J K N C F G L M N I

Keterangan : Kuadran 1 Subject Kuadran 3 Context setter k. Univ. Lancang Kuning h. Dishut Kampar l. Walubi Riau m. LAM Riau n. Organisasi Pemuda dan Masyarakat o. Yayasan Matankari Kuadran 2 Key Player a. BPCB Sumbar b. Disparekraf Riau c. Disdikbud Riau d. Bappeda Riau e. Balitbang Riau f. Disparpora Kampar g. Disdikbud Kampar h. Kec. XIII Koto Kampar i. Kel. Batu Besurat Posisi stakeholders dalam kuadran menggambarkan posisi dan tanggungjawab yang dimiliki oleh masing-masing stakeholders terkait pengelolaan di Candi Muara Takus yaitu: 1 Subject artinya stakeholder dengan kepentingan tinggi tetapi dengan pengaruh kekuatan yang rendah. Adapun stakeholder dari kuadran 1 yaitu: Univ. Lancang Kuning, Walubi Riau, Lembaga Adat Melayu Riau, Organisasi Pemuda dan Masyarakat dan Yayasan Matankari. 2 Key Player berarti stakeholder yang kepentingan dan kekuatan sama-sama tinggi, adapun stakeholder terdiri dari BPCB Sumbar, Disparekraf Provinsi Riau, Disdikbud Provinsi Riau, Bapeda Provinsi Riau, Dispora Kampar, Disdikbud Kampar, Balitbang Provinsi Riau, Kecamatan. XIII Koto Kampar dan Kelurahan Batu Besurat. 3 Context setter artinya bahwa stakeholder memiliki kepentingan rendah namun memiliki kekuatan yang besar yaitu stakeholdernya terdiri Dinas Kehutanan Kampar. 4 Crowd artinya stakeholder dengan kepentingan dan kekuatan yang rendah, tidak terdapat stakeholder di kuadran 4. Pembentukan kuadran dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap aspek-aspek yang membentuk kekuatan dan kepentingan. Penilaian yang dilakukan dengan mengskalakan aspek-aspek menggunakan Skala Likert yang disesuaikan, yaitu skala 1: Sangat tidak tinggi; skala 2: Tidak tinggi; skala 3: Agak tidak tinggi; skala 4: Cukup biasa saja; skala 5: Agak Tinggi; skala 6: Tinggi dan skala 7: Sangat tinggi Avenzora 2008. Berikut disajikan pemetaan stakeholder berdasarkan tugas dan fungsi masing-masing stakeholder dalam Pengembangan wisata Candi Muara Takus Tabel 39. Tabel 39 Penilaian pada aspek Kepentingan Interest dilapangan Ket: PCW: Perlindungan Cagar Budaya PTW : Pengembangan Tempat Wisata PTI : Pemanfaatan Tempat Ibadah Kode Lembaga PCW PTW PTI Rata-rata A BPCB Sumbar 7 7 7 7.0 B Disparekraf Provinsi Riau 7 7 7

7.0 C

Disdikbud Provinsi Riau 6 6 6

6.0 D

Bappeda Provinsi Riau 3 4 4 3.7 Tabel 39 lanjutan Ket: PCW: Perlindungan Cagar Budaya PTW : Pengembangan Tempat Wisata PTI : Pemanfaatan Tempat Ibadah Kepentingan yang dimiliki masing-masing stakeholders bervariasi tergantung pada tupoksi yang dimiliki. Stakeholders dengan nilai kepentingan yang tertinggi adalah BPCB Sumbar, Dinas Pariwisata Provinsi dan Dispora Kampar dengan nilai 7.0 Kategori tinggi, ketiga lembaga ini memiliki kepentingan yang sama terhadap perlindungan cagar budaya, pengembangan tempat wisata dan pemanfaatan tempat ibadah. Stakeholders dengan nilai kepentingan terendah adalah Dinas Kehutanan Kampar dengan nilai 1.7 kategori rendah. Kuadran yang akan dibentuk untuk analisis stakeholders memerlukan penilaian pada aspek kekuatan power pada masing-masing stakeholders. Penilaian dilakukan menggunakan skala 1-7 Tabel 40. Tabel 40. Penilaian pada aspek Kekuatan Power dilapangan Ket: LF : Legal Formal KSS : Kepemilikan Sumberdaya Strategis KPT : Kekuatan Posisi Tawar Kode Lembaga PCW PTW PTI Rata-rata E Balitbang Provinsi Riau 3 4 4

3.7 F

Disparpora Kab. Kampar 7 7 7

7.0 G

Disdikbud Kab. Kampar 5 5 5

5.0 H

Dinas Kehutanan Kab. Kampar 3 1 1

1.7 I

Kec. XIII Koto Kampar 2 4 4

3.3 J

Kel. Batu Besurat 2 4 4

3.3 K

Universitas Lancang Kuning 5 4 4

4.3 L

Walubi Riau 4 4 7

5.0 M

Lembaga Adat Melayu Riau 6 4 4

4.7 N

Organisasi Pemuda dan Masyarakat 5 4 4

4.3 O

Yayasan Matankari 6 4 4 4.7 Kode Lembaga LF KSS KPT Rata-rata A BPCB Sumbar 7 7 7 7.0 B Disparekraf Provinsi Riau 6 6 7

6.3 C

Disdikbud Provinsi Riau 6 7 7

6.7 D

Bappeda Provinsi Riau 6 6 6

6.0 E

Balitbang Provinsi Riau 5 5 5

5.0 F

Disparpora Kab. Kampar 6 6 7

6.3 G

Disdikbud Kab. Kampar 6 6 7

6.3 H

Dinas Kehutanan Kab. Kampar 6 6 6

6.0 I

Kec. XIII Koto Kampar 6 4 5

5.0 J

Kel. Batu Besurat 6 4 5

5.0 K

Universitas Lancang Kuning 4 3 3

3.3 L

Walubi Riau 5 3 2

3.3 M

Lembaga Adat Melayu Riau 4 4 3

3.7 N

Organisasi Pemuda dan Masyarakat 5 3 3

3.7 O

Yayasan Matankari 4 4 3 3.7 Kekuatan power yang dimiliki stakeholders dalam kaitan dengan kewenangan berkaitan erat dengan tupoksi dan posisi yang dimiliki. Lembaga dengan kekuatan yang paling besar berdasarkan hasil analisis adalah BPCB dengan nilai 7 kategori sangat tinggi sedangkan lembaga dengan nilai terendah adalah Walubi Riau dengan 3.3 kategori agak rendah. Hasil penilaian stakeholders pada masing-masing aspek dapat digunakan untuk membentuk analisis stakeholders. Analisis stakeholders diformulasikan dengan menyatukan aspek power sumbu x dan interest sumbu y kedalam kuadran power vs interest sesuai dengan kekuatan dan kepentingan masing-masing stakeholders dalam menentukan kebijakan Gambar 40. Gambar 31. Kategori Stakeholder berdasarkan di lapangan. Keterangan : Kuadran 1 Subject Kuadran 3 Context setter k. Univ. Lancang Kuning d. Bappeda Riau l. Walubi Riau e. Balitbang Riau m. LAM Riau h. Dishut Kampar n. Organisasi Pemuda dan Masyarakat i. Kec. XIII Koto Kampar o. Yayasan Matankari j. Kel. Batu Besurat Kuadran 2 Key Player a. BPCB Sumbar b. Disparekraf Riau c. Disdikbud Riau f. Disparpora Kampar g. Disdikbud Kampar Posisi stakeholders dalam kuadran menggambarkan posisi dan tanggungjawab yang dimiliki oleh masing-masing stakeholders terkait pengelolaan di Candi Muara Takus yaitu: 1 Subject artinya stakeholder dengan kepentingan tinggi tetapi dengan pengaruh kekuatan yang rendah. Adapun stakeholder dari kuadran 1 yaitu: Univ. Lancang Kuning, Walubi Riau, Lembaga Adat Melayu Riau, a b c d e f g h i j k l m n o 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0 In t e res t Power Kuadran 2 Key Player Kuadran 3 Context Setter Kuadran 1 Subject Kuadran 4 Crowd Organisasi Pemuda dan Masyarakat dan Yayasan Matankari. 2 Key Player berarti stakeholder yang kepentingan dan kekuatan sama-sama tinggi, adapun stakeholder terdiri dari BPCB Sumbar, Disparekraf Provinsi Riau, Disdikbud Provinsi Riau, Dispora Kampar dan Disdikbud Kampar. 3 Context setter artinya bahwa stakeholder memiliki kepentingan rendah namun memiliki kekuatan yang besar yaitu stakeholdernya terdiri Bapeda Provinsi Riau, Balitbang Provinsi Riau, Kecamatan. XIII Koto Kampar, Kelurahan Batu Besurat dan Dinas Kehutanan Kampar. 4 Crowd artinya stakeholder dengan kepentingan dan kekuatan yang rendah, tidak terdapat stakeholder di kuadran 4. Analisis Gap Stakeholders yang terlibat dalam pengelolaan CMT berdasarkan hasil penelusuran dokumen peraturan-peraturan perundangan-undangan berjumlah 15 stakeholders. Lembaga pemerintahan berjumlah 10 lembaga non pemerintah berjumlah 5. Keterlibatan masing-masing stakeholders dalam pengelolaan sangat disesuaikan dengan tupoksi utama lembaga-lembaga tersebut, baik yang terlibat dalam Perlindungan Cagar Budaya, Pengembangan Tempat Wisata maupun Pemanfaatan Tempat Ibadah. Hasil analisis kategori stakeholder berdasarkan tupoksi Key Player berjumlah sembilan lembaga terdiri dari BPCB Sumbar, Disparekraf Provinsi Riau, Disdikbud Provinsi Riau, Bapeda Provinsi Riau, Dispora Kampar, Disdikbud Kampar, Balitbang Provinsi Riau, Kecamatan. XIII Koto Kampar dan Kelurahan Batu Besurat, sedangkan hasil analisis Kategori stakeholder berdasarkan di lapangan Key Player berjumlah Lima lembaga terdiri dari BPCB Sumbar, Disparekraf Provinsi Riau, Disdikbud Provinsi Riau, Dispora Kampar, Disdikbud Kampar. Kesenjangan pengelolaan terjadi ketika adanya ketidakseimbangan antara apa yang ingin dicapai tujuan pengelolaan dengan apa yang dimiliki sumberdaya oleh para pihak. Selisih kategori stakeholder berdasarkan tupoksi aturan berbeda dengan kategori stakeholder yang terjadi dilapangan, Oleh karena itu dilakukan kolaborasi dengan pihak terkait untuk mencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan tupoksi lembaga masing-masing agar tidak terjadi tumpang tindih kepentingan dan tidak melewati batas kewenangan masing-masing lembaga dari pihak terkait. Opsi Manajemen Kawasan CMT memiliki potensi baik berupa material heritage dan immaterial heritage, sehingga di perlukan sebuah lembaga untuk mengelola dan bertanggung jawab dalam manajemen kawasan ekowisata CMT. Lembaga ini sebagai mitra pemerintah untuk membantu menjalankan tugas-tugas dalam program pembangunan dan pengembangan CMT. Mengacu pada pemaparan Hasibuan 2008, lembaga tersebut sebagai suatu organisasi yang dibentuk oleh atau ada hubungannya dengan pemerintah dan atau terdaftar pada Lembaran Negara serta memiliki aturan-aturan formal seperti Anggaran Dasar AD dan Anggaran Rumah Tangga ART.