Analisa Efisiensi Kipas dan Simulasi Kecepatan Hidrogen di Dalam Micro Channel Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) Polymer Electrolyte Membrane Kapasitas 20W

(1)

ANALISA EFISIENSI KIPAS DAN SIMULASI KECEPATAN

HIDROGEN DI DALAM MICRO CHANNEL SEL BAHAN BAKAR

POLYMER ELECTROLYTE MEMBRANE KAPASITAS 20W

SKRIPSI

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

JUWIRIANTO

NIM. 080401088

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

Bahan bakar fosil merupakan salah satu sumber bahan bakar penggerak energi listrik, mobil, maupun peralatan - peralatan lain. Namun akibat dari penggunaan besar - besaran oleh manusia di muka bumi ini, semakin lama bahan bakar fosil yang tersedia di muka bumi ini akan habis pada saatnya. Sebelum habisnya bahan bakar fosil yang tersedia di muka bumi ini, harus dicari bahan bakar alternatif yang tidak terbatas sumbernya. Salah satu bahan bakar alternatif adalah hidrogen murni. Fokus kajian ini sel bahan bakar jenis Polymer Electrolyte Membrane (PEM). Tujuannya adalah salah satu dasar kajian awal untuk kajian - kajian selanjutnya. Sel bahan bakar merupakan salah satu peralatan yang menggunakan hidrogen sebagai bahan bakar utama untuk menghasilkan listrik berarus DC. Hidrogen murni dihasilkan dari hidrolisis aquadest. Hidrogen yang dihasilkan dialirkan ke sel bahan bakar untuk kemudian diproses dan akan menghasilkan tegangan listrik. Hasil kajian menunjukkan 10 liter hidrogen yang menghasilkan tegangan listrik sebesar 10V selama 30 menit. Kesimpulan dari hasil kajian menunjukkan efisiensi kipas pada stack sel bahan bakar adalah 0,579 dan aliran hidrogen yang terjadi di dalam microchannel adalah aliran laminar penuh, selain itu sel bahan bakar belum dapat berfungsi maksimal akibat tingkat ketahanan sel bahan bakar sangat rendah.


(3)

ABSTRACT

Fossil fuels are resources that produce electricity, power cars, and another equipment. Because of massive usage by human in earth, by the time fossil fuels will completely run out. Before this fossil fuels run out, we shall look for another unlimited alternative fuels. One of those alternative fuels is hydrogen. This study concerned with the Polymer Electrolyte Membrane Fuel Cell. This study will become the first study so there shall be a continuous study of fuel cell. Fuel cell is one of a lot equipment that use hydrogen as their fuel. Fuel cell produce DC electricity. Pure hydrogen come from aquadest hydrolisist. Hydrogen then provided to fuel cell for processed, and it will produce electricity. This study shows that 10 litre of hydrogen can produce electricity in the amount of 10V for 30 minutes. Otherwise this study also showed that the fan efficiency on fuel cell stack is 0,579 and hydrogen flow inside microchannel is laminar, otherwise fuel cell cannot operate at maximum performance because of the fuel cell endurance.


(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam beberapa tahun yang akan datang sel bahan bakar ini akan menjadi salah satu energi alternatif yang akan banyak dikembangkan oleh negara – negara berkembang di seluruh dunia. Didasarkan atas fakta bahwa penggunaan bahan bakar fosil sebagai energi telah mengakibatkan banyak konsekuensi yang negatif, antara lain adalah polusi udara, penambangan yang sangat masif terhadap sumber daya alam, serta kontrol politik dan monopoli dari negara negara yang mempunyai sumber daya yang sangat banyak. Sel bahan bakar sekarang ini semakin mendekati komersialisasi dari yang sebelumnya pernah terjadi karena mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan global akan energi yang sesuai dan ramah lingkungan.

Dalam kurun waktu enam tahun terakhir sel bahan bakar telah berkembang dan banyak diteliti untuk penggunaan pada pesawat luar angkasa, stasiun pengendali cuaca, serta aplikasi – aplikasi militer. Sistem sel bahan bakar ini menggunakan bahan bakar hydrogen murni. Dikarenakan sel bahan bakar mempunyai bagian – bagian yang tidak bergerak dan tidak mengalami proses pembakaran, maka dalam kondisi yang ideal sel bahan bakar dapat mencapai tingkat performansi energi hampir mencapai 100%.

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui prinsip kerja dari sel bahan bakar secara keseluruhan.

2. Untuk mengetahui banyaknya jumlah sel yang diinginkan agar tercapai daya maksimal 20 W / 10 V.

3. Untuk mengetahui tingkat efisiensi dari kipas yang terdapat pada stack sel bahan bakar.

1.3 Batasan Masalah


(5)

1. Bahan bakar yang digunakan adalah hydrogen murni.

2. Sel bahan bakar yang digunakan adalah sel bahan bakar jenis Polymer Electrolyte Membrane.

3. Penelitian ini menggunakan software MATLAB sebagai alat bantu perhitungan matematika.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

1. Mengembangkan energi alternatif yang lebih ramah lingkungan. 2. Mengembangkan energi alternatif yang lebih murah.

3. Menjadi lanjutan dari pengembangan sel bahan bakar.

1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan pada tugas akhir ini adalah : BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan pendahuluan tentang studi kasus dan pemecahan masalah yang berisi antara lain : latar belakang, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi dasar teori dari topik yang dikaji dan digunakan sebagai landasan dalam memecahkan masalah, adapun teori yang dikaji antara lain mengenai : sejarah sel bahan bakar, prinsip kerja sel bahan bakar, komponen - komponen sel bahan bakar, sel bahan bakar mikro, stack sel bahan bakar.

BAB III METODOLOGI

Bab ini berisi kerangka pemikiran dan langkah yang dilakukan untuk mengidentifikasi permasalahan, juga beberapa aspek yang menunjang metode pengujian antara lain : peralatan pengujian, experimental set-up pengujian, bahan pengujian, prosedur pengujian


(6)

BAB VI DATA DAN ANALISA DATA

Bab ini berisi analisis dari data hasil pengujian antara lain :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari pengujian yang dilakukan dan saran mengenai penyempurnaan hasil penelitian untuk penelitian berikutnya.


(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Sel bahan bakar

Pada awalnya sel bahan bakar telah didemonstrasikan oleh Sir William Robert Grove (1811-1896), seorang ahli hukum Inggris yang merangkap sebagai seorang peneliti amatir, pada tahun 1839 dengan menggunakan pembalikan elektrolisa air, elektroda yang digunakan adalah platina. Dasar – dasar sel bahan bakar ditemukan secara tidak disengaja pada saat percobaan elektrolisa. Ketika Sir William melepaskan baterai dari electrolyzer dan menghubungkannya ke dua elektroda secara bersamaan, Sir William menemukan bahwa terdapat arus yang mengalir pada arah yang berlawanan, mengkonsumsi gas hidrogen dan oksigen.

Sir William menyebut peralatan ini sebagai „gas battery’. Baterai gas tersebut terdiri dari elektroda platinum yang terletak di dalam selang percobaan dari hidrogen dan oksigen, tercelup di dalam asam sulfur cair. Baterai gas ini menghasilkan daya sekitar satu volt.

Pada tahun 1842, Grove menyambungkan beberapa baterai gas bersama – sama dalam bentuk seri membentuk sebuah „gas chain’. Grove menggunakan listrik yang dihasilkan dari gas chain untuk menggerakkan sebuah electrolyzer, memisahkan air menjadi hidrogen dan oksigen. Bagaimanapun, akibat dari permasalahan korosi dari elektroda dan stabilitas dari material, sel bahan bakar Grove tidak dapat diaplikasikan. Sebagai hasilnya, dilakukan penelitian kecil dan pengembangan lebih jauh terhadap sel bahan bakar untuk beberapa tahun yang akan datang.

Mulai tahun 1950 pihak NASA di Amerika Serikat telah melakukan pemanfaatan untuk program angkasa luar mereka yaitu untuk pesawat roket Appolo dan Gemini. Pada tahun 1960-an, International Fuel Cells di Windsor,Connecticut mengembangkan power plant sel bahan bakar untuk pesawat luar angkasa Apollo. Power plant ini terletak di lokasi servis daripada pesawat luar angkasa, memberikan aliran energi listrik sebaik disalurkannya air minum untuk para astronot selama perjalanan ke bulan. Power plant ini dapat menghasilkan 1,5kW dari energi listrik secara terus menerus. Performa sel bahan bakar selama misi Apollo ini adalah hanya sebagai contoh awal saja. Pada tahun


(8)

1970-an, International Fuel Cells mengembangkan sebuah sel bahan bakar alkaline yang lebih bertenaga untuk pesawat luar angkasa NASA (Orbiter). Orbiter menggunakan tiga buah power plant sel bahan bakar untuk memberikan energi listrik yang dibutuhkan selama penerbangan. Power plant ini menggunakan bahan bakar hidrogen dan oksigen yang didapatkan dari tangki cryogenic dan memenuhi kebutuhan terhadap energi listrik dan juga air minum. Selama lebih dari 30 tahun, US Department of Technology telah melakukan banyak penelitian dan pengembangan dan pada tahun 1987 mereka mulai menerapkannya pada kendaraan.

Gambar 2.1 Sejarah perkembangan sel bahan bakar (Sumber : Colleen Spiegel, 2008)

2.2 Prinsip Dasar Sel bahan bakar

Sel bahan bakar bekerja berdasarkan prinsip pembakaran listrik - kimiawi , cell ini akan memproduksi energi listrik arus searah (arus DC). Sel bahan bakar terdiri dari elektrolit yang memisahkan katoda dari anoda, elektrolit hanya dapat menghantarkan ion saja, sedangkan elektron tidak dapat melewati elektrolit, jadi elektrolit ini bukanlah penghantar listrik dan juga menghindarkan terjadinya


(9)

reaksi kimia. Pada anoda akan dialirkan secara berkesinambungan bahan bakar dan pada katoda dialirkan oksigen, pengaliran oksigen ini dilakukan secara terpisah. Karena pengaruh katalisator pada elektroda, maka molekul – molekul dari gas yang dialirkan akan berubah menjadi ion. Reaksi pada anoda menghasilkan elektron yang bebas, sedang pada katoda elektron yang bebas akan diikat.

Elektron – elektron bebas yang terjadi harus dialirkan keluar melalui penghantar menuju ke anoda, agar proses listrik – kimiawi dapat berlangsung. Panas yang timbul dari hasil reaksi kimia harus terus menerus dibuang, agar energi listrik dapat terbentuk secara kontinyu.

Reaksi – reaksi yang terdapat di dalam sel bahan bakar : Anoda : H2 (g) 2H+ (aq) + 2e

-Katoda : O2 (g) + 2H+(aq) + 2e- H2O (l)

Keseluruhan : H2 (g) + O2 (g) H2O (l) + electric energy + waste heat 2.3 Jenis – Jenis Sel bahan bakar

Sel bahan bakar diklasifikasikan berdasarkan atas jenis dari elektrolit yang digunakan. Klasifikasi ini menentukan jenis reaksi kimia yang terjadi di dalam sel, jenis katalis yang diperlukan, batas temperatur dimana sel tersebut bekerja, bahan bakar yang dibutuhkan, dan faktor – faktor lainnya. Adapun sel bahan bakar hingga saat ini terbagi menjadi 7 klasifikasi utama antara lain :

1. Polymer Electrolyte Membrane (PEM) 2. Direct methanol

3. Alkaline 4. Phosporic acid 5. Molten carbonate 6. Solid oxide

7. Regenerative

Pada tabel 2.1 dapat dilihat jenis daripada elektrolit untuk masing –

masing sel bahan bakar dan operasi temperatur, karakteristik dan penggunaannya. Sel bahan bakar mempunyai efisiensi yang cukup tinggi, dari 40% sampai 70%


(10)

tergantung dari jenis sel bahan bakar, yang paling tinggi adalah alkaline (AFC), solid oxyde (SOFC), direct methanol fuel cell (DMFC), dan regenerative fuel cell. Proton Exchange Membrane (PEM) lebih dikenal sebagai Polymer Electrolyte Membrane menyalurkan berat jenis yang inggi dan menawarkan keuntungan pada berat dan volume yang rendah, dibandingkan dengan sel bahan bakar yang lainnya. Sel bahan bakar PEM menggunakan polimer solid sebagai elektrolit dan elektroda karbon yang mengandung katalis platinum. PEM membutuhkan hanya hydrogen, oksigen dari udara, dan air untuk beroperasi dan tidak memerlukan cairan korosif seperti sel bahan bakar. Sel bahan bakar PEM biasanya digunakan untuk aplikasi transportasi dan beberapa aplikasi perkantoran. Biasanya digunakan untuk angkutan umum, seperti mobil dan bus.

Gambar 2.2 Alur kerja Sel bahan bakar PEM (Sumber

:http://www1.eere.energy.gov/hydrogenandfuelcells/fuelcells/fc_types.html) Direct methanol fuel cell (DMFC) digerakkan menggunakan methanol murni, yang dicampur dengan uap dan dialirkan secara langsung ke anoda daripada sel bahan bakar. DMFC ini tidak mempunyai permasalahan tempat penyimpanan seperti sel bahan bakar lain pada umumnya. Hal ini dikarenakan


(11)

methanol mempunyai berat jenis yang lebih tinggi daripada hidrogen namun lebih kecil daripada minyak diesel atau bensin. Saat ini penelitian dan pengembangan mengenai DMFC ini 3 – 4 tahun lebih lambat daripada sel bahan bakar jenis lainnya. Alur kerja daripada DMFC ini dapat dilihat pada gambar 2.3.

Tabel 2.1 Jenis Sel bahan bakar dan karakteristik Jenis Elektrolit Temperatur

Operasi (oC)

Karakteristik Penggunaan

Polymer Exchange Membrane (PEM) Polymer elektrlyt

(H+)

60 – 100 Kerapatan energi tinggi, memiliki kepekaan terhadap CO (<100ppm)

Kendaraan (sedan, bis, minivan), stasiun pembangkit panas Direct Methanol Fuel Cell (DMFC) Elektrolit polymer

(H+)

60 – 120 Efisiensi sistem tinggi, peka terhadap hasil oksidasi di anoda kendaraan Alkaline (AFC) Kalilauge (KOH)

60 – 120 Efisiensi energi tinggi, memiliki kepekaan terhadap CO2

Pesawat ruang angkasa, kendaraan

Phosporic Acid Fuel Cell (PAFC)

Phospor Acid (H+)

160 – 200 Efisiensi energi

terbatas, peka terhadap CO (<1,5% Vol)

Stasiun

pembangkit panas, kendaraan


(12)

Molten Carbonate (MCFC)

Molten Carbonate

(CO32-)

500 650 Problem korosi

Stasiun

pembangkit energi panas, pembangkit energi listrik Solid Oxyde

(SOFC)

Lapisan keramik (O2-)

800 1000 Efisiensi sistem tinggi, temperatur operasi perlu diturunkan

Pembangkit energi panas, penggabung stasiun pembangkit dengan turbin gas

Sumber : Colleen Spiegel, 2008

Gambar 2.3 Alur kerja DMFC

(Sumber:http://www.nfcrc.uci.edu/2/FUEL_CELL_INFORMATION/FCexplaine d/FC_Types.aspx)

Alkaline fuel cells adalah salah satu dari teknologi sel bahan bakar yang dikembangkan, dan merupakan yang pertama digunakan secara luas untuk program penghasil energi listik dan air pada pesawat luar angkasa oleh NASA. Sel bahan bakar ini menggunakan potasium hidroksida dalam air sebaga elektrolit dan dapat menggunakan beberapa jenis dari metal sebagai katalis pada anoda dan katoda. Kekurangan dari sel bahan bakar tipe ini adalah dapat dengan mudah dicemari oleh karbondioksida. Pada prosesnya, karbondioksida dalam jumlah


(13)

kecil pada udara yang sedikit dapat mempengaruhi kerja dari sel bahan bakar ini. Selain mempengaruhi kerja juga mempengaruhi umur daripada sel bahan bakar.

Gambar 2.4 Alur kerja Alkaline Sel bahan bakar (Sumber:

http://www1.eere.energy.gov/hydrogenandfuelcells/fuelcells/fc_types.html) Phosporic Acid Fuel Cell (PAFC) menggunakan cairan asam fosfor sebagai elektrolit dan elektroda besi karbon yang mengandung katalis platinum. PAFC ini lebih dikenal sebagai generasi pertama dari sel bahan bakar modern. PAFC lebih toleran terhadap ketidakmurnian daripada bahan bakar yang telah diubah menjadi hydrogen daripada Sel bahan bakar PEM. PAFC terlihat lebih besar dan berat, dan juga lebih mahal. Seperti halnya Sel bahan bakar PEM, PAFC membutuhkan katalis platinum yang lebih mahal, yang mana menaikkan biaya daripada sel bahan bakar.


(14)

Gambar 2.5 Alur Kerja PAFC Fuel Cell (Sumber:

http://www1.eere.energy.gov/hydrogenandfuelcells/fuelcells/fc_types.html) Molten Carbonate Fuel Cell (MCFC) saat ini sedang dikembangkan untuk gas natural dan batubara untuk kegunaan elektrik, industri, dan aplikasi militer. MCFC adalah sel bahan bakar yang bekerja pada temperatur tinggi yang menggunakan elektrolit yang terdiri dari molten carbonate salt mixture, lithium aluminium oksida (LiAlO2). Tidak seperti sel bahan bakar jenis alkaline, phosporic acid dan PEM fuel cell, MCFC tidak membutuhkan alat pengubah eksternal untuk mengubah bahan bakar menjadi hidrogen. Kekurangan utama daripada MCFC ini adalah daya tahan. Temperatur yang tinggi yang bekerja pada sel bahan bakar ini dan elektrolit korosif yang digunakan mempercepat korosi daripada kompenen, yang mengurangi umur daripada sel bahan bakar.


(15)

Gambar 2.6 Alur kerja MCFC (Sumber:

http://www1.eere.energy.gov/hydrogenandfuelcells/fuelcells/fc_types.html) Solid Oxide Fuel Cell (SOFC) menggunakan bahan keramik yang keras dan tidak mudah berkarat sebagai elektrolit. Karena elektrolit dari SOFC ini bersifat padat, sel bahan bakar tidak harus dibuat di dalam plat seperti sel bahan bakar jenis lainnya. SOFC ini diharapkan dapat memiliki efisiensi 50 60 % untuk mengubah bahan bakar menjadi listrik.

Regenerative Fuel Cell menghasilkan listrik dari hidrogen, oksigen, membangkitkan panas dan air sebagai bahan bakar, seperti sel bahan bakar lainnya. Regenerative fuel cell juga dapat menggunakan elektrolisa dari solar power atau sumber lainnya untuk membagi kelebihan air menjadi bahan bakar hidrogen dan oksigen. Sel bahan bakar jenis ini sedang dikembangkan oleh NASA dan perusahaan lainnya.

2.4 Komponen - komponen sel bahan bakar

Adapun komponen – komponen dari sel bahan bakar dapat terlihat seperti pada gambar 2.7.


(16)

Gambar 2.7 Komponen - komponen Sel bahan bakar (Sumber : Colleen Spiegel, 2008)

Tabel 2.2 komponen dasar dari PEM Fuel Cell

Komponen Kegunaan Bahan yang biasa

digunakan Polymer

Electrolyte Membrane

Memungkinan proton daripada hidrogen untuk mengalir dari anoda menuju katoda

Persulfonic Acid Membrane (Nafion

112, 115, 117) Catalyst layers Memisahkan bahan bakar menjadi

proton dan elektron. Proton kemudian disatukan dengan oksidan untuk membentuk air pada katoda sel bahan bakar. Elektron lalu mengalir

menghasilkan daya

Platinum / carbon catalyst


(17)

Gas diffusion layers

Memungkinkan bahan bakar / oksidan untuk mengalir melalui lapisan

Polymer Electrolyte Membrane.

Carbon cloth atau toray paper

Flow field plates Mengalirkan bahan bakar dan oksidan ke gas diffusion layer

Graphite, Stainless Steel Gaskets Mencegah terjadinya kebocoran bahan

bakar, dan membantu mendistribusikan tekanan secara merata

Silicon , teflon

End plates Menahan lapisan Stack tetap pada tempatnya.

Stainless steel, Graphite, Polyethylene, PVC Sumber : Colleen Spiegel, 2008

2.5 Aplikasi sel bahan bakar

Aplikasi sel bahan bakar antara lain digunakan untuk :  Transportasi

Pada segi transportasi, para ilmuwan memberikan spekulasi bahwa kendaraan dengan sel bahan bakar akan menjadi komersial pada beberapa tahun yang akan datang. Sampai saat ini 50 bus bertenaga sel bahan bakar digunakan di Amerika Utara dan Selatan, Eropa, Asia dan Australia.

Pada April 1999, terbentuklah sebuah lembaga bernama California Fuel cell Partnership yang terdiri atas DaimlerChrysler, the California Air Resources Board, the California Energy Commission, Ballard Power, Ford, Shell dan Texaco. Yang memiliki tujuan utama untuk memperkenalkan teknologi sel bahan bakar kepada para pengendara mobil dengan memberikan demonstrasi - demonstrasi terhadap sel bahan bakar ini. Sampai saat ini General Motors, Honda, Hyundai, Nissan, Toyota, Volkswagen, British Petroleum, Exxon Mobil, Xcellsis, US Department of Energy dan US Department of Transportation juga sudah bergabung ke dalam lembaga ini.


(18)

Gambar 2.8 Contoh Aplikasi sel bahan bakar pada segmen transportasi di Australia

(Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/File:Hydrogen_fuel_cell_bus.jpg)  Telekomunikasi

Saat ini, beberapa jaringan internet dan jaringan komunikasi yang lainnya juga menggunakan sel bahan bakar. Sel bahan bakar dibuktikan hampir 100% dapat diandalkan untuk penggunaan pada sektor telekomunikasi ini.

Power stations

Energi listrik yang dibutuhkan oleh dunia ini semakin lama semakin meningkat. Di Amerika Serikat kebutuhan akan energi listrik meningkat kira - kira 2,4% (IEA, 1997), dan di negara - negara berkembang kebutuhan akan energi listrik meningkat rata - rata 6% (Khatib,1998). Sampai saat ini lebih dari 2500 sistem sel bahan bakar telah dipasang di rumah sakit, hotel, gedung perkantoran, dan sekolah – sekolah. Sistem ini dipasang pada daerah – daerah yang memang belum terjangkau oleh


(19)

listrik. Selain itu sel bahan bakar ini memiliki kelebihan tidak menimbulkan polusi.

Gambar 2.9 Fuel cell distributed power plant (Sumber :

http://peswiki.com/index.php/Directory:How_Much_is_One_(1)_Megawa tt)

Gambar 2.9 menunjukkan sebuah power plant oleh Nedstack, diinstalasikan pada bulan Juli tahun 2011yang terdiri atas 12.600 stack sel bahan bakar dengan kapasitas 1MW.

Micro Power

Beberapa kelebihan yang didapatkan apabila aplikasi sel bahan bakar diterapkan ke micro power antara lain adalah pengguna barang – barang elektronik dapat memperoleh kekuatan baterai yang jauh lebih kuat dengan teknologi sel bahan bakar, handphone dapat digunakan selama 30 hari tanpa recharging, laptop dapat digunakan selama 20 jam tanpa recharging.

Beberapa keuntungan yang didapatkan dari penggunaan sel bahan bakar antara lain adalah :

- Sel bahan bakar berpotensi untuk beroperasi pada tingkat efisiensi yang tinggi,

- Terdapat banyak alternatif untuk bahan bakar, dan metode pendistribusian bahan bakar ke dalam sel bahan bakar,


(20)

- Memiliki desain bentuk yang sangat presisi, - Tidak menghasilkan polusi

- Tingkat perawatan yang cukup rendah karena sel bahan bakar tidak mempunyai bagian yang bergerak

- Tidak perlu diisi ulang, dan menghasilkan daya langsung setelah dialirkan bahan bakar.

Selain terdapat berbagai keuntungan dari sel bahan bakar ini, tentu saja juga terdapat beberapa kekurangan yang antara lain adalah :

- Membutuhkan biaya yang cukup besar dikarenakan kebutuhan material dengan sifat – sifat tertentu. Namun saat ini sedang dikembangkan material yang membutuhkan biaya yang cukup kecil, termasuk didalamnya platinum dan Nafion,

- Reformasi teknologi bahan bakar membutuhkan biaya yang besar dan membutuhkan tenaga untuk menjalankan sel bahan bakar.

- Jika digunakan bahan bakar lain selain hidrogen untuk sel bahan bakar, maka performa dari sel bahan bakar akan berkurang seiring berjalannya waktu akibat dari korosi pada katalis dan sisa sisa elektrolit.

2.6 Pemodelan sel bahan bakar mikro

Perubahan pada jarak atau proporsi sel bahan bakar dari besar hingga kecil biasanya disebut "pengukuran", dan sifat yang tepat dengan perubahan jumlah partikel dengan pertimbangan terhadap jumlah lainnya yang disebut "hukum pengukuran". Pengukuran dapat diujicoba dalam sistem gaya tunggal. Ketika sebuah peralatan juga mempunyai proporsi yang tetap, rasio area terhadap volume permukaan selalu meningkat sebagaimana pengukuran panjang menurun. Oleh karena itu, sebagaimana sebuah objek semakin kecil, efek permukaan menjadi lebih penting. Ketika titik dimana efek permukaan berpengaruh lebih daripada efek volume bergantung terhadap sistem yang berada dalam perkiraan, aturan yang cukup bagus adalah aturan dimana ukuran peralatan dalam skala milimeter cukup kecil untuk efek permukaan agar menjadi penting, tetapi efek ini akan


(21)

dominan dalam aturan mikron. Beberapa perbedaan antara sistem makroskopik dan mikroskopik meliputi antara lain :

 Pengaruh permukaan yang lebih penting daripada pengaruh di dalamnya  Volume yang sangat kecil

 Permasalahan terhadap gelembung - gelembung  Tidak adanya aliran turbulen yang tidak diinginkan

Klasifikasi dari tipe mikrochanel di dalam literatur, tetapi pedoman yang bagus dapat ditemukan pada tabel 2.3. Tabel 2.4 menunjukkan perbedaan aliran untuk aturan dimensi saluran untuk udara dan hidrogen.

Terdapat parameter utama yang dapat diabaikan ketika permodelan sel bahan bakar skala makro, yang perlu untuk dimasukkan ketika permodelan sel bahan bakar mikro. Beberapa dari pertimbangan performa dengan peralatan mikro adalah volume minimal, tingkat kebocoran yang rendah, kontrol aliran yang bagus, dan besarnya difusi. Konfigurasi stack yang biasanya banyak digunakan untuk sel bahan bakar makro dan mikro adalah konfigurasi bipolar, dimana telah disampaikan pada bab sebelumnya seperti ditunjukkan pada gambar 2.10. Terdapat banyak konfigurasi stack alternatif untuk sel bahan bakar mikro, dan rancangan dan permodelan dari sel bahan bakar ini berada pada tingkat pertumbuhan perusahaan yang mengembangkannya.

Tabel 2.3. Klasifikasi dari Microchannels

Clasiffication Hydraulic Diameter Range Convectional Dh > 3mm

Minichannel 3mm > Dh > 200μm Microchannel 200μm > Dh > 10μm Sumber : Colleen Spiegel, 2008

Tabel 2.4. Channel Dimensions (microns [μm])

Continuum Flow Slip Flow

Air >67 0.67 - 67

H2 >123 1.23 - 123


(22)

Gambar 2.10. Dasar sel bahan bakar mikro berdasarkan rancangan sel bahan bakar tradisional

(Sumber : Colleen Spiegel, 2008) Parameter permodelan yang penting adalah :

 Ukuran, berat, dan volume pada daya yang diinginkan  Temperatur

 Kelembaban dan pengaturan air  Tekanan bahan bakar dan oksidan

Sebagaimana ditunjukkan pada gambar 2.10 membrane electrode assembly (MEA) dipisahkan oleh plat yang terdapat ruang alir untuk mendistribusikan bahan bakar dan oksidan. Kebanyakan stack sel bahan bakar, dengan mengabaikan ukuran dan bahan bakar yang digunakan, adalah konfigurasinya.

Topik spesifik yang akan dibahas pada bab ini meliputi :  Sel bahan bakar mikro pada literatur

Microfluidics

 Laju aliran dan tekanan  Gelembung dan partikel  Efek kapilaritas

 Penurunan tekanan pada fasa tunggal dan dua fasa

Subbab ini menjelaskan perbedaan dan permasalahan potensial antara stack sel bahan bakar mikro dan makro serta memperkenalkan microfluidics untuk permodelan plat bipolar sel bahan bakar micro-electro mechanical systems (MEMS).


(23)

2.6.1 Sel bahan bakar Mikro

Sel bahan bakar mikro telah didokumentasikan dalam beberapa tahun. Telah banyak perusahaan - perusahaan yang sedang mengembangkan teknologi ini untuk pengembangan pada telepon seluler dan peralatan portabel lain yang kecil. Bagaimanapun, banyak dari keuntungan dari teknologi MEMS belum diaplikasikan pada sel bahan bakar, oleh karena itu, optimalisasi dari sel bahan bakar MEMS berada pada titik pertumbuhannya. Subbab berikutnya akan memberikan gambaran dan perbandingan dari teknologi sel bahan bakar MEMS yang telah didokumentasikan pada literatur.

2.6.1.1 Elektroda - Elektroda

Ketebalan dari elektroda pada sel bahan bakar tradisional biasanya adalah 250 - 2000 angstroms (Å) dengan muatan katalis 0,5 mg/cm2. Untuk sel bahan bakar mikro, muatan platinum adalah dari 5 - 60 nm (ketebalan), dengan muatan platinum-ruthenium untuk anoda antara 2 dan 6 mg/cm2, dan muatan platinum untuk katoda antara 1,3 dan 2 mg/cm2. Lapisan adhesi disimpan sebelum lapisan katalis, dan biasanya memiliki ketebalan 25 - 300Å. Sebagaimana disebutkan sebelumnya, muatan katalis adalah faktor penghalang biaya untuk sel bahan bakar PEM. Dikarenakan ruang yang kecil pada sel bahan bakar mikro, distribusi dan penempatan dari katalis homogen sangatlah penting. Mempertimbangkan hal ini juga sangat penting untuk menghasilkan sebuah model akurat dari elektroda untuk sel bahan bakar MEMS.

Lapisan difusi

Lapisan difusi terbuat dari material anti karat yang konduktif seperti karbon atau kertas Toray. Ketebalan dari lapisan difusi ini biasanya 0,25 - 0,40 mm. konduktifitas dari kertas dapat ditingkatkan dengan memasukkan bubuk yang konduktif terhadap listrik seperti karbon hitam. Untuk membantu memindahkan air dari pori - pori kertas karbon, lapisan difusi dapat diberikan PTFE (Polytetrafluoroethylene). Berdasarkan atas desain GDL, kekerasan dari akurasi model dapat ditingkatkan termasuk detail geometrik untuk sel bahan bakar mikro. 2.6.1.2 Plat Bipolar


(24)

Plat bipolar yang paling sederhana (pada sel bahan bakar yang besar) terbuat dari stainless steel atau grafit. Plat stainless steel adalah komponen berat untuk sistem portabel atau micropower. Plat grafit solid sangatlah konduktif, lambat secara kimia, dan tahan terhadap korosi, tetapi mahal, rapuh, dan mahal untuk dibuat. Material yang telah digunakan untuk pembuatan sel bahan bakar MEMS adalah silicon wafers, kertas karbon, PDMS (Polydimethylsiloxane), SU-8, tembaga, dan kertas logam stainless steel. Teknik Photolithography dan microfabrication sederhana telah mulai digunakan pada sel bahan bakar MEMS dalam beberapa tahun terakhir.

Saluran alir

Pada sel bahan bakar PEM, ruang alir harus didesain untuk mengurangi penurunan tekanan ketika memberikan perpindahan massa yang cukup dan seimbang melalui lapisan difusi karbon menuju permukaan katalis untuk reaksi. Tiga konfigurasi saluran yang paling terkenal untuk sel bahan bakar tradisional adalah serpentine, parallel, dan interdigitate flow.. Karena reaksi hidrogen tidak diukur terbatas, dan penghalangan air pada anoda yang lembab dapat terjadi, pengaturan serpentine biasanya digunakan untuk anoda pada sel bahan bakar PEM yang lebih kecil. Gambar 2.11 menujukkan bentuk aliran interdigitated, serpentine, dan spiral interdigitated untuk sel bahan bakar MEMS.

Ada beberapa sel bahan bakar MEMS yang telah difabrikasi dengan saluran spiral interdigitated. Menggabungkan keuntungan dari bentuk aliran serpentine dan interdigitated mendahulukan saluran spiral interdigitated. Gambar 2.11c menunjukkan contoh dari tipe ruang alir. Puncak kerapatan dari sel spiral interdigitated berkurang sebagaimana ukuran yang berkurang dari 1000 - η μm13. Sifat pengukuran sedikit sama terhadap saluran interdigitated, bagaimanapun, jalur aliran yang kecil sangat menonjol pada saluran yang lebih kecil.

Gambar 2.11 Desain ruang alir Interdigitated, serpentine, dan spiral-interdigitated (Sumber : Colleen Spiegel, 2008)


(25)

Performa sel bahan bakar meningkat sebagaimana kecepatan saluran alir gas meningkat karena peningkatan kecepatan alir menambah transportasi massa. Kecepatan di dalam saluran alir akan meningkat sebagaimana ukuran dikurangi. Bagaimanapun, kekurangan dari ukuran yang lebih kecil adalah peningkatan penurunan tekanan di dalam saluran alir. Ukuran yang disarankan untuk saluran

alir di dalam literatur adalah dari 100 x 200 x 20 μm - η00 x η00 μm - 750 x 750 x 12,75 mm, dengan banyak panjang, lebar, dan kedalaman antar lebar bingkai. Penelitian yang terbaru membuktikan bahwa performa sel bahan bakar meningkat dengan berkurangnya dimensi saluran alir, seperti ditunjukkan pada gambar 2.12.

Gambar 2.12. Kurva a)polarisasi dan b)power density sel bahan bakar untuk lebar dan kedalaman 20 - 1000 μm

(Sumber : Colleen Spiegel, 2008) 2.6.2 Desain dan konfigurasi stack

Pada stack sel bahan bakar tradisional, katoda dari satu sel dihubungkan kepada anoda dari sel selanjutnya. Komponen utama dari stack sel bahan bakar adalah membrane electrode assemblies (MEAs), paking, plat bipolar dengan koneksi


(26)

listrik, dan plat akhir. Stack dihubungkan bersama menggunakan baut, batang, ataupun metode lainnya untuk mengapit sel - sel secara satu. Aspek utama dari desain fuel cell adalah :

 Keseragaman distribusi dari reaktan ke sel  Keseragaman distribusi reaktan di dalam sel

 Mempertahankan temperatur yang diharuskan di dalam setiap sel  Kehilangan minimum

 Tidak terjadi kebocoran gas  Kekokohan mekanik

Kebanyakan sistem MEMS menggunakan silikon sebagai material yang disarankan karena ketersediaan, biaya rendah, dan berbagai teknologi pembuatan silikon. Beberapa proses yang biasanya digunakan untuk menciptakan sel bahan bakar mikro adalah anisotropic etching, deep reactive ion etching (DRIE), dan CVD (Chemical Vapor Deposition) dan PVD (Physical Vapor Deposition) untuk menyimpan berbagai jenis material. Polimer digunakan, tetapi sistem silikon/glass secara mekanik lebih stabil, tahan terhadap temperatur/tekanan tinggi, dan lembam secara kimia. Bagaimanapun, silikon itu rapuh, dan polimer mengijinkan konfigurasi dan teknik pembuatan alternatif. Beberapa dari polimer yang sedang diteliti meliputi PMMA (Polymethylmethacrylate) dan PDMS (Polydimethylsiloxanne) menggunakan penggoresan ion, polymeric surface micromachining, hot embossing, soft lithography, dan laser machining. Kerta stainles steel dan selaput tembaga juga sedang diteliti sebagai material untuk pengiriman bahan bakar/plat pengumpul daya.

Terdapat lebih banyak variasi dalam desain sel bahan bakar dan konfigurasi dengan sel bahan bakar MEMS (1cm2 atau kurang) daripada sel bahan bakar yang lebih besar. Desain yang cukup menarik ditunjukkan pada gambar 2.13, dimana pertama dipromosikan oleh Aravamudhanl.


(27)

Gambar 2.13. Tampilan stack Cross-sectional pada Direct Ethanol Fuel cell (Sumber : Aravamudhan, 2005)

Ruang alir terbuat dari silikon, dan proton exchange membrane dijepit antara dua set ruang alir. Platinum disimpan pada kedua microcolumns untuk bertindak sebagai elektrokatalis dan pengumpul arus. Diameter pori ruang alir dengan hati - hati dikontrol untuk pipa tekanan untuk mendistribusikan bahan bakar secara benar dan mengurangi penyilangan methanol. Area dari setiap elektroda adalah 1cm2.

Gambar 2.14 menunjukkan desain planar, yang merupakan desain stack yang biasa digunakan dalam sel bahan bakar mikro selain dari desain tradisional yang ditunjukkan pada gambar 2.10. Desain planar adalah dua dimensi dan membutuhkan area permukaan yang besar untuk mengirimkan performa yang sama menuju konfigurasi bipolar. Bahan bakar dan oksidan dikirim melalui satu sisi dari sel bahan bakar.

Gambar 2.14. Tampilan cross sectional dari stack sel bahan bakar mikro planar (Sumber : Colleen Spiegel, 2008)

Hal menarik lain dari desain sel bahan bakar mikro ditunjukkan pada gambar 2.15. Struktur sel bahan bakar ini biasanya terbuat dari silikon dan saluran


(28)

difabrikasi pada dimensi yang cukup kecil agar bahan bakar dan oksigen mengalir dalam kondisi aliran laminar tanpa adanya pencampuran. Proton berpindah dari satu aliran ke aliran selanjutnya tanpa adanya bantuan dari PEM.

Gambar 2.15. Tampilan cross sectional dari aliran laminar tanpa membran pada stack sel bahan bakar mikro

(Sumber : Colleen Spiegel, 2008)

Terdapat ruang masuk yang terpisah untuk bahan bakar dan oksidan. Material elektroda disimpan pada struktur silikon dengan percikan atau evaporasi.

Aliran laminar adalah konsep baru dalam pengembangan sel bahan bakar mikro. Desain yang banyak dikenal adalah sistem microchannel bentuk Y dimana dua aliran bahan bakar bersebelahan dengan bantuan dari besarnya kontrol dan sistem penjagaan di luar dari sel bahan bakar. Ketika dipertimbangkan bagaimana sistem ini akan dapat diaplikasikan, salah satu konsep penting untuk dipikirkan adalah ukuran dari sambungan antara dua bahan bakar, dimana didefinisikan oleh kedalaman dan panjang dari saluran. Lebar tidak dipertimbangkan sebagai hal yang penting karena sambungan adalah tetap tanpa memperhatikan lebar dari saluran tersebut.

Microfluidics

Seperti halnya pada rangkaian kesatuan mekanik, microfluidics menggunakan persamaan Navier-Stokes untuk cairan dan gas. Persamaan - persamaan tersebut sesuai untuk cairan dan gas, dengan pengecualian bahwa gas adalah kompresibel ketika cairan tidak. Sebagaimana dimensi menjadi lebih kecil, perbedaan antara gas dan cairan menjadi lebih nyata. Perbedaan pertama adalah cairan mempunyai


(29)

sambungan, dan terdapat batasan tertentu cairan mengalir di dalam saluran. Pada sisi lain, gas siap untuk dicampurkan bersama. Perbedaan kedua menjadi lebih nyata ketika persamaan Navier-Stokes dianalisa untuk sistem MEMS. Nomor Knudsen yang lebih kecil dari 0,01 mengindikasikan bahwa persamaan dari teori rangkaian kesatuan harus menghasilkan perkiraan yang bagus, ketika nomor Knudsen muncul dalam satu kesatuan berarti bahwa gas harus diperlakukan sebagai gabungan dari partikel daripada rangkain kesatuan. Bentuk yang berguna dari persamaan Navier-Stokes untuk sistem MEMS dijelaskan pada bagian berikut ini.

2.6.3 Laju aliran dan tekanan

Untuk pipa dengan panjang l, dan cross section lingkaran dengan radius r, persamaan Navier Stokes dapat diselesaikan untuk steady state, fluida inkompresibel. Aliran volumetric didapat dari hukum Hagen-Poiseuille (Sumber : Colleen Spiegel, 2008):

(2.1)

dimana ΔP adalah penurunan tekanan melalui panjang dari pipa dan v adalah

viskositas dinamis dari cairan. Menggunakan kondisi batas tanpa slip, kecepatan rata - rata dari fluida (Sumber : Colleen Spiegel, 2008) :

(2.2)

Tahanan fluida adalah penurunan tekanan melalui rata - rata aliran dan tersendiri daripada kecepatan rata - rata fluida (Sumber : Colleen Spiegel, 2008) : (2.3)

yang menunjukkan bawah pipa kecil mempunyai ketahanan yang sangat tinggi. 2.6.4 Gelembung - gelembung dan partikel


(30)

Gelembung - gelembung adalah sangat penting pada sistem MEMS daripada sistem makroskopik. Karena ukuran saluran sangat kecil, gelembung kadangkala dapat menghalangi keseluruhan saluran, menghalangi aliran, menciptakan pecahan kosong yang besar, atau menghasilkan banyak permasalahan lainnya pada mikrosistem. Seperti gelembung, partikel di dalam sistem microfluidic penting karena ukurannya dapat dibandingkan dengan saluran alir. Dalam hal untuk menghindari permasalahan dengan partikel pada sistem MEMS, penyaringan secara hati - hati terhadap fluida - fluida dan gas - gas diperlukan.

2.6.5 Efek kapilar

Gaya tegangan permukaan yang membuat cairan masuk ke dalam saluran alir yang kecil atau kapilar adalah (Sumber : Colleen Spiegel, 2008) :

(2.4)

dimana θ adalah sudut kontak antara cairan dan permukaan. Untuk kapilar vertikal, gaya gravitasi pada kolom peningkatan cairan didapatkan (Sumber : Colleen Spiegel, 2008) :

(2.5)

ketika gaya - gaya ini dianggap sama, peningkatan maksimum dari fluida di dalam kapilar dibandingkan dengan gravitasi adalah (Sumber : Colleen Spiegel, 2008) : (2.6)

Oleh karena itu, tinggi dari kolom fluida akan meningkat sebagaimana ukuran dari saluran dikurangi. Gaya kapilar sangat berguna pada microfluidics karena saluran yang sant panjang dapat diisi dengan fluida menggunakan gaya ini sendiri (selama gaya kapilar tidak dilawan oleh gravitasi).

2.6.6 Penurunan tekanan tunggal dan dua fasa

Perhitungan penurunan tekanan tunggal dan dua fasa untuk microchannels cukup berbeda dengan perhitungan untuk ukuran saluran konvensional. Terdapat beberapa model dalam literatur untuk penurunan tekanan pada microchannels untuk ukuran - ukuran yang berbeda dari microchannels fasa gas dan cair. Model


(31)

penurunan tekanan diperkenalan oleh Garimella et al digunakan pada bagian ini. Tipe pertama dari penurunan tekanan adalah konsentrasi penurunan tekanan akibat dari penyempitan pada area aliran. Model aliran homogen yang digunakan untuk menghitung konsentrasi penurunan tekanan (Sumber : Colleen Spiegel, 2008):

[ ] (2.7) (2.8) (2.9) (2.10)

Banyak model aturan penurunan tekanan aliran dari Garimella et al. untuk aliran kondensasi dari refrigerant R134a di dalam tabung dengan 0,5 < D < 4,9 mm dapat digunakan untuk tipe - tipe fluida lainnya. Walaupun model ini mengandung submodel yang terpisah untuk aturan aliran intermittent dan aturan aliran annular/mist/disperse, pada penelitian sekarang ini, porsi aluran annular digunakan untuk semua data pada implementasinya.

Pada model aliran annular, faktor gesekan pada sambungan dihitung dari fasa korespondensi cairan Re dan faktor gesekan, parameter Martinelli, dan parameter yang terkait dengan tegangan permukaan (Sumber : Colleen Spiegel, 2008) :

(2.11) dimana batas laminar adalah < 2300 dan A = 1,308 x 10-3, a = 0,4273, b = 0,9295, dan c = -0,123.

Parameter X Martinelli didapatkan dari (Sumber : Colleen Spiegel, 2008) : (2.12)


(32)

Penurunan tekanan dua fasa di dalam lengkungan dihitung menggunakan model aliran homogen (Sumber : Colleen Spiegel, 2008) :

(2.13)

Fluks massa dibutuhkan untuk menghitung penurunan tekanan pada belokan yang tiba - tiba di dalam saluran didapatkan berdasarkan atas area alir minimum di dalam saluran dimana gas masuk ke dalam saluran (Sumber : Colleen Spiegel, 2008) :

̇

(2.14)

dimana dTS adalah kedalaman dari saluran. Perlambatan tekanan yang dihasilkan menggunakan rumus (Sumber : Colleen Spiegel, 2008) :

( )

( )

(2.15) Dimana (Sumber : Colleen Spiegel, 2008) :

| [ ] (2.16) Perlambatan tekanan yang dihasilkan dan penyusutan dan kehilangan pemuaian sebanding dengan kuadrat dari fluks massa, oleh karena itu, peningkatan atau penurunan pada nilai yang sama dengan perubahan fluks massa. Penyusutan dan pemuaian penurunan tekanan meningkat. Perlambatan penurunan tekanan adalah sebanding dengan perubahan pada kualitas disekeliling bagian percobaan.

2.6.7 Kecepatan di dalam microchannels

Terdapat dua daerah nyata dari aliran di dalam sebuah microchannel : aliran masuk dan daerah aliran regular. Ketika fluida atau gas memasuki saluran tersebut, aliran (kecepatan) berubah dari datar menjadi lebih melingkar dan kemudian menjadi bentuk parabolik. Seketika hal ini terjadi, maka kecepatan aliran akan berada pada kondisi daerah berkembang penuh, seperti ditunjukkan pada gambar 2.16.


(33)

Gambar 2.16 Kecepatan yang bertambah dari daerah masuk menjadi berkembang penuh di dalam sebuah microchannel

(Sumber : Colleen Spiegel, 2008)

Bentuk parabolik adalah bentuk yang biasa dari aliran laminar di dalam saluran, dan diakibatkan oleh adanya lapisan batas. Ketika fluida pertama kali memasuki saluran, kecepatan tidak akan lagi berada pada kondisi parabolik. Melainkan, akan berkembang melewati sebuah jarak yang disebut panjang masuk. Nilai volumetric dari area yang terdapat pada bagian saluran dapat ditulis dengan persamaan (Sumber : Colleen Spiegel, 2008) :

(2.17)

dengan Q adalah laju aliran volumetrik, dan dp/dx adalah gradien tekanan sepanjang x. gradien tekanan dapat dihubungkan dengan kecepatan rata - rata u (Sumber : Colleen Spiegel, 2008) :

(2.18)

dimana k adalah konstanta yang berhubungan dengan aspek rasio sebuah saluran persegi.

2.7 Pemodelan Stack sel bahan bakar

Terdapat banyak parameter yang harus dipertimbangkan ketika mendesain dan membuat model sebuah sel bahan bakar. Beberapa batasan yang harus dipertimbangkan tersebut antara lain adalah :

 Ukuran, berat, dan volume pada daya yang diinginkan  Biaya


(34)

 Distribusi bahan bakar dan oksidan

Gambar 2-17 mengilustrasikan sebuah stack sel bahan bakar PEM.

Gambar 2.17 Skema dari sebuah Stack sel bahan bakar PEM (Sumber : Colleen Spiegel, 2008)

2.7.1 Pengukuran stack sel bahan bakar

Pengukuran dari sebuah stack sel bahan bakar sangatlah sederhana, terdapat dua variabel independen yang harus dipertimbangkan (tegangan dan daya). Syarat yang diketahui adalah tenaga maksimum, tegangan, dan/atau daya. Kembali bahwa tenaga output adalah produk dari tegangan stack dan daya (Sumber : Colleen Spiegel, 2008):

WPC = Vst . I

(2.19)

Pertimbangan lainnya yang membantu ketika mendesain sebuah stack sel bahan bakar adalah daya dan berat jenis daya. Kebanyakan variabel ini tidak tersedia pada awalnya, dan dapat dihitung dari tenaga output yang diinginkan, tegangan stack, efisiensi, dan volume dan juga batasan berat. Daya adalah produk dari berat jenis daya dan area aktif dari sel (Sumber : Colleen Spiegel, 2008) :

I = i * Acell


(35)

Sebagaimana disebutkan sebelumnya, potensial sel dan berat jenis daya berhubungan dengan kurva polarisasi (Sumber : Colleen Spiegel, 2008) :

Vcell = f(i)

(2.21)

Gambar 2.18 menunjukkan contoh kurva polarisasi untuk sel bahan bakar PEM tunggal dari literatur. Kebanyakan pengembang fuel cell menggunakan teganan sebesar 0,6 sampai 0,7 V pada daya nominal. Sistem sel bahan bakar dapat dengan mudah didesain pada tegangan nominal sebesar 0,8 V per sel atau lebih tinggi apabila desain tersebut benar, material, kondisi operasi, kesetimbangan bentuk, dan peralatan elektronik yang digunakan dipilih.

Gambar 2.18. Kurva polarisasi untuk sel bahan bakar PEM sel tunggal (Sumber : Colleen Spiegel, 2008)

2.7.2 Jumlah sel

Jumlah sel di dalam stack kebanyakan ditentukan oleh kebutuhan tegangan maksimal dan tegangan operasi yang diinginkan. Potensial stack total adalah jumlah dari tegangan stack atau produk dari rata - rata potensial sel dan banyaknya sel didalam stack adalah (Sumber : Colleen Spiegel, 2008) :

∑ ̅ (2.22)

Area sel harus didesain untuk mendapatkan daya yang diinginkan untuk stack. Ketika hal ini dikalikan dengan total voltase stack, daya maksimum yang dihasilkan untuk stack akan didapatkan. Tegangan rata - rata dan berat jenis daya terpilih yang cocok dapat memilihi efek yang besar terhadap ukuran dan efisiensi


(36)

stack. Efisiensi stack sel bahan bakar dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan (Sumber : Colleen Spiegel, 2008) :

(2.23)

2.7.3 Konfigurasi stack

Dalam desain stack bipolar tradisional, stack sel bahan bakar mempunyai banyak sel dalam bentuk seri, dan aktoda dari satu sel digabungkan dengan anoda dari setiap sel selanjutnya. MEA, paking, plat bipolar, dan plat akhir adalah lapisan dari sel bahan bakar. Stack digabung menggunakan baut, batang, atau peralatan tekanan lainnya untuk mengkelem sel tersebut secara bersama. Ketika memikirkan desain dari sel bahan bakar, hal - hal berikut ini harus diperhatikan :

 Bahan bakar dan oksidan harus didistribusikan secara seragam melalui setiap sel, dan melewati area permukaan.

 Temperatur harus seragam pada seluruh stack.

 Apabila mendesain sebuah sel bahan bakar dengan polymer electrolyte, membran harus dikeringkan atau akan dibanjiri oleh air.

 Kehilangan hambatan harus dijaga pada kondisi minimum.

Stack harus disegel dengan baik untuk memastikan tidak terjadinya kebocoran gas.

Stack haruslah kokoh dan mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan dimana stack tersebut akan digunakan.

Konfigurasi sel bahan bakar yang paling banyak ditemukan ditunjukkan pada gambar 2.19. Setiap sel (MEA) dipisahkan oleh plat dengan ruang alir pada kedua sisinya untuk mendistribusikan bahan bakar dan oksidan. Plat akhir stack sel bahan bakar hanya mempunyai satu sisi ruang alir. Mayoritas dari stack sel bahan bakar, mengabaikan tipe sel bahan bakar, ukuran, dan bahan bakar yang digunakan, menggunakan konfigurasi ini.


(37)

Gambar 2.19. Konfigurasi stack sel bahan bakar (stack 2 sel) (Sumber : Colleen Spiegel, 2008)

2.7.4 Distribusi bahan bakar dan oksidan ke dalam sel

Performa sel bahan bakar bergantung terhadap laju aliran dari reaktan. Distribusi aliran yang tidak sama dapat menghasilkan performa yang tidak sama antara setiap sel. Gas reaktan prelu untuk disuplai ke semua sel di dalam stack yang sama melalui manipol yang biasa digunakan. Beberapa stack bergantung kepada manipol luar, ketika yang lainnya menggunakan sistem manipol internal. Satu keuntungan dari manipol eksternal adalah kesederhanaannya, dimana mengijinkan penurunan tekanan yang rendah didalam manipol, dan menghasilkan distribusi aliran antara sel. Kekurangannya adalah bahwa aliran gas mungkin mengalir dalam kondisi crossflow, yang mana dapat mengakibatkan distribusi temperatur melewati elektroda dan kebocoran gas. Distribusi gas manipol internal melewati saluran di dalam sel itu sendiri. Keuntungan dari manipol internal adalah lebih fleksibel dalam arah aliran gas. Satu dari kebanyakan metoda yang biasa digunakan adalah saluran yang terbentuk oleh lubang - lubang di dalam plat


(38)

pemisah yang dibariskan seketika stack disusun. Manipol internal mengijinkan nilai yang tinggi atas fleksibilitas desain stack. Kekurangan utamanya adalah desain plat bipolar mungkin menjadi sangat rumit, bergantung pada desain distribusi saluran alir bahan bakar. Manipol yang memberikan gas ke dalam sel dan mengumpulkan gas mempunya ukuran yang tepat. Penurunan tekanan melalui manipol seharusnya menjadi hal penting yang harus diturunkan daripada penurunan tekanan melalui setiap sel dalam hal untuk memastikan seragamnya distribusi aliran. Ketika menganalisa aliran untuk sel :

1. Aliran ke dalam setiap persimpangan harus sama dengan aliran yang keluar dari setiap persimpangan tersebut.

2. Aliran di setiap segment mempunyai penurunan tekanan yang merupakan fungsi dari laju aliran dan panjang yang dilewatinya.

3. Jumlah dari penurunan tekanan di sekeliling putaran tertutup harus nol. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan ketika mendesain stack manipol termasuk struktur manipol, ukuran, jumlah manipol, bentuk aliran gas secara keseluruhan, kedalaman saluran gas, dan area yang aktif untuk reaksi elektroda. Lubang - lubang manipol dapat beragam dalam bentuk dari persegi sampai bulat. Area dari lubang - lubang tersebut penting karena menentukan kecepatan dan tipe aliran. Bentuk aliran biasanya adalah bentuk-U (aliran bolah balik), dimana aliran outlet gas dalam arah berlawanan ke dalam inlet gas, atau bentuk-Z (aliran paralel), dimana arah dari inlet dan outlet aliran gas sama seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.20 dan 2.21. Perubahan tekanan di dalam manipol lebih rendah daripada saluran gas pada elektroda dalam hal untuk memastikan distribusi aliran yang seragam pada setiap sel didalam stack.

Gambar 2.20. Manipol tipe U (Sumber : Colleen Spiegel, 2008)


(39)

Gambar 2.21. Manipol Tipe Z (Sumber : Colleen Spiegel, 2008)

Untuk aliran laminar (Re < 2300), koefisien gesek f untuk saluran melingkar adalah (Sumber : Colleen Spiegel, 2008) :

(2.24)

Dinding - dinding dari manipol sel bahan bakar diasumsikan "kasar" ketika stack mempunyai plat bipolar yang terkelem bersama. Koefisien gesekan untuk aliran turbulen adalah fungsi dari kekasaran dinding. Koefisien gesek adalah (Sumber : Colleen Spiegel, 2008)

(2.25)

dimana adalah kekasaran relatif, dimana dapat sebesar 0,1.

2.8 Sistem pada sel bahan bakar

Untuk mendapatkan performansi optimal dari stack sel bahan bakar, hidrogen, laju oksidant, pergantian air, dan arus keluaran maka harus dioptimalkan perencanaan komponen-komponen dalam. Perancangan sistem sel bahan bakar dari yang paling sederhana sampai yang paling rumit/kompleks tergantung pada aplikasi dari sel bahan bakar tersebut dan efisiensi sistem yang diinginkan. Sistem sel bahan bakar dapat sangat efisien hanya dengan beberapa komponen, seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.22. Biasanya semakin besar stack sel bahan bakar, maka akan semakin rumit pula subsistem sel bahan bakar itu. Permodelan efisiensi sistem sel bahan bakar dan keluarannya, membuat seorang perancang sistem dapat lebih meningkatkan efisiensi dari sistem-sistem baru yang akan dibuat.


(40)

Gambar 2.22 Sistem Sel bahan bakar sederhana (Sumber : Colleen Spiegel, 2008)

2.8.1 Subsistem bahan bakar

Seperti yang terlihat pada gambar 2.22, subsistem bahan bakar sangat penting karena reaktan diperlukan untuk melewati beberapa proses sebelum dikirim ke sel bahan bakar dengan kondisi yang dikehendaki. Perakitan komponen seperti blower, kompresor, pompa dan sistem humidifikasi diperlukan untuk mengirim gas ke sel bahan bakar dengan temperatur, kelembaban, laju aliran dan tekanan yang pas. Perakitan komponen yang lain seperti turbin, juga sangat berguna karena dapat memanfaatkan energi dari panas gas buang yang keluar dari sel bahan bakar. Bab ini akan menjelaskan perakitan komponen dan beberapa persamaan yang diperlukan untuk membuat pemodelan secara cepat untuk perakitan subsistem sel bahan bakar.

2.8.2 Sistem Humidifikasi

Pada sel bahan bakar PEM, sistem humidifikasi hidrogen diperlukan untuk mencegah sel bahan bakar PEM dari kekurangan air ketika diberikan beban listrik. Seperti yang didiskusikan sebelumnya, pengaturan air adalah tantangan di sel bahan bakar PEM, karena terjadi pemanasan ketika aliran yang tinggi, yang mana akan mengeringkan membran polimer dan melambatkan perjalanan ion. Beberapa stack sel bahan bakar tidak memerlukan sistem humidifikasi karena generasi air pada katoda. Pada sistem sel bahan bakar yang lebih besar, udara maupun hidrogen ataupun keduanya harus dihumidifikasi pada pintu masuk bahan bakar. Gas dapat dihumidifikasi dengan cara proses bubbling terhadap gas melalui air, injeksi air ataupun uap, penguapan atau melalui alat penukar kalor. Contoh dari metode humidifikasi ditunjukkan pada gambar 2.23.


(41)

Temperatur bola basah adalah keseimbangan dinamis suhu yang dicapai oleh permukaan cairan ketika laju perpindahan panas terhadap permukaan dari persamaan konveksi dan laju panas yang dibutuhkan untuk menguapkannya dari permukaan.

2.8.3 Kipas angin dan Blower

Metode yang paling umum digunakan untuk mengalirkan udara ke sel bahan bakar ada melalui pengunaan kipas angin maupun blower. Kipas angin tau blower di gerakkan oleh motor listrik, yang mana motor listrik memerlukan daya dari sel bahan bakar maupun sumber yang lain untuk bisa bergerak. Yang paling sering digunakan adalah kipas angin searah, yang lebih efektif untuk mengerakkan udara disekitar komponen , tapi tidak terlalu efektif jika terdapat tekanan yang besar. Tekanan balik dari kipas tipe ini adalah sangat rendah yaitu 0.5 cm dari air. Kipas ini lebih cocok untuk rancangan hidrogen-udara Sel bahan bakar PEM. Persamaan untuk menentukan daya dari kipas ini adalah sebagai berikut (Sumber : Colleen Spiegel, 2008) :

(2-26)

Gambar 2.23 Metode Konvensional : (a) dewpoint humidification, (b) evaporation humidification, (c) steam injection humidification, and (d) flash


(42)

evaporation humidification. (Sumber : Colleen Spiegel, 2008)

Kecepatan dan daya aktual yang diperlukan dapat dicari dari tabel manufaktur, disana juga ditentukan laju volume dan tekanan masuk. Data kipas juga kadangkala bisa direpresentasikan untuk mendapatkan parameter tak berdimensi. Ditentukan dengan :

Koefisien discharge (Sumber : Colleen Spiegel, 2008) : ̇

(2-27)

Koefisien tekanan (Sumber : Colleen Spiegel, 2008):

(2-28)

Efisiensi isentropic (Sumber : Colleen Spiegel, 2008) :

(2-29)

Kecepatan spesifik (Sumber : Colleen Spiegel, 2008) :

̇ ⁄ ⁄ ⁄

(2-30)

Dimana ̇adalah laju aliran volume, ρ adalah massa jenis dari fluida, D

adalah diameter roda, N adalah kecepatan kipas, ∆P adalah pemacu tekanan kipas

dan W adalah daya kipas. Dan daya ideal kipas adalah (Sumber : Colleen Spiegel, 2008) :

[ (

) ] (2-31) Sering sekali temperatur fluida yang naik ketika melalui kipas sering diabaikan, dan persamaan dibawah dapat digunakan untuk menghitung daya kipas (Sumber : Colleen Spiegel, 2008) :


(43)

Maka tekanan total dapat ditulis sebagai , kemudian (Sumber : Colleen Spiegel, 2008):

(2-33)

2.8.1.3 Kompressor

Kompressor digunakan untuk mengompress udara, yang dapat meningkatkan konsentrasi oksigen yang besar per volume per satuan waktu, sehingga efisiensi dari sel bahan bakar dapat meningkat. Jika tekanan bertambah besar, laju aliran volume yang lebih rendah dapat digunakan untuk laju aliran molar yang sama, dan proses humidifikasi hanya memerlukan jumlah air yang kecil untuk proses saturasi. Kompresi dapat bersifat isothermal maupun adiabatic. Kompresi isothermal memungkinkan untuk membuat temperatur seimbang dengan lingkungan, dan kompresi adiabatic digunakan tanpa pergantian kalor dengan lingkungan. Gambar 2.24 menunjukkan contoh dari mesin yang digerakkan oleh turbocompresor untuk sel bahan bakar PEM.

Efisiensi dari kompresor sangat penting dari keseluruhan efisiensi sistem sel bahan bakar. Efisiensi dapat dihitung mengunakan rasio kerja aktual yang digunakan untuk menaikkan tekanan dari P1 ke P2(Sumber : Colleen Spiegel, 2008).


(44)

Gambar 2.24 Contoh motor yang digerakkan turbocompresor untuk Sel bahan bakar PEM.

(Sumber : Colleen Spiegel, 2008)

Dimana T2 adalah temperatur isentropik dan gamma adalah ratio dari kapasitas panas spesifik dari gas, CP/Cv. Kerja aktual yang dikerjakan sistem adalah(Sumber : Colleen Spiegel, 2008) :

(2-35)

Dimana m adalah massa dari gas yang telah di kompres (laju aliran udara,g/s), T1 dan T2 adalah temperatur keluar dan masuk dan Cp adalah panas spesifik pada tekanan konstan(J/gK). Efisiensi adalah ratio perbandingan dua usaha (Sumber : Colleen Spiegel, 2008):

dan

(2-36)

Perubahan temperatur yang terjadi pada proses kompresi akhir dapat dicari mengunakan persamaan(Sumber : Colleen Spiegel, 2008) :

(2-37)

maka(Sumber : Colleen Spiegel, 2008) :

̇

(2-38)

Banyak kompresor yang di produksi secara komersial, dan dalam perancangan sistem sel bahan bakar, faktor-faktor yang paling penting untuk dicermati adalah suhu, tekanan, tipe gas yang digunakan, kehandalan, efisiensi, dan material non-korosi.

2.8.1.4 Turbin

Pada sistem sel bahan bakar bertekanan, gas keluaran biasanya hangat dan bertekanan. Gas panas dari sel bahan bakar ini dapat digunakan untuk kerja mekanik melalui pengunaan turbin. Energi ini dapat digunakan untuk mengkompres udara. Sebagai contoh sistem turbokompressor yang ditunjukkan


(45)

gambar 2.24. Efisiensi turbin menunjukkan apakah dapat disatukan dengan sistem sel bahan bakar.

Seperti halnya kompresor dan kipas, efisiensi turbin dapat dicari mengunakan persamaan dibawah ini(Sumber : Colleen Spiegel, 2008):

(2-39)

Dengan mensubstitusikan persamaan yang benar, maka efisiensi menjadi(Sumber : Colleen Spiegel, 2008):

(2-40)

Dimana c adalah ratio antara kerja aktual dan kerja isentropik ideal diantara P1 dan P2. Temperatur pada akhir dari perluasan/ekspansi adalah(Sumber : Colleen Spiegel, 2008):

(2-41)

Daya turbin dapat dicari mengunakan persamaan yang sama dengan kompresor (Sumber : Colleen Spiegel, 2008):

̇

(2-42)

̇ (2-43)

Berdasarkan ketidakefisienan kompresi dan proses ekspansi, turbin hanya dapat mengerakkan sebagian kerja yang dibutuhkan oleh sistem komponen yang lain. Jika temperatur pembuangan uap tinggi, maka turbin dapat mengerakkan semua daya yang dibutuhkan oleh subsistem sel bahan bakar yang lain.

2.8.1.5 Pompa sel bahan bakar

Pompa seperti halnya blower, kompresor, dan kipas, adalah salah satu komponen yang paling penting pada perencanaan sistem sel bahan bakar. Komponen ini dibutuhkan untuk mengerakkan bahan bakar, gas, dan kondensat ke sistem, dan juga faktor penting yang menentukan efisiensi sistem sel bahan bakar.


(46)

Ukuran Sel bahan bakar PEM yang kecil-sedang untuk aplikasi portable memiliki tekanan balik sekitar 10 kPa. Ini terlalu besar untuk kipas sentrifugal, seperti yang telah disebutkan sebelumnya.

Memilih pompa yang benar dalam aplikasi sel bahan bakar cukup penting. Seperti pada kipas, blower dan kompresor, faktor yang perlu diperhatikan adalah efisiensi, kehandalan, material non-korosi dan kemampuan bekerja dengan temperatur, tekanan dan laju aliran yang diinginkan pada sistem sel bahan bakar. Pompa dengan efisiensi yang tinggi dengan dengan kecepatan motor yang tinggi dapat meningkatkan efisiensi sel bahan bakar dan sistem. Persamaan yang menunjukkan performansi pompa adalah sama dengan performansi kipas.


(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian sel bahan bakar jenis Polymer Electrolyte Membrane dilakukan di laboratorium Teknik Pendingin USU Fakultas Teknik Sumatera Utara, kemudian dilakukan set up terhadap sel bahan bakar agar dapat dioperasikan. 3.1 Peralatan pengujian

Adapun beberapa peralatan pengujian yang digunakan adalah : 1. Fuel cell stack 20W

Fuel cell ini merupakan peralatan yang digunakan untuk menghasilkan listrik setelah dialirkan hidrogen murni hasil elektrolisis. Berikut ini adalah spesifikasi fuel cell yang digunakan :

Type of fuel cell : PEM Number of cell : 13

Rated Power : 20W

Performance : 7,8V @2.6A Purging valve voltage : 6V

Blower voltage : 5V

Reactants : hidrogen dan air External temperature : 5 to 30oC Max stack temperature : 55oC

H2 Pressure : 0.45 – 1.1 bar Hydrogen purity : ≥99.99η% dy H2 Weight (with fan & casing) : 275grams (±30 grams) Controller (with cable) : 90 grams (±10 grams) Flow rate : 0.23 liter/min


(48)

Gambar 3.1 Fuel Cell Stack 20W

2. Hydrofill

Hydrofill berfungsi sebagai alat untuk menghidrolisis H2O dari aquadest menjadi molekul H2 (hidrogen murni) dan O2. Berikut ini adalah spesifikasi dari hydrofill yang digunakan :

Water input : De-ionized or distilled water only Hydrogen generation capacity : 0 – 3 liter/h

Purity : 99.99 %

Input voltage : DC : 2.5 V – 3.3 V

Rated power : ≤ 23W

Hydrogen output pressure : 0 3.3 Mpa

Dimensions : 145 x 208 x 153 mm

Weight : 1.8kg ± 5%


(49)

Gambar 3.2 Hydrofill

3. Hydrostik

Hydrostik merupakan salah satu tabung yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan hidrogen murni hasil hidrolisis aquadest yang dilakukan oleh hydrofiil. Berikut ini adalah spesifikasi dari hydrostik yang digunakan : Capacity : 10 liter Hidrogen

Cartridge size : ɸ22 x 85mm Storage material : Metal hydride Rated charging pressure : 2.8 MPa


(50)

Gambar 3.3 Hydrostick

4. Multitester

Multitester berfungsi sebagai alat untuk mengukur arus hambatan, tegangan, dan arus yang dihasilkan setelah sel bahan bakar beroperasi. Spesifikasi dari multitester yang digunakan adalah :

DC voltage

Ranges : 0.1 0.5 2.5 10 50 250 1000V Accuracy : 5;(1000V;5)

Sensitivity : 20k Ω/V

Extension : 25kV AC Voltage

Ranges : 10 – 50 – 250 – 1000V Accuracy : 5;(1000V;5)

Sensitivity : 9k Ω/V

Decibelmeter : - 10 to +22dB (0 dB = 1mw/ θ00 Ω)

DC Current


(51)

Accuracy : 5(10A;5) Volt drop : 250mV RESISTANCE

Ranges :

 x1 –0.2 Ω up to 2k Ω, midscale, at 20 Ω

 x10 2 Ω up to 20k Ω, midscale, at 200 Ω  x100 –20 Ω up to 200k Ω, midscale, at 2k Ω

 x1k –200 Ω up to 2M Ω, midscale, at 20k Ω

 x10k 2k Ω up to 20M Ω, midscale, at 200k Ω SIZE : 148 X 100 X 35

WEIGHT : 280g

Gambar 3.4 Multitester 5. Laptop

Digunakan untuk menyimpan dan mengolah data temperatur suhu air pada saat pengisian hidrogen ke dalam hydrostick yang telah didapatkan dari


(52)

Agilient 34972a. Laptop juga digunakan untuk menjalankan software MATLAB.

Gambar 3.5 Laptop 6. Agilient 34972a

Alat ini dihubungkan dengan termo couple yang dipasang pada titik-titik yang akan diukur temperaturenya,setelah itu akan disimpan ke dalam alat ini, setelah itu dipindahkan ke komputer untuk dapat di olah datanya

Gambar 3.6 Agilient 34972a Dengan Spesifikasi :

a. Daya 35 Watt

b. Jumlah Saluran Termocouple 20 buah c. Tegangan 250 Volt

d. Mempunyai 3 saluran utama


(53)

f. Mempunyai 8 tombol panel dan sistem control

g. Fungsional antara lain pembacaan suhu Termocouple,RTD dan Termistor,arus listrik AC

7. Cooling Pad

Digunakan sebagai alat ujicoba untuk mengetahui apakah tegangan yang dihasilkan dari fuel cell dapat menggerakkan 2 kipas yang terdapat pada Cooling Pad dengan tegangan yang dibutuhkan pada masing – masing kipas adalah 5V.

Gambar 3.7 Cooling Pad 8. Software MATLAB

MATLAB (singkatan dari MATrix LABoratory) adalah sebuah lingkungan komputasi numerikal dan bahasa pemrograman komputer generasi keempat yang dikembangkan oleh The MathWorks.Inc. MATLAB memungkinan manipulasi matriks, pemplot-an fungsi dan data, implementasi algoritma, pembuatan antarmuka pengguna, dan peng-antarmuka-an dengan program dalam bahasa lainnya. Karakteristik MATLAB :


(54)

 Bahasa pemogramannya berdasarkan pada matrik (baris dan kolom).

 Tersedia banyak toolbox untuk aplikasi aplikasi khusus seperti Simulink, Neural network, State Flow, Data Acquisition Toolbox, Communications Blockset, Fuzzy Logic Toolbox, Image Acquisition Toolbox, Signal Processing Blockset dan lain sebagainya.

 Dalam menulis kode programnya, tidak harus mendeklarasikan array terlebih dahulu.

 Memiliki waktu pengembangan program yang lebih cepat dibandingkan dengan pemrograman tradisional, seperti Fortran dan C.

Gambar 3.8 Tampilan Matlab R2008b

3.2 Bahan Pengujian

Beberapa bahan yang digunakan untuk pengujian adalah : 1. Aquadest

Digunakan sebagai bahan awal yang dielektrolisis menggunakan Hydrofill untuk menghasilkan hidrogen murni yang pada akhirnya digunakan sebagai bahan bakar untuk menggerakkan fuel cell.


(55)

Gambar 3.9 Aquadest 2. Acid powder

Acid powder yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis apple acid powder. Acid powder digunakan agar performa dari hydrofill pada saat menghidrolisa Aquadest menjadi hidrogen murni tetap terjaga.

Gambar 3.10 Apple Acid Powder

3. Ionizer

Merupakan alat untuk membantu proses hidrolisa air untuk memisahkan molekul oksigen (O2) dan hidrogen (H2) menggunakan Hydrofill.


(56)

Gambar 3.11 Ionizer

3.3 Experimental Set Up

Pengujian ini dimulai dengan melakukan pemisahan molekul H2O dari aquadest menjadi H2 dan O2. Dan lalu kemudian H2 tersebut diisi ke dalam tabung pengisian Hydrostik. Pada saat pemisahan molekul H2O ini dilakukan pembacaan temperatur air dengan menggunakan Agilient. Kabel – kabel termocouple dihubungkan ke dalam air yang akan dielektrolisis. Flash disk dihubungkan ke Agilient untuk pembacaan data. Setelah Hydrostik penuh diisi dengan H2 maka flash disk dicabut dan kemudian dibaca menggunakan microsoft excel. Setelah pengisian Hydrostik penuh, maka kemudian flash disk dihubungkan kembali ke Agilient untuk pembacaan pada saat hydrostik dihubungkan ke stack dan menghasilkan listrik. Kabel – kabel termocouple dihubungkan pada permukaan hydrostik, lubang input dan lubang output yang terdapat pada stack fuel cell. Setelah fuel cell beroperasi secara penuh dan hidrogen yang terdapat di dalam hydrostik habis, flash disk dicabut dan dibaca menggunakan excel untuk mengetahui temperatur pada kondisi saat pengoperasian.


(57)

Gambar 3.12 Experimental set-up 3.4 Prosedur Pengujian

Adapun prosedur pengujian yang akan dilakukan adalah :

1. Acid Powder dituangkan ke dalam Hydrofill kemudian dimasukkan Aquadest dan lalu dimasukkan Ionizer.

2. Setelah acid powder, aquadest, dan ionizer dimasukkan lalu hydrostik dihubungkan ke hydrofill.

3. Pada saat pengisian hidrogen ke dalam hydrostik ini, dilakukan pengambilan data suhu air dengan menggunakan Agilient 39472a. 4. Setelah hydrostik penuh, lampu yang terdapat pada hydrofill berubah

menjadi hijau dari warna merah.

5. Hydrostik selanjutnya dihubungkan ke fuel stack yang dihubungkan ke cooling pad.

6. Pada saat pengoperasian fuel cell, dilakukan pengambilan data temperatur hydrostik, temperatur inlet, temperatur outlet yang terdapat pada stack dengan menggunakan Agilient 39472a.


(58)

Berikut ini adalah diagram alir dari tahapan proses yang dilaksanakan pada skripsi ini

Gambar 3.13 Diagram alir proses pengerjaan tugas akhir Y

a

Buku referensi, Jurnal dll Studi

literatur Mula

i

Persiapan Pengujian

Tida

Pengujian dan pengambilan data temperatur air saat pengisian hydrostick mengunakan agilent

hydrostik dihubungkan ke hydrofill

Pengisian Hidrogen hydrostik dihubungkan ke

Fuel stack

Apakah bisa?

Analisa hasil pengujian secara manual dan juga dengan bantuan

MATLAB Kesimpulan


(59)

BAB IV

ANALISA DATA

4.1 Data

Untuk data - data hasil perhitungan temperatur air pada saat pengisian hidrogen murni di hydrostick, dan temperatur hydrostick, temperatur inlet stack, dan temperatur outlet stack dapat dilihat pada lampiran.

4.2 Pemodelan sebuah microchannel dua fasa

Apabila diasumsikan bahwa diameter inlet dari sebuah sel bahan bakar adalah 1.55mm, dengan laju aliran masa diasumsikan 2.18 x 10-4 kg/s, dengan outlet value G diasumsikan 550. Untuk saluran sel bahan bakar plat alir bipolar, dengan panjang horizontal diasumsikan 0.0075m, panjang vertikal diasumsikan

0.001ηm. terdapat θ saluran dan η bengkokan “u”. Parameter – parameter lain yang diketahui antara lain adalah :

Inlet Outlet

Quality 0.8 70

Vapor density (kg/m3) 100 95

Vapor viscosity (kg/ms) 1.4 x 10-5 1.4 x 10-5

Liquid density (kg/m3) 1000 1075

Liquid viscosity (kg/ms) 1.2 x 10-4 1.2 x 10-4


(60)

(Sumber : Colleen Spiegel, 2008)  Menghitung area inlet dan Gchan dari microchannels

̇

 Menghitung void fraction

[ ] [ ]

 Menghitung bilangan Reynold gas dan uap ( √ ) ( √ )

 Menghitung faktor gesekan

 Menghitung penurunan tekanan untuk fasa cairan dan uap adalah :  Parameter Martinelli

 Menghitung kecepatan liquid superficial


(61)

kondisi aliran berada pada kondisi laminar dengan A = 1,308 x 10-3 , a = 0,4273 , b = 0,9295, dan c -0,1211.

 Penurunan tekanan pada titik lengkung

 Penurunan tekanan kontak dari saluran alir menuju titik masuk saluran bipolar

 Model aliran homogen : [

] ( )

( )

Untuk melakukan perhitungan ΔP lainnya dapat menggunakan software MATLAB dan ditunjukkan seperti gambar – gambar di bawah ini.


(62)

(63)

Gambar 4.3 Pemasukan perintah - perintah pada MATLAB

Gambar 4.3 di atas menunjukkan hasil – hasil perhitungan setelah dimasukkan persamaan – persamaan matematika yang digunakan dimana :

A_chan : Luas permukaan channel inlet G_chan : Area channel inlet

Re_l : Bilangan reynold pada fasa cairan Re_v : Bilangan reynold pada fasa gas


(64)

Gambar 4.4 Hasil akhir perhitungan menggunakan MATLAB Persamaan matematika yang terdapat pada gambar 4.4 adalah :

deltaP_bend_bipolar : perubahan tekanan yang terjadi pada bengkokan plat bipolar

deltaP : perubahan tekanan keseluruhan di dalam microchannel 4.2 Desain daripada stack sel bahan bakar

Desain stack sel bahan bakar 20W dengan Voltase stack 10V dan voltase dari masing masing sel adalah 0,769 V, current density daripada sel bahan bakar diasumsikan adalah 0,5 A/cm2. Dapat dihitung berdasarkan persamaan persamaan berikut ini.

 Menghitung daya yang dibutuhkan stack

 Menghitung jumlah sel yang dibutuhkan oleh stack

 Menghitung daya yang dibutuhkan oleh setiap sel


(65)

 Menghitung luas permukaan yang dibutuhkan oleh setiap sel cm2

Perhitungan menggunakan software MATLAB dapat terlihat seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini

Gambar 4.5 Pemasukan data - data yang diketahui beserta perintah - perintah untuk perhitungan


(66)

Persamaan – persamaan yang terdapat pada gambar 4.6 adalah : I : Arus pada stack

N_cells : Banyaknya sel yang dibutuhkan

i_cell : Arus yang dibutuhkan pada setiap stack

A_cell : luas permukaan yang dibutuhkan oleh setiap sel 4.3 Efisiensi kipas pada stack sel bahan bakar

Kipas digunakan untuk menggerakkan udara masuk ke dalam sistem sel bahan bakar pada suhu 25oC dan tekanan diasumsikan 100 kPa. Kipas diasumsikan menggerakkan 0,02 m3/s udara dengan penambahan tekanan diasumsikan sebesar 0,6kPa. Daya yang dihasilkan adalah 20W, dan kecepatan keluar dari sel bahan bakar diasumsikan 1 m/s. Maka efisiensi daripada sel bahan bakar dapat dihitung sebagai berikut :

 Menghitung temperatur keluar dari rasio isentropik dengan γ = 1,38

 Menghitung daya ideal

 Menghitung laju aliran massa

̇ ̇ ̇  Menghitung efisiensi kipas

̇ ⁄ ̇

Perhitungan menggunakan software MATLAB dapat terlihat seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini


(67)

Gambar 4.7 Pemasukan data - data yang diketahui beserta perintah - perintah untuk perhitungan

Gambar 4.8 Hasil akhir perhitungan Persamaan – persamaan yang terdapat pada gambar 4.8 adalah : T2 : Temperatur keluar


(68)

m : laju aliran massa

etha : efisiensi kipas pada stack

4.4 Permodelan sebuah kompresor udara pada sel bahan bakar

Pada temperatur 298 K dan tekanan diasumsikan 100 kPa udara masuk ke dalam kompresor dengan laju diasumsikan 2 kg/s serta menerima peningkatan tekanan diasumsikan hingga mencapai 100 kPa. Tingkat efisiensi kompresor adiabatik diasumsikan 75% serta kompresor ideal diasumsikan 100%. Untuk menghitung temperatur keluar dan kerja yang dibutuhkan kompresor ideal dan kompresor adiabatik adalah

 Persamaan gas ideal :

 Laju aliran volumetrik :

̇

 Untuk kompresor ideal (tekanan keluar diasumsikan 200 kPa)

Kerja yang dibutuhkan adalah

̇  Untuk kompresor adiabatik (tingkat efisiensi diasumsikan 75%)

Kerja yang dibutuhkan adalah

Temperatur keluar adalah

̇

Perhitungan menggunakan software MATLAB dapat terlihat seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini


(69)

Gambar 4.9 Pemasukan data - data yang diketahui beserta perintah - perintah untuk perhitungan

Gambar 4.10 Hasil akhir perhitungan Persamaan – persamaan yang terdapat pada gambar 4.10 adalah : V1 : laju aliran volumetrik pada kompresor


(1)

LAMPIRAN H

Perintah - perintah untuk penyelesaian permasalahan permodelan kompresor udara untuk sel bahan bakar

% Designing an Air Compressor % UnitSystem SI

% Inputs

T = 298; % Operating temperature (K) P = 100; % Operating pressure (kPa)

PBoost = 100; % PBoost: the boost in the pressure eta = 0.75; % Effi ciency

m_air = 2; % Mass fl ow rate (kg/s) gamma = 1.38;

cp = 1.005; % Specifi c heat R = 0.286; % Ideal gas constant

% Calculate volume using the ideal gas law v1 = R T/P

% Calculate volumetric flow rate (m3/s) V1 = v1 m_air

% Ideal exit temperature

T_exit_ideal = T * ((P + PBoost)/P)^((gamma- 1)/gamma)

% Ideal work

W_ideal = cp * (T_exit_ideal − T)* m_air

% Actual work

W_actual = W_ideal / eta

% Actual exit temperature


(2)

LAMPIRAN I

Perintah - perintah untuk penyelesaian permasalahan permodelan kompresor udara untuk sel bahan bakar

% Plotting the 3-D velocity fi eld % UnitSystem SI

% Inputs

Q = 2e6; % Flow rate (m^3/s) muu = 1.002e-9; % Viscosity

ymin = -200;

ymax = 200; % Width of the channel zmin = -50;

zmax=50;

% Thickness of the channel Npts = 40;

dy=(ymax-ymin)/npts; dz=(zmax-zmin)/npts; a=(ymax-ymin)/2; b=(zmax-zmin)/2; L = 5000;

Pi = 3.141 592 653 59; P1 = 0.0;

aspectratio = 4; % Width to depth aspect ratio ku = 14.2;

% Input of flow rate to calculate pressure gradient P P = ku muu Q/(ymax-ymin)/(zmax-zmin)/(zmax-zmin)^2; n = 1000;

ny = ((ymax-ymin)/dy); nz = ((zmax-zmin)/dz); for i = 1:ny+1


(3)

end end

for i = 1:nz+1

za(i) = zmin+(i-1) dz; end

for i = 1:ny+1

ya(i) = ymin+(i-1) dy; end

for i = 1:ny+1

for j = 1:nz+1 for k = 1:800

u(i,j) = u(i,j)+(16 P a^2)./(muu pi^3). ((-1)^.(k-1). (1-cosh((2. k-1). pi. za(j)./2./a)./cosh((2 k-1) pi b/2/a)). cos((2 k-1) pi ya(i)/(2 a))./(2 k-1)^3);

end end

end

% Plot the 3-D velocity flow fi eld figure1 = figure(„Color‟,[1 1 1]); hdlp = surf(ya,za,u);

colormap hsv colorbar

xlabel(„y = y/w‟,‟FontSize‟,12,‟FontWeight‟,‟Bold‟); ylabel(„z = z/H‟,‟FontSize‟,12,‟FontWeight‟,‟Bold‟);

zlabel(„Normalized Velocity (u)‟,‟FontSize‟,12,‟FontWeight‟,‟Bold‟); set(hdlp,‟LineWidth‟,1.η);


(4)

CARA PEMAKAIAN AGILENT 34972A (Sustainable Energy Research Centre)

Untuk pengukuran temperatur di Sustainable Energy Research Centre, mengunakan 2 perangkat yaitu Agilent 34972A dan thermocouple

1. Thermocouple

Kabel yang digunakan mengukur temperatur, biasanya dilekatkan/ditempel pada titik yang akan diukur temperaturnya

2. Agilent 34972A

Perangkat ini lebih berfungsi kepada sebagai alat baca temperatur. Thermocouple yang telah ditempel sudah tersambung dengan Agilent , bisa langsung di baca .

Cara pengoperasian Agilent 34972A :

1. Pasang thermocouple pada titik-titik yang akan di baca temperaturnya 2. Agilent 34972A : Power On, terlihat pada gambar :

3. Tunggu Loading…

4. Setelah dibuka, akan langsung terbaca suhu pada setiap titik , dapat dilihat pada gambar :

Jika thermocouple yang dipasang ada 20 titik, maka yang terbaca juga akan ada 20 titik. Tulisan pada Channel adalah

101,102,…..110,111…….120. Namun yang dibaca adalah satuan dan

Power ON

Suhu Channel/Titi


(5)

Putar ke kanan dan putar ke kiri buat mengganti channel.

5. Setelah mengerti cara membaca masing-masing titik, sekarang kita akan mencoba menyimpan data yang telah dibaca (otomatis), Siapkan Flash disk , Colokkan dibelakang agilent . Setelah itu kita mengeset agilentnya. Yang perlu kita ketahui adalah :

 Berapa selang waktu yang kita mau untuk 1 x scan?

 Berapa lama waktu yang mao kita suruh si agilent menyimpan data? Contoh

Saya mau 1 menit 1 x scan, dan dari jam 9 pagi ampe jam 3 siang. Berarti Interval = 1menit, lama scan= 6 jam, total scan = 6 jam x 60 menit = 360 scan

6. Tekan tombol Interval, Masukkan interval nya 1 menit , Format pada layar adalah HH:MM:SS

(Hour:Minutes:Second) karena tadi kita mau 1 menit, format menjadi 00:01:00 . Jika mau diubah tekan tombol kanan kiri, kemudian putar sampai dapat interval yang diinginkan . Untuk mengkonfirmasi tekan tombol interval beberapa kali.

Tombol Putar

Tombol Interval


(6)

7. Setelah itu tekan tombol scan ini dimaksudkan untuk memulai proses penyimpanan dengan interval dan waktu yang telah anda tentukan tadi.

8. Scan telah dimulai , silahkan tunggu.

9. Setelah selesai, shutdown saja dengan tekan Power On . Ambil flashdisk. NB:

Jika terjadi kerusakan(temperatur naik turun secara drastis), ujung thermocouple yang ditempelkan pada titik harus dicouplekan lagi. Bisa dengan cara menyolder atau yang lainnya. Untuk menghentikan scan, tekan lagi tombol scan dan ditahan

beberapa detik.

Jaga dan rawatlah peralatan-nya Tombol

Scan

Tombol Putar