Peran KPKNL Sebelum Berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 33

38

g. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

B. Peranan Kantor Pelayanan Keuangan Negara dan Lelang KPKNL Dalam

Penanganan Piutang Negara Macet Sebelum dan Sesudah Berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2006

1. Peran KPKNL Sebelum Berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 33

Tahun 2006 Berdasarkan Pasal 22 Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 445 KMK.012001 tugas pokok KP2LN adalah melaksanakan pelayanan pengurusan piutang negara dan lelang berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Dalam Pasal 23 disebutkan bahwa KP2LN menyelenggarakan fungsi : Pelaksanaan penetapan dan penagihan piutang serta pemeriksaan kemampuan penanggung hutang atau penjamin hutang dan eksekusi barang jaminan. PUPN dalam melaksanakan pengurusan piutang negara macet dapat menerbitkan Surat Paksa SP, Pelaksanaan Surat Paksa PSP, Surat Perintah Penyitaan SPP, pelaksanaan penyitaan dan Surat Perintah Penyitaan SPP, pelaksanaan penyitaan dan Surat Perintah Penjualan Barang Sitaan SPPBS dalam hal eksekusi lelang. 50 50 Ibid , hlm. 69 Pasal-pasal eksekusi dalam Undang-Undang Nomor 49 Prp Tahun 1960 ini merupakan sumber hukum yang mengatur 39 kewenangan “Parate Eksekusi” parate executie yang dilimpahkan undang- undang kepada institusi Panitia Urusan Piutang Negara. 51 Parate eksekusi adalah suatu keputusan yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap atau daya laku eksekutorial tanpa keterlibatan dan penetapanfiat pengadilan hakim dalam memutus suatu perkara perdata, dalam arti PUPN dapat melakukan eksekusi secara langsung. Bahkan pengadilan pun tidak dapat membatalkannya. 52 Sudikno Mertokusumo mengemukakan bahwa “untuk kepentingan agar terjamin haknya sekiranya gugatan dikabulkan nantinya, maka undang- undang menyediakan upaya untuk menjamin hak tersebut dengan “penyitaan arrest beslag”. 53 Setelah dirundingkan oleh panitia dengan nasabah debiturpenanggung hutang, dan diperoleh kata sepakat tentang jumlah hutangnya yang masih harus dibayar, termasuk perhitungan bunga dan uang, denda yang tidak bersifat pidana, serta biaya-biaya yang bersangkutan dengan piutang ini, maka Jadi upaya yang dapat ditempuh salah satunya adalah melakukan tindakan penyitaan atas barang jaminan hutang milik nasabah debitur, bila ketentuan dalam Surat Paksa SP dan Pernyataan Bersama PB tidak dapat dipenuhi oleh nasabah debiturpenjamin hutang. 51 M. Yahya Harahap, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Jakarta : Gramedia, 1988, hlm. 4. 52 Soetarawao Soemowijoyo, Eksekusi oleh PUPN, Proyek Pendidikan dan Latihan BPLK Departemen Keuangan RI., Jakarta, 1996, hlm. 13. 53 Ibid , hlm. 161. 40 oleh Ketua Panitia dan nasabah debiturpenanggung hutang dapat dibuat suatu Pernyataan Bersama PB yang memuat jumlah tersebut dan memuat kewajiban nasabah debiturpenanggung hutang untuk membayar dan melunasinya. a. Pernyataan Bersama PB ini mempunyai kekuatan pelaksanaan seperti suatu putusan hakim dalam perkara perdata yang berkekuatan pasti, untuk mana Pernyataan Bersama PB itu berkepala “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” b. Pelaksanaan dilakukan oleh Ketua Panitia dalam pengurusan piutang negara lebih lanjut dengan mengeluarkan surat paksa, yang dapat dijalankan secara penyitaan, pelelangan atas barang-barang harta kekayaan nasabah debiturpenanggung hutang dan secara penyanderaan terhadap nasabah debiturpenanggung hutang Berdasarkan Pasal 197 HIR kewenangan yang dimiliki PUPN adalah berdiri sendiri dalam melaksanakan executorial verkoop, seperti halnya kewenangan yang dimiliki Pengadilan Negeri. Kewenangan executorial verkoop yang dimiliki PUPN bersifat parate eksekusi. PUPN dalam melaksanakan tugas dan fungsi yustisial telah diberi kewenangan oleh undang-undang yang bersifat lex specialis dalam pengurusan piutang negara dapat mengeluarkan putusan yang bersifat final 41 parate eksekusi dan tidak perlu banding, kasasi dan peninjauan kembali pada hakim atasan, sehingga lembaga lain tidak berwenang menguji dan menilai putusan PUPN tersebut. Tindakan pemerintah Diskresi senantiasa dapat dijumpai pelaksanaannya dalam sistem pemerintahan modern. Perbedaan pelaksanaannya antara negara modern disebabkan perbedaan landasan ideal maupun landasan konstitusional dari negara-negara itu sendiri. 54

2. Prosedur dan Pelaksanaan Penanganan Kredit Macet yang Berasal Dari