KESIMPULAN DAN SARAN 62 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI PERBANDINGAN DI KELAS VII SMP KATOLIK TRISAKTI II MEDAN T.A 2014/2015.

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Kategori Hasil Belajar Menurut Gagne 1992 13 Tabel 2.2. Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah 20 Tabel 3.1 Ketuntasan Belajar dan Konversi Kompetensi Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap 41 Tabel 3.2 Pedoman untuk Melihat Hasil Observasi Aktivitas Guru 42 Tabel 4.1 Deskripsi Hasil Tes Awal 44 Tabel 4.2 Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Tes Awal 45 Tabel 4.3 Deskripsi Analisis Data Tes Hasil Belajar Siklus I 47 Tabel 4.4 Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus I 48 Tabel 4.5 Deskripsi Perbandingan Hasil Tes Awal Dan Hasil Belajar Siswa Siklus 1 49 Tabel 4.6 Deskripsi Hasil Observasi Guru Melaksanakan Pembelajaran 53 Tabel 4.7 Deskripsi Analisis Data Tes Hasil Belajar Siklus II 55 Tabel 4.8 Tingkat Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Siklus II 56 Tabel 4.9 Deskripsi Tingkat Ketuntasan Siswa pada Tes Awal, THB I dan THB II 59 Tabel 4.10 Deskripsi Peningkatan Hasil Belajar Siswa Tes Awal, Siklus I dan Hasil Belajar Siswa Siklus II 59 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 3.1 ProsedurPenelitianTindakanKelas 34 Gambar 4.1 Deskripsi Tingkat KemampuanHasilBelajarSiswaSiklus I 48 Gambar 4.2 Deskripsi Tingkat KemampuanHasilBelajarSiswaSiklus I1 56 Gambar 4.3 KetuntasanHasilBelajarSiswaSecaraKlasikal 60 xi DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Silabus mata pelajaran Matematika 65 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP Siklus I 72 Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP Siklus II 81 Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP Siklus III 93 Lampiran 5 Lembar Kerja Siswa LKS I 105 Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa LKS II 108 Lampiran 7 Lembar Kerja Siswa LKS III 113 Lampiran 8 Kisi-kisi Tes Awal 118 Lampiran 9 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar I 119 Lampiran 10 Kisi-kisi Tes Hasil Belajar II 120 Lampiran 11 Lembar Validasi Tes Awal 121 Lampiran 12 Lembar Validasi Tes Hasil Belajar I 124 Lampiran 13 Lembar Validasi Tes Hasil Belajar II 127 Lampiran 14 Tes Awal 130 Lampiran 15 Alternatif Penyelesaian Tes Awal 131 Lampiran 16 Tes Hasil Belajar I 134 Lampiran 17 Tes Hasil Belajar II 135 Lampiran 18 Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar I 136 Lampiran 19 Alternatif Penyelesaian Tes Hasil Belajar II 139 Lampiran 20 Pedoman penskoran Tes Awal 143 Lampiran 21 Pedoman penskoran Tes Hasil Belajar I 144 Lampiran 22 Pedoman penskoran Tes Hasil Belajar II 145 Lampiran 23 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran I 146 Lampiran 24 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran II 148 Lampiran 25 Hasil Tes Awal 150 Lampiran 26 Hasil Tes Hasil Belajar Siklus I 152 Lampiran 27 Hasil Tes Hasil Belajar Siklus II 154 Lampiran 28 Dokumentasi Penelitian 156 Lampiran 29 Surat 161 1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi IPTEK memengaruhi hampir seluruh kehidupan manusia di berbagai bidang. Untuk dapat menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kualitas sumber daya manusia harus ditingkatkan melalui peningkatan mutu pelajaran di sekolah. Pendidikan tidak hanya bertujuan memberikan materi pelajaran saja, tetapi menekankan bagaimana mengajak siswa untuk menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri sehingga siswa dapat mengembangkan kecakapan hidup life skill dan siap untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari, terutama di sekolah-sekolah formal. Mengingat begitu pentingnya peran matematika dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, maka matematika perlu dipahami dan dikuasai oleh segenap lapisan masyarakat. Terlepas dari itu, matematika banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran di sekolah, matematika merupakan salah satu pelajaran yang merupakan pelajaran dasar dan sarana berpikir ilmiah yang sangat diperlukan oleh siswa untuk mengembangkan kemampuan logisnya. Pendidikan matematika di sekolah bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik yang dapat menggunakan matematika secara fungsional untuk memecahkan masalah, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun menghadapi ilmu pengetahuan lain. Masalah matematika yang dihadapi terstruktur, sistematis dan logis sehingga dapat diimplementasikan siswa. Cockroft dalam Abdurrahman, 2009 mengemukakan alasan pentingnya siswa belajar matematika : 1 selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari, 2 semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, 3 merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat dan jelas, 4 dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, 5 meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan, dan 6 memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang. Guru sangatlah berperan penting terhadap hasil belajar siswa, oleh sebab itu, guru harus mampu membuat siswa berhasil dalam belajar. Sagala 2009 menyatakan bahwa peserta didik dapat berhasil belajar diperlukan persyaratan tertentu antara lain seperti dikemukakan berikut ini : 1 kemampuan berfikir yang tinggi bagi para siswa, hal ini ditandai dengan berpikir kritis, logis, sistematis, dan objektif; 2 menimbulkan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran; 3 bakat dan minat yang khusus para siswa dapat dikembangkan sesuai potensinya; 4 menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan pelajaran disekolah yang menjadi lanjutannya; 5 menguasai salah satu bahasa asing, terutama Bahasa Inggris bagi siswa yang telah memenuhi syarat untuk itu; 6 stabilitas psikis tidak mengalami masalah penyesuain diri dan seksual; 7 kesehatan jasmani ; 8 lingkungan yang tenang; 9 kehidupan ekonomi yang memadai; 10 menguasai teknik belajar di sekolah dan di luar sekolah. Hasil belajar tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor, Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar matematika adalah siswa menganggap matematika pelajaran yang sangat sulit sebagaimana yang diungkapkan Abdurrahman 2009 : “Bahwa dari berbagai bidang studi yang diajarkan disekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik yang berkesulitan belajar dan lebih – lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar ”. Kesulitan belajar merupakan ketidakmampuan siswa dalam menguasai pengetahuan yang telah ditentukan. Siswa dikatakan mengalami kesulitan belajar jika selalu memperoleh hasil yang rendah dalam belajar. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan o leh Abdurrahman 2009 bahwa: ”Para guru umumnya memandang semua siswa yang memperoleh hasil belajar yang rendah disebut sebaga i siswa yang berkesulitan belajar”. Selanjutnya Kauffman dalam Abdurrahman 2009 mengatakan bahwa : “Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, tulisan dan gangguan itu berupa membaca, menulis, dan berhitung”. Berarti kesulitan belajar adalah gangguan yang bersifat