variabel yang bersifat dikotomus biner. Dalam regresi logit terdiri dari dua kategori. Contohnya dalam menganalisis guncangan dalam perbankan adalah
Y=1 menyatakan bahwa terdapat guncangan dalam perbankan dan Y=0 diartikan bahwa tidak terdapat guncangan dalam perbankan. Interpretasi atau
estimasi dalam model logit menunjukkan besarnya kemungkinan suatu kejadian, yang ditunjukkan dengan prosentase probabilitas, sehingga nilainya
0-100. Dibawah ini dijelaskan terkait dengan rumus dari model logit. Secara umum rumus model logit dapat dinyatakan sebagai berikut :
�� = �� ��
1 − ��
= �1 + �2 �� + �3�� +
Pi =Kemungkinan guncangan
1-Pi =Kemungkinan tidak terjadi guncangan
X
it
=Variabel independen �
1
= Intercept �
1…
�
5
=Koefisien variabel bebas Dalam model logit, statistik t tidak berlaku karena probabilitas
yang berada di kisaran 0 dan 1. Sebagai gantinya maka digunakan nilai z statistik. Selain itu dalam model logit, nilai koefisien determinasi R
2
menggunakan versi yang disarankan oleh McFadden, sehingga disebut dengan R
2
McFadden Winanrno, 2015.
1
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Penentuan Periode Guncangan Perbankan Syariah
Dalam mengembangkan Syariah banking robustness index SBRI
, penelitian ini menggunakan standar deviasi sebesar 1.5. Penggunaan standar
deviasi ini berdasarkan model yang dikembangkan oleh Bank Dunia, Bank Indonesia dan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kusuma 2009. Tidak
terdapat aturan baku dalam penentuan standar deviasi ini. Berikut adalah hasil sistem deteksi dini dengan pendekatan sinyal dalam perbankan Syariah:
Sumber : diolah peneliti
GAMBAR 4.1
Syariah Banking Robustness Index SBRI
-10.0528 -10.0328
-10.0127 -9.99267
-9.97260 -9.95253
-9.93247 -9.91240
-9.89234 Jan
-04 Au
g -04
Ma r-
05 Oct
-05 Ma
y -06
De c-
06 Ju
l- 07
Fe b
-08 Se
p -08
Ap r-
09 N
o v
-09 Ju
n -10
Jan -11
Au g
-11 Ma
r- 12
Oct -12
Ma y
-13 De
c- 13
Ju l-
14 Fe
b -15
Se p
-15 Ap
r- 16
N o
v -16
SBRI Threshold 1
Threshold 1.5 Threshold 2
Perbankan Syariah dikatakan terguncang ketika nilai dari SBRI pada periode tertentu lebih tinggi dari nilai rata-rata SBRI ditambah dengan standar
deviasi yang telah ditentukan sebelumnya yaitu 1.5. Gambar 4.1 diatas menunjukkan bahwa perbankan Syariah pada tahun 2004 memiliki ketahanan
yang buruk, namun saat terjadi krisis global pada tahun 2008, kondisi perbankan Syariah tetap stabil dan pergerakannya tidak menyentuh ambang batas threshold
yang telah di tetapkan oleh peneliti. Berdasarkan Gambar 4.1 diatas, maka periode guncangan perbankan Syariah dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
TABEL 4.1 PERIODE GUNCANGAN PADA KETAHANAN PERBANKAN
SYARIAH DI INDONESIA
Batas Ambang Tahun
Bulan Terjadinya Guncangan
Threshold 1
2004 Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli,
Agustus, September,Oktober, November, Desember 2005
Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni
Threshold 1.5
2004 Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli,
Agustus, September, Oktober, November, Desember 2005
Januari, Februari, Maret, April
Threshold 2
2004 Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni, Juli,
Agustus,September,Oktober, November, Desember 2005
Januari,Februari, Sumber : diolah peneliti
Berdasarkan Tabel 4.1, penyebab ketidakstabilan ketahanan perbankan Syariah selama tahun 2004 dan 2005 bersumber dari faktor-faktor internal
perbankan Syariah, dimana terjadi fluktuasi yang tinggi antara pembiayaan dan dana pihak ketiga.