Pembahasan .2. Pembahasan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa responden yang di pengaruhi oleh orang tua sebanyak 16 orang 21.3, faktor yang dipengaruhi oleh teman sebayak
sebanyak 25 orang 33.3, faktor yang dipengaruhi oleh kepribadian sebanyak 21orang 28.0, faktor yang dipengaruhi oleh iklan sebanyak 13 orang 17.3.
Jadi, semua faktor yang dapat mempengaruhi perilaku merokok remaja di SMP Negeri I Kinali Kabupaten Pasaman Barat, tetapi yang paling tinggi yang
mempengaruhi perilaku merokok remaja di SMP Negeri I Kinali adalah faktor teman sebayak.
5.2 Pembahasan 5.2.2. Pembahasan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok
pada siswa SMP Negri I Kinali
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai pada saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara
usia 11 sampai 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu menjelang masa dewasa muda. Tahap remaja adalah adalah masa transisi antara anak dan dewasa, dimana
terjadi pacu tubuh growth spurt, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fasilitas dan terjadi perubahan-perubahan psikologis serta kognitif. Berdasarkan teori
yang menyatakan bahwa dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikologis dan seksual, semua remaja akan melewati tahap berikut :
masa remaja awal Early Adolescence umur 11-13 tahun, masa remaja pertengahan Middle Adolescence umur 14-16 tahun, masa remaja lanjut Late
Adolescence umur 17-20 tahun. Remaj mempunyai tugas-tugas perkembangan yaitu memperluas hubungan antar pribadi dan komunikasi secara lebih dewasa,
memperoleh peranan sosial, menerima keadaan tubuhnya dan mengunakan secara
Universitas Sumatera Utara
efektif, memperoleh kebebasan emosional dari orang tua, mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri soetjiningsih, 2004.
Perilaku merokok siswa SMP Negri I Kinali dipengaruhi oleh orang tua, keluarga mempunyai pengaruh besar bagi perkembangan remaja karena keluarga
merupakan lingkungan sosial pertama, yang meletakkan dasar-dasar kepribadian remaja. Selain orang tua, saudara kandung dan posisi anak dalam keluarga juga
berpengaruh bagi remaja. Pola asuh otoriter, demokratik ataupun permisif memberikan dampak yang berbeda bagi remaja. Orang tua yang menerapkan pola
asuh otoriter dimana orang tua menerapkan disiplin yang kaku dan menuntut anak untuk mematuhi aturan-aturanya, membuat remaja menjadi frustasi dan akan
mengakibatkan remaja menjadi anak yang mempunyai perilaku yang salah seperti merokok Soetjiningsih, 2004.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fuadah 2011 juga menghasilkan data yaitu 55.1 mahasiswa laki-laki Fakultas Teknik Universitas
Negeri Jakarta merokok karena adanya pengaruh orang tua. Salah satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang berasal dari rumah
tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak begitu memperhatikan anak- anaknya dan memberikan hukuman fisik yang keras lebih mudah untuk menjadi
perokok dibanding anak- anak muda yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia Baer Corado dalam Atkinson, Pengantar psikologi, 1999:294.
Perilaku merokok lebih banyak di dapati pada mereka yang tinggal dengan satu orang tua. Remaja akan lebih cepat berperilaku sebagai perokok bila orang tua
mereka merokok. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri
Universitas Sumatera Utara
1Kinali Kabupaten Pasaman Barat sebanyak 21.3 yang dipengaruhi oleh faktor orang tua yang mempengaruhi remaja merokok. Sebagian besar orang tua
responden tidak tahu bahwa anak mereka merokok, karena kebudayaan timur yang masih kuat yang menganggap bahwa merokok diusia terlalu dini merupakan
perilaku remaja nakal, sehingga remaja cenderung menutupi perilaku mereka termasuk perilaku merokok agar tidak diketahui orang tua.
Menurut Afriyani 2009 bahwa dalam mengatasi kenakalan remaja yang paling dominan adalah dari keluarga yang merupakan lingkungan yang pertama
ditemui seorang anak. Didalam menghadapi kenakalan anak pihak orang tua hendaknya mengambil dua sikap bicara yaitu, sikap atau cara yang sifat prefentif
dan cara yang bersifat represif. Perilaku merokok siswa SMP Negri I Kinali dipengaruhi oleh temen sebaya.
Hasil penelitian ini sama dengan peneltian yang dilakukan oleh Fuadah 2011 juga menghasilkan data yaitu 53.1 mahasiswa laki-laki Fakultas Teknik
Universitas Negeri Jakarta merokok karena adanya pengaruh dari teman sebaya. Sedangkan hasil penelitian tentang faktor yang mempengaruhi perilaku merokok
remaja di SMP Negri I Kinali Kabupaten Pasaman Barat Sebanyak 33.3 siswa yang dipengaruhi oleh faktor teman sebaya. Kebanyaan remaja pertama kali
merokok karena pengaruh teman. Remaja perokok akan mempunyai teman yang sebagian besar adalah perokok juga. Berbagai faktor mengungkapkan bahwa
semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman- temanya adalah perokok juga dan sebaliknya. Remaja mulai merokok karena dari
teman. Hal ini karena untuk iseng, agar terlihat tenang pada saat berpacaran,
Universitas Sumatera Utara
berani ambil resiko, karena bosan dan tidak ada yang sedang dilakukan, dan kelihatan seperti orang dewasa naiggolan, 1998. Monks 1999 mengatakan
bahwa bagi remaja akhir kelompok teman sebaya tidak lagi dianggap penting dalam hubungan individu. Walaupun demikian, banyak orang terdorong menjadi
perokok pemula untuk menyesuaikan diri pada sebuah komunitas pergaulan, rokok membuat mereka merasa lebih diterima oleh banyak orang Mu’Tadin,
2002 Perilaku merokok siswa SMP Negeri 1 Kinali Kabupaten Pasaman Barat
dipengaruhi olah faktor kepribadian sebanyak 28 yang mempengaruhi perilaku remaja merokok. Siswa merokok karena rasa ingin tahu dan kepuasan psikologis,
seperti mengurangi stres, menambah percaya diri, menenangkan diri, dan lain- lain. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil peneltian yang di lakukan oleh
Fuadah 2011 juga menghasilkan data yaitu 51 mahasiswa laki-laki Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta merokok karena adanya pengaruh dari faktor
kepribadian. Mu’tadin 2002 menjelaskan bahwa orang mencoba untuk merokok antara lain karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit dan
kebosanan. Secara kepribadian, kondisi mental yang sedang menurun seperti stres, gelisah, takut, kecewa, dan putus asa sering mendorong orang untuk menghisap
asap rokok.sedangkan faktor resiko lainya adalah rasa rendah diri, hubungan antar-perorangan yang jelek, kurang mampumengatasi stres, putus sekolah, sosial
ekonomi yang rendah, serta tahun-tahun transisi atara sekolah dasar dan sekolah menengah usia 11-16 tahun. Namun satu sifat kepribadian yang bersifat
prediktif pada pengguna obat-obatan termasuk rokok ialah konformitas sosial.
Universitas Sumatera Utara
Orang yang memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang
rendah Atkinson, 1999. Selain itu, perilaku merokok siswa SMP Negeri I Kinali juga dipengaruhi
oleh iklan. Sebnayak 17.3 siswa mengatakan bahwa mereka merokok karena pengaruh iklan di media massa. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil peneltian
yang di lakukan oleh Fuadah 2011 juga menghasilkan data yaitu 56.1 mahasiswa laki-laki Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta merokok karena
adanya pengaruh dari iklan. Iklan dimedia massa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan dan glamour,
membuat seseorang terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. Banyaknya iklan rokok dimedai cetak, elektronik dan media luar ruangan
telah mendorong rasa ingin tahu remaja tentang produk rokok. Pengambaran tokoh serta adegan-adegan menantang dalam iklan membuat para masyarakat
khususnya remaja dan anak-anak menirunya. Iklan-iklan yang ada meransang mereka untuk merokok dengan bujukan yang berbeda. Meskipun dalam iklan
rokok tidak digambarkan orang merokok akan tetapi adegan-adegan yang identik dengan keperkasaan atau kebebasan mempengaruhi mereka untuk mengkonsumsi
rokok. Sesuai dengan fenome yang ada di masyarakat bahwa usia remaja merupakan fase dimana seseorang selalu mencari figur sebagai idola untuk
menjadikan contoh atau panutan dalam kehidupan sehari-harinya. Apalagi industri rokok paham betul bahwa remaja sedang berada pada tahap mencari identitas
Mu’tadin, 2002.
Universitas Sumatera Utara