Karakteristik Tempat Besarang Orang Utan (Pongo Pymaeus pygmaeus, Linne 1760) di Camp Leakey Taman Nasional Tanjung puting Kalimantan Tengah

Ringkasan
Asem Sulvandi E03495011, Karakteristik Tempat Bersarang Orang Utan (Portgo pygmaeus
pygniaerrs, Linne 1760) di Camp Leakey Taman Nasional Tanjung putiug Kalimantan Tengah.
Dibawah bimbingan Ir. Agus Priyono Kartono, MSi dan Ir. Harnios Arief, MScF.

Orang utan merupakan salah satu jenis kera besar yang telah dilindungi oleh undang-undang,
terutama Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tuinbuhan dan Satwa. Jenis
ini dikategorikan langka dan terancam kepunahan berdasarkan IUCN tahun 1925. Salah satu ancaman
terhadap kelestarian orang utan

adalah lusaknya habitat akibat pencurian kayu. Ko~nponenhabitat

tel~e~iting
bagi orang utan adalah pohon sebab orang utan mempakan satwa arboreal yang sebagian besar
hidupnya dilakukan di atas pohon. Untuk keperluan istirahat termasuk tidur orang utan membuat sarang
pada pohon. Sarang merupakan ciri terpenting yang 'membedakan orang utan dari jenis primata laimya.
Namun, data telltang karakteristik suatu habitat tempat sarang orang utan masih sangat minim sehingga
perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik tempat bersarang orang utan. Tujuan penelitian adalah
untuk lnengetahui karakteristik lokasi tempat bersarang dan jenis pohon yang sering digunakan sebagai
ternpat bersarang orang utan. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk konservasi orang utan
baik secara insitu maupun exsitu.

Pengambilan data komponen habitat terutama vegetasi, dilakukan melalui analisis vegetasi dengan
menggunakan lnetode jalur berpetak ganda pada tiga kelas hutan yakni hutan dataran rendah tanah kering,
hutan rawa dan hutan sekunder tanah kering. Hutan dataran rendah tanah kering m e ~ p a k a nhutan primer.
Hutan ini dapat dibedakan dengan hutan sekunder tanah kering yaitu dari banyaknya jenis semak dan
alaig-alang yang menutupi lantai hutan. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif dengan
menghitung INP, Indeks dominansi dan indeks keanekaragaman Shanon. Untuk menentukan hubungan
setiap peubah yang diamati dan tipe hutan dengan kekuensi ditemukannya sarang digunakan uji Chisquare.
Pada hutan dataran rendah tanah kering Indeks Nilai Penting (INP) dan indeks dominansi te~tinggi
dimiliki oleh Palaquizrm borneensis, Casuarina sumatrana, Syiygiurn leucoxylon, dan Antidesma
n7or~tnir~m~.
Hutan ini mempunyai empat strata tajuk yang kontinu, tingkat dominansi pohon yang rendah
(C=0,013) dan keanekaragaman jenis u n a semua tingkat vegetasi yang tinggi. Tingkat peimudaan pada
hutan ini sangat baik dengan kerapatan vegetasi tingkat pancang dan semai yang tinggi (kerapatan semai
34.017 individdha dan kerapatan pancang 5.500 individdha).
lndeks Nilai Penting (INP) dan indeks dominansi tertinggi di hutan rawa terdapat pada jenis Gantra
117otleyana. Glirta renghas, Diospyros puncticulosa d m Shorea leprosu!~ Pada hutan ini terdapat empat
strata tajuk dengan beberapa pohon berukuran sangat besar, tingkat dominansi yang rendah (C=0,034) dan
keanekaragaman jenis yang tinggi. Tingkat permudaan pada hutan ini sangat baik dengan kerapatan
vegetasi tingkat pancang 3.957 individaa dan semai 29.732 individaa.


Pada Hutan Sekunder tanah kering n\JP dan indeks dominansi tertinggi dimiliki jenis Schima

nt~al/ichii,Ctenolophon parvfolius, Crafoxylon arborescem dan Calophyllum pulcherrimum. Sekitar 80%
daerah hutan sekunder tanah kering temtup oleh semak dari jenis Vifex sp, Gironniera sp dan imperafa

cyllii?d~~ica.
Sehingga pada hutan tersebut tidak memungkinkan untuk hidup dan berkembangnya vegetasi
tingkat semai dan pancang (kerapatan semai 7.500 individuiha dan kerapatan pancang 1.386 individulha).
Hutan Sekunder tanah kering melniliki tingkat dominansi yang tinggi (C=0,092) dengan keanekaragaman
jenis yang rendah. Sebagian besar sarang yang ditemukan di hutan sekunder tanah kering terdapat pada
suatu koridor yang berhubungan langsung dengan hutan dataran rendah tanah kering berjarak sekitar 1-2
km. Orang utan diduga tidak menyukai hutan sekunder tanah kering sebagai tempat untuk membuat sarang
karena pada hutan ini kurang mendukung keperluan pergerakan dan tidak mampu menyediakan bahan baku
yang cukup untuk lnembuat sarang.

Schima w~allicliii n~erupakanjenis pohon yang digunakan sebagai tempat bersarang dengan
persentase te~tinggidari total jenis pohon sarang dan banyak ditemukan di hutan dataran rendah tanah
kering. Jenis pohon yang banyak dijadikan sebagai tempat bersarang di hutan rawa adalah jenis Shorea

belm?gernn, A/seodophr7e ir?sigr7isdan Syzygit(m grande. Jenis Schirna nla/lichi; merupakan pohon paling

dolninan di hutan sekunder tanah kering sehingga diduga pemilihan jenis pohon sarang ini lebih disebabkan

Schhla ~~~nllicl?ii
mempunyai kerapatan yang tinggi pada lokasi tempatfieding. Dalam jangka waktu yang
lama bisa diprediksi bahwa orang utan eks rehabilitan cenderung memilih butan sekunder tanah kering
sebagai lokasi ~nembuatsarang dengan syarat suksesi bisa berjalan dengan baik.
Berdasarkan ketinggian total pohon, orangutan lebih memilih pohon-pohon dengan ketinggian yang
;

berkisar antara 4-20 meter.

oho on-j)ohon dengan ketinggian 4-20 meter ini termasuk dalam strata tajuk C.

Untuk bersarang orang utan diduga tidak menyukai hutan sekunder tanah kering sebagai tempat
untuk ~nembuatsarang, karena hutan ini mempunyai kerapatan pohon sangat jarang dan tajuk tidak
kontinyu sehingga tidak mampu menyediakan bahan baku sarang yang aman dan nyaman bagi orang utan.
Orang utan di Taman Nasional Tanjung Puting cenderung lebih memilih hutan rawa sebagai tempat
bersarang dari pada hutan dataran rendah tanah kering. Hutan rawa di kawasan taman nasional ini
melupakan hutan hujan tropis klimaks yang banyak ditumbuhi jenis-jenis tumbuhan berbuah seperti Ganzra


motleyana, Sysygilrrlr grande, Eugenia ctiprea dan Pentase fripfera. Musim berbuah bagi jenis-jenis pohon
tersebut berlangsung antara bulan Maret sampai Juni.
Pada hutan dataran rendah tanah kering, orang utan lebih menyukai pohon dengan diameter 17,l23,s cm; sedangkan di hutan sekunder tanah kering lebih memilih pohon dengan diameter berkisar antara
10,5-17,l cm. Hal ini di 26,l m dan tinggi bebas cabang >16,2 m. Pohon sarang mempunyai tajuk yang berhubungan
langsung dengan pohon lain. Orang utan remaja dan betina dewasa memilih tempat bersarang yang lebih
tinggi dari pada jantan dewasa.
Kondisi lingkungan tempat bersarang bagi orang utan di hutan rawa memiliki suhu rata-rata harian
yang berkisar antara 26,7-28,3'C:
antara 25,l-28,3'C.

Sedangkan di hutan dataran rendah tanah kering kondisi suhu berkisar

Kelernbaban udara relatif di hutan rawa, pada lokasi ditemukamya sarang berkisar

antara 6975%; sedangkan di hutan dataran rendah tanah kering berkisar antara 72.75%.
udara relatif di lokasi bersarang pada hutan sekunder tanah kering berkisar antara 63-69%.

Kele~nbaban

Judul


:

KARAKTERISTIK TEMPAT BERSARANG ORANG UTAN
(Pongo pygriiaelrs pygtnaeus, Linne 1760) DI CAMP LEAKEY
TAMAN NASIONAL TANJUNG PUTING KALIMANTAN TENGAH

Na~iia

:

Ase~nSuwandi

Nomor Pokok

Disetujui oleh :
Pe~nbimbingI

( Ir. Agus Priyono Kartono, MSi. )
1..

9..r.. 20QQ.
Tanggal : .6..

Pembimbing I1

( Ir. Hamios r ~ e fMScF
Tanggal :

Disahkan Oleh :
onservasi Sumberdaya Hutan

Tanggal Lulus : 30 Agustus 2000