1. Penyediaan larva C. saccharphagus
Larva C. saccharphagus instar 3 - 4 diperoleh dari Perkebunan Tebu Balai Riset dan Pengembangan Tebu Sei Semayang.
2. Perbanyakan parasitoid S. inferens Dimasukkan imago jantan S. inferens berumur 3 hari dengan imago betina
S. inferens berumur 0 hari kedalaam tabung reaksi agar berkopulasi . Setelah berkopulasi imago jantan dipisahkan dari imago betina. Imago betina S. inferens
yang telah berkopulasi dipelihara di dalam kotak kassa dan diberi pakan yaitu 2 madu yang dicelupkan pada kapas. Pembedahan terhadap imago betina yang telah
kopulasi dilakukan setelah 10 hari kopulasi masing-masing lalat. 3.Penyediaan sogolan tebu
Sogolan tebu diambil dari lapangan kemudian dipotong dengan panjang 5 cm agar tidak melebihi tinggi wadah plastik dimasukkan ke dalam wadah plastik
tersebut dengan cara disusun secara vertikal sampai penuh.
Pelaksanaan Penelitian
Sumber sediaan S. inferens dibedah lalu larvanya dikeluarkan dan diletakkan pada cawan berwarna hitam. Larva parasitoid diinokulasikan ke bagian
dorsal inang sebanyak 2 larvainang dengan menggunakan kuas sesuai dengan masing-masing perlakuan. Setelah diinokulasi, larva C. saccharphagus
ditempatkan pada wadah plastik, kemudian didiamkan selama 1 jam untuk memberi waktu agar larva parasitoid dapat memarasit inangnya.
Selanjutnya dipindahkan ke dalam sogolan tebu yang ada di dalam wadah plastik dan diberi selotip serta label sebagai penanda perlakuan dan diletakkan
13
pada rak pemeliharaan untuk dipelihara dengan suhu ruang berkisar 20° C, setelah 24 hari kemudian sogolan tebu dibongkar dan diambil pupa parasitoid S. inferens
lalu pupa tersebut diletakkan didalam kelambu. Kemudian ditunggu sampai imago S. inferens muncul.
Peubah amatan
1. Persentase parasititasi S. inferens pada C. saccharphagus
Persentase parasititasi S. inferens pada C. saccharphagus dapat diketahui dengan menggunakan rumus:
Ps=
p s
x 100
Keterangan: Ps
= Persentase parasititasi S. inferens P
= Jumlah larva C. sacchariphagus yang terparasit S
= Total larva C. sacchariphagus 2. Jumlah pupa S. inferens
Pengamatan dilakukan setelah pembongkaran sogolan tebu dengan mengumpulkan pupa C. saccharphagus yang terparasit. Kemudian di hitung
jumlah pupa S. inferens. 3. Persentase pupa menjadi imago S. inferens
Jumlah imago S. inferens dihitung setelah keluar dari pupa S. inferens yang dipelihara, dengan menggunakan rumus:
Ps=
p s
x 100
Keterangan: Ps
= Persentase pupa menjadi imago S. inferens P
= Jumlah pupa yang menjadi imago S. inferens 14
S = Total pupa S. inferens
4. Nisbah kelamin jantan dan betina S. inferens Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah imago S. inferens
jantan dan betina. Nisbah kelamin S. inferens dapat diperoleh dengan mengamati
imago jantan dan betina dibawah kaca pembesar. Terdapat perbedaan khas antara imago jantan dan jantan. Imago betina mempunyai garis yang lebih jelas seperti
pita putih antara mata majemuknya dan warna tubuh yang lebih cerah.
15
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Persentase Parasititasi S. inferens pada C. sacchariphagus
Hasil analisis sidik ragam menunjukan bahwa ukuran larva
C. sacchariphagus berpengaruh nyata terhadap persentase parasititasi pada S. inferens Tabel 1.
Tabel 1. Persentase parasitisasi S. inferens pada ukuran larva C. sacchariphagus Ukuran Larva C. saccharipagus P
Rataan P1 2 cm
4.37 a P2 1.5-2 cm
3.07 b P3 1,5 cm
0.85 c Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang
sama berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5 . Tabel 1 menunjukkan bahwa persentase parasititasi tertinggi 4.37
terdapat pada perlakuan ukuran larva 2 cm P1 yang berbeda nyata pada semua perlakuan sedangkan yang terendah 0.85 pada ukuran larva 2 cm P3. Hal
ini menunjukkan bahwa parasitoid S. inferens lebih sesuai hidup dalam tubuh larva C. sacchariphagus dengan ukuran yang lebih besar dikarenakan
ketersediaan makanan bagi larva parasitoid untuk tumbuh dan berkembang. Hasil ini tidak berbeda dengan penelitian Purnomo 2006 mengenai parasititasi
C. flavipes pada larva C. sacchariphagus menyatakan bahwa C. sacchariphagus
yang terparasit C. flavipes hanya larva dengan ukuran besar 1.5 cm sedangkan larva dengan ukuran lebih kecil tingkat terparasitnya lebih rendah. Lebih lanjut,
pada penelitian Siregar et al. 2015 mengenai parasitoid C. flavipe pada larva C. sacchariphagus menyatakan bahwa nutrisi yang tersedia dalam tubuh larva C.
sacchariphagus berukuran lebih besar dapat memenuhi kebutuhan larva C. flavipes sehingga larva tersebut dapat melanjutkan siklus hidupnya. Namun
tingkat parasititasi S. inferens terhadap inang C. sacchariphagus masih sangat rendah. Scheibelreiter 1980 terhadap serangan hama penggerek batang di Ghana
tahun 1970-1978 menyatakan bahwa tingkat parasitasi S. parasitica tergolong sangat rendah, hanya dibawah 10 dalam memarasit inang Chilo sp, maka upaya
dalam memperbanyak parasitoid sebagai agent pengendalian hayati belum tercapai.
Hasil analisi sidik ragam menunjukan bahwa interaksi perlakuan lama inokulasi dan ukuran larva C. sacchariphagus berpengaruh nyata terhadap
persentase parasititasi S. inferens Tabel 2. Tabel 2. Persentase parasititasi S. inferens pada lama inokulasi dan ukuran larva
C. sacchariphagus. Lama Inokulasi dan Ukuran Larva
C. sacchariphagus MxP Rataan
M1P1 5 menit ukuran 2 cm 4.63 a
M1P2 5 menit ukuran 1.5-2 cm 2.21 bc
M1P3 5 menit ukuran 1.5 cm 0.71 c
M2P1 10 menit ukuran 2 cm 4.13 a
M2P2 10 menit ukuran 1.5-2 cm 4.13 a
M2P3 10 menit ukuran 1.5 cm 0.71 c
M3P1 15 menit ukuran 2 cm 4.36 a
M3P2 15 menit ukuran 1.5-2 cm 2.87 b
M3P3 15 menit ukuran 1.5 cm 1.13 c
Keterangan : Angka yang diikuti dengan notasi huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda nyata pada Uji Jarak Duncan taraf 5 .
Tabel 2 menunjukkan bahwa persentase parasititasi tertinggi 4.63 terdapat pada perlakuan lama inokulasi 5 menit dan ukuran larva 2 cm M1P1
17
yang berbeda nyata pada M1P2, M1P3, M2P3, M3P2 dan M3P3 sedangkan yang terendah 0.71 pada lama inokulasi 5 dan 10 menit dan ukuran larva 1.5
M1P3 dan M2P3 berbeda nyata pada M1P1, M2P1, M2P2, M3P1 dan M3P2. Hal ini disebabkan tingkat parasititasi S. inferens dapat dipengaruhi oleh ruang
dan jumlah makanan yang tersedia dalam tubuh inang C. sacchariphagus untuk keberlangsungan hidupnya. Sesuai dengan penelitian Tampubolon et al. 2014
mengenai parasitoid Cotesia flavipes Cam terhadap Chilo sacchariphagus Boj menyatakan bahwa hasil analisis protein dimana kandungan protein pada larva
C. sacchariphagus 2,0 cm lebih tinggi yaitu 1,86 jika dibandingkan dengan kandungan protein pada larva C. sacchariphagus 1,5 cm yaitu 0,67 . Pada saat
inokulasi, kecepatan sangat berpengaruh pada keberhasilan parasititasi dimana semakin cepat peletakan larva larva semakin tinggi kemampuan memarasit.
Waktu optimal yang dibutuhkan untuk inolukasi adalah 12 detiklarva namun pada perlakuan waktu inokulasi 5 menit terjadi penurunan menjadi 10 detiklarva
dibandingkan dengan perlakuan waktu inokulasi lainnya yang mengalami penambahan lebih dari 12 detiklarva. Hasil penelitian Wirioatmodjo 1997
terhadap parasitoid D. striatalis pada larva C. auricilius diperoleh bahwa keberhasilan parasititasi tergantung pada waktu proses peletakan larva ke tubuh
inangnya. Lama rata-rata peletakan larva adalah 12 detik. Semakin cepat waktu proses peletakan larva semakin tinggi kemampuan memarasit.
2. Jumlah Pupa S. inferens