satu komponen penyusun keanekaragaman makhluk hidup adalah serangga artropoda. Pengetahuan mengenai klasifikasi serangga diperlukan agar jenis-
jenis serangga yang demikian banyaknya dapat dibedakan. Dari sekian banyak serangga yang terdapat pada tanaman kubis, perlu diketahui jenis dan statusnya,
karena mereka memiliki perilaku hidup yang berbeda, ada yang berperan sebagai hama dan ada yang berperan sebagai musuh alami.
A. Jenisspesies Artropoda Beserta Statusnya
Dari hasil pengamatan di lahan kubis tumpangsari dengan caisin pada ketinggian 1000, 1200, 1473, dan 1600 mdpl serta pola tumpangsari tagetes, dan
monokultur, ditemukan beberapa jenis artropoda yang berperan sebagai hama, predator, maupun artropoda yang belum diketahui statusnya Tabel 1-6.
Tabel 1. Jenis Artropoda yang ditemukan beserta statusnya pada ketinggian tempat 1600 mdpl dengan sistem tumpangsari dengan caisin
No. Jenis Artropoda Familia
Ordo Status
1. Crocidolomia binotalis Zell.
Pyralidae Lepidoptera
Hama 2.
Iridomyrmex Formicidae
Hymenoptera Predator
3. Liriomyza huidobrensis
Agromyzidae Diptera
Hama 4.
Lycosa leucostigma Lycosidae
Araneae Predator
5. Myzus persicae Sulz.
Aphididae Homoptera
Hama 6.
Phyllotreta cruciferae Chrysomelidae
Coleoptera Hama
7. Planococcus citri
Coccidae Homoptera
Hama 8.
Plutella xylostella Yponomeutidae Lepidoptera
Hama 9.
Spodoptera litura Noctuidae
Lepidoptera Hama
10. Sturmia sp.
Tachinidae Diptera
Parasitoid 11.
Diptera jenis 1 Simuliidae
Diptera -
Keterangan : Identifikasi berdasarkan kunci determinasi serangga, internet, buku budidaya kubis
Tabel 2. Jenis Artropoda yang ditemukan beserta statusnya pada ketinggian tempat 1600 mdpl dengan sistem tumpangsari dengan tagetes
No. Jenis Artropoda Familia
Ordo Status
1. Crocidolomia binotalis Zell.
Pyralidae Lepidoptera
Hama 2.
Iridomyrmex Formicidae
Hymenoptera Predator 3.
Liriomyza huidobrensis Agromyzidae
Diptera Hama
4. Lycosa leucostigma
Lycosidae Araneae
Predator 5.
Metioche vittaticollis Gryllidae
Orthoptera Predator
6. Myzus persicae Sulz.
Aphididae Homoptera
Hama 7.
Oxyopes javanus Oxyopidae
Araneae Predator
8. Phyllotreta cruciferae
Chrysomelidae Coleoptera
Hama 9.
Planococcus citri Coccidae
Homoptera Hama
10. Plutella xylostella Yponomeutidae Lepidoptera
Hama 11. Spodoptera litura
Noctuidae Lepidoptera
Hama 12. Tetragnatha maxillosa
Tetragnathidae Araneae
Predator Keterangan : Identifikasi berdasarkan kunci determinasi serangga, internet, buku
budidaya kubis
Tabel 3. Jenis Artropoda yang ditemukan beserta statusnya pada ketinggian tempat 1600 mdpl dengan sistem monokultur
No. Jenis Artropoda Familia
Ordo Status
1. Crocidolomia binotalis Zell.
Pyralidae Lepidoptera
Hama 2.
Liriomyza huidobrensis Agromyzidae
Diptera Hama
3. Lycosa leucostigma
Lycosidae Araneae
Predator 4.
Leptogaster sp. Asilidae
Diptera Predator
5. Metioche vittaticollis
Gryllidae Orthoptera
Predator 6.
Myzus persicae Sulz. Aphididae
Homoptera Hama
7. Oecophylla smaragdina F.
Formicidae Hymenoptera
Predator 8.
Oxyopes javanus Oxyopidae
Araneae Predator
9. Phyllotreta cruciferae
Chrysomelidae Coleoptera
Hama 10.
Planococcus citri Coccidae
Homoptera Hama
11. Plutella xylostella
Yponomeutidae Lepidoptera Hama
12. Spodoptera litura
Noctuidae Lepidoptera
Hama 13.
Diptera jenis 1 Simuliidae
Diptera -
14. Neuroptera jenis 1
Chrysopidae Neuroptera
Predator Keterangan : Identifikasi berdasarkan kunci determinasi serangga, internet, buku
budidaya kubis Tabel 4. Jenis Artropoda yang ditemukan beserta statusnya pada ketinggian
tempat 1200 mdpl dengan sistem tumpangsari dengan caisin No. Jenis Artropoda
Familia Ordo
Status 1.
Coccinela sp. Coccinelidae
Coleoptera Predator
2. Cocopet
Forticulidae Dermaptera
Predator 3.
Crocidolomia binotalis Zell. Pyralidae
Lepidoptera Hama
4. Culex sp.
Cullicidae Diptera
- 5.
Liriomyza huidobrensis Agromyzidae
Diptera Hama
6. Lycosa leucostigma
Lycosidae Araneae
Predator 7.
Metioche vittaticollis Gryllidae
Orthoptera Predator
8. Oecophylla smaragdina F.
Formicidae Hymenoptera
Predator
9. Oxyopes javanus
Oxyopidae Araneae
Predator 10.
Paedorus fuscipes Staphylinidae
Coleoptera Predator
11. Phyllotreta cruciferae
Chrysomelidae Coleoptera
Hama 12.
Planococcus citri Coccidae
Homoptera Hama
13. Plutella xylostella
Yponomeutidae Lepidoptera Hama
14. Spodoptera litura
Noctuidae Lepidoptera
Hama 15.
Tetragnatha maxillosa Tetragnathidae
Araneae Predator
16. Myzus persicae Sulz.
Aphididae Homoptera
Hama 17.
Iridomyrmex Formicidae
Hymenoptera Predator
18. Sturmia sp.
Tachinidae Diptera
Parasitoid 19.
Hemiptera jenis 1 Reduvidae
Hemiptera Predator
20. Neuroptera jenis 1
Chrysopidae Neuroptera
Predator Keterangan : Identifikasi berdasarkan kunci determinasi serangga, internet, buku
budidaya kubis Tabel 5 Jenis Artropoda yang ditemukan beserta statusnya pada ketinggian tempat
1000 mdpl dengan sistem tumpangsari dengan caisin No. Jenis Artropoda
Familia Ordo
Status 1.
Coccinela sp. Coccinelidae
Coleoptera Predator
2. Crocidolomia binotalis Zell.
Pyralidae Lepidoptera
Hama 3.
Liriomyza huidobrensis Agromyzidae
Diptera Hama
4. Lycosa leucostigma
Lycosidae Araneae
Predator 5.
Metioche vittaticollis Gryllidae
Orthoptera Predator
6. Oecophylla smaragdina F.
Formicidae Hymenoptera
Predator 7.
Oxyopes javanus Oxyopidae
Araneae Predator
8. Paedorus fuscipes
Staphylinidae Coleoptera
Predator 9.
Phyllotreta cruciferae Chrysomelidae
Coleoptera Hama
10. Planococcus citri
Coccidae Homoptera
Hama 11.
Plutella xylostella Yponomeutidae Lepidoptera
Hama 12.
Spodoptera litura Noctuidae
Lepidoptera Hama
Keterangan : Identifikasi berdasarkan kunci determinasi serangga, internet, buku budidaya kubis
Tabel 6. Jenis Artropoda yang ditemukan beserta statusnya pada ketinggian tempat 1473 mdpl dengan sistem tumpangsari dengan caisin
No. Jenis Artropoda Familia
Ordo Status
1. Coccinela sp.
Coccinelidae Coleoptera
Predator 2.
Crocidolomia binotalis Zell. Pyralidae
Lepidoptera Hama
3. Iridomyrmex
Formicidae Hymenoptera
Predator 4.
Liriomyza huidobrensis Agromyzidae
Diptera Hama
5. Lycosa leucostigma
Lycosidae Araneae
Predator 6.
Metioche vittaticollis Gryllidae
Orthoptera Predator
7. Myllabris pustulata
Meloidae Coleoptera
Hama 8.
Myzus persicae Sulz. Aphididae
Homoptera Hama
9. Oecophylla smaragdina F.
Formicidae Hymenoptera
Predator
10. Oxyopes javanus
Oxyopidae Araneae
Predator 11.
Paedorus fuscipes Staphylinidae
Coleoptera Predator
12. Phyllotreta cruciferae
Chrysomelidae Coleoptera
Hama 13.
Planococcus citri Coccidae
Homoptera Hama
14. Plutella xylostella
Yponomeutidae Lepidoptera Hama
15. Spodoptera litura
Noctuidae Lepidoptera
Hama 16.
Tetragnatha maxillosa Tetragnathidae
Araneae Predator
Keterangan : Identifikasi berdasarkan kunci determinasi serangga, internet, buku budidaya kubis
Identifikasi serangga beserta statusnya dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah dengan menggunakan buku kunci determinasi Boror 1993,
dan Subyanto et al., 1991, mencocokan dengan gambar dari buku kubis Permadi dan Sastrosiswojo 1993, Sudarmo 1993, dan dari internet CABI 2000, Beppe
2005, Cordero 2006, HDC 2009. Berdasarkan hasil identifikasi dapat diketahui bahwa pada ketinggian 1200 mdpl dengan sistem tanam tumpangsari
dengan caisin terdapat berbagai jenis artropoda dengan jumlah jenis spesies yang paling tinggi yaitu sebanyak 20 spesies Tabel 4. Sedangkan jumlah jenis
spesiesnya terendah adalah di ketinggian 1600 mdpl dengan sistem tanam tumpang sari dengan caisin yaitu sebesar 11 spesies Tabel 1. Artropoda yang
teridentifikasi terdiri dari hama, predator, parasitoid, dan artropoda lain yang belum diketahui peran atau statusnya Tabel 1-6.
Jenis hama maupun musuh alami di seluruh daerah pengamatan rata-rata jenisnya sama. Hama yang teridentifikasi terdiri dari beberapa spesies antara lain
Crocidolomia binotalis, Liriomyza huidobrensis, Planococcus citri, Plutella xylostella, Spodoptera litura, Myzus persicae, Phyllotreta cruciferae, Myllabris
pustulata Tabel 1-6. Pada masing-masing daerah dan sistem tanam selain terdapat hama juga terdapat musuh alami, hal ini menandakan bahwa terdapat
keseimbangan biologis karena musuh alami berperan untuk menurunkan populasi hama.
Musuh alami predator dan parasitoid yang ditemukan antara lain adalah Paedorus fuscipes, Coccinela sp., Cocopet, Culex sp., Lycosa leucostigma,
Metioche vittaticollis, Oecophylla smaragdina F., Oxyopes javanus, Tetragnatha maxillosa, Iridomyrmex, dan Leptogaster sp.. Penggunaan predator sebagai agen
hayati pengendalian hama tanaman memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan cara pengendalian lainnya karena aman, permanen dan ekonomis.
Keamanan dari pemanfaatan predator merupakan faktor penting, sebab banyak musuh alami bersifat spesifik khusus terhadap mangsa tertentu. Oleh sebab itu
tidak mungkin spesies bukan sasaran akan dipengaruhi oleh predator, seperti pada penggunaan pestisida yang berspektrum luas. Penggunaan predator juga relatif
permanen, karena hampir tidak mungkin predator melakukan eradikasi suatu spesies terutama mangsa. Ketika mereka merasa kenyang, perburuan dan
penangkapan mangsa akan berhenti. Musuh alami yang efisien memberikan pengaruh pada fluktuasi populasi mangsa tanpa adanya campur tangan manusia.
Sekali predator mapan di suatu tempat maka untuk jangka lama mereka secara alami mengendalikan populasi mangsanya Herminanto, 2007.
Selain hama dan musuh alami terdapat artropoda yang belum diketahui statusnya yaitu berasal dari ordo Diptera dengan famili Simuliidae dan Cullicidae.
Ordo Diptera memiliki ciri-ciri antara lain mempunyai sepasang sayap, memiliki membran dengan sistem syaraf, kaki depannya dikembangkan sedangkan kaki
belakangnya dikurangi. Artropoda yang merupakan famili dari ordo Diptera antara lain Agromyzidae: Liriomyza huidobrensis, Cullicidae: Culex sp.,
Tachinidae, dan Simuliidae. Ciri dari famili Agromyzidae adalah mempunyai sel anal, costa putus dua kali dekat akhir dari humeral vena melintang, dan tidak
mempunyai duri pada pre apikal tibia. Cullicidae memiliki sayap ramping, dengan vena-vena yang berbulu, sayap bagian tepinya juga berbulu-bulu. Tachinidae
berbentuk seperti lalat rumah tetapi ukurannya lebih besar, post scutellum berbentuk sempurna, abdomen biasanya dengan rambut-rambut besar yang kuat.
Simuliidae memiliki sayap lebar pada pangkalnya dengan vena-vena tebal di anterior, antenna pendek hampir sama dengan panjang kepala, jantan dengan
antenna yang berbulu plumose, metanotum dengan celah logitudinal, menyerupai nyamuk Subyanto et al., 1991. Kalshoven 1981, menjelaskan
bahwa tachinid tampak kurang efektif dalam mengatur populasi serangga hama dibanding parasitoid Hymenoptera. Jumlah tachinid hanya mulai
meningkat cepat apabila populasi inang sangat tinggi.
Ordo Lepidoptera memiliki ciri-ciri kedua pasang membran sayap tertutup secara luas dengan skala yang overlapping, bagian mulut dalam gulungan
proboscis bagian mulut yang diperpanjang, antenna dengan segmen yang banyak. Famili yang ditemukan antara lain Pyralidae: Crocidolomia binotalis,
Yponomeutidae: Plutella xylostella, dan Noctuidae: Spodoptera litura. Famili Pyralidae memiliki ciri-ciri proboscis struktur mulut yang memanjang absen
atau vestigial, sayap sangat kecil, ngengat yang hidup di air. Yponomeutidae memiliki ciri-ciri kecil, berpola sangat cerah, sayap hitam dan putih, biru dan
kuning atau berbintik-bintik coklat. Noctuidae berukuran sedang, badan gemuk, sayap depan agak sempit, berwarna suram atau kusam, terbang malam hari dan
tertarik cahaya Subyanto et al., 1991. Ciri-ciri dari ordo Hemiptera antara lain memiliki sayap yang tebal pada
dasar dan bermembran pada ujung hemilytra yang overlapping pada ujung yang lainnya, paruhnya muncul dari depan atau dari belakang kepala. Famili yang
ditemukan adalah Reduvidae, yang memiliki ciri antenna dengan ruas terakhir tidak membengkak, femur kaki depan tidak begitu membesar, kepala biasanya
mempunyai kerutan dekat mata Subyanto et al., 1991. Reduviidae bersatatus sebagai predator, mangsa predator ini umumnya adalah larva Lepidoptera
misalnya: ulat grayak. Ciri khas dari artropoda ordo Dermaptera yang ditemukan antara lain mudah
dikenali dengan adanya cerci yang berbentuk seperti forcepcatut, sayap depan berkurang menjadi tegmina kecil, sayap belakang lebar, bermembran, dan
semicircular. Artropoda yang termasuk ordo Dermaptera adalah Cocopet yang termasuk famili Forticulicidae Boror, 1993. Pada malam hari Cocopet menuju
ke tanaman untuk mendapatkan telur, larva dan nimfa dari serangga kecil yang bertubuh lunak.
Ordo Neuroptera sayap jala, ciri-cirinya antara lain memiliki pembuluh darah sayap dengan cabang yang marginal, sayap yang melebar dengan tumpul
hingga sedikit melingkar pada puncak. Famili yang ditemukan adalah Crysopidae yang memiliki sayap depan dengan vena melintang, pada daerah costa tidak
membentuk garpu, sayap pada serangga hidup biasanya berwarna hijau, antenna
panjang dan berbentuk benang, bukan berbentuk bonggol atau gada Subyanto et al., 1991. Larvanya memakan kutu daun dan tungau, sedangkan sayap jala
dewasa memakan nektar dan embun madu yang dikeluarkan oleh kutu daun, telur sayap jala bertangkai Van Mele dan Cuc, 2001.
Ordo Coleoptera biasanya memiliki sayap depan yang keras seperti tanduk tanpa vena, kedua sayap depan biasanya bertemu satu sama lain membentuk
sebuah garis lurus ke bawah pada tengah-tengah punggung. Artropoda ordo Coleoptera yang ditemukan antara lain berasal dari famili Staphylinidae:
Paedorus fuscipes, Cocinelidae: Coccinela sp., Chrysomelidae: P. cruciferae, dan Meloidae: M. pustulata. Kumbang Coccinellidae berperan sebagai musuh alami,
larva dan kumbang dewasa memakan kutu daun dan telur Lepidoptera serta serangga lain yang bertubuh lunak. Famili cocinelidae memiliki ciri tubuh lebar,
oval mendekati bulat. Kepala sebagian atau seluruhnya tersembunyi dibawah protonum, antenna pendek, 3-6 ruas;tarsi 4-4-4, dewasa umumnya berwarna
cerah: kuning, oranye, atau merah dengan spot-spot hitam, atau hitam kuning sampai merah. Crhysomelidae memiliki ciri tubuh relatif kecil, pendek, agak
pendek gemuk, dan bulat telur, banyak yang berwarna cerah dan mengkilap, antenna pendek, kurang dari setengah panjang tubuh, tarsi nampaknya 4-4-4 tetapi
sesungguhnya 5-5-5 ruas keempat kecil. Ciri dari famili Meloidae adalah coxa kaki belakang besar, menyolok, elytra lunak, fleksibel, tubuh panjang ramping
beberapa lonjong, kepala lebih besar dari prothoraks, antenna seperti tali. Sedangkan famili Staphylinidae berciri bentuk tubuhnya ramping dan memanjang,
elytra pendek, tidak menutup seluruh abdomen, hanya ruas 1-3 yang tertutup. Mandibula panjang, ramping, tajam, keduanya sering menyilang di depan kepala.
Biasanya berwarna oranye, coklat, dan hitam Subyanto et al., 1991. Ordo Orthoptera biasanya memiliki kaki belakang dengan femur yang
membesar yang digunakan untuk meloncat dengan ukuran lebih dari 5 mm, protonum dengan cabang cuping samping turun sebesar punggung di atas
abdomen, coxae segmen pertama dari kaki serangga yang kecil dan terpisah dengan baik, memiliki antenna yang pendek hingga panjang. Famili yang
ditemukan adalah Gryllidae yang memiliki tarsi tiga ruas dan ovipositornya
panjang seperti jarum Subyanto et al., 1991. Spesies yang ditemukan adalah M. vittaticollis, jangkrik dewasa dan nimfa ditemukan sebagai predator larva pelipat
daun, ulat grayak, dan larva kumbang. Ordo Hymenoptera memiliki ciri-ciri antara lain memiliki sayap depan yang
berbeda ukuran dengan sayap belakang, tajam dan berpembuluh, antenna biasanya membengkok, berbentuk seperti pemukul atau filial, tarsi 3-5 yang bersegmen
Subyanto et al., 1991. Formicidae adalah famili yang ditemukan dari ordo Hymenoptera, terdiri dari Iridomyrmex dan O. smaragdina F.. Ciri dari famili
Formicidae adalah ruas pertama abdomen berbentuk seperti bonggol yang tegak, antenna 13 ruas atau kurang dan sangat menyiku, ruas pertama panjang, susunan
vena normal atau agak mereduksi, dan tidak berambut banyak. Sebagian besar jenis semut Formicidae adalah predator utama bagi serangga lain CABI, 2000.
Semut memakan telur, larva, pupa maupun serangga dewasa. Semut rangrang O. smaragdina F., memiliki sifat morfologik sebagai pemangsa, keberadaan
rangrang sebagai pemangsa juga tampak apabila rangrang bertemu dengan ulat pemakan daun Van Mele dan Cuc, 2001.
Ordo Homoptera memiliki ciri-ciri antara lain paruh muncul dari bagian belakang kepala, sering terletak pada kaki depan, sayap depan dengan tekstur
yang seragam, ujung sayap tidak atau sedikit saja saling tumpang tindih. Famili yang ditemukan antara lain Coccidae: Planococcus citri, dan Aphididae: Myzus
persicae Sulz. Famili Coccidae memiliki ciri ujung abdomen mempunyai celah, anus tertutup oleh dua buah lempengan di sisi dorsal, kaki pendek atau tidak ada,
badan tertutup oleh tepung seperti terdapat lilin atau sisik-sisik. Sedangkan aphididae memiliki ciri sayap depan dengan empat atau lima vena disamping
stigma, kaki panjang dan ramping, tanduk yang sangat kecil mungkin terdapat di abdomen, badan tertutup oleh tepung seperti terdapat lilin Subyanto et al., 1991.
Ciri-ciri ordo Araneae adalah memiliki tubuh yang terbagi menjadi dua bagian yaitu cephalothoraks gabungan kepala dan dada dan abdomen perut,
memiliki delapan atau enam buah mata yang tersusun dalam dua atau tiga deretan, jumlah kaki empat pasang Subyanto et al., 1991. Famili yang ditemukan antara
lain Oxyopidae: O. javanus, Lycosidae: L. leucostigma, dan Tetragnatidae: T.
maxillosa. L. leucostigma yang mempunyai ukuran 5 - 18 mm dengan ciri-ciri pada bagian punggungnya terdapat 3 buah garis dan pada tubuh bagian
cephalothorax depannya terdapat tanda bentuk Y serta disekitar matanya berwarna gelap hitam, betina dan jantan dapat dibedakan dengan melihat palpus
yang menyerupai sarung tinju di kedua samping kepala yang hanya dijumpai pada jenis betina. Laba-Iaba O. javanus mempunyai ciri-ciri ukurannya 7 - 10 mm,
pada tungkai terdapat duri-duri yang panjang dengan mata berbentuk segi enam. Ciri-ciri predator T. maxillosa adalah panjang tubuh 10 - 25 mm, memiliki rahang,
tungkai-tungkainya panjang dan dalam keadaan diamberistirahat sering terjulur dalam satu garis Oyie, 2009.
Menurut Laba 2001 keseimbangan biologis kadang-kadang tercapai, tetapi bisa juga sebaliknya. Hal ini disebabkan karena faktor lain yang mempengaruhi,
yaitu perlakuan agronomis dan penggunaan insektisida. Peningkatan keragaman tanaman dapat menekan perkembangan populasi serangga hama pada tanaman
utama. Penekanan populasi tersebut terutama dihubungkan dengan adanya peningkatan peran musuh alami serangga hama. Mekanisme yang terjadi pada
fenomena tersebut pada umumnya diduga karena tersedianya tanaman-tanaman lain yang berfungsi sebagai sumber-sumber pakan non-inang non host food atau
sebagai tanaman inang alternatif bagi inangmangsa musuh alami, atau sebagai shelter bagi musuh-musuh alami Nurindah et al., 2005.
B. Besar Populasi Artropoda yang Melimpah