Hesty Rodhes Sinulingga : Pengaruh Kadar Perekat Urea Formaldehyde Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Pendek Eceng Gondok, 2009.
USU Repository © 2009
Menurut siagian 1983, daya serap air papan serat berkisar antara 14-67 dan nilai rataan daya serap air terbesar terdapat pada kombinasi suhu 150
o
C dengan tekanan kempa 0 kgcm
2
yaitu 65,6, sedangkan daya serap air terkecil terdapat pada kombinasisuhu 190
o
C dengan tekanan kempa 60 kgcm
2
yaitu 14,8. Keteguhan rekat internal adalah suatu ukuran ikatan antar partikel dalam lembaran
papan partikel Ariesanto, 2002. Menurut Haygreen dan Bowyer 1989, internal bond IB adalah suatu uji pengendalian kualitas yang penting karena menunjukkan kebaikan
pencampurannya, pembentukannya dan pengepresannya dan merupakan ukuran terbaik tentang kualitas pembuatan suatu papan karena menunjukkan ikatan antar partikel.
Modulus patah dan modulus elastisitas menunjukkan tingkat keteguhan papan partikel dalam menerima beban tegak lurus terhadap permukaan papan partikel Ariesanto, 2002.
Menurut hasil penelitian Siagian 1983, nilai rataan modulus patah papan serat berkisar antara 37,21-570,15 kgcm
2
. Nilai modulus patah MOR dipengaruhi oleh suhu kempa, tekanan kempa dan kombinasi keduanya. Semakin tinggi kerapatan papan partikel
dari suatu bahan baku tertentu maka semakin tinggi sifat keteguhan dari papan yang dihasilkan. Modulus patah MOR dapat diduga dari nisbah pemadatannya. Lebih banyak
volume kayu yang dipadatkan maka ikatan partikel lebih baik. Semakin banyak perekat yang digunakan maka semakin tinggi sifat mekanis dan stabilitas papan partikel Haygreen
dan Bowyer, 1989. Menurut Maloney 1977 ada beberapa faktor yang mempengaruhi sifat papan
partikel yaitu jenis kayu, tipe bahan baku, tipe partikel, perekat, jumlah dan distribusi lapisan, aditif, kadar air lapik, pelapisan partikel, profil kerapatan dan particle aligment.
2.3 ENCENG GONDOK
Hesty Rodhes Sinulingga : Pengaruh Kadar Perekat Urea Formaldehyde Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Pendek Eceng Gondok, 2009.
USU Repository © 2009
Enceng gondok Eichornia crossipes merupakan tumbuhan air yang tumbuh di rawa-rawa, danau, waduk dan sungai yang alirannya tenang.
Enceng gondok merupakan tumbuhan rawa atau air, yang mengapung di atas permukaan air. Di ekosistem air, enceng gondok ini merupakan tanaman pengganggu atau
gulma yang dapat tumbuh dengan cepat 3 per hari. Khususnya di Sumatera Selatan, enceng gondok ini banyak tumbuh di aliran Sungai Musi ataupun saluran-saluran air
lainnya. Pesatnya pertumbuhan enceng gondok ini mengakibatkan berbagai kesulitan seperti terganggunya transportasi, penyempitan sungai, dan masalah lain karena
penyebarannya yang menutupi permukaan sungaiperairan. Untuk mengurangi permasalahan tersebut, maka perlu dilakukan pembersihan sungaisaluran-saluran air.
Supaya enceng gondok ini tidak menumpuk dan menjadi limbah biomassa, maka dapat dilakukan suatu pemanfaatan alternatif terhadap enceng gondok ini dengan jalan
pembuatan briket arang. Kandungan selulosa dan senyawa organik pada enceng gondok berpotensi memberikan nilai kalor yang cukup baik. Dengan demikian briket arang dari
enceng gondok ini dapat dimanfaatan sebagai bahan bakar alternatif, disamping dapat membuat dampak yang sangat baik pula bagi lingkungan Candra, 2008.
Menurut sejarahnya, enceng gondok di Indonesia dibawa oleh seorang ahli botani dari Amerika ke Kebun Raya Bogor. Akibat pertumbuhan yang cepat 3 per hari,
enceng gondok ini mampu menutupi seluruh permukaan suatu kolam. Enceng gondok tersebut lalu dibuang melalui sungai di sekitar Kebun Raya Bogor sehingga menyebar ke
sungai-sungai, rawa-rawa, dan danau-danau di seluruh Indonesia. Enceng gondok yang berada di perairan Indonesia, mempunyai bentuk dan ukuran
yang beraneka ragam, mulai dari ketinggian beberapa sentimeter sampai 1,5 meter, dengan diameter mulai dari 0,9 sentimeter sampai 1,9 sentimeter. Enceng gondok dewasa, terdiri
dari akar, bakal tunas, tunas atau stolon, daun, petiole, dan bunga. Daun-daun enceng gondok berwarna hijau terang berbentuk telur yang melebar atau hampir bulat dengan garis
tengah sampai 15 sentimeter. Pada bagian tangkai daun terdapat masa yang menggelembung yang berisi serat seperti karet busa. Kelopak bunga berwarna ungu muda
Hesty Rodhes Sinulingga : Pengaruh Kadar Perekat Urea Formaldehyde Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Pendek Eceng Gondok, 2009.
USU Repository © 2009
agak kebiruan. Setiap kepala putik dapat menghasilkan sekitar 500 bakal biji atau 5000 biji setiap tangkai bunga, sehingga enceng gondok dapat berkembang biak dengan dua cara,
yaitu dengan tunas dan biji. Pertumbuhan enceng gondok yang sangat cepat 3 per hari menimbulkan
berbagai masalah, antara lain mempercepat pendangkalan sungai atau danau, menurunkan produksi ikan, mempersulit saluran irigasi, dan menyebabkan penguapan air sampai 3
sampai 7 kali lebih besar daripada penguapan air di perairan terbuka Soemarwoto, 1977, sedangkan Oshawa dan Risdiono 1977 menyatakan bahwa kehilangan air di Rawa Pening
karena penguapan oleh enceng gondok, 4 kali lebih besar daripada penguapan air pada perairan terbuka.
2.3.1 Komposisi Kimia Enceng Gondok
Komposisi kimia enceng gondok tergantung pada kandungan unsur hara tempatnya tumbuh, dan sifat daya serap tanaman tersebut. Enceng gondok mempunyai sifat-sifat yang
baik antara lain dapat menyerap logam-logam berat, senyawa sulfida, selain itu mengandung protein lebih dari 11,5 , dan mengandung selulosa yang lebih tinggi besar
dari non selulosanya seperti lignin, abu, lemak, dan zat-zat lain. Pada tabel 2.2, Anonymous 1966 dalam penelitiannya terhadap enceng gondok
dari Banjarmasin mengemukakan kandungan kimia tangkai enceng gondok tua yang segar. Tabel 2.2. Kandungan Kimia Enceng Gondok Segar
Hesty Rodhes Sinulingga : Pengaruh Kadar Perekat Urea Formaldehyde Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Pendek Eceng Gondok, 2009.
USU Repository © 2009
Senyawa Kimia Persentase
air 92,6
Abu 0,44
Serat kasar 2,09
Karbohidrat 0,17
Lemak 0,35
Protein 0,16
Fosfor sebagai P
2
O
5
0,52 Kalium sebagai K
2
O 0,42
Klorida 0,26
Alkanoid 2,22
Sumber: Anonymous, 1952 Sedangkan, R. Roechyati 1983 mengemukakan kandungan dari tangkai enceng gondok
kering tanur pada tabel 2.3.
Tabel 2.3. Kandungan Kimia Enceng Gondok Kering Senyawa Kimia
Persentase Selulosa
64,51 Pentosa
15,61 Lignin
7,69
Hesty Rodhes Sinulingga : Pengaruh Kadar Perekat Urea Formaldehyde Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Pendek Eceng Gondok, 2009.
USU Repository © 2009
Silika 5,56
Abu 12
Sumber: R. Roechyati 1983
Gambar 2.2 Tanaman Enceng Gondok
Akibat-akibat negatif yang ditimbulkan eceng gondok antara lain:
•
Meningkatnya evapotranspirasi penguapan dan hilangnya air melalui daun-daun tanaman, karena daun-daunnya yang lebar dan serta pertumbuhannya yang cepat.
•
Menurunnya jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan sehingga menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air DO: Dissolved Oxygens.
•
Tumbuhan eceng gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan sehingga mempercepat terjadinya proses pendangkalan.
Hesty Rodhes Sinulingga : Pengaruh Kadar Perekat Urea Formaldehyde Pada Pembuatan Papan Partikel Serat Pendek Eceng Gondok, 2009.
USU Repository © 2009
•
Mengganggu lalu lintas transportasi air, khususnya bagi masyarakat yang kehidupannya masih tergantung dari sungai seperti di pedalaman Kalimantan dan
beberapa daerah lainnya.
•
Meningkatnya habitat bagi vektor penyakit pada manusia.
•
Menurunkan nilai estetika lingkungan perairan.
2.4 PEREKAT UREA FORMALDEHYDE