Vaksin CARNA-5 dan Pemangkasan pada Berbagai Frekuensi Pemupukan Fosfor Berpengaruh Kepada Pertumbuhan dan Produksi Tomat (Lycopersicum esculentum Mill)

(1)

VAKSIN CARNA-5 DAN PEMANGKASAN PADA BERBAGAI

FREKUENSI PEMUPUKAN FOSFOR BERPENGARUH KEPADA

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TOMAT

(Lycopersicum esculentum Mill.)

TESIS

Oleh

FARIDA HARIANI

992101004/AGR

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

S

E K

O L

A

H

P A

S C

A S A R JA N


(2)

VAKSIN CARNA-5 DAN PEMANGKASAN PADA BERBAGAI

FREKUENSI PEMUPUKAN FOSFOR BERPENGARUH KEPADA

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TOMAT

(Lycopersicum esculentum Mill.)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pertanian dalam Program Studi Agronomi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

FARIDA HARIANI

992101004/AGR

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Judul Tesis : VAKSIN CARNA-5 DAN PEMANGKASAN PADA BERBAGAI FREKUENSI PEMUPUKAN FOSFOR BERPENGARUH KEPADA PERTUMBUHAN DAN

PRODUKSI TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.)

Nama Mahasiswa : Farida Hariani

Nomor Pokok : 992101004

Program Studi : Agronomi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. J. A. Napitupulu, M.Sc Ketua

)

(Ir. H. Dartius, MS Anggota

) (Ir. Mukhlis, M.Si

Anggota )

Ketua Program Studi

(Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc)

Direktur

(Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)

Tanggal lulus: 8 Mei 2009


(4)

Telah diuji pada Tanggal 8 Mei 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ir. J. A. Napitupulu, M.Sc

Anggota : 1. Ir. H. Dartius, MS

2. Ir. Mukhlis, M.Si

3. Prof. Dr. Ir. B. Sengli J Damanik, M.Sc 4. Dr. Ir. Rosmayati, MS


(5)

ABSTRAK

Farida Hariani, “Vaksin Carna-5 dan Pemangkasan pada Berbagai Frekuensi

Pemupukan Fosfor Berpengaruh Kepada Pertumbuhan dan Produksi Tomat (Lycopersicum esculentum Mill)”. Di bawah bimbingan J. A. Napitupulu sebagai Ketua, H. Dartius dan Mukhlis, sebagai Anggota.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauhmana pengaruh perlakuan vaksin Carna-5 terhadap infeksi virus CMV, pemangkasan dan pemupukan fosfor cara tabur dan frekuensi cara kocor terhadap pertumbuhan dan produksi tomat. Penelitian dilaksanakan disatu lahan yang berlokasi di desa Pertapaan, Kecamatan Sigalingging, Kabupaten Dairi dan terletak pada ketinggian 1400 m dari permukaan laut.

Menggunakan rancangan petak terbagi, di mana faktor pertama perlakuan vaksin sebagai petak utama terdiri dari 2 taraf yaitu tanpa diberi vaksin Carna-5 (V0)

dan diberi vaksin Carna-5 (V1), faktor kedua pemangkasan sebagai anak petak terdiri

dari 3 taraf yaitu pemangkasan dengan meninggalkan 2 cabang primer (A1),

pemangkasan dengan meninggalkan 3 Cabang primer (A2) dan tanpa pemangkasan

(A3). Faktor ketiga pemupukan fosfor cara tabur dan kocor terdiri dari 4 taraf yaitu

diberikan pada saat tanam cara tabur sebagai kontrol (Pk), cara kocor 1 x pada umur

15 hst (P1),3 x pada umur 15,30,45 hst cara kocor (P2), 5 x pada umur 15,30,45,60

dan 75 hst (P3

Peubah yang diamati meliputi panjang batang utama (cm), umur berbunga (hari), jumlah bunga pertandan (buah), Jumlah tandan buah yang menghasilkan buah yang dapat dipanen (tandan), jumlah buah jadi pertandan (buah), umur panen (hst), bobot buah pertanaman (gram), jumlah buah berdasarkan kelompok bobot buah pertanaman (buah), ukuran buah (cm), kandungan vitamin C (mg/100g), intensitas serangan penyakit CMV (%), analisis kadar P tanaman.

) dengan dosis yang sama yaitu 54 g TSP/tanaman.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa aplikasi Carna-5 berpengaruh positif pada bobot buah pertanaman dan turunnya serangan CMV. Pemangksan dengan meninggalkan 2 cabang primer berpengaruh positif terhadap bobot buah pertanaman panen kedua sedangkan meninggalkan 3 cabang primer berpengaruh positif terhadap jumlah buah kelompok buah <40 g. Pemberian pupuk secara kocor berkali-kali berpengaruh positif pada jumlah tandan buah yang menghasilkan buah yang dapat dipanen, bobot buah pertanaman periode panen kedua dan ketiga dan ukuran buah. Terdapat interaksi antara Carna-5 dan pemangkasan pada jumlah buah pertandan dan jumlah buah kelompok buah 40-60 g. Terdapat interaksi antara Carna-5 dengan pupuk P di mana cara kocor menunjukkan kurva respon yang linier positif lebih besar pada tanaman yang tanpa Carna-5 kecuali untuk bobot buah 40-60 g dan infeksi CMV linier negatif. Dan kandungan vitamin C dan P meningkat dengan pemberian P cara kocor berkali-kali.


(6)

ABSTRACT

Farida Hariani, “Carna-5 Vaccin and Trimming on Various Phosphate Fertilizer Application Frequency to the Growth and Production of Tomato (Lycopersicum esculentum Mill.)”. Supervised by : J.A. Napitupulu as a chairman, H. Dartius and Mukhlis as members.

The objective of this research is to study the effect of Carna-5 vaccin treatment to the CMV infection, trimming and phosphate fertilizer application frequency to the growth and production of tomato. This research was conducted at the Pertapaan village, subdistrict of Sigalingging, regency of Dairi on the elevation 1400 m on above sea level.

Spilit plot plot design was used in which the main factor consist of 2 level, they were without Carna-5 (V0) and with Carna-5 (V1), the second factor were

triming consists of 3 level, i.e.trimming to 2 primary branches (A1), trimming to 3

primary branches (A2) and without trimming (A3). The third factor is phosphate

fertilizer application frequency that consist of 4 levels, ie spreading at 15 day after plants (d.a.p) as control (Pk), drenching ance at 15 d.a.p (P1), 3 times 15.30, 45 d.a.p

(P2), 5 times 15, 30, 45, 60 and 75 d.a.p by (P3

The observed variables were the length of main stem (cm), age of flower (days), number of flower per banch (unit), number of fruit banches that produce the harvestable fruits (bunches), number of fruit per bunch (unit), age on harvesting (days after plants) d.a.p, weight of fruit per plant (gram), number of fruits based on the fruit weight group (unit), size of fruit (cm), content of vitamin C (mg/100g), intensity of diseases attack CMV (%), leaf P- content

). With the same doses.

Application of Carna-5 gave positive linear responsive for per plant fruit weight, and lowering CMC infection. Trimming 2 primary mean stemis had positive effect on per plant second harvest fruits weight, and trimming to 3 primary main stem on < 40 g fruit number. Drenching phosphate fertilizer had positive effect on fruit brances number, the second an third the harvest fruits weight and fruit sizes. There were significant interaction between Carna-5 and trimming on per banch fruits number and < 40 g fruit number. There were significant interaction between Carna-5 and phosphate fertilizer application, that showed bigger positiv linear efect, to the plant which received without Carna-5, except negative to 40-60 g fruits weight and CMV infection. Vitamine C and P- Content of the plant increased with timely drenching phosphate fertilizer.


(7)

KATA PENGANTAR

Pertama sekali penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan tulisan tesis ini yang berjudul “Vaksin CARNA-5 dan Pemangkasan pada Berbagai Frekuensi Pemupukan Fosfor Berpengaruh Kepada Pertumbuhan dan Produksi Tomat

(Lycopersicum esculentum Mill)” pada Program Studi Agronomi Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini merupakan suatu kajian untuk perbaikan teknis agronomi dan peningkatan produksi tanaman tomat di Indonesia khususnya di Sumatera Utara. Upaya yang dilakukan adalah menggunakan teknologi baru vaksin CARNA-5 sebagai immunisasinya sejak dini di pembibitan dan kultur tehnis pemangkasan dengan meninggalkan 2 dan 3 cabang primer serta pemupukan fosfor cara tabur dan kocor di lingkungan petani maupun pelaku agribisnis tanaman tomat, sehingga diperoleh pertumbuhan dan produksi yang lebih baik.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan dalam tulisan ini yang belum dapat dijelaskan secara mendetail oleh sebab itu diharapkan saran-saran agar tulisan ini lebih sempurna.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Ir. J.A. Napitupulu, M.Sc, sebagai Ketua Komisi Pembimbing, Bapak Ir. H. Dartius, MS dan Bapak Ir. Mukhlis, M.Si sebagai Anggota Pembimbing yang telah banyak membantu dan memberikan bimbingan, petunjuk serta saran-saran dalam penulisan usulan penelitian ini. Semoga hasil penelitian dan tulisan ini bermanfaat bagi yang membutuhkannya

Medan, Februari 2009


(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

Dengan selesainya penulisan tesis ini, maka penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Pemerintah Republik Indonesia c.q. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, melalui USU yang telah memberikan bantuan beasiswa selama penulis mengikuti pendidikan dan menyelesaikan penelitian di Sekolah Pascasarjana USU.

2. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang dijabat oleh Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, MSc dan seluruh stafnya, maupun mantan Direktur Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. Ir. Sumono, MS atas bantuan dan perhatiannya selama penulis mengikuti pendidikan di Program Studi Agronomi.

3. Bapak Ketua dan Ibu Sekretaris Program Studi Agronomi serta seluruh dosen Program Studi Agronomi Sekolah Pascasarjana yang telah memberikan bantuan dan ilmunya selama perkuliahan dan penyelesaian tesis ini.

4. Bapak Ketua Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. J.A. Napitupulu, M.Sc, yang sangat banyak memberikan bantuan arahan, saran serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, penelitian sampai kepada penyelesaian penulisan tesis ini.

5. Bapak Anggota Komisi Pembimbing Ir. H. Dartius, MS dan Bapak Ir. Mukhlis, M.Si atas segala bimbingan, saran dan arahan yang diberikan kepada penulis selama melaksanakan penelitian dan penyelesaian penulisan tesis ini.


(9)

6. Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J Damanik, M.Sc dan Ibu Dr. Ir. Rosmayati, MS selaku Dosen Pembanding, atas segala bimbingan, saran dan arahan yang diberikan kepada penulis selama melaksanakan penelitian dan penyelesaian penulisan tesis ini.

7. Bapak Rektor dan Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara dan Universitas Al-Azhar Medan, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti Program Studi Agronomi Sekolah Pascasarjana USU.

8. Ayahanda tercinta Hasan Syarif (Alm) dan Ibunda tercinta Hj. Siti Chosiah serta mertua H. Sidi Muslim (Alm) dan Hj. Sariman (Almh) yang telah banyak memberikan doa, dorongan moril dan semangat kepada penulis. 9. Suami tercinta H. Muliyadi, SP dan ananda-ananda tersayang Aliffiya Tasya

Aqilah, Namira Tri Adilah dan Khalisha Nailah Shafwa yang selalu setia mendampingi penulis, memberikan doa dan semangat moril maupun materil selama mengikuti perkuliahan sampai penulisan tesis ini.

10. Seluruh teman-teman kuliah angkatan 1999 dan teman lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas bantuannya selama perkuliahan sampai penulisan tesis ini.


(10)

RIWAYAT HIDUP

Farida Hariani, dilahirkan di Medan pada tanggal 26 Agustus 1973 dari

Ayahanda Hasan Syarif (Alm) dan Ibunda Hj. Siti Chosiah, sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Pada tanggal 3 April 1999 menikah dengan H. Muliyadi, SP dan sudah dikaruniai tiga orang putri.

Pendidikan

Tahun 1986 : Lulus dari Sekolah Dasar Negeri No. 060855 Medan. Tahun 1989 : Lulus dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Medan. Tahun 1992 : Lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Medan.

Tahun 1997 : Lulus dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian dari Fakultas Pertanian, jurusan Budidaya Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan.

Tahun 1999 : Mulai mengikuti pendidikan Sekolah Pascasarjana, Program Studi Agronomi Universitas Sumatera Utara di Medan.

Pengalaman Kerja

Tahun 1999 - sekarang : Menjadi Staf Pengajar di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Medan.

Tahun 2005 : Menjadi PNS Kopertis Wilayah I NAD – SUMUT dpk


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 5

Tujuan Penelitian ... 6

Hipotesis Penelitian ... 7

Kegunaan Penelitian ... 7

TINJAUAN PUSTAKA ... 8

Botani Tanaman Tomat ... 8

Syarat Tumbuh Tanaman Tomat ... 9

Penyakit Cucumber Mozaic Virus (CMV) ... 10

Pemanfaatan Vaksin CARNA-5 ... 13

Pemangkasan ... 15

Frekuensi Pemupukan Fospor ... 17

METODE PENELITIAN ... 21

Tempat dan Waktu ... 21

Bahan dan Alat ... 21

Metode Penelitian ... 22

Metode Analisis Data ... 23

Pelaksanaan Penelitian ... 25

Persiapan Media Persemaian... 25

Persiapan Lokasi Penelitian ... 25

Analis Tanah ... 26

Penanaman dan Pemeliharaan ... 26

Perlakuan Vaksin CARNA-5 ... 27

Perlakuan Pemangkasan ... 28


(12)

Peubah yang Diamati ... 29

Panjang Batang Utama (cm) ... 29

Umur Berbunga (Hari) ... 29

Jumlah Bunga Pertandan (Bunga) ... 29

Jumlah Tandan Buah yang Menghasilkan Buah yang Dapat Dipanen (Tandan)... 30

Jumlah Buah Jadi Pertandan (Buah) ... 30

Umur Panen (hst) ... 30

Berat Buah Pertanaman (Gram) ... 30

Jumlah Buah Berdasarkan Kelompok Bobot Buah ... 30

Ukuran Buah (cm) ... 30

Kandungan Vitamin C ... 30

Intensitas Serangan Penyakit CMV (%) ... 30

Analisis Kadar P dalam Tanaman ... 31

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

Hasil ... 32

Panjang Batang Utama (cm) ... 32

Umur Berbunga (Hari) ... 36

Jumlah Bunga Pertandan (Buah) ... 38

Jumlah Tandan Buah yang Menghasilkan Buah yang Dapat Dipanen (Tandan)... 40

Jumlah Buah Jadi Pertandan (Buah) ... 43

Umur Panen (Hari) ... 45

Bobot Buah Pertanaman (g) ... 49

Jumlah Buah Berdasarkan Kelompok Bobot Buah Besar (>60 g), Sedang (40-60 g) dan Kecil (<40 g) ... 56

Ukuran Diameter Buah dan Panjang Buah (cm) ... 60

Kandungan Vitamin C (mg/100g) ... 63

Intensitas Serangan Penyakit Cucumber Mosaik Virus (%) ... 65

Analisis Kadar P dalam Jaringan Tanaman (%) ... 67

Pembahasan Umum ... 69

Pengaruh Perlakuan Vaksin Carna -5 terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat ... 70

Pengaruh Pemangkasan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat ... 72

Pengaruh Frekuensi Pemupukan Fosfor terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat ... 74

Pengaruh Interaksi Vaksin Carna-5 dan Pemangkasan terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat ... 76

Pengaruh Interaksi Vaksin Carna-5 dan Frekuensi Pemupukan Fosfor terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat .. 77


(13)

Pengaruh Interaksi Vaksin, Pemangkasan dan Frekuensi Pemupukan

Faktor terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat .. 79

KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

Kesimpulan ... 83

Saran ... 84


(14)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1 Rangkuman Uji Beda Rataan Panjang Batang Utama (cm)

Umur Berbunga (hst) Jumlah Bunga Pertandan (Buah), Jumlah Tandan Buah yang Menghasilkan Buah yang Dapat Dipanen (Tandan), Jumlah Buah Jadi Per tandan (Buah), Umur Panen (hst), Bobot Buah Pertanaman (g), Jumlah Buah Berdasarkan Kelompok Buah (Buah), Diameter Buah (cm), Panjang Buah (cm), Intensitas Serangan Penyakit

(CMV) (%) ... 33 2 Uji Beda Rataan Panjang Batang Utama (cm) Tanaman

Tomat pada Perlakuan Vaksin, Pemangkasan dan Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara Tabur dan Kocor Umur 15, 30, 45

dan 60 hst ... 34 3 Uji Beda Rataan Umur Berbunga (Hari) Tanaman Tomat

pada Perlakuan Vaksin, Pemangkasan dan Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara Tabur dan Kocor ... 36 4 Uji Beda Rataan Jumlah Bunga Pertandan (Buah) Tanaman

Tomat pada Interaksi Perlakuan Vaksin dan Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara Tabur dan Kocor ... 38 5 Uji Beda Rataan Jumlah Tanda Buah yang Menghasilkan

Buah yang Dapat Dipanen (Tandan) Tanaman Tomat pada Perlakukan Vaksin, Pemangkasan dan Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara Tabur dan Kocor ... 40 6 Uji Beda Rataan Jumlah Buah Jadi Pertandan (Buah)

Tanaman Tomat pada Interaksi Perlakuan Vaksin dan

Pemangkasan ... 43 7 Uji Beda Rataan Umur Panen (Hari) Periode Pertama,

Kedua, Ketiga, dan Keempat Tanaman Tomat pada Interaksi Perlakuan Vaksin dan Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara Tabur dan Kocor ...

46

8 Uji Beda Rataan Bobot Buah Pertanaman (g) Tanaman Tomat pada Perlakuan Vaksin, Pemangkasan dan Frekuensi


(15)

Pemupukan Fosfor Cara Tabur dan Kocor Setiap Periode Panen Pertama, Kedua, Ketiga, dan Keempat ... 50 9 Uji Beda Rataan Bobot Buah Pertanaman (g) Periode Panen

Kedua, Ketiga, dan Keempat Tanaman Tomat pada Interaksi Perlakuan Vaksin dan Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara

Tabur dan Kocor ... 53 10 Uji Beda Rataan Jumlah Buah Berdasarkan Kelompok Buah

Besar (>60g), Sedang (40-60 g) dan Kecil (< 40 g) Tanaman Tomat pada Perlakuan, Vaksin, Pemangkasan dan Frekuensi

Pemupukan Fosfor Cara Tabur dan Kocor ... 57 11 Uji Beda Rataan Jumlah Buah Berdasarkan Bobot Buah

Kecil (<40g) Tanaman Tomat pada Interaksi Perlakuan

Vaksin dan Pemangkasan ... 59 12 Uji Beda Rataan Diameter dan Panjang Buah (cm) Tanaman

Tomat pada Interaksi Perlakuan Vaksin dan Frekuensi

Pemupukan Fosfor Cara Tabur dan Kocor ... 61 13 Rata-Rata Kandungan Vitamin C (mg/100 g) Tanaman

Tomat Secara Komposit ... 64 14 Uji Beda Rataan Intensitas Serangan Penyakit CMV (%)

Tanaman Tomat pada Interaksi Perlakuan Vaksin dan Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara Tabur dan Kocor Umur

60 dan 75 hst ... 65 15 Hasil Analisa Kadar P dalam Jaringan Tanaman (%)


(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1 Hubungan antara Panjang Batang Utama (cm) Umur 30 hst

(a) dan 45 hst (b) dengan Frekuensi Pemupukan Fosfor

Tanaman Tomat ... 35 2 Hubungan antara Umur Berbunga (Hari) dengan Frekuensi

Pemupukan Fosfor Cara Kocor Tanaman Tomat ... 37 3 Hubungan antara Jumlah Bunga Pertandan (buah) dengan

Frekuensi Pemupukan Fosfor Tanaman Tomat yang Mendapat Perlakuan Vaksin Carna-5 (V0= Tanpa Carna-5

V1 = Diberi Carna-5) ... 39

4 Bar Diagram Jumlah Tanda Buah yang Menghasilkan Buah yang Dapat Dipanen (Buah) Tanaman Tomat pada Perlakuan Pemangkasan (A1= Meninggalkan 2 Cabang Primer, A2 =

Meninggalkan 2 Cabang Primer, A3, = Tanpa Pemangkasan)

...

41

5 Hubungan Antara Jumlah Tandan Buah yang Menghasilkan Buah yang dapat Dipanen dengan Frekuensi Pemupukan

Fosfor Tanaman Tomat ... 42 6 Bar Diagram Jumlah Buah Jadi Pertandan (Buah) Tanaman

Tomat pada Perlakuan Vaksin Carna-5 (V0= Tanpa Carna-5,

V1= Diberi Carna-5) dan (A1 = Meninggalkan 2 Cabang

Primer, A2 = Meninggalkan 3 Cabang Primer dan A3 Tanpa

Pemangkasan) .. ... 44 7 Hubungan Umur Panen (Hari) Tanaman Tomat Periode

Pertama (a), Kedua (b) Ketiga (c) dan Keempat (d) dengan Frekuensi Pemupukan Fosfor yang Mendapat Perlakuan

Vaksin Carana-5 (V0 = Tanpa Carna-5, V1= Diberi Carna -5) .. 48

8 Hubungan antara Bobot Buah Pertanaman (g) Tanaman Tomat pada Periode Panen Pertama dengan Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara Kocor ... 51


(17)

9 Bar Diagram Bobot Buah Pertanaman (g) Periode Panen Kedua (a) dan Ketiga (b) Tanaman Tomat pada Perlakuan Pemangkasan (A1 = Meninggalkan 2 Cabang Primer, A2 =

Meninggalkan 3 Cabang Primer dan A3 = Tanpa

Pemangkasan) ... 52 10 Hubungan antara Bobot Buah Pertanaman (g) Tanaman

Tomat pada Periode Panen Kedua (a), Ketiga (b) dan Keempat (c) dengan Frekuensi Pemupukan Fosfor yang Mendapat Perlakuan Vaksin Carna-5 (V0 = Tanpa Carna-5,

V1= Diberi Carna -5) ... 55

11 Hubungan antara Bobot Buah Sedang (40-60 g) dengan Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara Kocor Tanaman

Tomat……. ... 58 12 Bar Diagram Jumlah Buah Berdasarkan Kelompok Bobot

Buah Kecil (<40g) dengan Berbagai Perlakuan Pemangkasan Tanaman Tomat yang Mendapat Perlakuan

Vaksin Carna -5 (V0 = Tanpa Carna-5, V1 = Diberi Carna-5) .. 60

13 Hubungan Antara Diameter Buah (cm) dengan Perlakuan Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara Kocor yang Mendapat Perlakuan Vaksin Carna-5 (V0 = Tanpa Carna-5, V1 Diberi

Carna-5) ... 62 14 Hubungan Antara Panjang Buah (cm) dengan Perlakuan

Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara Kocor yang Mendapat Perlakuan Vaksin Carna-5 (V0 = Tanpa Crana-5, V1 = Diberi

Carna-5) ... 63 15 Hubungan antara Intensitas Serangan Penyakit CMV Umur

60 (a) dan 75 hst (b) dengan Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara Kocor yang Mendapat Perlakuan Vaksin Carna-5 (V0


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1 Rangkuman Data Rataan Panjang Batang Utama (cm) pada

Umur 15, 30, 45 Dan 60 hst Tanaman Tomat ... 90 2 Rangkuman Sidik Ragam Panjang Batang Utama (cm) pada

Umur 15, 30, 45 dan 60 hst Tanaman Tomat ... 91 3 Rangkuman Data Rataan Umur Berbunga (hst), Jumlah

Bunga Pertandan (buah), Jumlah Tandan Buah yang Menghasilkan Buah yang Dapat Dipanen (tandan) dan

Jumlah Buah Jadi Pertandan (Buah) Tanaman Tomat ... 92 4 Rangkuman Sidik Ragam Umur Berbunga (hst), Jumlah

Bunga Pertandan (Buah), Jumlah Tandan Buah yang Menghasilkan Buah yang dapat Dipanen (tandan) dan

Jumlah Buah Jadi Pertandan (Tandan) Tanaman Tomat ... 93 5 Rangkuman Data Rataan Umur Panen (hst) Periode Panen

Pertama, Kedua, Ketiga dan Keempat Tanaman Tomat ... 94 6 Rangkuman Sidik Ragam Umur Panen (hst) Periode Panen

Pertama, Kedua, Ketiga dan Keempat Tanaman Tomat ... 95 7 Rangkumann Data Rataan Bobot Buah Pertanaman (g)

Periode Panen Pertama, Kedua, Ketiga dan Keempat

Tanaman Tomat ... 96 8 Rangkuman Sidik Ragam Bobot Buah Pertanaman (g) pada

Periode Panen Pertama, Kedua, Ketiga dan Keempat

Tanaman Tomat ... 97

9 Rangkuman Data Rataan Jumlah Buah Berdasarkan

Kelompok Bobot Buah Besar (>60 g), Sedang (40-60 g)

dan Kecil (<40g) Tanaman Tomat ... 98

10 Rangkuman Sidik Ragam Jumlah Buah Berdasarkan

Kelompok Bobot Buah Besar (>60 g), Sedang (40-60 g)


(19)

11 Rangkuman Data Rataan Diameter dan Panjang Buah (cm) Tanaman Tomat ...

100

12 Rangkuman Sidik Ragam Diameter dan Panjang Buah (cm) Tanaman Tomat ...

101

13 Data Rataan Kandungan Vitamin C Secara Destruktif

(mg/100g) dalam Jaringan Tanaman Tomat ... 102 14 Rangkumann Data Rataan Intensitas Serangan Cucumber

Mosaik Virus (CMV) % Umur 15,30, 45, 60 dan 75 hst ... 103 15 Rangkuman Sidik Ragam Intensitas Serangan Cucumber

Mozaik Virus (CMV) % Umur 15,30, 45, 60 dan 75 hst ...

104

16 Data Rataan Analisis Kandungan P Secara Destruktif (%) dalam Jaringan Tanaman Tomat ...

105

17 Deskripsi Tanaman Tomat Varietas Marta ... 106 18 Bagan Penelitian ... 107


(20)

ABSTRAK

Farida Hariani, “Vaksin Carna-5 dan Pemangkasan pada Berbagai Frekuensi

Pemupukan Fosfor Berpengaruh Kepada Pertumbuhan dan Produksi Tomat (Lycopersicum esculentum Mill)”. Di bawah bimbingan J. A. Napitupulu sebagai Ketua, H. Dartius dan Mukhlis, sebagai Anggota.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sampai sejauhmana pengaruh perlakuan vaksin Carna-5 terhadap infeksi virus CMV, pemangkasan dan pemupukan fosfor cara tabur dan frekuensi cara kocor terhadap pertumbuhan dan produksi tomat. Penelitian dilaksanakan disatu lahan yang berlokasi di desa Pertapaan, Kecamatan Sigalingging, Kabupaten Dairi dan terletak pada ketinggian 1400 m dari permukaan laut.

Menggunakan rancangan petak terbagi, di mana faktor pertama perlakuan vaksin sebagai petak utama terdiri dari 2 taraf yaitu tanpa diberi vaksin Carna-5 (V0)

dan diberi vaksin Carna-5 (V1), faktor kedua pemangkasan sebagai anak petak terdiri

dari 3 taraf yaitu pemangkasan dengan meninggalkan 2 cabang primer (A1),

pemangkasan dengan meninggalkan 3 Cabang primer (A2) dan tanpa pemangkasan

(A3). Faktor ketiga pemupukan fosfor cara tabur dan kocor terdiri dari 4 taraf yaitu

diberikan pada saat tanam cara tabur sebagai kontrol (Pk), cara kocor 1 x pada umur

15 hst (P1),3 x pada umur 15,30,45 hst cara kocor (P2), 5 x pada umur 15,30,45,60

dan 75 hst (P3

Peubah yang diamati meliputi panjang batang utama (cm), umur berbunga (hari), jumlah bunga pertandan (buah), Jumlah tandan buah yang menghasilkan buah yang dapat dipanen (tandan), jumlah buah jadi pertandan (buah), umur panen (hst), bobot buah pertanaman (gram), jumlah buah berdasarkan kelompok bobot buah pertanaman (buah), ukuran buah (cm), kandungan vitamin C (mg/100g), intensitas serangan penyakit CMV (%), analisis kadar P tanaman.

) dengan dosis yang sama yaitu 54 g TSP/tanaman.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa aplikasi Carna-5 berpengaruh positif pada bobot buah pertanaman dan turunnya serangan CMV. Pemangksan dengan meninggalkan 2 cabang primer berpengaruh positif terhadap bobot buah pertanaman panen kedua sedangkan meninggalkan 3 cabang primer berpengaruh positif terhadap jumlah buah kelompok buah <40 g. Pemberian pupuk secara kocor berkali-kali berpengaruh positif pada jumlah tandan buah yang menghasilkan buah yang dapat dipanen, bobot buah pertanaman periode panen kedua dan ketiga dan ukuran buah. Terdapat interaksi antara Carna-5 dan pemangkasan pada jumlah buah pertandan dan jumlah buah kelompok buah 40-60 g. Terdapat interaksi antara Carna-5 dengan pupuk P di mana cara kocor menunjukkan kurva respon yang linier positif lebih besar pada tanaman yang tanpa Carna-5 kecuali untuk bobot buah 40-60 g dan infeksi CMV linier negatif. Dan kandungan vitamin C dan P meningkat dengan pemberian P cara kocor berkali-kali.


(21)

ABSTRACT

Farida Hariani, “Carna-5 Vaccin and Trimming on Various Phosphate Fertilizer Application Frequency to the Growth and Production of Tomato (Lycopersicum esculentum Mill.)”. Supervised by : J.A. Napitupulu as a chairman, H. Dartius and Mukhlis as members.

The objective of this research is to study the effect of Carna-5 vaccin treatment to the CMV infection, trimming and phosphate fertilizer application frequency to the growth and production of tomato. This research was conducted at the Pertapaan village, subdistrict of Sigalingging, regency of Dairi on the elevation 1400 m on above sea level.

Spilit plot plot design was used in which the main factor consist of 2 level, they were without Carna-5 (V0) and with Carna-5 (V1), the second factor were

triming consists of 3 level, i.e.trimming to 2 primary branches (A1), trimming to 3

primary branches (A2) and without trimming (A3). The third factor is phosphate

fertilizer application frequency that consist of 4 levels, ie spreading at 15 day after plants (d.a.p) as control (Pk), drenching ance at 15 d.a.p (P1), 3 times 15.30, 45 d.a.p

(P2), 5 times 15, 30, 45, 60 and 75 d.a.p by (P3

The observed variables were the length of main stem (cm), age of flower (days), number of flower per banch (unit), number of fruit banches that produce the harvestable fruits (bunches), number of fruit per bunch (unit), age on harvesting (days after plants) d.a.p, weight of fruit per plant (gram), number of fruits based on the fruit weight group (unit), size of fruit (cm), content of vitamin C (mg/100g), intensity of diseases attack CMV (%), leaf P- content

). With the same doses.

Application of Carna-5 gave positive linear responsive for per plant fruit weight, and lowering CMC infection. Trimming 2 primary mean stemis had positive effect on per plant second harvest fruits weight, and trimming to 3 primary main stem on < 40 g fruit number. Drenching phosphate fertilizer had positive effect on fruit brances number, the second an third the harvest fruits weight and fruit sizes. There were significant interaction between Carna-5 and trimming on per banch fruits number and < 40 g fruit number. There were significant interaction between Carna-5 and phosphate fertilizer application, that showed bigger positiv linear efect, to the plant which received without Carna-5, except negative to 40-60 g fruits weight and CMV infection. Vitamine C and P- Content of the plant increased with timely drenching phosphate fertilizer.


(22)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill) merupakan salah satu tanaman sayuran buah yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi gizi masyarakat karena mengandung vitamin dan mineral yang berguna bagi kesehatan (Tugiono, 2001).

Tomat termasuk sayuran buah yang paling digemari oleh setiap orang. Hal ini disebabkan oleh rasanya yang enak, segar dan sedikit asam. Lagi pula tomat merupakan sumber vitamin A, vitamin C, dan sedikit vitamin B, (Calvin dan Knutson, 1983). Dalam 100 gram bahan mengandung protein sebanyak 1 gram, karbohidrat 4,10 gram vitamin A 735 mg dan bahan penting lainnya yang dibutuhkan tubuh manusia (Tim BPPP, 2000).

Kebutuhan pasar akan buah tomat dari tahun ke tahun terus meningkat. Hal ini tercermin dari angka produksi yang terus meningkat. Berdasarkan hasil sensus perdagangan 1989, produksi tomat berturut-turut adalah 138.108 ton pada tahun 1984, kemudian meningkat lagi pada tahun 1986 menjadi 189.400 ton, dan pada tahun 1988 mencapai 192.200 ton. Kendala yang sering dihadapi dalam memenuhi peluang pasar swalayan dan ekspor terutama terletak pada ketidaksesuaian antara kualitas yang dibutuhkan pasar dengan kualitas produk yang dihasilkan (Tim Penulis PS, 2004).


(23)

Rendahnya produktivitas tomat di tingkat petani disebabkan petani kurang mendapatkan informasi mengenai kultur teknis tomat dan adanya hama penyakit virus. Penggunaan pestisida tidak sesuai dengan hama dan penyakit virus sasaran menyebabkan produksi rendah dan biaya pemakaian pestisida yang tinggi.

Peluang untuk meningkatkan produktivitas tomat dapat dilakukan dengan perbaikan kultur teknis sesuai dengan kondisi agroekosistem setempat (Tim BPPP, 2000).

Akibat adanya serangan penyakit Cucumber Mozaic Virus pada tanaman tomat dapat menyebabkan petani mengalami gagal total di sentra-sentra produksi (Litbang, 2004).

Adanya serangan penyakit CMV (Cucumber Mozaic Virus) ini tidak mengenal umur tanaman. Apabila terjadi penyakit virus pada jaringan floem dan xilem tidak dapat disembuhkan (Marwoto dan Sri, 2000) walaupun menggunakan insektisida sintetik seperti pyrethroid dan karbamat, karena mekanisme kerja virus memperbanyak diri dalam jaringan tanaman sangat cepat dan merusak struktur RNA tanaman, sehingga menyebabkan terganggunya seluruh aktivitas metabolisme yang mula-mula ditandai dengan daun berwarna kekuning-kuningan dan berubah menjadi keriput kemudian menggulung yang membuat pertumbuhan tanaman kerdil disertai seluruh percabangan yang tertekan dan akibatnya pembentukan bunga dan buah terhambat (Deptan, 1996, 1999).

Untuk mengatasi dan mengurangi penularan virus dari tanaman sakit ke tanaman yang sehat, biasanya dilakukan melalui penggunaan insektisida dan


(24)

kultur teknis, yaitu memangkas pada bagian organ vegetatif yang terinfeksi oleh virus atau mencabut tanaman kemudian membakarnya. Penggunaan berbagai macam jenis insektisida hanya mencegah dan mengendalikan vektornya saja.

Kemungkinan dengan penggunaan teknologi baru hal ini dapat diatasi sebelum terjadi infeksi virus, tanaman diberi vaksin CARNA-5 dengan mengaplikasikannya mulai dari sejak dini di pembibitan, sehingga terjadi sistem kekebalan tubuh tanaman dan sekaligus melindungi sel-sel jaringan tanaman, khususnya struktur RNA, dari serangan virus.

Pertumbuhan dan produktivitas tanaman dipengaruhi oleh sifat fisiologis dan morfologi tanaman. Penampilan sesuatu tanaman dapat dicerminkan oleh bentuk tajuk dan sangat berhubungan dengan laju proses fotosintesa (Sutoro dkk, 1997).

Kemampuan tanaman untuk meneruskan pertumbuhan berpusat pada titik tumbuh dan berada di daerah meristematik pada tunas puncak (apikal), meristem tunas cabang dan ujung perakaran (Harjadi dan Yahya, 1988) dan meristem pada ujung merupakan daerah tempat sel membelah diri secara aktif (Loveless, 1991).

Pemangkasan tunas cabang samping pada batang utama, merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan pada tanaman tomat untuk mengurangi jumlah tunas sehingga perkembangan buahnya maksimal, selain itu pemangkasan juga berguna untuk mengurangi gangguan hama dan penyakit (Tim Penulis PS, 2004).

Fosfor merupakan salah satu unsur hara makro yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur fosfor ini dibutuhkan oleh


(25)

tanaman tidak sebanyak unsur nitrogen dan kalium hanya kira-kira sepersepuluh dari unsur tersebut, namun peranannya sangat menentukan (Manurung, 1989).

Unsur fosfor dapat mendorong pertumbuhan akar, pembentukan bunga, pengisian buah dan biji (Manurung, 1989) dan Gunarto dkk, (1998) menyatakan secara tehnis hara fosfor merupakan kunci kehidupan tanaman, karena terlibat pada seluruh proses metabolisme tanaman dan ikut membentuk senyawa-senyawa struktural seperti asam nukleat untuk keperluan reproduksi dan konversi transfer energi yang tinggi.

Indonesia merupakan negara yang paling tinggi laju pemakaian pupuk fosfor. Selama periode 1979 – 1986 pemakaian pupuk fosfor meningkat secara luar biasa mencapai 28,70% per tahun dan tahun 1983 – 1987 laju kenaikan permintaan pupuk fosfor cukup besar yaitu sekitar 9% per tahun (Gunarto

dkk, 1998).

Sementara cadangan fosfor di Indonesia sangat sedikit jumlahnya, untuk kebutuhan nasional satu tahun tidak mencukupi. Oleh karena itu perlu memahami sebaik mungkin masalah-masalah pemakaian fosfor di dalam tanah dan tanaman untuk menekan penggunaan pupuk fosfor, agar devisa negara dapat dihemat (Manurung, 1987).

Keberhasilan pemupukan fosfor sangat ditentukan oleh berbagai faktor, salah satu adalah cara aplikasi dan ketersediaannya dalam tanah. Dengan mengetahui cara aplikasi yang tepat dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi tanaman, sekaligus menghemat biaya pemupukan (Deptan, 2000a).


(26)

Pupuk fosfor pada tanaman tomat umumnya diberikan dalam dua tahap yaitu 2 – 3 minggu setelah tanam dan 4 – 5 minggu setelah tanam (DBPH, 1997).

Kecenderungan saat ini ialah, melakukan pemupukan fosfor pada tanaman tomat pada saat sebelum tanam dan sesudah tanam bahkan sampai saat panen yaitu frekuensi pemberiannya ditingkatkan dengan cara pupuk fosfor terlebih dahulu dilarutkan dengan air dan kemudian diaplikasikan dengan cara kocor atau disiramkan di sekitar pangkal batang maupun ke permukaan tanah.

Melalui frekuensi pemupukan tersebut kemungkinan pupuk fosfor akan lebih efektif untuk tersedia dan dapat diserap oleh akar, sehingga energi yang dibutuhkan oleh tanaman lebih tersedia untuk pembentukan ATP dan ADP dan akan lebih memacu peningkatan komponen pertumbuhan vegetatif dan generatif tomat.

Berdasarkan aspek-aspek tersebut di atas, perlu dilakukan penelitian yang berhubungan dengan penggunaan vaksin CARNA-5 untuk melindungi sel dan struktur RNA dari kerusakan yang diakibatkan oleh virus dan pemangkasan serta perlu pemupukan fosfor untuk ketersediaan dan keseimbangan sumber energi, sehingga proses metabolisme berjalan dengan baik dan akibatnya dapat meningkatkan perbaikan komponen pertumbuhan dan produksi tanaman tomat.

Rumusan Masalah

Faktor penyebab kegagalan pertanaman tomat dan rendahnya tingkat produktivitas, disebabkan oleh adanya organisme pengganggu tanaman sebagai


(27)

vektor penyebab penyakit Cucumber Mozaic Virus (CMV), sehingga daun menjadi kering dan akibatnya “source dan sink” akan terganggu. Demikian halnya pada kultur tehnis sangat berhubungan dengan pemangkasan untuk mengurangi persaingan sesama organ vegetatif maupun organ reproduktif tanaman. Dengan melakukan frekuensi pemupukan fosfor dapat diaplikasikan secara kocor ke sekitar media tumbuh pangkal batang, kemungkinan fosfor lebih tersedia untuk diserap oleh akar untuk meningkatkan kebutuhan sumber energi dan mendukung

source dan sink tanaman, sehingga hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menemukan jawabannya.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh aplikasi vaksin CARNA-5 sejak dini di pembibitan terhadap kekebalan tubuh tanaman, sehingga lebih tahan apabila ada gangguan organisme pengganggu tanaman sebagai vektor penyebab penyakit Cucumber Mozaic Virus tomat di lapangan.

2. Untuk mengetahui apakah melalui pemangkasan dengan meninggalkan 2 dan 3 cabang utama dapat menghasilkan cabang lateral lebih produktif, bunga dan buah lebih berkualitas.

3. Untuk mengetahui apakah frekuensi pemupukan fosfor secara kocor di sekitar media tumbuh pangkal batang dapat mendukung dan meningkatkan komponen pertumbuhan dan produksi tanaman tomat.


(28)

4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh interaksi ketiga hal tersebut terhadap komponen pertumbuhan dan produksi tomat.

Hipotesis Penelitian

1. Melalui vaksin CARNA-5 sejak dini di pembibitan dapat menghambat dan menekan penyakit CMV di lapangan pertanaman.

2. Pemangkasan dengan meninggalkan 2 atau 3 cabang utama mempengaruhi pertumbuhan vegetatif serta cabang dan produksi tomat.

3. Frekuensi pemupukan fosfor secara kocor di sekitar media tumbuh pangkal batang, hara P lebih tersedia untuk diserap akar untuk meningkatkan kondisi pertumbuhan dan produktivitas tanaman tomat.

4. Perlakuan vaksin CARNA-5, pemangkasan dan frekuensi pemupukan fosfor dapat saling mendukung bagi pertumbuhan dan produksi tanaman tomat.

Kegunaan Penelitian

1. Diharapkan dapat sebagai bahan informasi bagi masyarakat luas khususnya petani dan pengelola agrobisnis tanaman tomat.

2. Sebagai bahan penulisan tesis dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh Magister Pertanian di Sekolah Pascasarjana USU Medan.


(29)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Tomat

Tanaman tomat adalah tumbuhan setahun, berbentuk perdu atau semak dan termasuk ke dalam golongan tanaman berbunga (Angiospermae), Devisio: Spermatophyta, Klas: Dicotyledoneae, Ordo: Tubiflorae, Famili: Solanaceae, Genus: Lycopersicum (Tugiono, 2001). Akar tomat merupakan jenis akar tunggang. Akar tunggang menghasilkan akar sekunder samping yang menjalar dilapisan permukaan tanah (Agroindonesia, 2005). Batang muda lemah dan berbulu, bila sudah tua bersegi, keras dan berkayu. Bunga tersusun dalam tandan yang berjumlah 4-20 buah tergantung pada varietas, yang terletak pada buku batang (Thompson dan Kelly, 1979). Bunga tomat kecil berwarna kuning cerah, dengan diameter sekitar 2 cm. Dibagian bawah terdapat 5 buah kelopak bunga yang berwarna hijau dengan mahkota berwarna kuning cerah dan berjumlah 6 buah dengan ukuran sekitar 1 cm dan mempunyai 6 buah benang sari, umumnya menyerbuk sendiri (Tim Penulis PS, 2004).

Berdasarkan sifat pertumbuhannya tomat terdiri dari type determinate yang dicirikan oleh terhentinya pertumbuhan pencabangan setelah terbentuknya bunga dan buah. Type indeterminate pertumbuhan percabangan berlangsung terus walaupun bunga dan buah telah terbentuk (Tim BPPP, 2000).

Pertumbuhan dan perkembangan organ vegetatif tanaman ditentukan oleh aktivitas meristem apikal, dari sini awal terbentuknya pemanjangan permulaan


(30)

batang dan primordia daun disertai banyaknya rangsangan hormon untuk menentukan perkembangan tanaman berikutnya. Antara ujung dan primordia daun terbentuk tunas samping, dalam kondisi yang sesuai akan berkembang menjadi cabang (Goldsworthy dan Fisher, 1984).

Buah secara botanis termasuk buah berry mempunyai 2 atau lebih rongga yang berisi biji-biji yang dilapisi senyawa gelatin yang melunak jika buah masak dan biji telah berkembang sempurna (Edmond, et al, 1975; Calvin dan Knutson, 1983).

Syarat Tumbuh Tanaman Tomat

Tanaman tomat dapat tumbuh dan berproduksi baik pada berbagai jenis tanah, tetapi paling baik pada tanah liat berpasir. Keadaan tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah tanah yang kaya humus, gembur, sirkulasi

udara dan tata air baik, pH tanah berkisar 5 – 6 dan curah hujan optimal 100-200 mm/bulan (Tim BPPP, 2000).

Tanaman tomat tidak peka terhadap fotoperiodisme, dan untuk pertumbuhan dan hasil yang baik tanaman tomat memerlukan penyinaran matahari sepanjang hari, cahaya matahari diketahui berkorelasi dengan kandungan asam askorbat di dalam buah (Thompson dan Kelly, 1979).

Untuk pertumbuhan tomat yang memuaskan dalam bentuk vegetatif maupun generatif (bunga dan buah) diperlukan:


(31)

a. Curah hujan yang cukup, tidak deras, dalam masa pertumbuhan bunga dan buahnya.

b. Suhu udara rata-rata 20 – 300C pada siang hari dan 10 – 200

c. Angin yang tidak kering dan kecepatan yang sedang (Rismunandar, 1995). C pada malam hari untuk dapat menjamin persarian yang baik.

Penyakit Cucumber Mozaic Virus (CMV)

Sampai tahun 1994 sudah dikenal sebanyak 713 virus tumbuhan. Hasil pengujian secara ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay) hanya sekitar 10 jenis virus yang menyerang tanaman cabai dan sebanyak 45.73% contoh tanaman yang sakit terinfeksi oleh patogen virus (Deptan, 1999, Semangun, 2001).

Patogen virus tersebut terletak di antara patogen yang hidup (animate pathogent) dan patogen yang mati (manimate pathogen). Di luar jaringan tanaman virus merupakan benda protein yang mati, tetapi ketika virus masuk dalam jaringan tanaman menjadi aktif dan memperbanyak diri serta dapat menular. Perpindahan patogen virus ke tanaman lain harus ada agen pembawa (Duriat, 2003).

Secara kimiawi virus ini merupakan nukleo protein yang terdiri dari asam nukleat dan protein dan RNA-nya merupakan komponen terpenting dari virus. (Semangun, 2001). Agrios, (1998) mengatakan setiap virus tumbuhan paling sedikit satu rantai asam nukleat dan protein, serta mengandung beberapa senyawa kimia tambahan seperti poliamina, lipid dan enzim spesifik.


(32)

Patogen Cucumber Mozaik Virus dapat terbawa oleh biji dan dapat terinfeksi di persemaian dan di lapangan pada fase pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman (Duriat, 2003). CMV ini sering disebut virus mosaik mentimun dan diklasifikasikan kedalam kelompok cucumo virus. Partikel virus ini bentuknya isometrik dengan ukuran 28 – 30 mm (Deptan, 1996). Strukturnya memanjang tampak seperti benang lentur disertai kisaran inangnya yang sangat luas (Agrios, 1988) dapat menginfeksi 775 jenis tanaman mulai dari gulma dan tanaman yang dibudidayakan (Deptan, 2000) serta aktif pada pH 2 – 10 (Semangun, 2001).

Kebanyakan virus penyebab penyakit tumbuhan CMV mengandung RNA tanpa membran dan sedikit DNA. Asam nukleat virus CMV terdiri atas RNA sebanyak 6.400 nukleotida dan protein virus dari 158 asam amino dalam urutan yang konstan dan bentuk susunannya heliks. Virus ini dapat memperbanyak diri dan menyebabkan infeksi penyakit tumbuhan melalui RNA-nya (Agrios, 1988, Semangun, 2001).

Semangun, (2001) mengatakan virus yang berada dalam jaringan daun tidak dapat membelah dan membentuk alat reproduksi sendiri, tetapi dapat bertambah banyak dengan mempengaruhi sel inang untuk membentuk zarah-zarah virus baru sebagai perbanyakan diri di dalam sel-sel hidup dengan cara asam nukleat virus masuk ke dalam sel inang tumbuhan untuk mengalihkan metabolisme sel tumbuhan dan sekaligus membuat bahan pembentuk virus, yang seharusnya membentuk produk sel yang normal. Partikel virus ini kemudian


(33)

terurai dan melepaskan asam nukleat dari sel inang dan bergabung dengan protein struktural untuk membentuk partikel virus baru.

Serangan virus dapat menyebabkan gangguan proses metabolisme pada sel pareankim daun dan dapat berpindah dari sel yang satu ke sel lainnya kira-kira 1 mm sebanyak 8 – 10 sel per hari secara terus menerus melalui plasmodesma sebagai penghubung sel yang berdekatan (sitoplasma antar sel), kemudian memperbanyak diri dengan cara transkripsi dan replikasi melalui RNA. Penyebaran virus sangat cepat berpindah menuju ke titik tumbuh (meristem ujung) melalui pembuluh tapis (Agrios, 1988), sehingga menyebabkan pucuk cekung mengkerut berwarna mosaik hijau pucat, daun-daun muda mosaik kuning disertai pertumbuhan tanaman terhambat.

Kerusakan yang ditimbulkan oleh virus umumnya menyebabkan menurunnya jumlah klorofil daun, luas daun, pembentukan daun baru dan substansi hormon pertumbuhan, tetapi meningkatkan substansi hormon penghambat pertumbuhan, berkurangnya nitrogen terlarut dalam jaringan tanaman pada saat infeksi dan sintesis virus. Akibat kerusakan maka laju fotosintesa akan menurun dan laju respirasi meningkat, sehingga terjadi penurunan karbohidrat disertai kronis dalam jaringan tanaman (Agrios, 1988, Semangun, 2001).

Menurut Lukman (1992), serangan virus tidak selalu mematikan tanaman, bahkan kadang tidak terlihat gejala-gejalanya, namun serangan virus ini dipastikan akan menurunkan kualitas dan produktivitas tanaman.


(34)

Faktor lingkungan yang mempengaruhi aktivitas hama daun yaitu suhu kelembaban dan intensitas cahaya matahari. Pengaruh intensitas cahaya matahari lebih berperan, sehingga secara tidak langsung penggunaan mulsa plastik perak dapat mengurangi intensitas serangan hama kutu daun sebagai vaktor virus penyebab penyakit CMV (Saleh, 2003).

Pemanfaatan Vaksin CARNA-5

Sampai saat ini belum ditemukan suatu bahan kimia (pestisida) dan secara fisik untuk dapat mematikan bahkan menginaktifkan virus yang ada di dalam jaringan sel tanaman, tanpa mengganggu kehidupan tanaman itu sendiri (Saleh, 2003).

Perkembangan penyakit CMV sangat cepat pada tanaman cabai merah. Salah satu alternatif pengendaliannya melalui vaksin CARNA-5. RNA-5 ditemukan sebagai vaksin, karena lebih mudah disintesis dalam jaringan sel tanaman dari pada RNA virus mosaik ketimun, serta dapat berasosiasi dan merupakan satelit komponen virus yang tidak berdiri sendiri dan bertindak sebagai parasitnya (Deptan, 1996, Semangun, 2001).

Penggunaan satelit virus CARNA-5 sebagai vaksin, dapat berfungsi sebagai pengontrol, membatasi dan melemahkan perbanyakan CMV yang berada di dalam jaringan sel tanaman sampai ke tingkat yang tidak merugikan, bahkan apabila terjadi serangan virus gejalanya tidak tampak atau dalam keadaan ringan (Deptan, 2000b). Artinya jika RNA-5 diberikan pada tanaman akan berfungsi sebagai asam nukleat


(35)

tambahan dan tidak akan diperlukan oleh virus untuk memperbanyak diri serta tidak menimbulkan penyakit. Pada keadaan tertentu perkembangan RNA-5 di dalam tubuh tanaman akan lebih banyak dari pada perkembangan CMV. Hal ini disebabkan karena mekanisme kerja vaksin Carna-5 secara sistemik dan menyebar keseluruh jaringan sel tanaman (Deptan, 2000b

Balai penelitian Sayuran Lembang, telah merakit bahan aktif vaksin yang terbuat dari campuran RNA virus yaitu 1, 2 dan 3 dengan RNA-5, sehingga disebut sebagai CARNA-5 atau sebagai satelit virus. RNA-5 merupakan satelit RNA virus mosaik ketimun, karena multiplikasinya tergantung pada virus penolong, yaitu virus mosaik ketimun (Murant dan Mayo, 1982 dalam

Siregar, 2004). Adanya Asosiasi antara satelit dan virus penolongnya ternyata dapat menekan gejala penyakit, bahkan dapat menekannya secara sempurna. Dengan demikian satelit dapat digunakan untuk pengendalian virus tanaman (Siregar, 2004). Penggunaan vaksin CARNA-5 harus lebih dahulu diencerkan apabila menggunakan inokulum murni dan inokulum daun (Deptan, 2000). Agrios, (1988) mengatakan setelah pengenceran harus ditambahkan larutan fosfor sebagai penyangga (buffer) dan pemberian carborundum 600 mesh untuk membantu melukai sel secara kimia pada daun tanaman.

, BPTH, 2005).

Penelitian lapangan menunjukkan bahwa tanaman cabai merah yang divaksin dengan isolat virus mengandung satelit CARNA-5 dapat menghasilkan buah yang lebih banyak dibandingkan dengan tanpa vaksin. Pada tanaman paprika


(36)

di dataran tinggi Lembang dapat meningkatkan hasil rata-rata 30% dan tanaman tomat di negara China dapat menaikkan produksi antara 10 – 15% (Deptan, 1999).

Pemangkasan

Selama fase pertumbuhan vegetatif terjadi, maka daun, batang, dan akar saling berkompetisi untuk mendapatkan assimilat, hara dan air. Jumlah assimilat yang ditrasportasikan dari ketiga organ tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas dan batang berperan sebagai penyimpan fotosintat. Sel-sel meristem seperti pucuk, daun-daun muda dan cabang muda serta organ reproduktif memiliki posisi yang lebih menguntungkan untuk mendapatkan assimilat (Widodo, 1990).

Pada daun muda hampir seluruhnya fotosintat dipergunakan untuk menghasilkan energi. Karena pada awal pertumbuhannya daun-daun muda berperan sebagai wadah dan kebutuhan assimilatnya dipasok dari daun-daun dewasa melalui floem, kemudian akan berubah menjadi sumber fotosintat. Widodo, (1990) juga sependapat bahwa daun-daun muda masih memerlukan assimilat dari organ daun-daun dewasa hingga saatnya daun muda tersebut mampu mencukupi kebutuhannya sendiri. Tujuan utama pemangkasan adalah bagaimana cara mengalokasikan assimilat agar lebih efisien ke biji maupun buah yaitu melalui pengurangan daun bagian non produktif

Pemangkasan merupakan bagian dari pemeliharaan dengan cara membuang bagian dari organ-organ tanaman yang tidak diinginkan (Poincelot,


(37)

1980) dan juga untuk mengatur bentuk kanopi tanaman, merangsang pertumbuhan bidang percabangan yang luas, membuang tanaman yang sakit dan rusak serta meremajakan kanopi tanaman (Purbiati, 1996).

Pamangkasan dapat dilakukan pada tunas air, tunas muda, cabang yang bersilang, cabang yang tumbuh melintang dan besarnya sama, cabang bersudut sempit dan cabang di bawah cabang utama, sehingga tanaman lebih seimbang dari segi ukuran, bentuk dan kokoh serta susunan cabang yang teratur dan lebih mudah dirawat (Poincelot, 1980).

Mawarni, (1998) mengatakan melalui pemangkasan distribusi cahaya matahari dapat lebih merata pada kanopi daun di bawahnya sehingga sumber (source) dapat memenuhi kebutuhan sink (wadah) yakni bunga dan buah.

Jika pemangkasan tunas apikal dilakukan maka akan terjadi pematahan dominasi pucuk dan akan merubah keseimbangan antara akar dan batang. Hal ini akan mengganggu produksi auksin dari meristem apikal dan pengaruhnya mempercepat pembatasan auksin pada tunas-tunas lateral, sehingga tunas-tunas ini akan ke luar dari dormansi, di mana air dan zat hara yang tersedia akan merangsang pertumbuhan dan munculnya percabangan baru (Poincelot, 1980).

Pemangkasan tunas apikal dan cabang meristem ortotrop adalah cara utama untuk menjaga bentuk dan ukuran tanaman. Sehingga teknik pemangkasan yang digunakan dapat mempertahankan keseimbangan antara pertumbuhan vegetatif dan generatif (Poincelot, 1980).


(38)

Pemangkasan tomat dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pemangkasan tunas dan pemangkasan batang (Deptan, 2005). Pemangkasan dimaksudkan agar dapat diperoleh buah yang besar dan cepat masak (Indonext, 2005).

Frekuensi Pemupukan Fospor

Konsep pemupukan didasarkan kepada prinsip hara, sehingga usaha untuk penetapan dosis, cara dan waktu serta jenis pupuk yang diberikan merupakan usaha dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi (Tarigan, 1999).

Salah satu usaha meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah yaitu dengan pemupukan. Pemupukan akan efektif dan efisien apabila diberikan pada saat yang tepat dengan cara yang benar yaitu dosis optimal dan jenis pupuk yang sesuai dengan kebutuhan unsur hara tanaman (Kaderi, 1998).

Fosfor merupakan unsur yang paling kritis dibandingkan dengan unsur lainnya (Haryantini dan Santoso, 2001). Muljadi, (1997) mengatakan sebelum aplikasi pupuk fosfor diberikan kedalam tanah, sebaiknya terlebih dahulu diketahui sifat-sifat mineral dan kimia dari pupuk fosfor yang digunakan.

Trisawa dkk, (1996) berpesan, penggunaan pupuk yang berlebihan selain mahal dan tidak efisien akan mengakibatkan terjadinya polusi hara dalam tanah, sehingga jika semakin banyak penggunaan pupuk fosfor ke dalam tanah untuk kebutuhan tanaman, maka unsur tersebut akan semakin banyak tertimbun didalam tanah (Haryantini dan Santoso, 2001) dan tertimbun dalam bentuk tidak tersedia bagi tanaman (Gunarto dkk, 1998).


(39)

Manurung (1987), mengatakan masalah utama fosfor dalam tanah jumlahnya yang sangat sedikit, kelarutan dan ketersediaannya yang rendah bagi tanaman, serta fiksasinya yang menyolok besar.

Ketersediaan fosfor tersebut sangat ditentukan oleh kondisi pH tanah, jumlah ion-ion Al, Fe, Ca dan Mn dalam jenis liat ikut juga berperan menentukan tingkat ketersediaan P, karena ion-ion fosfor dapat diserap oleh liat yang bermuatan negatif dan relatif tidak tersedia bagi tanaman (Tisdale dan Nelson, 1975).

Fosfor diserap oleh akar tanaman melalui mekanisme intersepsi akar, aliran masa dan proses difusi. Tanaman mengambil fosfor dari laurtan tanah dalam bentuk ion-ion HPO4-2, PO4-3 dan H2P04

-Umumnya bentuk H

. Bentuk mana yang diambil oleh tanaman pada saat kondisi tertentu sangat tergantung pada kemasaman tanah (Manurung, 1987).

2PO4- lebih banyak diambil tanaman dan lebih tersedia

dalam larutan tanah. Hal ini didukung Loveless, (1991) fosfor yang diserap oleh tanaman sebagai ortofosfat adalah H2PO4-. Sedangkan ion-ion HPO4-2

Rendahnya serapan P oleh tanaman juga disebabkan oleh kadar air tanah yang tidak mencukupi, sehingga proses difusi P kurang memadai. Kemampuan diambil oleh tanaman bergerak sangat lambat dan tergantung dengan adanya ATP. Kadar fofor dibutuhkan oleh jaringan tanaman 0,15 – 1,00% berat kering tanaman (Jones, et al, 1991).


(40)

tanaman untuk mengantisipasi rendahnya ketersediaan P merupakan salah satu mekanisme toleransi (Gunarto dkk, 1998).

Kelarutan fosfor dalam berbagai bahan pelarut cukup bervariasi yaitu fosfor larut dalam air, fosfor larut dalam asim sitrat, fosfor tersedia dan fosfor total. Oleh karena itu kelarutan fosfor dalam air masih tetap dipakai sebagai salah satu ukuran apakah pupuk fosfor dianggap baik atau tidak (Manurung, 1987).

Menurut Sumarni dan Rini (2001), untuk meningkatkan efisiensi penggunaan larutan hara fosfor dapat dilakukan dengan mengatur waktu aplikasi sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Sel tumbuhan memerlukan persediaan hara anorganik dan organik untuk pertumbuhannya, maka harus ada gerakan sinambung hara terlarut dari sumber ketempat hara terpakai (Loveless, 1991).

Bila terjadi defisiensi atau kahat unsur fosfor, maka akan terjadi penurunan pertumbuhan secara drastis (Soepardi, 1983 dalam Haryantini dan Santoso, 2001).

Unsur fosfor sifatnya sangat mobil di dalam tanaman, sehingga apabila terjadi gejala kekurangan akan nampak pada bagian daun tua yang ditandai dengan daun warna hijau dan berubah menjadi gelap atau keunguan bahkan klorosis (Gunarto dkk, 1998), disertai pertumbuhan pucuk akan terhambat dan kerdil, pertumbuhan batang tidak normal dan pertumbuhan akar berkurang (Kaderi, 1998).

Demikian sebaliknya apabila terjadi peningkatan penyerapan hara P, maka akan diikuti oleh hara lainnya, karena hara P berfungsi membentuk ATP yang


(41)

sangat berguna untuk membantu proses penyerapan hara mineral lainnya (Sastrahidayat, 1999 dalam Haryantini dan Santoso, 2001).

Fosfor merupakan komponen dan sintesis ATP dari ADP, karenanya sangat penting dalam menyimpanan dan peredaran energi di dalam sel-sel hidup dan merupakan fosfolipid bagian dari membran, nukleotida, kofaktor berbagai koenzim serta membentuk kompleks dengan gula dan ikut berpartisipasi dalam fosforilasi berbagai senyawa perantara fotosintesa dan respirasi (Loveless, 1991) dan juga merupakan komponen RNA dan DNA sebagai informasi genetik (Jones,

et al, 1991).

Sebagian besar P terdapat dalam bagian-bagian muda tanaman, pada bunga dan biji. Unsur P ini juga berpengaruh pada pembentukan bunga, pembagian sel, pematangan buah, perkembangan akar halus dan rambut dan meningkatkan kualitas hasil (Soepardi, 1979 dalam Manurung, 1987).


(42)

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian ini telah dilakukan disuatu lahan berlokasi di Desa Pertapaan, Sigalingging Dairi dengan ketinggian tempat 1400 m dpl dan telah berlangsung mulai Maret – Agustus 2006.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan terdiri atas benih hibrida tomat varietas Marta, vaksin CARNA-5 biakan inokulum dari daun zukini, Carborundum 600 mesh, Aquades steril, Air, 0,01 M Fosfat buffer pH 7.0, 0.03 M Na2PO4, Alkohol 70 dan 96%, pupuk

kandang 20 ton/ha-1, urea 400 kg/ha-1, TSP 600 kg ha-1, KCL 120 kg ha-1

Alat yang digunakan antara lain cotton bud, mortar dan pastelnya, beker gelas, gelas ukur, batang pengaduk, hand counter, hand sprayer, knapsack sprayer, ember plastik, drum plastik biru, gayung, gembor, gunting, pisau, meteran, tali nilon dan plastik, cangkul, garu, angkong, sekop besar dan kecil, batu bata, goni plastik, kayu pacak dan pengaduk pupuk, mulsa plastik hitam perak, beserta mesin pompa air, baby , Pestisida Perfektan 425 EC 2,0 ml/l, Curacron 500 EC 2.0 ml/l, Agrimec 18 EC 0,50 ml/l, Pegasus 500 EC 2,0 ml/l, Proclaim 2,0 g/l Air, Manteb 80 WP 2,0 g/l, Zirol 80 WP 3,0 g/l, Matador 25 EC 0,5 ml/l, Petrogenol 800 l 1,0 ml, Noxone 297 AS 3 l/ha, Agrimicyn 2 g/l, APSA 800 WSC 0,5 ml/l, Curater 2 g pertanaman.


(43)

polibeg ukuran 10 x 15 cm, pH meter, kamera, timbangan analitik ketelitian 0,1 g, timbangan kasar 20 kg, oven, dan alat-alat tulis.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan petak terbagi (RPT) sebagai rancangan lingkungannya dengan 3 faktor, yaitu:

Faktor pertama perlakukan immunisasi vaksin CARNA-5 sebagai petak utama terdiri atas 2 jenis:

V0

V

= Tanpa immunisasi vaksin CARNA-5

1

Faktor kedua perlakukan pemangkasan sebagai anak petak terdiri atas 3 taraf: = Immunisasi vaksin CARNA-5

A1

A

= Meninggalkan 2 cabang primer

2

A

= Meninggalkan 3 cabang primer

3

Faktor ketiga perlakuan frekuensi pemupukan fosfor (600 kg ha = Tanpa pemangkasan

-1

P

) sebagai anak-anak petak terdiri dari 4 taraf:

k

P

= sebagai kontrol diberikan pada saat tanam dengan cara tabur

1

P

= 1 x aplikasi, diberikan pada umur 15 hari setelah tanam (hst) dengan cara kocor

2

P

= 3 x aplikasi, diberikan pada umur 15, 30, 45 hst dengan cara kocor

3

Dengan demikian percobaan terdiri atas 2 x 3 x 4 = 24 kombinasi perlakuan dan setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 3 kali, sehingga seluruhnya ada


(44)

24 x 3 = 72 unit percobaan. Tiap unit percobaan terdiri dari 21 tanaman, maka jumlah populasi 72 x 21 = 1.512 tanaman utama. Untuk melengkapi keperluan data digunakan sampel tetap sebanyak 5 tanaman dari sejumlah populasi tanaman tiap petak.

Metode Analisis Data

Percobaan dilakukan menggunakan rancangan petak terbagi (RPT) dengan model matematis adalah sebagai berikut:

Yijkl = µ + ρi + αij + εij + βk + (αβ)jk + εijk + ιl + (βι)kl + (αι)jl + (αβι)jkl +

εijkl

Di mana, ,

Yijkl

µ = Rata-rata umum nilai pengamatan.

= Nilai pengamatan pada ulangan ke-i, perlakuan immunisasi vaksin CARNA-5 taraf ke-j, pemangkasan taraf ke-k, dan frekuensi pemupukan fosfor taraf ke-1.

ρi

α

= Pengaruh ulangan taraf ke-i.

j

ε

= Pengaruh perlakuan immunisasi vaksin CARNA-5 taraf ke-j.

ij

β

= Pengaruh galat pada taraf i dan immunisasi vaksin CARNA-5 taraf ke-j.


(45)

(αβ)jk

ε

= Pengaruh interaksi perlakuan immunisasi vaksin CARNA-5 taraf ke-j dan pemangkasan taraf ke-k.

ijk

ι

= Pengaruh galat pada taraf ke-i, immunisasi vaksin CARNA-5 taraf ke-j dan perlakuan pemangkasan taraf ke-k.

l

(βι)

= Pengaruh perlakuan frekuensi pemupukan fosfor taraf ke-1.

kl

(αι)

= Pengaruh interaksi perlakuan pemangkasan taraf ke-k dan frekuensi pemupukan fosfor taraf ke-1.

jl

(αβι)

= Pengaruh interaksi perlakuan immunisasi vaksin CARNA-5 traf ke-j dan frekuensi pemupukan fosfor taraf ke-1.

jkl

ε

= Pengaruh interaksi perlakuan immunisasi vaksin CARNA-5 taraf ke-j pemangkasan taraf ke-k, dan frekuensi pemupukan fosfor taraf ke-l.

ijkl

Jika pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamatai menunjukkan pengaruh yang nyata dilihat dari sidik ragam dilanjutkan dengan uji jarak Duncan dan analisis regresi (Gomez dan Gomez, 1995). Pengujian ini bertujuan untuk melihat perbedaan pengaruh setiap perlakuan maupun kombinasi perlakuan terhadap perubah yang diamati.

, = Pengaruh galat pada taraf ke-i, immunisasi vaksin CARNA-5 taraf ke-j, pemangkasan taraf ke-k, frekuensi pemupukan fosfor taraf ke-1.


(46)

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Media Persemaian

Media persemaian berupa tanah topsoil yang terlebih dahulu dikering anginkan selama ± 4 hari sekaligus dilakukan sterilisasi dengan formalin 5 % sebanyak 5 cc untuk 5 kg media dan ditutup rapat dengan plastik hitam.

Kemudian media persemaian diisi ke dalam baby polibag ukuran 10 x 15 cm menggunakan sekop kecil sebanyak 3024 baby polibag. Sekitar areal persemaian terlebih dahulu disemprot dengan insektisida Curacron 500 EC 2 cc/l air. Kemudian baby polibeg dibagi dua menjadi 1512 untuk masing-masing persemaian dan ditata rapi.

Sehari sebelum semai tanah baby polibag disiram sampai jenuh dan lobang tanam benih ditentukan sedalam 0,5 – 1,0 cm. Benih hibrida Tomat varietas Marta terlebih dahulu direndam dalam larutan 10 % Natrium Fosfat (Na2PO4

Baby polibag disusun di atas bedengan dalam ruangan kasa. Benih dapat disiram 2 kali sehari pagi dan sore.

) 0,03 M selama 1 – 2 jam untuk menghilangkan dan membersihkan virus yang menempel pada permukaan benih (Duriat dan Gunaeni, 2004).

Persiapan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang tersedia seluas 43,2 x 42 m disemprot dengan Noxone 297 AS 3 l/ha. Sisa gulma yang masih ada, sampah dan batu-batuan dibersihkan secara manual.


(47)

Pengolahan tanah dilakukan dengan mencangkul tanah sedalam 25-30 cm. Bersamaan dengan itu diberikan pupuk kandang dengan dosis 0,5 kg/tanaman (Warintek, 2005). Kemudian dibuat bedengan. Bedengan yang telah dipupuk dan dirapikan ditutup dengan mulsa plastik hitam perak. Kemudian dibuat lubang tanam dengan jarak 50 cm x 180 cm.

Analis Tanah

Untuk mendukung data penelitian dan memperoleh gambaran penyebaran residu status hara yang berhubungan dengan perlakuan frekuensi pemupukan fosfor, dilakukan analisis tanah bersamaan dengan pengukuran pH-nya. Contoh tanah komposit diambil dari tumpukan tanah top soil sebanyak 250 – 500 g dan dikirim ke laboratorium untuk dianalisis (Kaderi, 1996).

Jika analisa tanah menunjukkan pH (H2

Status hara tanah yang dianalisa mencakup, C (%), N (%), C/N, P-tersedia (ppm, Bray 2), P

O) berada di bawah 5,5 dilakukan pengapuran dengan cara sebar dan merata pada tumpukan tanah, berdasarkan hubungan nilai pH tanah dengan jumlah dolomit yang dibutuhkan (BPTP, 2002).

2O5

Penanaman dan Pemeliharaan

total (ppm), K-dd (me/100 g), Ca-dd (me/100 g), Mg-dd (me/100 g), Al-dd (me/100 g), Fe (ppm), KTK (me/100 g) dan kejenuhan basa (%).

Penanaman dilakukan ketika semaian/bibit telah berumur 3 minggu. Bibit dikeluarkan dari kantong plastik dengan hati-hati, agar bibit tidak rusak. Bibit ditanam dengan posisi tegak lurus. Lubang ditutup dengan tanah sekitarnya serta agak ditekan sedikit. Kemudian tanaman dapat disiram pagi dan sore.


(48)

Pupuk diberikan yaitu Urea 400 kg ha-1, KCL 120 kg ha-1

Setelah tanaman berumur 3 minggu setelah tanam perlu diberi ajir (lanjaran) dari bambu, untuk mencegah tanaman roboh.

diberikan dalam 2 tahap yaitu umur 2-3 mst dan 4-5 mst. Pemberian pupuk perawatan dilakukan dengan cara diletakkan dalam garutan sedalam 5-10 cm (DBPH, 1997). Pupuk TSP diberikan sesuai dengan perlakuan frekuensi pemupukan fosfor.

Perlakuan Vaksin CARNA-5

Bahan aktif vaksin CARNA-5 dari biakan inokulum daun Zukini yang sudah dirajang berasal dari Balitsa Lembang dilakukan dengan prosedur kerja sebagai berikut, mortar dan pastelnya beserta perangkatnya yang sudah bersih terlebih disemprot dengan alkohol 70 % agar benar-benar steril.

Vaksin CARNA-5 biakan inokulum daun Zukini digerus ke dalam mortar sampai halus dan ditambahkan 0.01 M fosfor buffer inokulasi pH 7.0 dengan perbandingan 1 : 40 (berat (g)/volume (ml) dan diaduk sampai merata di dalam beker gelas. Sebelum vaksin CARNA-5 diinokulasikan, bibit tomat yang berdaun 2 – 3 terlebih dahulu ditaburi Carborundum 600 mesh (abrasive) menggunakan cotton bud

secara merata pada permukaan daun kotiledon dan daun yang sudah terbentuk.

Hasil pengenceran cairan vaksin CARNA-5 diaplikasikan secara mekanis ke daun tanaman yang mendapat Carborundum dengan cara mengoleskan cairan ekstrak tersebut menggunakan cotton bud secara merata. Bibit tomat yang telah divaksin akan nampak terkulai, untuk mengatasinya bibit segera disemprot dengan air aquades steril


(49)

untuk membersihkan Carborundum yang menempel dan memulihkan kesegaran bibit (Deptan, 2000b).

Perlakuan Pemangkasan

Pemangkasan tomat dilakukan pada umur 4-6 mst dengan meninggalkan 2 dan 3 cabang utama. Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan alat gunting kecil atau dengan cara dirempel dengan jari tangan. Sebelum dan sesudah pemangkasan dari satu tanaman ke tanaman berikutnya terlebih dahulu alat gunting dan/atau jari tangan direndam dengan alkohol 96 % untuk menghindari kontaminasi dan masuknya penyakit virus dan penyakit cendawan ke dalam tanaman yang terluka.

Perlakuan Frekuensi Pemupukan Fosfor

Pupuk TSP 46 % dosis 600 kg ha-1 (DBPH, 1997) yang digunakan untuk perlakuan. Luas lahan perplot dalam penelitian 3,5 x 5,4 m = 18,9 m2

P

dan setelah dikonversi dari populasi per ha = 11.111 tanaman, maka diperoleh dosis 54 g TSP pertanaman x 1.512 tanaman = 81.648 g (81,648 kg) dengan perincian perlakuan sebagai berikut:

k

P

= 54 g TSP pertanaman x 21 tanaman = 1.134 g perpetak x 18 petak = 20.412 g diberikan ke lobang tanam cara tabur 1 hari sebelum tanam.

1 = 54 g TSP pertanaman x 21 tanaman = 1.134 g perpetak/1.050 ml air x 18

petak = 20.412 g/18.900 ml air (18,9 l air), larutan fosfor dibuat 20 liter yaitu 21,6 kg/20 l diberikan pada umur 15 hst.


(50)

P2

P

= 1/3 x 1.134 g perpetak/1.050 ml air, larutan fosfor dibuat 20 liter yaitu 7,2 kg/20 l diberikan pada umur 15, 30, 45 hst.

3

Untuk mempermudah pelaksanaan dan pendekatan keakuratan frekuensi pemupukan fosfat, maka TSP terlebih dahulu direndam dengan air selama 2 x 24 jam disertai pengadukan untuk mempermudah pelarutan TSP. Perlakuan P

= 1/5 x 1.134 g perpetak/1.050 ml air, larutan fosfor dibuat 20 liter yaitu 4,32 kg/20 l diberikan pada umur 15, 30, 45, 60, 75 hst.

1, P2, P3, diberikan

dalam bentuk larutan fosfat sebanyak 50 ml pertanaman setiap kali frekuensi pemupukan dengan cara kocor di sekeliling pangkal batang media tumbuh.

Peubah yang Diamati

Pengamatan dan pengumpulan data yang diperoleh dari tanaman sampel tetap yang telah ditentukan secara acak untuk masing-masing sampel 5 tanaman, kemudian dirata-ratakan.

Panjang batang utama (cm)

Panjang batang utama diukur dari permukaan tanah sampai titik tumbuh dari masing-masing sampel tetap dan diukur 15 hari sekali.

Umur berbunga (hari)

Umur berbunga dihitung pada saat 75 % tanaman telah mengeluarkan bunga dari masing-masing tanaman sampel tetap.

Jumlah bunga pertandan (buah)


(51)

Jumlah tandan buah yang menghasilkan buah yang dapat dipanen (tandan) Jumlah buah jadi pertandan (buah)

Umur panen (hst)

Umur panen dihitung pada saat buah menunjukkan kriteria panen yaitu pada tingkatan hijau masak (warna kemerah-merahan).

Berat buah pertanaman (gram)

Berat buah pertanaman ditimbang setiap periode panen dari masing-masing sampel tetap.

Jumlah buah berdasarkan kelompok bobot buah

(Besar, > 60 g; sedang, 40 g - 60 g; dan kecil < 40 g) pertanaman yang diperoleh setiap kali panen.

Ukuran buah (cm)

Ukuran buah yang diamati adalah diameter dan panjang buah. Buah yang diambil adalah 3 buah pertanaman sampel berdasarkan kelompok bobot buah yang diperoleh setiap kali panen.

Kandungan vitamin C

Kandungan vitamin C dihitung dengan titrasi yodium. Sampel diambil dari tandan kedua setiap tanaman.

Pengamatan kandungan vitamin C dilakukan dengan bantuan laboratorium Central Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.


(52)

Intensitas serangan penyakit diamati selang 15 hari, mulai umur 15 hst sampai umur 75 hst sebanyak 5 kali dari masing-masing sampel tetap (Duriat dan Gunaeni, 2004) dengan persamaan sebagai berikut:

I =

NxZ NxV) (

Σ

x 100 % di mana,

I = Jenis gejala serangan

n = Jumlah tanaman yang termasuk kedalam skala gejala tertentu V = Nilai skala gejala tertentu

N = Jumlah tanaman yang diamati Z = nilai skala keparahan gejala tertinggi

Skala gejala keparahan diklasifikasikan sebagai berikut: 0 = Tanaman sehat tidak menunjukkan gejala virus

1 = Tanaman menunjukkan gejala mosaik ringan atau seperti jala ( 1 – 25 %) 2 = Tanaman menunjukkan gejala mosaik kuning (25 – 50 %)

3 = Tanaman menunjukkan mosaik kuning berat, daun cekung dan berkerut (50 – 75 %)

4 = Tanaman menunjukkan seluruh daun kuning bert, cekung berkerut, tanaman kerdil dan buah sangat berkurang (> 75 %)

Analisis kadar P dalam Tanaman

Untuk mengetahui kadar pupuk fosfor dalam tanah yang diserap oleh tanaman tomat, dilakukan analisis jaringan tanaman secara keseluruhan mencakup akar, bunga dan buah yaitu pada umur 90 hst cara komposit melalui metode Bray 2.


(53)

HASIL DAN PEMBAHASAN

H a s i l

Hasil uji beda rataan panjang batang utama (cm), umur berbunga (hari), jumlah bunga pertandan (buah), jumlah tandan buah yang menghasilkan buah yang dapat dipanen (tandan), jumlah buah jadi pertandan (buah), umur panen (hari), bobot buah pertanaman (g), jumlah buah berdasarkan kelompok bobot buah (buah), ukuran buah: diameter dan panjang buah (cm), intensitas serangan penyakit CMV (%) terdapat pada rangkuman Tabel 1.

Panjang Batang Utama (cm)

Hasil rataan data pengamatan panjang batang utama (cm) umur 15, 30, 45 dan 60 hst tanaman tomat terdapat pada Lampiran 1 dan kuadrat tengah sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Dari sidik ragam diketahui bahwa panjang batang utama hanya perlakuan frekuensi pemupukan fosfor cara tabur dan kocor (P) pada umur 30 hst sangat nyata pengaruhnya dan setelah umur 45 hst menjadi nyata pengaruhnya, sedangkan pada umur 15 dan 60 hst tidak nyata pengaruhnya pada masing-masing perlakuan tunggal. Perlakuan Vaksin (V) dan pemangkasan (A) serta interaksi ketiganya tidak menunjukkan pengaruh yang nyata, sehingga uji beda rataannya terdapat pada Tabel 2.


(54)

Tabel 2. Uji Beda Rataan Panjang Batang Utama (cm) Tanaman Tomat pada Perlakuan Vaksin, Pemangkasan dan Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara Tabur dan Kocor Umur 15, 30, 45 dan 60 hst

Perlakuan Panjang Batang Utama (cm) Umur hst

15 30 45 60

Vaksin (V)

V0 (Tanpa Vaksin) 18.130 42.243 74.944 110.539

V1 (Dengan Vaksin) 17.130 39.808 74.711 108.602

Pemangkasan (A)

17.693 40.819 73.936 108.814 17.693 40.819 73.936 108.814 A1 (Meninggalkan 2 cabang primer) 17.693 40.819 73.936 108.814

A2 (Meninggalkan 3 cabang primer) 17.491 41.012 74.673 111.867

A3 (Tanpa Pemangkasan) 17.707 41.245 75.873 108.031

Frekuensi Pemupukan Fosfor (P)

PK (Saat Tanam Cara Tabur) 18.604 46.511aA 80.743aA 109.912

P1 (15 hst Cara Kocor) 17.189 38.367bB 68.996bB 102.681

P2 (15,30,45 hst Cara Kocor) 17.228 38.448bB 73.600abAB 110.810

P3 (15,30,45,60, dan 75 hst Cara Kocor) 17.500 40.776bAB 75.970abAB 114.879

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf kecil (besar) yang tidak sama pada kolom perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % (1 %) dan tidak bernotasi berbeda tidak nyata menurut uji Jarak Duncan

Pada Tabel 2, terlihat bahwa perlakuan (PK) cara tabur memberikan panjang

batang utama terpanjang umur 30 hst (46.511 cm) yang berbeda sangat nyata dengan perlakuan (P1), (P2) tetapi tidak nyata dengan (P3), sedang diantara perlakuan (P1),

(P2) dan (P3) saling berbeda tidak nyata dan batang utama paling pendek ditemukan


(55)

batang utama terpanjang pada perlakuan (PK) (80.743cm) berbeda sangat nyata

dengan (P1) tetapi saling berbeda tidak nyata dengan (P2), (P3) di mana (P1

Hubungan antara panjang batang utama (cm) dengan frekuensi pemupukan fosfor cara tabur dan kocor (P) disajikan pada Gambar 1.

) masih tetap merupakan batang terpendek.

Ỹ = 67.624 + 1.744P , r = 0.967

60.0 65.0 70.0 75.0 80.0

0 1 2 3 4 5

(Pemberian)

Frekuensi Pemupukan Fosfor (P) Cara Kocor

Pan jan g B atan g Utam a (c m ) 4 5 h st

Ỹ = 37.391 + 0.602P, r = 0.775

37.5 38.0 38.5 39.0 39.5 40.0 40.5 41.0

0 1 2 3 4 5

Pan jan g B atan g Utam a (c m ) 3 0 h st a b


(56)

Gambar 1. Hubungan antara Panjang Batang Utama (cm) Umur 30 hst (a) dan 45 hst (b) dengan Frekuensi Pemupukan Fosfor Tanaman Tomat

PadaGambar 1 (a), umur 30 dan 45 hstmemperlihatkanbahwa tanggap tanaman tomat hubungannya menunjukkan grafik linear positif dengan persamaan Ỹ (a) = 37.39 + 0.602P, r = 0.755., Ỹ = 67.624 + 1.744P, r = 0.967.

Umur Berbunga (Hari)

Hasil rataan data pengamatan umur berbunga (hari) tanaman tomat pada perlakuan vaksin (V), pemangkasan (A) dan frekuensi pemupukan fosfor cara tabur dan kocor (P) terdapat pada Lampiran 3 dan kuadrat tengah sidik ragamnya terdapat pada Lampiran 4.

Tabel 3. Uji Beda Rataan Umur Berbunga (Hari) Tanaman Tomat pada Perlakuan, Vaksin, Pemangkasan dan Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara Tabur dan Kocor

Perlakuan Umur Berbunga (Hari) Vaksin (V)

V0 (Tanpa Vaksin) 37.575

V1 (Dengan Vaksin) 38.361

Pemangkasan (A)

A1 (Meninggalkan 2 cabang primer) 37.608

A2 (Meninggalkan 3 cabang primer) 37.717

A3 (Tanpa Pemangkasan) 38.579

Frekuensi Pemupukan Fosfor (P)

PK (Saat Tanam Cara Tabur) 35.233bB

P1 (15 hst Cara Kocor) 39.567aA

P2 (15,30,45 hst Cara Kocor) 39.517aA

P3 (15.30.45.60. dan 75 hst Cara Kocor) 37.556abAB

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf kecil (besar) yang tidak sama pada kolom perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5


(57)

% (1 %) dan angka yang tidak bernotasi berbeda tidak nyata menurut uji Jarak Duncan

Dari sidik ragam diketahui bahwa perlakuan tunggal vaksin dan pemangkasan serta interaksi ketiganya tidak nyata pengaruhnya dan hanya perlakuan tunggal frekuensi pemupukan fosfor cara tabur dan kocor sangat nyata pengaruhnya terhadap umur berbunga (hari). Hasil uji beda rataan terdapat pada Tabel 3 di atas.

Pada Tabel 3, terlihat bahwa tercepat umur berbunga pada perlakuan (PK)

diikuti (P3) yang tidak nyata, dan paling lama pada (P2) dan (P1), yang sangat nyata

lebih lama dari (PK), tapi tidak nyata dengan (P3

Hubungan antara umur berbunga (hari) dengan perlakuan frekuensi pemupukan fosfor cara kocor terdapat pada Gambar 2.

).

Y = 40.388 - 0.5028P, r = -0.771

37.0 37.5 38.0 38.5 39.0 39.5 40.0 40.5

0 1 2 3 4 5

Frekuensi pemupukan Fosfor (P) Cara Kocor

U

m

ur

B

er

bunga (

har

i)

Gambar 2. Hubungan Antara Umur Berbunga (Hari) dengan Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara Kocor Tanaman Tomat

Dari Gambar 2, dapat dilihat umur berbunga hubungannya menunjukkan linear negatif mengikuti persamaan Ỹ = 40.388 - 0.503 (r = - 0.77).


(58)

Jumlah Bunga Pertandan (Buah)

Hasil rataan data pengamatan jumlah bunga pertandan (buah) tanaman tomat pada perlakuan vaksin (V), pemangkasan (A) dan frekuensi pemupukan fosfor (P) cara tabur dan kocor terdapat pada Lampiran 3 dan kuadrat tengah sidik ragamnya terdapat pada rangkuman Lampiran 4. Dari sidik ragam diketahui pada perlakuan tunggal frekuensi pemupukan fosfor dan interaksi vaksin dengan frekuensi pemupukan fosfor cara tabur dan kocor sangat nyata pengaruhnya. Interaksi kombinasi ketiga perlakuan tidak nyata pengaruhnya terhadap jumlah bunga pertandan (buah), sehingga hasil uji beda rataan terdapat pada Tabel 4.

Tabel 4. Uji Beda Rataan Jumlah Bunga Pertandan (Buah) Tanaman Tomat pada Interaksi Perlakuan Vaksin dan Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara Tabur dan Kocor

Perlakuan Vaksin Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara Tabur dan Kocor Rataan

PK P1 P2 P3

V0 6.667cB 7.394bAB 7.881abA 8.123aA 7.516

V1 7.717abA 7.399bAB 7.732abA 8.022aA 7.718

Rataan 7.192 7.397 7.807 8.073

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil (besar) yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % (1 %) menurut uji jarak Duncan

Pada Tabel 4, kombinasi perlakuan (V0P3) dan (V1P3) jumlah bunga

pertandan paling banyak (8 tandan) dan nyata lebih banyak dari kombinasi perlakuan (V0P1) dan (V1P1), serta sangat nyata dari (V0Pk). Diantara (V0P3), (V1P3), (V0P2)


(59)

sedikit jumlah bunga pertandannya ditemukan pada kombinasi perlakuan (V0PK

Hubungan antara jumlah bunga pertandan (buah) tanaman tomat dengan perlakuan frekuensi pemupukan fosfor cara kocor yang mendapat perlakuan vaksin Carna-5 ditampilkan pada Gambar 3.

) sebanyak (6 tandan) yang berbeda nyata dengan lainnya

Gambar 3. Hubungan antara Jumlah Bunga Pertandan (Buah) dengan Frekuensi Pemupukan Fosfor Tanaman Tomat yang Mendapat Perlakuan Vaksin Carna-5 (V0 = tanpa Carna-5, V1 = diberi Carna-5)

Dari Gambar 3, terlihat hubungan jumlah bunga pertandan (buah) dengan perlakuan frekuensi pemupukan fosfor cara tabur dan kocor yang mendapat perlakuan vaksin Carna-5 mengikuti hubungan linear positif dengan persamaan ỸV0 = 7.253 + 0.182P (r = 0.964) dan ỸV1 = 7.251 + 0.156P (r = 0.998). Dengan dibagi-baginya pemberian pupuk fosfor, maka jumlah bunga pertandan lebih banyak. Juga terlihat bahwa relatif jumlah bunga lebih banyak pada yang tidak diberi vaksin Carna-5.

Jumlah Tandan Buah yang Menghasilkan Buah yang Dapat Dipanen (Tandan)

Hasil rataan data pengamatan jumlah buah yang menghasilkan buah yang dapat dipanen (tandan) tanaman tomat pada perlakuan vaksin (V), pemangkasan (A) dan frekuensi pemupukan fosfor cara tabur dan kocor (P) terdapat pada Lampiran 3

Ỹv0 = 7.253 + 0.182P, r = 0.964

Ỹv1 = 7.251 + 0.156P, r = 0.998

7.3 7.5 7.7 7.9 8.1 8.3 8.5

0 1 2 3 4 5

(Pemberian)

Frekuensi Pemupukan Fosfor (P) Cara Kocor

Jum la h Bung a P ert and an (bu ah) V0 V1


(60)

dan kuadrat tengah sidik ragamnya terdapat pada rangkuman Lampiran 4. Dari sidik ragam diketahui perlakuan pemangkasan nyata pengaruhnya dan perlakuan frekuensi pemupukan fosfor cara tabur dan kocor sangat nyata pengaruhnya. Interaksi ketiganya tidak nyata pengaruhnya terhadap jumlah tandan buah yang menghasilkan buah yang dapat dipanen (tandan), sehingga uji beda rataannya terdapat pada Tabel 5. Tabel 5. Uji Beda Rataan Jumlah Tandan Buah yang Menghasilkan Buah yang Dapat

Dipanen (tandan) Tanaman Tomat pada Perlakuan Vaksin, Pemangkasan dan Frekuensi Pemupukan Fosfor Cara Tabur dan Kocor

Perlakuan Jumlah Tandan Buah yang Menghasilkan

Buah yang Dapat Dipanen (Tandan) Vaksin (V)

V0 (Tanpa Vaksin) 5.044

V1 (Dengan Vaksin) 5.650

Pemangkasan (A)

A1 (Meninggalkan 2 cabang primer) 5.442abA

A2 (Meninggalkan 3 cabang primer) 4.908bA

A3 (Tanpa Pemangkasan) 5.692aA

Frekuensi Pemupukan Fosfor (P)

PK (Saat Tanam Cara Tabur) 4.900bB

P1 (15 hst Cara Kocor) 5.333aAB

P2 (15,30,45 hst Cara Kocor) 5.656aA

P3 (15.30.45.60. dan 75 hst cara Kocor) 5.500aA

Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf kecil (besar) yang tidak sama pada kolom perlakuan yang sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % (1 %) dan tidak bernotasi berbeda tidak nyata menurut uji Jarak Duncan

Pada Tabel 5, perlakuan tanpa pemangkasan (A3) menghasilkan jumlah

tandan buah yang menghasilkan buah yang dapat dipanen terbanyak (5.692 buah) yang nyata lebih banyak dari pada perlakuan pemangkasan meninggalkan 3 cabang primer (A2) (4.908 buah). Jumlah tandan buah yang menghasilkan buah yang dapat


(61)

dipanen paling sedikit ditemukan pada perlakuan pemangkasan meninggalkan 3 cabang primer (A2) (4.908 buah) yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan (A1),

sehingga bar diagramnya ditampilkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Bar Diagram Jumlah Tandan Buah yang Menghasilkan Buah yang Dapat Dipanen (Buah) Tanaman Tomat pada Perlakuan Pemangkasan (A1 =

Meninggalkan 2 Cabang Primer, A2 = Meninggalkan 3 Cabang Primer

dan A3 = Tanpa Pemangkasan)

Pada tabel yang sama, perlakuan frekuensi pemupukan fosfor cara tabur dan kocor terhadap jumlah tandan buah yang menghasilkan tandan buah yang dapat dipanen terbanyak ditemukan pada (P2) (5.656 buah) dan diikuti oleh (P3) (5.500

buah) dan (P1) (5.333 buah) yang berbeda tidak nyata satu dengan lainnya, tetapi

berbeda nyata pada perlakuan Pk yang merupakan penghasil jumlah tandan buah yang

menghasilkan buah yang dapat dipanen paling sedikit (4.900 tandan). 4.4 4.6 4.8 5.0 5.2 5.4 5.6 5.8

A1 (2 cabang) A2 (3 cabang) A3 (banyak cabang) Pemangkasan (A) Jum la h t anda n bua h ya ng m engha si lk an bua h ya ng da pa t di pa ne n ( ta nda n)


(62)

Hubungan antara jumlah tandan buah yang menghasilkan buah yang dapat dipanen (tandan) tanaman tomat dengan perlakuan frekuensi pemupukan fosfor cara kocor ditampilkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Hubungan antara Jumlah Tandan Buah yang Menghasilkan Buah yang Dapat Dipanen dengan Frekuensi Pemupukan Fosfor Tanaman Tomat

PadaGambar 5, memperlihatkanbahwa tanggap tanaman tomat hubungannya menunjukkan grafik kuadratik posisitf dengan persamaan Ỹ = 5,371 + 0.115P - 0.017P2, (R2 = 0,511) dengan jumlah tandan buah yang menghasilkan buah yang dapat dipanen maksimum = 5.568 buah pada perlakuan frekuensi pemupukan fosfor 3.44 kali kocor diberikan pada umur 15, 30 dan 45 hst. Sumber dan dosis fosfor yang diberikan cara tabur dan kocor pada tanaman tomat sama dosisnya yaitu 54 g TSP per tanaman dengan setiap pemberiaan 1/3 dosis dan juga terlihat bahwa walaupun berbeda tidak nyata namun (V1) lebih besar dari (V0).

Ỹ = 5.371 + 0.115P – 0.017P2

R2 = 0.511,JTBD=5.568 pada Frekuensi =3.441

5,35 5,40 5,45 5,50 5,55 5,60 5,65 5,70

0 1 3 5

Frekuensi Pemupukan Fosfor (P)cara Kocor

Jum la h T anda n B ua h ya ng m engha si lka n bua h ya ng da pa t di pa ne n ( ta nda n )


(63)

Jumlah Buah Jadi Pertandan (Buah)

Hasil data pengamatan Jumlah Buah Jadi Pertandan (buah) tanaman tomat pada perlakuan vaksin (V), pemangkasan (A) dan frekuensi pemupukan fosfor (P) cara tabur dan kocor terdapat pada rangkuman Lampiran 3 dan kuadrat tengah sidik ragamnya terdapat pada Lampiran 4. Dari sidik ragam diketahui hanya pada kombinasi perlakuan vaksin (V) dengan pemangkasan (A) nyata pengaruhnya dan ketiga interaksi kombinasi perlakuan tidak nyata pengaruhnya terhadap jumlah buah jadi pertandan (buah), sehingga hasil uji beda rataan terdapat pada Tabel 6.

Tabel 6. Uji Beda Rataan Jumlah Buah Jadi Pertandan (buah) Tanaman Tomat pada Interaksi Perlakuan Vaksin dan Pemangkasan

Perlakuan Vaksin Perlakuan Pemangkasan Rataan

A1 A2 A3

V0 4.011aAB 3.844abAB 4.243aA 4.033

V1 3.873abAB 4.026aAB 3.553bB 3.817

Rataan 3.942 3.935 3.898

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil (besar) yang tidak sama menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5 % (1 %) menurut uji jarak Duncan

Pada Tabel 6, kombinasi perlakuan (V0A3) jumlah buah jadi pertandan

terbanyak (4.243 tandan) yang berbeda tidak nyata dari kombinasi perlakuan (V1A2)

(4.026 tandan) diikuti pada kombinasi perlakuan (V0A1) (4.011 tandan) tetapi

berbeda tidak nyata dengan (V1A1) (3.873 tandan) dan (V0A2) (3.844 tandan).


(64)

(V1A3) (3.533 tandan) yang berbeda tidak nyata dengan (V1A1) dan (V0A2

Hubungan antara jumlah buah jadi pertandan (tandan) tanaman tomat dengan perlakuan berbagai pemangkasan yang mendapat perlakuan vaksin Carna-5

ditampilkan pada Gambar 6.

) dan juga terlihat walaupun berbeda tidak nyata, tetapi ada tendensi bahwa yang diberi vaksin lebih sedikit dari tanpa vaksin.

3.20 3.40 3.60 3.80 4.00 4.20 4.40

1 2 3

Pemangkasan

J

um

lah B

uah J

adi

P

er

tandan

(buah)

V0 = tanpa diberi vaksin V1 = diberi vaksin

Gambar 6. Bar Diagram Jumlah Buah Jadi Pertandan (buah) Tanaman Tomat pada Perlakuan Vaksin Carna-5 (V0 = tanpa Carna-5, V1 = diberi Carna-5) dan

Pemangkasan (A1 = Meninggalkan 2 Cabang Primer, A2 = Meninggalkan

3 Cabang Primer dan A3 = Tanpa Pemangkasan)

Dari Gambar 6, terlihat jumlah buah jadi pertandan (buah) dengan perlakuan berbagai pemangkasan yang mendapat perlakuan vaksin Carna-5 justru yang tidak dipangkas lebih memberikan jumlah buah jadi pertandan diikuti oleh yang tinggal 2

A3 A2


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)