bapakmu” (H.R. Asy Syaikhani). Cara berbuat baik kepada Orang tua yang telah meninggal dunia, yaitu dengan :

1) Berdoa untuk orang tua yang sudah meninggal serta memohonkan ampun kepada Allah SWT. atas segala dosa-dosanya.


(44)

4. Akhlaq terhadap Saudara

Seseorang yang lebih dekat setelah kedua orang tua adalah saudara laki-laki ataupun saudara perempuan kita. Mereka akan senang kepada kita jika sopan santun terhadap mereka dengan cara berakhlaq sebagai berikut: a. Memuliakan saudara laki-laki dan saudara perempuan yang lebih besar b. Menaati dan melakukan perintahnya dan jangan menentangnya

c. Menyayangi saudara laki-laki dan saudara perempuan yang lebih kecil d. Jangan melukai baik dengan memukul ataupun memarahinya,

memutuskan tali persaudaraan, ataupun merusak dan mengambil permainan mereka tanpa izin keduanya

e. Selalu memaafkan kesalahan mereka

f. Jangan bertengkar atau berebut dengan mereka ketika akan masuk kamar mandi atau berebut mainan atau tempat duduk dan yang lainnya g. Jadilah kamu anak perempuan, orang yang sabar yang suka memberi

maaf dan janganlah cepat marah. Ketika saudaramu berbuat jelek terhadapmu, janganlah dibalas dengan kejelekan pula akan tetapi maafkanlah mereka

h. Janganlah terlalu banyak bergurau dengan mereka karena sesungguhnnya kebanyakan bergurau menyebabkan iri, dengki dan pertengkaran

i. Ketika melihat saudaramu melakukan hal-hal yang tidak sesuai, maka nasihatilah dengan lembut, jangan dengan kasar.


(45)

33

Itulah beberapa akhlaq yang perlu diperhatikan dan tidak diragukan lagi bahwa orang tua kita akan bahagia, ketika kita melakukan akhlaq seperti ini maka hidup kita akan bahagia dan tenteram bersama saudara-saudara kita. (Umar baradja, 1987 : 44)

5. Akhlaq terhadap Kerabat

Kerabat adalah siapa pun yang mempunyai ikatan persaudaraan dengan kita seperti kakek, nenek, saudara laki-laki dan perempuan, paman dan bibi dari pihak ayah maupun pihak ibu.

Firman Allah SWT:

...











....

Artinya:“…Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tuamu, karib kerabat....” (Q.S.

An-Nisa’:36).(www.al qur’an_word.com)

Mereka semua akan senang kepada kita apabila kita melakukan akhlaq sebagai berikut:

a. Bekerja sama atau bergotong royong kepada mereka b. Sopan dalam berbicara dengan mereka

c. Memprioritaskan pemberian bantuan kepada mereka yang sangat membutuhkan

d. Tidak saling membenci dan memutuskan tali silaturahmi e. Tidak bermuka masam di hadapan mereka

f. Saling mengunjungi dari satu waktu ke lain waktu, seperti pada hari raya, atau waktu tertentu misal ketika sakit atau pun habis melahirkan g. Ikut merasakan kebahagiaan dan kesedihan mereka


(46)

h. Menjauhkan perbuatan yang menyakitkan atau membuat marah mereka.

Apabila anak perempuan melakukan akhlaq seperti di atas maka akan hidup dengan enak dan disenangi. Allah juga akan memperbanyak rezeki, memperpanjang umurnya. (Umar baradja, 1987 : 47)

6. Akhlaq terhadap Tetangga

Diwajibkan bagi kita yaitu senang dengan tetangga kita yaitu dengan cara berakhlaq sebagai berikut:

a. Memuliakan tetangga kita

b. Tidak menyakitkan seperti memarahinya, menghinanya atau mengeraskan suara ketika mereka sedang tidur, tidak boleh melempari, mengotori lantai atau tembok rumahnya

c. Mengucapkan salam terlebih dahulu ketika melihat mereka d. Tersenyum di hadapannya

e. Apabila salah satu dari mereka tidak ada maka tanyakanlah karena itu menunjukan bahwa kita perhatian kepada mereka

f. Menjenguknya tatkala sakit

g. Memberikan makanan (Umar baradja, 1987 : 56)

7. Akhlaq terhadap Guru

Ketika di rumah orang tualah yang mendidik kita tetapi ketika kita di sekolah, gurulah yang mendidik kita. Maka kita harus mencintainya


(47)

35

dan gurulah yang mengajari tentang akhlaq dan mengajari kita tentang ilmu yang bermanfaat. Menasihati kita dengan nasihat-nasihat yang berguna dengan harapan menjadi anak yang berbudi pekerti baik.

Akhlaq terhadap guru antara lain:

a. Memuliakan guru kita seperti kita memuliakan orang tua kita

b. Berbicara dengan sopan, jangan memotong perkataan ketika gurumu berbicara, akan tetapi tunggulah sampai beliau selesai

c. Dengarkanlah dengan baik pelajaran yang disampaikan bila tidak paham atau menemui kesulitan mintalah kepada gurumu dengan sopan untuk mengulangi menerangkannya lagi

d. Apabila gurumu bertanya tentang sesuatu hal denganmu maka jawablah dengan baik dan dengan suara yang jelas

e. Apabila kamu mengharapkan disenangi gurumu maka lakukanlah hal yang menyenangkan gurumu, seperti: rajin berangkat, datang tepat pada waktunya, jangan telat masuk kelas kecuali ada keperluan yang sangat penting dan jika istirahat sudah selesai cepat-cepatlah masuk kelas, jangan sampai terlambat

f. Ketika gurumu menegur janganlah membuat alasan di depannya dengan alasan yang tidak benar

g. Taat dan tunduk semua perintahnya dari lubuk hati, bukan kerena takut dengan hukuman

h. Apabila kamu dihukum maka janganlah kamu marah karena sesungguhnya hukuman itu adalah supaya kamu mau melakukan


(48)

kewajibanmu dan semua itu akan kamu rasakan manfaatnya di kemudian hari atau ketika kamu sudah dewasa. (Umar baradja, 1987 : 60)

8. Akhlaq terhadap Teman

Bahwasanya ketika kamu belajar di sekolah maka kamu memiliki teman atau bersama teman, sesungguhnya mereka seperti saudara-saudaramu yang ada di rumah, maka senangilah mereka seperti kamu senang kepada saudara-saudara, dan berakhlaqlah yang baik terhadap mereka seperti:

a. Memuliakan/menghormati teman yang lebih besar, dan menyayangi teman yang lebih kecil

b. Apabila salah seorang temanmu mendapat kesulitan dalam memahami pelajaran dan meminta penjelasan kepada guru maka dengarkan dan perhatikan jawaban yang diterangkan oleh guru

c. Bermainlah dengan temanmu di waktu istirahat dan di halaman sekolah, jangan di kelas

d. Jangan pelit (bakhil) ketika temanmu meminjam sesuatu kepadamu kerena sesungguhnya sifat bakhil itu adalah sifat yang sangat buruk sekali

e. Janganlah kamu sombong ketika kamu lebih memiliki keutamaan darinya seperti kecerdasan, kaya dan tekun atau rajin

f. Ketika melihat temanmu malas maka nasihatilah dia supaya bersungguh-sungguh dan meninggalkan kemalasan


(49)

37

g. Bantulah temanmu jika membutuhkan pertolongan dalam memahami suatu pelajaran

h. Jangan melakukan perbuatan yang menyesalkan dan menyakitkan hati seperti mendesak atau mempersempit tempat duduk, menyembunyikan alat-alat tulis ataupun membuka tas tanpa izin temanmu

i. Jika meminjam maka janganlah dirusakkan dan jangan dikotori kemudian cepat-cepat dikembalikan

j. Ketika berbicara maka bicaralah dengan lembut dan tersenyumlah, jangan mengeraskan suara atau bermuka masam

k. Jauhkanlah dari pertengkaran dan dengki, juga omongan yang jelek. l. Janganlah berbohong dan adu domba

m. Janganlah bersumpah walaupun perkataanmu itu benar

n. Janganlah menyontek karangan temanmu karena hal itu merugikan dirimu sendiri. (Umar baradja, 1987 : 66)

9. Akhlaq Berjalan

Wajib diingat dan harus diketahui oleh anak perempuan yang baik adalah akhlaq ketika berjalan, diantaranya adalah:

a. Mendahulukan kaki kiri ketika keluar dari rumah dan berdo’a

b. Jangan terlalu cepat juga jangan terlalu pelan, sedang-sedang saja c. Tidak boleh memakai alas kaki (sandal) hanya satu

d. Menjawab salam baik dari orang yang telah engkau kenal maupun yang belum kenal


(50)

e. Berjalan di sisi jalan sebelah kanan supaya selamat dari kecelakaan, dan hindarilah berjalan di tempat-tempat yang licin supaya tidak terpeleset, juga jangan berjalan di jalan yang sempit dan kotor walaupun jalan itu lebih dekat dari tujuanmu

f. Sopan dan tidak sombong

g. Berjalan jangan sambil makan, bernyanyi atau bersendau- gurau h. Menahan diri untuk tidak melakukan hal-hal yang sifatnya

mengganggu, yakni tidak membuang hajat di jalan akan tetapi sebaiknya disunahkan bagi kamu menghilangkan gangguan dari jalan yang biasanya dilewati manusia

i. Ketika sudah kembali dan mau masuk rumah didahulukan kaki kanan

dan berdo’a.(Umar baradja, 1987 : 19)

Kemudian baru salam kepada ahli rumah, seperti firman Allah:

ا َ

























Artinya: “Apabila kamu memasuki suatu rumah hendaklah kamu memberi salam kepada (penghuninya yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, salam yang ditetapkan dari sisi Allah, yang diberi berkah lagi baik”.(An-nur : 61)(www.al qur’an_word.com)

10. Akhlaq Duduk


(51)

39

a. Duduklah dengan tegap, jangan memiringkan kepala ke kanan atau ke kiri, juga jangan membengkokkan badanmu

b. Ketika duduk di kursi, jangan meletakkan kaki yang satu di atas kaki yang lainnya

c. Bisa menempatkan diri, artinya apabila di dalam pertemuan suatu majelis yang sedang bergembira maka ikutlah bergembira, akan tetapi jika orang dalam majlis bersedih atau berduka jangan bergurau atau tertawa keras

d. Hendaknya tidak duduk di tempat duduk seseorang yang berdiri untuk keperluan yang tidak lama

e. Hendaknya tidak memberdirikan seseorang dari tempat duduknya lalu tempat duduknya engkau duduki

f. Janganlah duduk di tengah– tengah lingkungan g. Jikalau memungkinkan duduklah menghadap kiblat

h. Duduklah di tempat yang dekat dari kamu masuk, jangan duduk di tengah jalan

i. Menghindari hal-hal buruk seperti memasukkan jari ke hidung atau mulut, ketika batuk, tutuplah dengan tangan dan jangan mengeraskan suara

j. Saling menasehati dengan sikap yang baik

k. Bila telah selesai pertemuan mengucapkan istighfar, sebagaimana telah diucapkan Rosulullah SAW apabila berdiri setelah pertemuan:


(52)

ُﺳْﺒ

َﺤ

َﻧ ﺎ

َﻚ

ّﻠ ﻟ ا

ﱠﻢ

َوِﺑ

َﺤْﻤ

ِﺪ

َك

َا

ْﺷ

ُﺪ

َا

ْن

َﻟ

ِا ﺎ

َﻟ

ِاﱠﻟ

َا ﺎ

ْﻧ

َﺖ

َا

ْﺳَﺘ

ْﻐِﻔ

ُﺮ

َك

َوَاُﺗ

ْﻮ

ُب

ِاَﻟ

َﻚ

Artinya : “ Maha Suci Engkau ya Allah dan segala pujian hanya untuk -MU, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Engkau, aku mohon ampunan–MU dan aku bertaubat kepada -MU”. (Umar baradja, 1987 : 23)

11. Akhlaq Berbicara

Ketika akan berbicara maka harus diperhatikan beberapa hal, diantaranya adalah:

a. Sebelum berbicara hendaknya menimbang dulu, apakah yang akan dibicarakan itu baik atau tidak, jika baik maka bicarakanlah, jika tidak baik maka lebih baik diam

b. Berbicara pada tempatnya, artinya jangan membuat tertawa di waktu susah atau sebaliknya

c. Berbicara dengan pelan-pelan atau tidak tergesa-gesa d. Berbicara seperlunya saja

e. Hendaknya seseorang berbicara dengan suara yang bisa didengar, tidak terlalu keras dan tidak pula terlalu pelan. Ungkapan-ungkapannya jelas dan bisa dimengerti oleh orang banyak, serta tidak dibuat-buat

f. Mendengarkan pembicaraan orang yang tengah berbicara dengan sungguh-sungguh. Dan tidak memotong pembicaraanya. Apabila belum faham apa yang dibicarakannya maka tunggulah sampai dia selesai baru bertanya dan memintanya untuk mengulangi perkataannya. Dan bagi yang berbicara jangan marah bila ada yang belum faham dan meminta untuk mengulangi.


(53)

41

g. Jangan menertawakan atau mengejek pembicaraan teman yang salah akan tetapi benarkan dengan baik dan jauhilah dari berdebat dan saling membantah meskipun dirimu berada pada pihak yang benar, serta menjauhkan diri dari berdusta meskipun engkau hanya bermaksud bercanda.

h. Menjauhkan diri dari pembicaraan yang ada unsur ghibah dan mengadu domba. (Umar baradja, 1987 : 27)

Allah berfirman:

....





...

Artinya : Dan janganlah sebagian dari kalian menggunjingkan subagian yang

lain....”. (Q.S. Al-Hujarat: 12)(www.al qur’an_word.com)

12. Akhlaq Makan dan Minum

Diantara akhlaq makan adalah sebagai berikut:

a. Berniat agar mendapatkan kekuatan dalam menjalankan ibadah kepada Allah dan engkaupun mendapatkan pahala dari makan dan minum tersebut

b. Menjaga kebersihan muka, cuci tangan sebelum dan sesudah makan c. Jangan makan atau minum sambil berdiri

d. Hendaknya engkau menerima atau puas dengan minuman dan makanan yang ada serta tidak mencelanya

e. Makanlah ketika merasa lapar dan berhentilah sebelum terlampau kenyang


(54)

f. Makanlah apa yang disediakan jangan bertanya makanan yang tidak ada

g. Jangan meniup makanan yang masih panas atau menghembuskan nafas di dalam air ketika tengah minum

h. Tidak terlentang tatkala makan

i. Jangan minum langsung dari bibir baskom j. Jangan berbicara ketika makan

k. Jangan mengusap kedua bibir dengan lidah akan tetapi usaplah dengan sapu tangan

l. Makan dengan tangan kanan dan memulai dengan memungut makanan yang ada di depanmu

m. Hendaknya memulai dengan basmalah dan menyudahinya dengan hamdalah.(Umar baradja, 1987 : 32)

13. Akhlaq Berkunjung dan Bertamu

Dianjurkan bagimu saling mengunjungi teman, kerabat, atau yang lainnya karena hal itu akan mempererat silaturahmi, adapun akhlaq dalam berkunjung adalah:

a. Sebelum masuk hendaknya meminta izin terlebih dahulu hingga tiga kali. Dengan mengucapkan “Assalamu’alaikum” sebagaimana firman

Allah:






































(55)

43













































Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. Jika kamu tidak menemui seorangpun didalamnya, Maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. dan jika dikatakan kepadamu: "Kembali (saja)lah, Maka hendaklah kamu kembali. itu bersih bagimu dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”. (Q.S. An-Nuur: 27-28)

(www.al qur’an_word.com)

b. Apabila pintu rumah yang ditutup maka hendaklah mengetuk pintu terlebih dahulu atau memencet bel dengan cara yang halus dan tidak mengagetkan kemudian berdirilah di samping ambang pintu sebelah kanan ataupun kiri agar pandangannya tidak langsung tertuju ke dalam rumah sehingga bisa terjadi sesuatu hal yang tidak disukai tuan rumah, baru mengucapkan salam dan memberitahu namanya (nama saya fulan). Sebab Rasulullah Saw. tidak menyukai “saya” saja, Jadi disebutkan pula namanya.

c. Harus mengetahui waktu yang tepat untuk bertamu. Jangan bertamu pada waktu makan, tidur, atau pada waktu sibuk bekerja ataupun pada waktu istirahat siang dan juga harus bisa memperkiran lamanya waktu bertamu.


(56)

d. Jangan terlalu sering bertamu kepada seseorang karena hal itu dapat mengganggu tuan rumah.

e. Bersikap sopan santun, duduk di tempat yang benar dan mendahulukan yang lebih tua, tidak boleh bermain dan mengambil barang tanpa izin tuan rumah.

f. Ketika menemui tamu hendaklah memperlihatkan suasana yang menyenangkan dan kelihatan bergembira.

g. Mempersilahkan tamu untuk duduk di tempat yang baik dan menyediakan makanan juga minuman seadanya.

h. Jangan sungkan-sungkan untuk memuliakan tamu. (Umar baradja, 1987 : 39)

14. Akhlaq Membesuk Orang Sakit

Ketika engkau mendengar kerabat, teman, guru, ataupun yang lainnya sakit maka dianjurkan bagimu membesuknya supaya orang yang sakit, gembira dan juga supaya kita bisa mendoakan, di dalam hadits disebutkan :

َﺣ

ﱡﻖ

ْﻟ ا

ُﻤ

ْﺴِﻠ

ِﻢ

َﻋَﻠ

ْﻟ ا

ُﻤ

ْﺴِﻠ

ِﻢ

َﺧْﻤ

ٌﺲ

َرﱡد

ﱠﺴ ﻟ ا

َﻠ

ِم ﺎ

َو

ِﻋ

َد ﺎ

ُة

ْﻟ ا

َﻤ

ِﺮ

ِﺾ

َوِا

ْﺗَﺒ

ُع ﺎ

ْا

َﺠ ﻟ

َﻨ

ِﺋ ﺎ

ِﺰ

َوِا

َﺟ

َﺑ ﺎ

ُﺔ

ﱠﺪ ﻟ ا

ْﻋَﻮ

ِة

َو

َﺗ

ْﺸِﻤ

ُﺖ

ْﻟ ا

َﻌﺎ

ِﻃ

ِﺲ

)

ﻢ ﻠ ﺴ ﻣ ه ا و ر

(

Artinya:“Kewajiban muslim terhadap muslim yang lain itu ada 5 (lima), yaitu menjawab salam, menjenguk orang sakit,menguburkan mayat, menghadiri undangan dan mendoakan orang bersin” (H.R.Muslim).

Adapun diantara akhlaq membesuk adalah:


(1)

70

agar anak jangan sampai terjerumus pada hal-hal yang tidak diinginkan yang dilarang dalam agama.

3. Kepada Anak

a. Sebagai anak didik hendaknya bisa menghargai dan menghormati para pendidiknya yang telah dengan tulus hati mengajar, mendidik dan membimbingnya dari yang masih belum mengetahui dan mengerti apa-apa sehingga mengetahui dan menguasai berbagai macam ilmu pengetahuan, dengan tanpa mengharapkan penghargaan jasa apapun. Hanya perjuangan dan pengabdian Agama, Bangsa dan Negara yang beliau kedepankan.

b. Sebagai seorang anak hendaknya merasa berterima kasih terhadap orang tua, yang telah merawat dan mengasuhnya sejak kecil dengan susah payah, penuh kasih sayang serta membimbing dan mendidiknya, sehingga tumbuh dewasa menjadi manusia yang bertanggungjawab segala perbuatannya dengan cara berusaha senantiasa membahagiakan keduanya jangan sampai menyakiti maupun mengecewakan.

c. Anak sebagai bagian dari anggota masyarakat, tidak bisa lepas dari pengaruh lingkunan yang melingkupinya. Oleh karena itu agar tidak terjurumus pada hal-hal yang tidak diinginkan, maka perlu adanya kehati-hatian dalam semua tindakan yang akan dilakukan.

4. Kepada Masyarakat

a. Setiap masyarakat hendaklah dapat memberikan bimbingan dan pengarahan bagi anak-anak ke arah kedewasaan yang positif.


(2)

71

Sehingga anak akan tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa yang berguna di masyarakat dalam membangun serta meningkatkan kebahagiaan, kesejahteraan hidup bersama dan terciptanya kehidupan yang harmonis dalam masyarakat.

b. Masyarakat hendaknya meningkatkan dan menjalin kerja sama dengan pihak terkait dalam menanggulangi kenakalan anak baik dengan organisasi masyarakat, pemerintah, swasta atau perorangan.

c. Bagi setiap individu muslim agar ikut andil dan saling bekerja sama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan Islam yang dimanifestasikan, misalnya melalui rencana pendidikan, baik berjangka panjang ataupun pendek, tujuan pendidikan, komponen kurikulum, pelatihan tenaga kependidikan, maupun anggaran pendidikan, sehinggaspirituntuk selalu memajukan dan mengembangkan pendidikan Islam tak akan pernah padam.

5. Kepada Pemerintah

Bagi penanggung jawab pendidikan dan dalam hal ini adalah pemerintah, hendaknya mulai mereformulasi sistem pendidikan Islam yang berbasis sumber daya manusia (human resources-based) dengan mengimplementasikan beberapa aspek kehidupan, baik hablum minallah, hablum minannas ataupun hablum minal ‘alam, strategi pendidikan Islam dengan mengedepankan pertimbangan yang terbaik bagi negara tersebut agar kualitas SDM masyarakat Islam menjadi lebih baik.


(3)

72

C. Kata Penutup

Puji syukur Alhamdulillah dengan segala pertolongan dan petunjuk serta ridlo Allah SWT. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dan kepada semua pihak, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas segala bantuannya.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan penulisan skipsi yang terbaik, namun penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan dan kekeliruan, maka saran dan kritik yang realistis dan konstruktif sangat penulis harapkan demi penyempurnaan dan perbaikan.

Semoga penulisan skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan segenap pembaca yang budiman.Amin ya Rabbal ‘Alamin.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Jamal. 2003.Atfal Al Muslim,Kaifa Rabaahum Al Nabiy Al Amin?, terjemah oleh Jujuk Najibah Ardianingsih, Pendidikan Ala Kanjeng Nabi. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Al Barry, M. Dahlan. 1994.Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Arloka. Al Kisah. 2007.NO.07/V11/26 Maret-8 April.

Baradja, Umar. 1987. Al Akhlaq Lil Banat, Surabaya: CV. Ahmad Nabhan, Jilid I, II & III.

D. Marimba, Ahmad. 1989. Pengantar Pendidikan Islam. Bandung: Al Ma’rifat Rosda Karya.

Depdikbud. 1990.Kamus BBI. Jakarta: Balai Pustaka.

Fajar, A. Malik. 1999.Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Fajar Dunia, Cet I. Google,Al Habaib.Blog Spot.com.

Hadi, Sutrisno. 1991.Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Offset, Jilid 1. Langgulung, Hasan. 1995. Manusia dan Pendidikan, Suatu Analiasa Psikologi

dan Pendidikan. Jakarta: Al Husna Zikra. Nasution, Harun. 1998.Islam Rasional, Bandung: Mizan.

Nata, Abuddin. 1997.Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Nata, Abuddin. 2003.Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan Pendidikan

Islam di Indonesia, Jakarta: Kencana.

Nazir, Muhammad. 1988.Metode Penelitain. Jakarta: Galia Indonesia. Razak, Nasrudin.Dinul Islam.Bandung: Al Ma’arif.

Sulaiman, M. Subhi. Fannu Tarbiyah Al Banat, terjemah oleh Akhmad Sodiqin, Lc,Sholihah Kiat Mendidik Anak Perempuan dalam Islam. Semarang: Pustaka Adnan.

Toha, Chabib. 1996. Kapital Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Uhbiyati, Nur. 1998.Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia. www.alquran_word@yahoo.com


(5)

Zaini, Syahminan. 1996.Penyakit Rohani, Pengobatannya. Jakarta: Kalam Mulia, Cet III.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA : ULIN NADLIFAH UMMUL KHOIR

NIM : 111 06 117

JENIS KELAMIN : Perempuan

Tempat, tanggal lahir : Demak, 13 Agustus 1987

Alamat : Jalan Kauman Gang I Rt. 04/III Mranggen Demak 59567

PENDIDIKAN :

1. TK DHARMA RINI MRANGGEN LULUS TAHUN 1994 2. MI FUTUHIYYAH MRANGGEN LULUS TAHUN 2000 3. MTs TAJUL ULUM BRABO GROBOGAN LULUS TAHUN 2003

4. MA FUTUHIYYAH 2 MRANGGEN LULUS TAHUN 2006 5. SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA LULUS TAHUN 2010