Evaluasi Kesesuaian Lahan Desa Harian Dan Desa Sitinjak Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir untuk Tanaman Kopi (Coffea sp)

(1)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN DESA HARIAN DAN DESA SITINJAK KECAMATAN ONAN RUNGGU KABUPATEN SAMOSIR

UNTUK TANAMAN KOPI (Coffea sp)

SKRIPSI

Oleh:

HARIS S SIAGIAN 040303037/ILMU TANAH

DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN DESA HARIAN DAN DESA SITINJAK KECAMATAN ONAN RUNGGU KABUPATEN SAMOSIR

UNTUK TANAMAN KOPI(Coffea sp)

SKRIPSI

Oleh:

HARIS S SIAGIAN 040303037/ILMU TANAH

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

(Ir. Posma Marbun, MP.) (Ir. M.M.B. Damanik, MSc. Ketua Anggota

)

DEPARTEMEN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

ABSTRAK

This study aimed to evaluate the suitability of land in villages, towns and villages daily Sitinjak Samosir district to district onanrunggu coffee plant. Retrieved 8 (eight) SPT which is determined by the type of soil maps, slope maps and elevation maps generated from topographic maps with a scaleof 1: 5000, then an overlay. Land suitability assessment based on criteria stap bogor ground research center in 1983 and the evaluation method is the method of limits based on the FAO in 1976. The results showed that the highest potential land conformance class S3 (tc) Keyword: land suitability classes, coofe plant.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Adapun judul dari Skripsi ini yaitu “Evaluasi Kesesuaian Lahan Desa Harian Dan Desa Sitinjak Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir untuk Tanaman Kopi (Coffea sp)” Yang merupakan salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana dari Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Posma Marbun, MP, selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ir. MMB. Damanik, Msc, selaku Anggota Komisi Pembimbing. Dan kepada

semua pihak yang telah banyak memberikan masukan.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan Skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Medan, Juni 2010


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Kegunaan Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Survey Tanah ... 3

Evaluasi Lahan ... 5

Karakteristik Lahan ... 9

Syarat Tumbuh Tanaman Kopi ...21

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ...23

Bahan dan alat ...23

Metode Penelitian ...23

Pelaksaan Penelitian...24

Tahap Persiapan ...24

Tahap Kegiatan di Lapangan ...24

Tahap Analisis Laboratorium ...26

Analisis Kesesuaian Lahan...26

Peubah Yang Diukur ...26

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ...28

Kualitas dan Karakteristik Lahan ...28

Iklim ...28

Karakteristik Lahan...29

Evaluasi Kesesuaian Lahan ...30


(6)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ...46 Saran ...47 DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Data curah hujan, kelembaban dan suhu udara daerah penelitian ... ...28

2. Kesesuaian Lahan SPT 1 untuk tanaman Kopi (Coffea, sp)... ... ....30

3. Kesesuaian Lahan SPT 2 untuk tanaman Kopi (Coffea, sp)... ... ...31

4. Kesesuaian Lahan SPT 3 untuk tanaman Kopi (Coffea, sp)…... ……….32

5. Kesesuaian Lahan SPT 4 untuk tanaman Kopi (Coffea, sp)…… ... ……33

6. Kesesuaian Lahan SPT 5 untuk tanaman Kopi (Coffea, sp)…… ... ……34

7. Kesesuaian Lahan SPT 6 tanaman Kopi (Coffea, sp)…… ... …..35

8. Kesesuaian Lahan SPT 7 tanaman Kopi (Coffea, sp)…… ... ……36

9. Kesesuaian Lahan SPT 8 tanaman Kopi (Coffea, sp)… ... ………..37

10. Kesesuaian aktual dan potensial penelitian ... ……43


(8)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul halaman 1. Peta Elevasi Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir ...48 2. Peta Administrasi Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir ...49 3. Peta Satuan Lahan dan Tanah Kecamatan Onan Runggu

Kabupaten Samosir ...50


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu

Periode Tahun 2000-2009 ... ... ... 52

2. Data Kelembaban Udara (%) Rata-Rata di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 2000-2009 ... ... ... ... ... ...53

3. Data Suhu Udara (oC) Rata-Rata di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 2000-2009 ... ...54

4. Jenis Usaha Perbaikan Kualitas/Karakteristik Lahan Aktual – Potensial MenurutTingkat Pengelolaannya... ... 55

4. Data Karakteristik Tanah SPT 1 ... ...56

5. Data Karakteristik Tanah SPT 2 ... ...57

6. Data Karakteristik Tanah SPT 3 ... ...58

7. Data Karakteristik Tanah SPT 4 ... ...59

8. Data Karakteristik Tanah SPT 5 ... ...60

9. Data Karakteristik Tanah SPT 6 ... ...61

10. Data Karakteristik Tanah SPT 7 ... ...62

11. Data Karakteristik Tanah SPT 8 ... ...63


(10)

ABSTRAK

This study aimed to evaluate the suitability of land in villages, towns and villages daily Sitinjak Samosir district to district onanrunggu coffee plant. Retrieved 8 (eight) SPT which is determined by the type of soil maps, slope maps and elevation maps generated from topographic maps with a scaleof 1: 5000, then an overlay. Land suitability assessment based on criteria stap bogor ground research center in 1983 and the evaluation method is the method of limits based on the FAO in 1976. The results showed that the highest potential land conformance class S3 (tc) Keyword: land suitability classes, coofe plant.


(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanah merupakan tubuh alam sebagai tempat tumbuh semua makhluk hidup. Tanah dimanfaatkan oleh manusia dengan cara mengelolahnya sehingga dapat memenuhi kebutuhan manusia tersebut. Tanah dapat bermanfaat dengan baik apabila manusia dapat juga memeliharanya dan memahami keadaan tanah tersebut dengan baik. Namun karena kurangnya kemapuan manusia dalam memelihara dan memahami khususnya kesesuaian lahan tersebut sehingga manusia tidak dapat memperoleh kebutuhan yang cukup bagi kehidupannya.

Setiap usaha pertanian menitik beratkan kepada tingginya produksi yang akan dicapai. Hal ini dapat dicapai bila didasari atas pemahaman kondisi lahan dengan komoditi pertanian yang akan dikembangkan. Oleh karena itu suatu lahan perlu dievaluasi sehingga komoditas yang akan dikembangkan dapat memberikan hasil yang optimal.

Kecamatan Onan Runggu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Samosir, dimana salah satu desa yang terdapat di kecamatan ini adalah Desa Harian dan Desa Sitinjak, dimana matapencaharian masyarakatnya adalah bertani padi baik padi gogo, padi sawah dan padi sawah tadah hujan. Namun kehidupan dan perekonomian masyarakat di Desa Harian dan Desa Sitinjak tersebut belum maksimal. Padahal Kabupaten Samosir khususnya Desa Harian dan Desa Sitinjak tersebut mempunyai potensi wilayah, berupa pertanian.

Berdasarkan hal tersebut peneliti berkeinginan melakukan penelitian dalam upaya menentukan komoditi tanaman kopi yang cocok untuk diusahakan


(12)

dan usha-usaha perbaikannya untuk meningkatkan hasil produksi tanaman kopi di daerah tersebut.

Dengan adanya kegiatan penelitian ini, maka diharapkan petani di Desa Harian dan Desa Sitinjak Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir dapat mengembangkan komoditi tanaman kopi selain padi baik padi gogo, padi sawah dan padi sawah tadah hujan pada lahannya yang sesuai dengan potensinya, sehingga produksi yang akan diperoleh dapat meningkat dan pada akhirnya dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahtraan masyarakatnya.

Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengevaluasi kesesuaian lahan di Desa Harian dan Desa Sitinjak Kecamatan Onan Runggu, Kabupaten Somosir untuk tanaman kopi.

2. Memberikan alternatif managemen dalam upaya meningkatkan produksi tanaman kopi.

Kegunaan Penelitian

• Sebagai bahan informasi yang berguna bagi pengambil keputusan atau bagi yang memerlukan dalam penentuan tanaman kopi yang akan dibudidayakan yang sesuai dengan kondisi lahannya di Desa Harian dan Desa Sitinjak Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir.

• Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di departemen Ilmu Tanah fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan


(13)

TINJAUAN PUSTAKA

Survei Tanah

Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan wilayah. Makin banyak informasi yang diperoleh dari pelaksanaan survei pada skala yang besar akan memberikan manfaat yang lebih besar, tergantung dengan pelaksanaan survei yang dilakukan (Hakim dkk, 1986).

Survei tanah merupakan pekerjaan pengumpulan data kimia, fisik dan biologi di lapangan maupun di laboratorium dengan tujuan pendugaan lahan umum maupun khusus. Survei merupakan sebagian dari proyek, sedangkan proyek adalah suatu rangkaian kegiatan yang saling berkaitan untuk mencapai sasaran tertentu dan membutuhkan banyak sarana. Oleh karena itu agar survei dapat mencapai sasaran dengan biaya dan waktu seoptimal mungkin, perlu dilakukan perencanaan survei (Abdullah, 1993).

Survei dan pemetaan tanah merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi dan saling memberi maanfaat bagi peningkatan kegunaannya. Kegiatan survei dan pemetaan tanah menghasilkan laporan dan peta-peta. Laporan survei berisikan uraian secara terperinci tentang tujaun survei, keadaan fisik dan lingkungan lokasi survei, keadaan tanah, klasifikasi dan interpretasi kemampuan lahan serta saran/rekomendasi.(Sutanto, 2005)

Tujuan survei tanah adalah mengklasifikasikan, menganalisis dan memetakan tanah dengan mengelompokkan tanah-tanah yang sama dan hampir


(14)

sama sifatnya ke dalam satuan peta tanah tertentu dengan mengamati profil tanah atas warna, struktur, tekstur, konsistensi, sifat-sifat kimia dan lain-lain (Hardjowigeno, 1995).

Interpretasi terhadap hasil survei tanah bagi pengembang sampai saat ini meliputi :

1. Pendugaan potensi produksi jenis-jenis tanaman utama pada setiap tipe tanah di bawah tingkat pengelolaan tertentu.

2. Kebutuhan masukan (input) bagi setiap jenis tanaman, yakni sebesar input yang perlu bagi setiap level produksi yang diinginkan atau setiap tipe tanah tertentu.

3. Kemungkinan perubahan perilaku setiap tipe tanah akibat irigasi. 4. Kemungkinan pembuatan drainase buatan.

5. Pendugaan respon terhadap penggunaan pupuk dan kapur yang banyak dikonsumsi oleh sifat-sifat tanah yang permanen berdasarkan tingkat kesuburan yang ditunjukkan oleh uji tanah (Hakim dkk, 1986).

Tanah harus ditentukan sifat-sifatnya di lapangan dalam keadaan yang sewajar-wajarnya dengan melihat ciri-ciri morfologi yang merupakan hasil genesa tanah yang dipengaruhi oleh : iklim, vegetasi, topografi, bahan induk dan waktu. Jadi jenis tanah sebagai bagian dari permukaan bumi harus diketahui tempat dan penyebarannya (Darmawijaya, 1997).

Lahan-lahan yang disurvei dapat digolongkan kedalam kelas-kelas sesuai dengan kemampuannya yang berdasarkan kepada faktor-faktor yang bersifat menunjang dan faktor-faktor yang bersifat menghambat dalam pemanfaatan lahan tersebut terutama untuk bidang pertanian. Berdasakan kemampuan lahan tersebut


(15)

kemudian dihubungkan dengan kesesuaian penggunaan lahan (Sarief, 1986). Evaluasi Kesesuaian Lahan

"Kesesuaian lahan" menyatakan keadaan tingkat kecocokan dari sebidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Kelas kesesuaian suatu bidang lahan ini dapat berbeda-beda tergantung pada tataguna lahan yang diinginkan. Metode FAO ini dapat dipakai untuk klasifikasi kuantitatif maupun kualitatif tergantung dari data yang tersedia. Kerangka dari sistem klasifikasi kesesuaian lahan ini terdiri dari empat kategori, yaitu:

1. Order: keadaan kesesuaian secara global

2. Kelas: keadaan tingkatan kesesuaian dalam order

3. Sub-Kelas: keadaan tingkatan dalam kelas didasarkan pada jenis pembatas atau macam perbaikan yang harus dijalankan.

4. Unit: keadaan tingkstan dalam sub kelas didasarkan pada sifat tambahan yang berpengaruh dalam pengelolaannya.

(Soemarno, 2006).

Ada beberapa metoda yang dapat digunakan untuk pelaksanaan klasifikasi kesesuaian lahan, misalnya metode FAO (1976) yang dikembangkan di Indonesia oleh Puslittanak (1993), metode Plantgro yang digunakan dalam penyusunan Rencana Induk Nasional HTI (Hacket,1991 dan National Masterplan Forest Plantation/NMFP, 1994) dan metode Webb (1984). Masing-masing mempunyai penekanan sendiri dan kriteria yang dipakai juga berlainan. Metoda FAO lebih menekankan pada pemilihan jenis tanaman semusim, sedangkan Plantgro dan Webb lebih pada tanaman keras(Wahyuningrum, dkk, 2003).


(16)

Daya guna tanah untuk pertanian ditentukan oleh sejumlah faktor, yang terpenting diantaranya adalah kecuraman lereng yang menyangkut bahaya erosi, bahaya banjir, drainase, kelembaban, permeabilitas, kepadatan massa, reaksi kimia, tingkat salinitas, daya tampung air, struktur lapisan permukaan serta kesuburan alamiah tanah tersebut (Toffler, 1986).

Berdasarkan sejumlah faktor tersebut suatu proses pendugaan potensi

lahan untuk macam-macam penggunaan yang disebut dengan evaluasi lahan (Dent and Young, 1981). Evaluasi lahan ini merupakan alat yang biasa digunakan

dalam proyek perencanaan. Alat ini sangat fleksibel, bergantung pada keperluan dan komoditas wilayah yang hendak dievaluasi (Abdullah, 1993).

Sementara itu kesesuaian lahan merupakan penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan lahan tertentu. Kelas kesesuaian lahan areal dapat berbeda tergantung dari tipe penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan (Sitorus, 1985).

Menurut FAO (1976) kegiatan utama dalam mengevaluasi lahan adalah sebagai berikut :

1. Konsultasi pendahuluan meliputi pekerjaan-pekerjaan persiapan antara lain penetapan yang jelas tujuan evaluasi, jenis data yang digunakan, asumsi yang akan digunakan mengevaluasi, daerah penelitian serta intensitas dan skala survei.

2. Deskripsi dari jenis penggunaan lahan yang sedang dipertimbangkan dan persyaratan-persyaratan yang diperlukan.

3. Membandingkan jenis penggunaan lahan dengan tipe-tipe lahan yang ada. Ini merupakan proses penting dalam evaluasi lahan, dimana data


(17)

penggunaan lahan serta informasi-informasi ekonomi dan sosial digabungkan dan dianalisis secara bersama-sama.

4. Hasil dari empat butir tersebut adalah klasifikasi kesesuaian lahan. 5. Penyajian dari hasil-hasil evaluasi.

Dalam penelitian kelas kesesuaian lahan menurut Husein (1980), digolongkan atas dasar kelas-kelas kesesuaian lahan sebagai berikut :

1. Kelas S1 : Sangat Sesuai (highly suitable), lahan tidak mempunyai pembatas yang serius untuk menerapkan pengelolaan yang diberikan atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti secara nyata terhadap produksinya dan tidak akan menaikkan masukan atas apa yang telah biasa dilakukan.

2. Kelas S2 : Sesuai (moderately suitable), lahan mempunyai pembatas yang agak serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaannya yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi atau keuntungan dan meningkatkan masukan yang diperlukan.

3. Kelas S3 : Kurang Sesuai (marginally suitable), lahan mempunyai pembatas yang serius untuk mempertahankan tingkat pengelolaannnya yang harus diterapkan. Pembatas akan mengurangi produksi dan keuntungan atau lebih meningkatkan masukan yang diperlukan.

4. Kelas N : Tidak Sesuai (not suitable), lahan yang mempunyai faktor pembatas yang sangat berat dan/atau sulit diatasi.

Macam faktor pembatas berupa keadaan fisik lingkungan adalah topografi, erosi, iklim, drainase, bahaya banjir, fisik tanah seperti tekstur dan kedalaman efektif.


(18)

Sub kelas kesesuaian lahan menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan didalam suatu kelas kesesuaian. Masing-masing kelas dibagi menjadi satu atau lebih subkelas kesesuaian tergantung pada jenis pembatas yang ada. Jenis pembatas dicerminkan oleh simbol huruf kecil yang diletakkan setelah simbol kelas. Misalnya S2n, artinya lahan tersebut mempunyai kelas kesesuaian S2 (cukup sesuai) degan pembatas n (ketersediaan hara). Untuk kelas S1 tidak ada pembagian subkelas (Rayes, 2006).

Dalam kesesuaian lahan dikenal kesesuaian lahan aktual yaitu kesesuaian lahan yang dilakukan pada kondisi penggunaan lahan sekarang tanpa masukan perbaikan dan kesesuaian lahan potensial yaitu kesesuaian lahan yang dilakukan pada kondisi setelah diberikan masukan perbaikan seperti : penambahan pupuk, pengairan atau terasering; tergantung dari jenis faktor pembatasnya. Penilaian kesesuaian lahan dilakukan dengan mencocokkan (matching) antara kualitas lahan dan karakteristik lahan (sifat fisik dan kimia lahan) sebagai parameter dengan kriteria kelas kesesuaian lahan yang telah disusun berdasarkan persyaratan penggunaan atau persyaratan tumbuh tanaman atau komoditas pertanian yang dievaluasi (Djaenudin, dkk, 2003).

Penilaian kesesuaian lahan bertujuan untuk menduga tingkat kesesuaian suatu lahan untuk berbagai kemungkinan penggunaan lahan. Penilaian ini berdasarkan beberapa sifat-sifat lahan (land characteristic) yang dihubungkan dengan persyaratan tumbuh tanaman yangakan dikembangkan. Penilaian kesesuaian lahan dilakukan pada kondisi aktual (current suitability) dan kondisipotensial (potentially suitability). Kondisi aktual berdasarkan penilaian parameter pada saat survey dilakukan, sedangkan kondisi potensial berdasarkan


(19)

perkiraan kondisi lahan setelah adanya usaha perbaikan (land improvement) dilakukan. Usaha perbaikan dapat dilakukan oleh petani (Muslihat, 2001).

Karakteristik Lahan

Karakteristik lahan adalah sifat lahan yang dapat diukur atau diestimasi, penggunaan karakteristik lahan untuk keperluan evaluasi lahan bervariasi. Karakteristik lahan yang digunakan adalah : temperatur udara, curah hujan, lamanya masa kering, kelembaban udara, drainase, tekstur, bahan kasar, kedalaman tanah, kapasitas tukar kation, kejenuhan basa, pH, H2O, C-organik, salinitas, alkalinitas, kedalaman bahan sulfidik, lereng, bahaya erosi, genangan, batuan di permukaan dan singkapan batua (FAO, 1983).

1. Temperatur udara : merupakan temperatur udara tahunan dan dinyatakan dalam oC.

2. Curah hujan : merupakan curah hujan rerata tahunan yang dinyatakan dalam mm.

3. Lamanya masa kering : merupakan jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun dengan jumlah curah hujan < 60 mm.

4. Kelembaban udara : merupakan kelembaban udara rerata tahunan dan dinyatakan dalam %.

5. Drainase : merupakan laju perkolasi air ke dalam tanah terhadap aerasi udara dalam tanah.

6. Tekstur : menyatakan istilah dalam distribusi partikel tanah halus dengan ukuran < 2 mm.

7. Bahan kasar : menyatakan volume dalam persen dan adanya bahan kasar dengan ukuran > 2 mm.


(20)

8. Kedalaman tanah : menyatakan dalamnya lapisan tanah dalam cm yang dapat dipakai dalam perkembangan perakaran dari tanaman yang dievaluasi.

9. KTK liat : menyatakan kapasitas tukar kation dari fraksi liat.

10.Kejenuhan basa : jumlah basa-basa (NH4OAc) yang ada dalam 100 g contoh tanah.

11.Reaksi tanah : nilai pH tanah; pada lahan kering yang dinyatakan dengan data laboratorium, sedangkan pada lahan basah diukur di lapangan.

12.C-organik : kandungan karbon organik tanah dinyatakan dalam %.

13.Salinitas : kandungan garam terlarut pada tanah yang dicerminkan oleh daya hantar listrik, dinyatakan dalam dS/m.

14.Alkalinitas : kandungan natrium dapat ditukar, dinyatakan dalam %.

15.Kedalaman sulfidik : dalamnya bahan sulfidik diukur dari permukaan tanah sampai batas atas lapisan sulfidik, dinyatakan dalam cm.

16.Lereng : menyatakan kemiringan lereng diukur dalam %.

17.Bahaya erosi : bahaya erosi diprediksi dengan memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (reel erosion), dan erosi parit (gully erosion), atau dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun.

18.Genangan : jumlah lamanya genangan dalam bulan selama satu tahun. 19.Batuan di permukaan : volume batuan (dalam %) yang ada di permukaan

tanah/lapisan olah.

20.Singkapan batuan : volume batuan (dalam %) yang ada dalam solum tanah.


(21)

Setiap satuan peta lahan/tanah yang dihasilkan dari kegiatan survei dan/atau pemetaan sumber daya lahan, karakteristik lahan dapat dirinci dan diuraikan yang mencakup keadaan fisik lingkungan dan tanahnya. Data tersebut digunakan untuk keperluan interpretasi dan evaluasi lahan bagi komoditas tertentu.

Sifat Fisika Tanah 1. Iklim

1.1. Temperatur

Temperatur atau suhu merupakan derajat panas atau derajat dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan beberapa tipe termometer. Energi matahari dalam bentuk elektromagnetik hanya kira-kira 20 % yang dapat diserap oleh atmosfer, sisanya diubah dulu oleh bumi menjadi sinar gelombang panjang. Perubahan energi ini terjadi dipermukaan daratan dan permukaan lautan yang dapat menyerap energi dari atmosfer secara jernih. Suhu merupakan energi kinetis rata-rata dari pergerakan molekul (Guslim, 1996).

Temperatur sangat berperan penting dalam pembentukan tanah dan pertumbuhan tanaman. Suhu dapat mengendalikan aktivitas jasad hidup, tanaman dan kegiatan biologisnya. Apabila suhu udara rendah maka pertumbuhan tanaman akan lambat dan aktifitas mikroorganisme dalam menguraikan bahan organik menjadi unsur hara terganggu. Suhu udara dapat dikendalikan dengan pembuangan air yang berlebih dalam tanah melalui pembuatan parit-parit drainase, perlindungan tanah dengan tanaman. Tanaman di dataran tinggi memiliki suhu udara rendah karena makin tinggi suatu tempat maka suhu udara rata-rata makin rendah yang dihitung dengan rumus Braak (1928) yaitu :

26,3 0 C - (0,01 x elevasi dalam meter x 0,6oC ) (Guslim, 1996)


(22)

1.2. Curah hujan

Daerah tropik dekat ekuator mempunyai sirkulasi udara rendah dan tenaga angin dilautan minim. Berdasarkan curah hujan di Indonesia Oldeman (1975) mengelompokkan wilayah berdasarkan jumlah bulan basah dan bulan kering dalam satu tahun. Bulan basah adalah bulan yang mempunyai curah hujan >200 mm dan bulan kering mempunyai curah hujan < 100 mm, sedangkan menurut Schmidt dan Fergusson (1954) membuat klasifikasi iklim berdasarkan curah hujan yang berbeda yakni bulan basah >100 mm, dan bulan kering < 60 mm dan biasanya iklim ini yang digunakan untuk tanaman tahunan. Berdasarkan kriteria tersebut Schmidt dan Fergusson membagi zona iklim kedalam 5 kelas yaitu :

A = sangat basah B = basah

C = sedang D = kering E = sangat kering (Guslim, 1996).

2. Tekstur

Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat di dalam tanah. Tanah terdiri dari butir-butir tanah dengan berbagai ukuran. Bahan-bahan tanah yang lebih halus dapat dibedakan menjadi : < 0,002 mm (liat), 0,002-0,05 mm (debu) dan 0,05-0,2 mm (pasir) (Hardjowigeno, 1995).

Tekstur adalah perbandingan relatif tiga golongan partikel tanah dalam suatu massa tanah, terutama perbandingan fraksi liat, debu, pasir. Tekstur turut


(23)

menentukan tata air dalam tanah, berapa kecepatan infiltrasi, penetrasi, dan kemampuan pengikatan air oleh tanah. Tekstur diklasifikasikan atas :

t1 = tanah bertekstur halus meliputi liat berpasir, liat berdebu, dan liat. t2 = tanah bertekstur agak halus meliputi lempung liat berpasir, lempung

berliat,dan lempung liat berdebu.

t3 = tanah bertekstur sedang meliputi lempung, lempung berdebu, dan debu.

t4 = tanah bertekstur agak kasar meliputi lempung berpasir, lempung berpasir halus, dan lempung berpasir sangat halus.

t5 = tanah bertekstur kasar meliputi pasir berlempung dan pasir. (Arsyad, 1989).

3. Kedalaman Efektif

Kedalaman efektif adalah kedalaman tanah yang masih dapat ditembus oleh akar tanaman. Pengamatan kedalaman efektif dilakukan dengan mengamati penyebaran akar tanaman. Banyaknya perakaran, baik akar halus maupun akar kasar, serta dalamnya akar-akar tersebut dapat menembus tanah dan bila tidak dijumpai akar tanaman, maka kedalaman efektif ditentukan berdasarkan kedalaman solum tanah (Hardjowigeno, 1995).

Cara praktis penetapan bawah (kedalaman efektif) suatu solum tanah adalah melalui penyidikan pada kedalaman penetrasi perakaran tanaman yang tidak mempunyai lapisan padat yang dapat menghambat penetrasi akar, maka perakaran tanaman akan berpeluang menembus sampai perbatasan mineral tanah dan bahan geologis atau bukan tanah. (Foth, 1994) mengklasifikasikan kedalaman efektif sebagai berikut :


(24)

Ke1 = > 90 cm (dalam) Ke2 = 50-90 cm (sedang) Ke3 = 25-50 cm (dangkal) Ke4 = < 25 cm (sangat dangkal) 4. Drainase

Drainase adalah pengumpulan dan pembuangan air dari tanah. Kelas drainase di lapangan ditentukan dengan melihat adanya gejala-gejala pengaruh air dalam penampang tanah. Gejala-gejala tersebut antara lain : warna pucat, kelabu atau adanya bercak-bercak karatan. Warna pucat atau kelabu kebiru-biruan menunjukkan adanya pengaruh genangan air yang kuat, sehingga menunjukkan bahwa udara masih dapat masuk ke dalam tanah sehingga terjadi oksidasi (Hardjowigeno, 1995).

Tujuan utama drainase di lahan pertanian adalah menurunkan muka air untuk meningkatkan kedalaman dan efektifitas perakaran. Hal ini berarti bahwa jumlah hara yang mungkin dapat diserap oleh tanaman dapat dipertahankan pada level yang tinggi dengan hilangnya kelebihan air karena drainase akan mengakibatkan turunnya panas tanah sehingga menurunkan jumlah energi untuk menaikkan suhu tanah (Hakim dkk, 1986).

Drainase dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

d1 = baik (tidak dijumpai karatan besi dan tidak cukup basah)

d2 = agak baik (tidak dijumpai karatan besi dan basah di permukaan) d3 = agak terhambat (tidak dijumpai karatan besi dan basah sampai

pada


(25)

d4 = terhambat (tanah yang basah untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan)

d5 = sangat terhambat (tanah yang basah secara permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan).

(Arsyad, 1989) 5. Kemiringan Lereng

Kemiringan lereng merupakan faktor yang sangat perlu untuk diperhatikan, sejak dari penyiapan lahan pertanian, usaha penanamannya, pengambilan produk-produk serta pengawetan lahan, karena lahan yang mempunyai kemiringan dapat lebih mudah terganggu atau rusak, lebih-lebih bila derajat kemiringannya besar. Tanah yang mempunyai kemiringan akan selalu dipengaruhi curah hujan. Akibatnya terjadi gangguan kelongsoran tanah dan terhanyut lapisan-lapisan tanah yang subur (Kartasapoetra,1989).

Land slope atau kemiringan lahan merupakan faktor yang sangat perlu di perhatikan sejak dari penyiapan lahan pertanian, karena lahan yang mempunyai kemiringan curam dapat dikatakan lebih mudah terganggu atau rusak. Kemiringan lahan sangat mempengaruhi tingkat erosi, karena semakin tinggi kemiringan lereng maka tingkat erosi sangat besar yang menyebabkan banjir, salah satu upaya untuk mengurangi tingkat bahaya erosi pada kemiringan lahan dengan cara pembuatan teras (Kartasapoetra, 1991)

Kemiringan lereng dapat diklasifikasikan sebagai berikut : L1 = < 3% (datar)

L2 = 3 sampai 8% (agak landai) L3 = 8 sampai 15% (landai)


(26)

L4 = 15 sampai 30% (bergelombang) L5 = 30 sampai 40% (bergunung/berbukit) L6 = 40 sampai 60% (curam)

L7 = > 60% (sangat curam) (Arsyad, 1989)

7. Bahaya Erosi

Erosi merupakan pengikisan atau kelongsoran dari proses penghanyutan tanah akibat desakan atau kekuatan angin dan air yang terjadi secara alamiah maupun akibat perbuatan manusia. (Kartasapoetra,dkk, 1991) menyatakan bahwa tahap-tahap erosi yang terjadi di lapangan yaitu :

1. Pemecahan agregat-agregat tanah ke dalam partikel-partikel tanah yang disebut butiran tanah yang kecil.

2. Pemindahan partikel-partikel tanah melalui penghanyutan atau kekuatan angin.

3. Pengendapan partikel-partikel tanah yang terangkut ke tempat yang lebih rendah atau dasar sungai.

Kelas erosi dapat diklasifikasikan sebagai berikut : E0 = < 0,15% (sangat ringan)

E1 = 0,15 - 0,9% (ringan) E2 = 0,9 - 1,8% (sedang) E3 = 1,8 - 4,8% (berat) E4 = > 4,8% (sangat berat) (Arsyad, 1989)


(27)

7. Bahaya Banjir

Ancaman banjir sangat perlu diperhatikan dalam pengelolaan lahan pertanian karena sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. (Hardjowigeno, 1995) mengelompokkan bahaya banjir sebagai berikut :

f0 = tidak ada banjir dalam periode satu tahun.

f1 = ringan yaitu dalam periode kurang dari satu bulan banjir bisa terjadi dan bisa tidak.

f2 = sedang yaitu selama 1 bulan dalam setahun terjadi banjir. f3 = agak berat yaitu selama 2-5 bulan dalam setahun dilanda banjir. f4 = berat yaitu selama 6 bulan lebih dalam setahun dilanda banjir. 8. Penyiapan Lahan

8.1. Batuan Permukaan

Terdapatnya batu-batuan baik dipermukaan maupun di dalam tanah dapat mengganggu perakaran tanaman serta mengurangi kemampuan tanah untuk berbagai penggunaan. Oleh karena itu jumlah dan ukuran batuan yang ditemukan perlu dicatat dengan baik (Hardjowigeno, 1995).

Batuan permukaan adalah batuan yang tersebar diatas permukaan tanah dan berdiameter lebih besar dari 25 cm berbentuk bulat atau bersumbu memanjang lebih dari 40 cm berbentuk gepeng. (Arsyad, 1989) mengelompokkan penyebaran batuan diatas permukaan tanah sebagai berikut :

b0 = < 0,01% luas areal (tidak ada) b1 = 0,01 - 3% (sedikit)


(28)

b3 = 15 - 90% (banyak) b4 = > 90% (sangat banyak)

Batuan singkapan adalah batuan terungkap diatas permukaan tanah yang merupakan bagian dari batuan besar yang terbenam didalam tanah. (Arsyad,1989) mengelompokkan penyebaran batuan singkapan sebagai berikut :

b0 = < 2% (tidak ada) b1 = 2 - 10% (sedikit) b2 = 10 - 50% (sedang) b3 = 50 - 90% (banyak) b4 = > 90% (sangat banyak) Sifat Kimia Tanah

1. Kemasaman Tanah

Nilai pH tanah sesungguhnya dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah yang kompleks sekali. Namun, yang menonjol antara lain : kejenuhan basa, sifat misel (koloid) dan macam kation yang terjerap (Hakim, dkk, 1986).

Kisaran pH tanah dapat dibatasi pada dua ekstrim. Kisaran pH tanah mineral biasanya terdapat antara pH 3,5 – 10 atau lebih. Untuk tanah gambut pH tanah dapat kurang dari 3, sebaliknya tanah alkalis bisa menunjukan pH lebih dari 11. Kemasaman tanah yang sangat rendah dapat ditingkatkan dengan menebarkan kapur pertanian, sedangkan pH yang terlalu tinggi dapat diturunkan dengan penambahan sulfur. Sebelum pengapuran, pH tanah harus diketahui terlebih dahulu (Novizan, 2002).

Pengaruh pH tanah yang utama bersifat hayati. Dimana pengaruh pH umumnya terbesar pada pertumbuhan tanaman adalah pengaruh pH terhadap


(29)

persediaan hara. Persediaan atau kelarutan beberapa hara tanaman berkurang dengan peningkatan pH tanah (Foth, 1998)

Kemasaman tanah (pH) dapat dikelompokkan sebagai berikut : pH < 4,5 (sangat masam) pH 6,6 - 7,5 (netral)

pH 4,5 - 5,5 (masam) pH 7,6 - 8,5 (agak alkalis) pH 5,6 - 6,5 (agak masam) pH >8,5 (alkalis)

(Arsyad,1989) 2. C - Organik

Sisa tanaman atau binatang mula-mula tetap berada di atas (disebut horison O) atau didalam tanah. Setelah sisa-sisa organisme ini tercampur dengan bagian mineral tanah akibat kegiatan organisme hidup, maka awal dari pembentukan horison-horison tanah terjadi. Tanah lapisan atas ini menjadi berwarna lebih gelap dan terbentuk struktur tanah yang lebih stabil sebagai pengaruh dari bahan organik tersebut (Hardjowigeno, 1997).

Bahan organik memainkan banyak peran penting dalam tanah. Karena bahan organik tanah berasal dari sisa – sisa tumbuhan, bahan organik tanah pada mulanya mengandung semua hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu, bila persediaan hara tanaman meningkat yang dapat digunakan dalam tanah meningkat, akumulasi bahan organik tanah juga meningkat (Tan, 1998).

Bahan organik umumnya ditemukan di permukaan tanah. Jumlahnya tidak besar hanya sekitar 3 – 5%, tetapi pengaruhnya terhadap sifat – sifat tanah besar sekali. Adapun pengaruh bahan organik terhadap sifat tanah dan akibatnya juga terhadap pertumbuhan tanaman adalah :


(30)

- Sumber unsur hara N, P, S, unsur mikro lainnya

- Menambah kemampuan tanah untuk menahan unsur – unsur hara (kapasitas tukar kation menjadi tinggi)

- Sumber energi bagi mikroorganisme - Menambah kemampuan tanah (Hardjowigeno, 1995).

4. Kapasitas Tukar Kation

Kapasitas tukar kation tanah didefinisikan sebagai kapasitas tanah untuk menyerap dan mempertukarkan kation. KTK biasanya dinyatakan dalam milliekivalen per 100 gram. Kation-kation yang berbeda dapat mempunyai kemampuan yang berbeda untuk menukar kation yang dijerap (Tan, 1998).

Kapasitas tukar kation merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah dengan KTK tinggi mampu menyerap dan menyediakan unsur hara lebih baik daripada tanah dengan KTK rendah. Karena unsur-unsur hara tersebut tidak mudah hilang tercuci oleh air (Hardjowigeno, 1995).

Biasanya KTK tanah dipengaruhi oleh sifat dan ciri tanah itu sendiri, antara lain : reaksi tanah atau pH tanah, tekstur atau jumlah liat, jumlah mineral liat, bahan organik, pengapuran dan pemupukkan (Hakim, dkk, 1986).

5. Kejenuhan Basa

Kejenuhan basa (KB) merupakan suatu sifat yang berhubungan dengan KTK. Ia didefinisikan sebagai berikut :

KB = (Basa–basa yang dapat dipertukarkan) KTK


(31)

Kejenuhan basa (KB) sering dianggap sebagai petunjuk tingkat kesuburan tanah. Kemudahan pelepasan kation terjerap untuk tanaman tergantung pada tingkat kejenuhan basa. Pengapuran merupakan cara yang umum untuk meningkatkan kejenuhan basa (Tan, 1998).

Kejenuhan basa sering dianggap sebagai petunjuk tingkat kesuburan tanah, kemudahan pelepasan kation terjerap untuk tanaman tergantung pada tingkat kejenuhan basa. Suatu tanah dianggap sangat subur jika kejenuhan basanya > 80%, kesuburan sedang jika kejenuhan basanya antara 50-80 %, dan tidak subur jika kejenuhan basanya < 50%. Suatu tanah dengan kejenuhan basa sebesar 80% akan melepaskan basa-basa yang dapat dipertukarkan lebih mudah dari pada tanah dengan kejenuhan basa 50%. Pengapuran merupakan cara yang umum untuk meningkatkan persen kejenuhan basa (Tan, 1998).

Syarat Tumbuh Tanaman Kopi (coffea, sp)

Tanaman kopi tumbuh dengan baik pada daerah-daerah yang terletak di antara 20o LU dan 20o LS. Berdasarkan data yang ada, Indonesia terletak di antara 5o LU dan 10o LS. Hal ini sberarti sangat ideal dan potensial bagi pengembangan tanaman kopi.( Anonimous, 2008)

A. Iklim.

1. Tinggi Tempat dan Temperatur.

Setiap jenis kopi memerlukan tinggi tempat dari permukaan laut dan temperatur yang berbeda-beda. Jenis Arabika dapat hidup pada 1000-1700 m diatas permukaan laut dengan suhu 16 -20ºC. Jenis Robusta dapat hidup pada 500-1000 m diatas permukaan laut tetapi yang baik 800 m diatas permukaan laut dengan suhu 20ºC. Pertanaman kopi arabika yang dekat


(32)

permukaan laut banyak diserang penyakit karat daun, sedang ketinggian lebih dari 2000 m sering diganggu embun upas. Jenis Liberica dapat hidup baik didaratan rendah.

2. Curah Hujan.

Curah hujan yang dibutuhkan tanaman kopi minimal dalam 1 tahun 1000-2000 mm, optimal 1000-2000-3000 mm sedang di Indonesia curah hujan terletak 2000 - 3000 mm. Kopi robusta menghendaki musim kemarau 3-4 bulan, tetapi pada waktu itu harus sering ada hujan yang cukup. Musim kering dikehendaki maximal 1,5 bulan sebelum masa berbunga lebat, sedangkan masa kering sesudah berbunga lebat sedapat mungkin tidak melebihi dua minggu. Pohon kopi tidak tahan terhadap angin yang kencang, lebih-lebih dimusim kemarau, karena angin ini akan mempertinggi penguapan air dipermukaan tanah dan juga dapat mematahkan pohon pelindung, untuk mengurangi hal-hal tersebut ditepi-tepi kebun ditanam pohon penahan angin.(Sentani, 1991)

B. Tanah.

Syarat tanah yang dikehendaki adalah: - Mempunyai solum yang cukup dalam

- Gembur dengan bahan organik yang cukup, karenanya sangat cocok ditanam pada tanah bekas hutan.

- Keasaman (pH) tanah 5,5 - 6,5


(33)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Harian dan Desa Sitinjak Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir. Lokasi penelitian secara geografis terletak pada koordinat 490496 – 494996 N dan 269185 – 272685 E, berada pada ketinggian ±1000 meter di atas permukaan laut. Topografi Desa Harian dan Sitinjak beraneka ragam berkisar 2% - >30%. Analisis tanah dilakukan di Pusat Laboratorium Uji Mutu, dan Laboratorium Fisika Tanah, USU, Medan. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan Mei 2010 sampai dengan selesai.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : sampel tanah yang diambil dari setiap Satuan Peta Tanah (SPT) serta bahan-bahan untuk analisis di laboratorium.

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : peta topografi skala 1 : 5000, GPS, bor tanah, ring sampel, kertas label, kantong plastik, karet gelang, cangkul, parang, kamera, spidol, alat tulis serta alat-alat laboratorium.

Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan data iklim yang diklasifikasikan berdasarkan tipe iklim Oldeman, data kesuburan tanah meliputi sifat kimia dan fisika dievaluasi berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh Staf Pusat Penelitian Tanah Bogor Tahun 1983.

Metoda evaluasi lahan yang dilakukan adalah : metoda limit yang mengacu pada besarnya tingkat faktor pembatas dari karakteristik lahan (FAO,


(34)

1976). Untuk memperoleh kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kopi (Coffea, sp)di Desa Harian dan Desa Sitinjak Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir, maka data iklim, data hasil pengamatan di lapangan (kondisi fisik lingkungan) dan data hasil analisis laboratorium dicocokkan (matching) dengan kriteria kelas kesesuaian lahan bagi tanaman kopi oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor (Puslitbangtanak, 2003) sehingga diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual dan kelas kesesuaian lahan potensial bagi masing-masing tanaman kopi tersebut di Desa Harian dan Desa Sitinjak Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir.

Pelaksanaan Penelitian Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah telaah pustaka, konsultasi dengan dosen pembimbing, penyusunan usulan penelitian, pengadaan peta-peta yang dibutuhkan, mengadakan survey kelapangan dan persiapan bahan dan alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Tahap Kegiatan di Lapangan

• Daerah penelitian dan perolehan Satuan Peta Tanah (SPT) ditentukan berdasarkan peta jenis tanah, peta kemiringan lereng dan peta ketinggian tempat yang dihasilkan dari peta topografi dengan skala 1 : 5000, kemudian dilakukan overlay peta kemiringan lereng dengan peta ketinggian tempat dengan skala yang sama yaitu 1: 5000. karena jenis tanah pada kedua desa ini sama, yaitu Ordo Inceptisol, terdapat 2 (dua) Great Group : Eutropepts (dominan, ± 50-75% dari luas lahan) dan


(35)

Dystropepts ( ± 25-50% dari luas lahan). Ditetapkan 8 Satuan Peta Tanah (SPT) yang mewakili kedua desa.

• Pemboran tanah pada setiap SPT yang dianggap mewakili karakter tanah utama didaerah penelitian secara zigzag dan setelah dikompositkan dari beberapa lokasi pada Satuan Peta Tanah (SPT) yang sama maka dimasukkan sampel tanah tersebut ke dalam plastik dengan berat tanah ± 1,5 kg serta diberi label lapangan; tanah yang akan dianalisis adalah tanah pada kedalaman 0 – 30 cm dan 30-60 cm, kantongan plastik tempat sampel tanah tersebut diberi label.

• Pada kedalam tanah 0-30 cm diambil juga sampel tanah utuh /tidak terganggu (undisturb soil) di dalam ring sample untuk mengukur permeabilitas tanahnya.

• Data iklim untuk Desa Harian dan Desa Sitinjak selama 10 tahun (tahun 2000-2009) diperoleh dari Stasiun Klimatologi Kelas I Sampali

Medan meliputi data : suhu udara rata-rata, curah hujan tahunan, kelembaban udara rata-rata dan lamanya masa bulan kering untuk pos pengamatan/stasiun Onan Runggu.

• Data fisik lingkungan yang dikumpulkan meliputi : tekstur tanah, panjang dan kemiringan lereng, drainase tanah, bahan kasar, kedalaman tanah, vegetasi dominan, pengelolaan tanaman, upaya konservasi tanah, bahaya banjir/genangan, batuan permukaan dan singkapan batuan.


(36)

Tahap Analisis Laboratorium

Sampel tanah dari lapangan kemudian diteliti dilaboratorium yang meliputi sifat fisik dan kimia tanah.

Analisis Kesesuaian Lahan

Analisis kesesuaian lahan untuk tanamana kopi (Coffea, sp) berdasarkan metoda limit yang mengacu pada besarnya tingkat faktor pembatas dari karakteristik lahan berdaarkan FAO (1976) seperti yang sudah disebutkan sebelumnya.

Peubah Yang Diukur

Berdasarkan karakteristik lahan yang telah disebutkan maka peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah :

• Data lapangan

1. Ketersediaan Oksigen (oa)

• Drainase 2. Media Perakaran (rc)

• Bahan kasar (%)

• Kedalaman tanah (cm) 3. Bahaya Erosi (eh)

• Bahaya erosi dengan metode USLE 4. Temperatur (tc)

• Temperatur rata-rata (oC)

• Ketinggian tempat (m dpl) 5. Ketersediaan Air (wa)

• Curah hujan (mm)

• Lama bulan kering (bln)


(37)

6. Bahaya Banjir (fh)

• Genangan 7. Penyiapan Lahan (lp)

• Batuan di permukaan (%)

• Singkapan batuan (%)

• Data laboratorium 1. Retensi Hara (nr)

• KTK (me/100g) metode ekstraksi NH4OAc pH 7 • pH H2O metode elektrometri (1:2,5)

• Kejenuhan basa (%) NH4-asetat 1N pH 7 • C-organik (%) metode Walkey and Black 2. Media Perakaran (rc)

• Tekstur metode hydrometer 3. Sodisitas (xn)


(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Kwalitas dan Karakteristik Lahan

Iklim

Data iklim selama 10 tahun (2000 - 2009) diperoleh dari Stasiun Klimatologi Kelas I Sampali Medan meliputi data : curah hujan, suhu udara dan kelembaban udara bulanan pada pos pengamatan/stasiun terdekat yaitu: Onan Runggu dan Gabe Hutaraja, yang dianggap dapat mewakili data iklim di Desa Harian dan Desa Sitinjak Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir.

Adapun data-data iklim yang diperoleh dengan data rata-rata sebagai berikut

• Suhu udara rata-rata tahunan : 20.23oC

• Curah hujan tahunan rata-rata : 2046.3 mm

• Kelembaban rata-rata tahunan : 83.24 %

• Lamanya bulan kering : 2.1 bulan

Tabel 1. Data curah hujan, suhu dan kelembaban udara pada daerah penelitian 2000-20009

Tahun CurahHujan (mm/thn) SuhuUdara (0 C) Kelembaban udara %

2000 1289 19.85 82.94

2001 1501 19.85 83.80

2002 1478 20.05 83.25

2003 2928 20.07 84.25

2004 2635 20.05 83.08

2005 2577 18.34 82.93

2006 2518 20.10 83.50

2007 1946 20.22 83.92

2008 1989 22.51 83.12

2009 1602 21.36 81.91


(39)

Karakteristik Lahan

Dari hasil pengamatan di lapangan, data iklim dan analisis tanah yang dilakukan pada kedalaman 0 cm - 30 cm, maka diperoleh data karakteristik lahan sebanyak 8 (delapan) Satuan Peta Tanah (SPT) yang kemudian menjadi 8 (delapan) daerah Kesesuaian Lahan.

Jenis tanah yang terdapat pada Desa Harian dan Desa Sitinjak Kecamatan Onan Runggu adalah sama, yaitu : Inceptisol dengan 2 (dua) Great Group :

Eutropepts (dominan : ± 50% - 75% dari luas lahan) dan Dystropepts (± 25% - 50% dari luas lahan). Secara umum tingkat kesuburan tanahnya sangat

rendah sampai rendah, pH tanah berkisar masam sampai agak masam. Tekstur tanahnya bervariasi, dari mulai sedang sampai agak halus. Porositas tanah sekitar

50% - 60%, permeabilitas tanah sedang dan kedalaman tanah dangkal (20 cm - 100 cm).


(40)

Evaluasi Kesesuian Lahan.

Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kopi (Coffea, sp) pada SPT 1 di tampilkan pada tabel 2.sebagai berikut :

Tabel 2. Data karakteristik Tanah SPT 1 untuk tanaman kopi (Coffea, sp).

Karakteristik Data Lapangan Kelas

Kesesuaian Aktual Kelas Kesesuaian Potensial Temperatur (tc)

Temp. rata-rata (oC) 20,23 S3 S3

Ketinggian tempat (m dpl) 900-1000 - -

Ketersediaan air (wa)

Curah hujan tahunan rata-rata (mm)

2046.3 S1 S1

Kelembaban (%) 83,38 S2 S2

Lama bulan kering (bln) 2,1 S1 S1

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Agak Baik S1 S1

Media perakaran (rc)

Tekstur Lempung (s) S1 S1

Bahan Kasar (%) <15 S1 S1

Kedalaman tanah (cm) 75-100 S2 S2

Retensi hara (nr)

KTK (me/100g) 8,44 S2 S1

Kejenuhan Basa (%) 7,47 S2 S1

pH H2O 6,30 S2 S1

C-organik (%) 2,85 S1 S1

Sodisitas (xn)

Alkalinitas/ESP (%) 0,54 - -

Bahaya erosi (eh)

Lereng (%) <8% S1 S1

Bahaya erosi (ton/ha/thn) 3,34 (r) S1 S1

Bahaya banjir (fh)

Genangan F0 S1 S1

Penyiapan lahan (lp)

Batuan di permukaan (%) <5 S1 S1

Singkapan batuan (%) <5 S1 S1

Kesesuaian Lahan aktual S3-tc (temperatur rata-rata) Kesesuaian Lahan Potensial S3-tc (temperatur rata-rata)


(41)

Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kopi (Coffea, sp) pada SPT 2 di tampilkan pada tabel 3.sebagai berikut :

Tabel 3. Data karakteristik Tanah SPT 2 untuk tanaman kopi (Coffea, sp)

Karakteristik Data Kelas

Kesesuaian Aktual

Kelas Kesesuaian

Potensial Temperatur (tc)

Temp. rata-rata (oC) 20,23 S3 S3

Ketinggian tempat (m dpl) 900-1000 - -

Ketersediaan air (wa)

Curah hujan (mm) 2046.3 S1 S1

Kelembaban (%) 83,38 S2 S2

Lama bulan kering (bln) 2,1 S1 S1

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Baik S1 S1

Media perakaran (rc)

Tekstur Lempung berpasir (s) S1 S1

Bahan Kasar (%) <15 S1 S1

Kedalaman tanah (cm) 75-100 S2 S2

Retensi hara (nr)

KTK (me/100g) 8,30 S2 S1

Kejenuhan Basa (%) 13,34 S2 S1

pH H2O 6,19 S2 S1

C-organik (%) 3,53 S1 S1

Sodisitas (xn)

Alkalinitas/ESP (%) 1,08 - -

Bahaya erosi (eh)

Lereng (%) 8-16 S2 S1

Bahaya erosi (ton/ha/thn) 48,96 (b) S3 S2

Bahaya banjir (fh)

Genangan F0 S1 S1

Penyiapan lahan (lp)

Batuan di permukaan (%) <5 S1 S1

Singkapan batuan (%) <5 S1 S1

Kesesuaian Lahan aktual S3-tc, eh, (temperatur rata-rata, bahaya erosi) Kesesuaian Lahan Potensial S3-tc (temperatur rata-rata)


(42)

Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kopi (Coffea, sp) pada SPT 3 di tampilkan pada tabel 4.sebagai berikut :

Tabel 4. Data karakteristik Tanah SPT 3 untuk tanaman kopi (Coffea, sp)

Karakteristik Data Kelas

Kesesuaian Aktual

Kelas Kesesuaian

Potensial Temperatur (tc)

Temp. rata-rata (oC) 20,23 S3 S3

Ketinggian tempat (m dpl) 900-1000 - -

Ketersediaan air (wa)

Curah hujan (mm) 2046.3 S1 S1

Kelembaban (%) 83,38 S2 S2

Lama bulan kering (bln) 2,1 S1 S1

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Baik S1 S1

Media perakaran (rc)

Tekstur Lempung berpasir (s) S1 S1

Bahan Kasar (%) <15 S1 S1

Kedalaman tanah (cm) 75-100 S2 S2

Retensi hara (nr)

KTK (me/100g) 7,90 S2 S1

Kejenuhan Basa (%) 8,48 S2 S1

pH H2O 6,16 S2 S1

C-organik (%) 3,50 S1 S1

Sodisitas (xn)

Alkalinitas/ESP (%) 1,27 - -

Bahaya erosi (eh)

Lereng (%) 16-30 S3 S2

Bahaya erosi (ton/ha/thn) 53,83 (b) S3 S2

Bahaya banjir (fh)

Genangan F1 S3 S2

Penyiapan lahan (lp)

Batuan di permukaan (%) <5 S1 S1

Singkapan batuan (%) <5 S1 S1

Kesesuaian Lahan aktual S3-tc, eh, fh (temp rata-rata, lereng, bahaya erosi, genangan)

Kesesuaian Lahan Potensial S3-tc (temperatur rata-rata)


(43)

Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kopi (Coffea, sp) pada SPT 4 di tampilkan pada tabel 5.sebagai berikut :

Tabel 5. Data karakteristik Tanah SPT 4 untuk tanaman kopi (Coffea, sp)

Karakteristik Data Kelas

Kesesuaian Aktual

Kelas Kesesuaian

Potensial Temperatur (tc)

Temp. rata-rata (oC) 20,23 S3 S3

Ketinggian tempat (m dpl) 1000-1100 - -

Ketersediaan air (wa)

Curah hujan (mm) 2046.3 S1 S1

Kelembaban (%) 83,38 S2 S2

Lama bulan kering (bln) 2,1 S1 S1

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Agak Terhambat S3 S1

Media perakaran (rc)

Tekstur Liat (h) S1 S1

Bahan Kasar (%) <15 S1 S1

Kedalaman tanah (cm) 75-100 S2 S2

Retensi hara (nr)

KTK (me/100g) 6,00 S2 S1

Kejenuhan Basa (%) 16,17 S2 S1

pH H2O 6,12 S2 S1

C-organik (%) 2,15 S1 S1

Sodisitas (xn)

Alkalinitas/ESP (%) 0,67 - -

Bahaya erosi (eh)

Lereng (%) <8 S1 S1

Bahaya erosi (ton/ha/thn) 9,91 (r) S2 S1

Bahaya banjir (fh)

Genangan F0 S1 S1

Penyiapan lahan (lp)

Batuan di permukaan (%) <5 S1 S1

Singkapan batuan (%) <5 S1 S1

Kesesuaian Lahan aktual S3-tc, oa (temp. rata-rata, drainase) Kesesuaian Lahan Potensial S3-tc (temp. rata-rata)


(44)

Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kopi (Coffea, SP) pada SPT 5 di tampilkan pada tabel 6.sebagai berikut :

Tabel 6. Data karakteristik Tanah SPT 5 untuk tanaman kopi (Coffea, sp)

Karakteristik Data Kelas

Kesesuaian Aktual

Kelas Kesesuaian

Potensial Temperatur (tc)

Temp. rata-rata (oC) 20,23 S3 S3

Ketinggian tempat (m dpl) 1000-1100 - -

Ketersediaan air (wa)

Curah hujan (mm) 2046.3 S1 S1

Kelembaban (%) 83,38 S2 S2

Lama bulan kering (bln) 2,1 S2 S2

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Baik S1 S1

Media perakaran (rc)

Tekstur Lempung berpasir (s) S1 S1

Bahan Kasar (%) <15 S1 S1

Kedalaman tanah (cm) 75-100 S2 S2

Retensi hara (nr)

KTK (me/100g) 6,00 S2 S1

Kejenuhan Basa (%) 16,17 S2 S1

pH H2O 6,44 S2 S1

C-organik (%) 3,10 S1 S1

Sodisitas (xn)

Alkalinitas/ESP (%) 1,39 - -

Bahaya erosi (eh)

Lereng (%) 8-16 S2 S1

Bahaya erosi (ton/ha/thn) 0,31 (r) S2 S1

Bahaya banjir (fh)

Genangan F0 S1 S1

Penyiapan lahan (lp)

Batuan di permukaan (%) <5 S1 S1

Singkapan batuan (%) <5 S1 S1

Kesesuaian Lahan aktual S3-tc (temp. rata-rata) Kesesuaian Lahan Potensial S3-tc (temp. rata-rata)


(45)

Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kopi (Coffea, sp) pada SPT 6 di tampilkan pada tabel 7.sebagai berikut :

Tabel 7. Data karakteristik Tanah SPT 6 untuk tanaman kopi (Coffea, sp)

Karakteristik Data Kelas

Kesesuaian Aktual

Kelas Kesesuaian

Potensial Temperatur (tc)

Temp. rata-rata (oC) 20,23 S3 S3

Ketinggian tempat (m dpl) 1000-1100 - -

Ketersediaan air (wa)

Curah hujan (mm) 2046.3 S1 S1

Kelembaban (%) 83,38 S2 S2

Lama bulan kering (bln) 2,1 S1 S1

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Agak Terhambat S3 S2

Media perakaran (rc)

Tekstur Lempung liat berpasir

(ah)

S1 S1

Bahan Kasar (%) <15 S1 S1

Kedalaman tanah (cm) 20-50 N N

Retensi hara (nr)

KTK (me/100g) 5,95 S2 S1

Kejenuhan Basa (%) 17,48 S2 S1

pH H2O 6,41 S2 S1

C-organik (%) 3,47 S1 S1

Sodisitas (xn)

Alkalinitas/ESP (%) 0,84 - -

Bahaya erosi (eh)

Lereng (%) 16-30 S3 S2

Bahaya erosi (ton/ha/thn) 0,26 (r) S2 S1

Bahaya banjir (fh)

Genangan F0 S1 S1

Penyiapan lahan (lp)

Batuan di permukaan (%) <5 S1 S1

Singkapan batuan (%) <5 S1 S1

Kesesuaian Lahan aktual N-rc (kedalaman tanah) Kesesuaian Lahan Potensial N-rc (kedalaman tanah)


(46)

Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kopi (Coffea, sp) pada SPT 7 di tampilkan pada tabel 8.sebagai berikut :

Tabel 8. Data karakteristik Tanah SPT 7 untuk tanaman kopi (Coffea, sp)

Karakteristik Data Kelas

Kesesuaian Aktual

Kelas Kesesuaian

Potensial Temperatur (tc)

Temp. rata-rata (oC) 20,23 S3 S3

Ketinggian tempat (m dpl) >1100 - -

Ketersediaan air (wa)

Curah hujan (mm) 2046.3 S1 S1

Kelembaban (%) 83,38 S2 S2

Lama bulan kering (bln) 2,1 S1 S1

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Baik S1 S1

Media perakaran (rc)

Tekstur Liat berpasir (h) S1 S1

Bahan Kasar (%) <15 S1 S1

Kedalaman tanah (cm) 75-100 S2 S2

Retensi hara (nr)

KTK (me/100g) 9,95 S2 S1

Kejenuhan Basa (%) 5,93 S2 S1

pH H2O 6,14 S2 S1

C-organik (%) 3,96 S1 S1

Sodisitas (xn)

Alkalinitas/ESP (%) 1,01 - -

Bahaya erosi (eh)

Lereng (%) <8 S1 S1

Bahaya erosi (ton/ha/thn) 2,12 (r) S2 S1

Bahaya banjir (fh)

Genangan F0 S1 S1

Penyiapan lahan (lp)

Batuan di permukaan (%) <5 S1 S1

Singkapan batuan (%) <5 S1 S1

Kesesuaian Lahan aktual S3-tc (temp. rata-rata) Kesesuaian Lahan Potensial S3-tc (temp. rata-rata)


(47)

Kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kopi (Coffea, sp) pada SPT 8 di tampilkan pada tabel 9.sebagai berikut :

Tabel 9. Data karakteristik Tanah SPT 8 untuk tanaman kopi (Coffea, sp)

Karakteristik Data Kelas

Kesesuaian Aktual Kelas Kesesuaian Potensial Temperatur (tc)

Temp. rata-rata (oC) 20,23 S3 S3

Ketinggian tempat (m dpl) >1100 - -

Ketersediaan air (wa)

Curah hujan (mm) 2046.3 S1 S1

Kelembaban (%) 83,38 S2 S1

Lama bulan kering (bln) 2,1 S1 S1

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Baik S1 S1

Media perakaran (rc)

Tekstur Lempung liat

berpasir (ah)

S1 S1

Bahan Kasar (%) <15 S1 S1

Kedalaman tanah (cm) 20-50 N N

Retensi hara (nr)

KTK (me/100g) 8,90 S2 S1

Kejenuhan Basa (%) 12,13 S2 S1

pH H2O 6,16 S2 S1

C-organik (%) 3,85 S1 S1

Sodisitas (xn)

Alkalinitas/ESP (%) 2,02 - -

Bahaya erosi (eh)

Lereng (%) 8-16 S2 S1

Bahaya erosi (ton/ha/thn) 29,66 (b) S3 S2

Bahaya banjir (fh)

Genangan F0 S1 S1

Penyiapan lahan (lp)

Batuan di permukaan (%) <5 S1 S1

Singkapan batuan (%) <5 S1 S1

Kesesuaian Lahan aktual N-rc (kedalaman tanah) Kesesuaian Lahan Potensial N-rc (kedalaman tanah)


(48)

Berdasarkan data yang di peroleh pada SPT 1 kelas kesesuaian lahan aktual, diketahui faktor pembatas S2 terdapat pada ketersediaan air, yaitu kelembaban; media perakaran, yaitu kedalaman tanah dan retensi hara, yaitu KTK, KB, pH H2O. Hal ini dapat diperbaiki menjadi kelas kesesuaian lahan potensial S1 dengan cara pengairan atau pembuatan saluran irigasi, penambahan bahan organik maupun pengapuran kedalam tanah. Pada kelembaban dan kedalaman tanah tidak dapat ditingkatkan kelas kesesuaian lahannya.

Sedangkan kelas kesesuaian lahan aktual dengan faktor pembatas S3 terdapat pada temperature yaitu temperature rata-rata (0C). Untuk faktor pembatas temperature rata-rata tidak dapat ditingkatkan menjadi S2 karena kelembaban terjadi secara alami.

Berdasarkan data yang di peroleh pada SPT 2 kelas kesesuaian lahan aktual, diketahui faktor pembatas S2 terdapat pada ketersediaan air yaitu, kelembaban; media perakaran yaitu, kedalaman tanah; retensi hara yaitu, KTK, kejenuhan basa, pH H2O; bahaya erosi yaitu pada lereng. Hal ini dapat diperbaiki menjadi kelas kesesuaian lahan potensial S1 dengan cara pembuatan saluran irigasi, penambahan bahan organic, pengapuran dan juga membuat tanaman penutup tanah. Pada media perakaran yaitu kedalaman tanah dan kelembabab tidak dapat dilakukan perbaikan sehinnga kelas kesesuaian lahannya meningkat.

Sedangkan kelas kesesuaian lahan aktual dengan faktor pembatas S3 terdapat pada temperatur yaitu temperatur rata-rata dan bahaya erosi yaitu pada bahaya erosi. Faktor pembatas temperatur rata-rata tidak dapat ditingkatkan menjadi S2 karena temperatur terjadi secara alami sedangkan bahaya erosi dapat ditingkatkan menjadi S2 yaitu dengan membuat usaha-usaha konsevasi tanah.


(49)

Berdasarkan data yang di peroleh pada SPT 3 kelas kesesuaian lahan aktual, diketahui faktor pembatas S2 terdapat pada ketersediaan air yaitu, kelembaban; retensi hara yaitu, KTK, kejenuhan basa, pH H2O. Hal ini dapat diperbaiki menjadi kelas kesesuaian lahan potensial S1 dengan cara pembuatan saluran irigasi, penambahan bahan organik maupun pengapuran kedalam tanah. Sedangkan pada media perakaran yaitu pada kedalaman tanah dan ketersediaan air yaitu pada klebaban tidak dapat ditingkatkan kelas kesesuaian lahanya.

Sedangkan kelas kesesuaian lahan aktual dengan faktor pembatas S3 terdapat pada temperatur yaitu temperatur rata-rata; bahaya erosi yaitu, lereng dan bahaya erosi. Factor pembatas temperatur tidak dapat ditingkatkan menjadi S2 karena karena temperatur terjadi secara alami, sedangkan lereng dan bahaya erosi dapat ditingkatkan menjadi S2 yaitu dengan menggunakan usaha-usaha konservasi tanah.

Berdasarkan data yang di peroleh pada SPT 4 kelas kesesuaian lahan aktual, diketahui faktor pembatas S2 terdapat pada ketersediaan air yaitu, kelembaban; retensi hara yaitu, KTK, kejenuhan basa, pH H2O; bahaya erosi yaitu pada sub bahaya erosi . Hal ini dapat diperbaiki menjadi kelas kesesuaian lahan potensial S1 dengan cara pembuatan saluran irigasi, penambahan bahan organik maupun pengapuran kedalam tanah dan melakukan usaha-usaha konsevasi tanah. Sedangkan pada media perakaran yaitu pada kedalaman tanah dan ketersediaan air yatiu pada kelembaban tidak dapat ditingkatkan kelas kesesuaian lahanya.

Sedangkan kelas kesesuaian lahan aktual dengan faktor pembatas S3 terdapat pada temperatur yaitu temperatur rata-rata; ketersediaan oksigen yaitu, drainase. Factor pembatas temperatur tidak dapat ditingkatkan menjadi S2 karena


(50)

karena temperatur terjadi secara alami, sedangkan pada ketersediaan oksigen yaitu pada drainase dapat ditingkatkan menjadi S2 yaitu dengan cara melakukan penambahan bahan organik dan pengolahan lahan.

Berdasarkan data yang di peroleh pada SPT 5 kelas kesesuaian lahan aktual, diketahui faktor pembatas S2 terdapat pada ketersediaan air yaitu, kelembaban; retensi hara yaitu, KTK, kejenuhan basa, pH H2O; bahaya erosi yaitu pada sub bahaya erosi . Hal ini dapat diperbaiki menjadi kelas kesesuaian lahan potensial S1 dengan cara pembuatan saluran irigasi, penambahan bahan organik maupun pengapuran kedalam tanah dan melakukan usaha-usaha konsevasi tanah. Sedangkan pada ketersediaan air yaitu, kelembaban, lama bulan kering; media perakaran yaitu pada kedalaman tanah; bahaya erosi yaitu, lereng tidak dapat ditingkatkan menjadi S1 karena karakteristik di atas terjadi secara alami.

Sedangkan kelas kesesuaian lahan aktual dengan faktor pembatas S3 terdapat pada temperatur yaitu temperature. Factor pembatas temperatur tidak dapat ditingkatkan menjadi S2 karena karena temperatur terjadi secara alami.

Berdasarkan data yang di peroleh pada SPT 6 kelas kesesuaian lahan aktual, diketahui faktor pembatas S2 terdapat pada ketersediaan air yaitu, curah hujan, kelembaban; retensi hara yaitu, KTK, kejenuhan basa, pH H2O; bahaya erosi yaitu pada sub bahaya erosi . Hal ini dapat diperbaiki menjadi kelas kesesuaian lahan potensial S1 dengan cara pembuatan saluran irigasi, penambahan bahan organik maupun pengapuran kedalam tanah dan melakukan usaha-usaha konsevasi tanah. Sedangkan pada media perakaran yaitu pada kedalaman tanah dan ketersediaan air yaitu pada kelembaban tidak dapat ditingkatkan kelas kesesuaian lahanya.


(51)

Sedangkan kelas kesesuaian lahan aktual dengan faktor pembatas S3 terdapat pada temperatur yaitu temperatur rata-rata; ketersediaan oksigen yaitu, drainase; bahaya erosi yaitu lereng. Factor pembatas temperature tidak dapat ditingkatkan menjadi S2 karena temperatur terjadi secara alami, sedangkan pada ketersediaan oksigen yaitu pada drainase dan lereng pada bahaya erosi dapat ditingkatkan menjadi S2 yaitu dengan cara melakukan penambahan bahan organik, pengolahan lahan dan pembuatan teras.

Pada kelas kesesuaian lahan aktual dengan faktor pembatas N terdapat pada media perakaran yaitu kedalaman tanah (cm), tidak dapat ditingkatkan kelas kesesuaian lahannya karena kedalaman tanah berubah secara alami yaitu dengan adanya pelapukan bahan induk tanah.

Berdasarkan data yang di peroleh pada SPT 7 kelas kesesuaian lahan aktual, diketahui faktor pembatas S2 terdapat pada ketersediaan air yaitu, curah hujan, kelembaban; retensi hara yaitu, KTK, kejenuhan basa, pH H2O; bahaya erosi yaitu pada sub bahaya erosi . Hal ini dapat diperbaiki menjadi kelas kesesuaian lahan potensial S1 dengan cara pembuatan saluran irigasi, penambahan bahan organik maupun pengapuran kedalam tanah dan melakukan usaha-usaha konsevasi tanah dan air. Sedangkan pada media perakaran yaitu pada kedalaman tanah dan ketersediaan air yaitu pada kelembaban tidak dapat ditingkatkan kelas kesesuaian lahannya.

Sedangkan kelas kesesuaian lahan aktual dengan faktor pembatas S3 terdapat pada temperatur yaitu temperatur rata-rata; ketersediaan oksigen yaitu, drainase. Factor pembatas temperatur tidak dapat ditingkatkan menjadi S2 karena karena temperatur terjadi secara alami, sedangkan pada ketersediaan oksigen yaitu


(52)

pada drainase dapat ditingkatkan menjadi S2 yaitu dengan cara melakukan penambahan bahan organik dan pengolahan lahan.

Berdasarkan data yang di peroleh pada SPT 8 kelas kesesuaian lahan aktual, diketahui faktor pembatas S2 terdapat pada ketersediaan air yaitu, kelembaban; retensi hara yaitu, KTK, kejenuhan basa, pH H2O; bahaya erosi yaitu pada lereng. Hal ini dapat diperbaiki menjadi kelas kesesuaian lahan potensial S1 dengan cara pembuatan saluran irigasi, penambahan bahan organik maupun pengapuran kedalam tanah dan melakukan usaha-usaha konsevasi tanah. Sedangkan pada bahaya erosi yaitu pada lereng dan ketersediaan air yaitu pada kelembaban tidak dapat ditingkatkan kelas kesesuaian lahanya.

Sedangkan kelas kesesuaian lahan aktual dengan faktor pembatas S3 terdapat pada temperatur yaitu temperatur rata-rata; bahaya erosi yaitu pada sub bahaya erosi. Factor pembatas temperatur tidak dapat ditingkatkan menjadi S2 karena temperatur dan lereng terjadi secara alami, sedangkan pada bbahaya erosi dapat ditingkatkan menjadi S2 yaitu dengan cara melakukan usaha-usaha konsevasi tanah dan air.

Pada kelas kesesuaian lahan aktual dengan faktor pembatas N terdapat pada media perakaran yaitu kedalaman tanah (cm), tidak dapat ditingkatkan kelas kesesuaian lahannya karena kedalaman tanah berubah secara alami yaitu dengan adanya pelapukan bahan induk tanah seiring dengan waktu.


(53)

Pembahasan

Berdasarkan hasil pencocokan data karakteristik tanah dan tanaman, maka diperoleh kelas kesesuaian lahan actual dan potensial pada SPT1 sampai dengan SPT2 untuk tanaman kopi (coffea, sp). Dimana kelas kesesuaian lahan dan potesialnya tertera pada tabel sebagai berikut:

Tabel 10. Kesesuaian Lahan Aktual dan Potensial pada SPT 1, SPT 2, SPT 3, SPT 4, SPT 5, SPT 6, SPT 7, SPT 8 untuk tanaman kopi.

SPT Kesesuaian Lahan Actual Kesesuaian Lahan Potensial

1 S3-tc (temperatur) S3-tc (temperatur)

2 S3-tc, eh (temperatur, bahaya erosi)

S3-tc (temperatur)

3 S3-tc, eh (temperatur, bahaya erosi)

S3-tc (temperatur)

4 S3-tc, oa (temperatur, ketersediaan oksigen)

S3-tc (temperatur)

5 S3-tc (temperatur) S3-tc (temperatur)

6 N-rc (media perakaran) N-rc (media perakaran)

7 S3-tc (temperatur) S3-tc (temperatur)

8 N-rc (media perakaran) N-rc (media perakaran)

Dari tabel diatas diperoleh bahwa pada SPT 1 kelas kesesuaian lahan aktual adalah S3-tc dengan factor pembatas temperatur rata-rata pada temperatur, pada SPT 2 dipeproleh kelas kesesuaian lahan aktual adalah S3-tc, eh dengan


(54)

faktor pembatas temperatur rata-rata pada temperatur, faktor pembatas bahaya erosi pada bahaya erosi, pada SPT 3 kelas kesesuaian lahan aktual adalah S3-tc,eh, fh dengan faktor pembatas temperatur rata-rata pada temperatur, faktor pembatas lereng dan bahaya erosi pada bahaya erosi, dan faktor genangan pada bahaya banjir, pada SPT 4 kelas kesesuaian lahan aktual adalah S3-tc, oa dengan faktor pembatas temperatur rata-rata pada temperatur, faktor pembatas drainase pada ketersediaan oksigen, pada SPT 5 kelas kesesuaian lahan aktual adalah S3-tc dengan faktor pembatas temperatur rata-rata pada temperatur, pada SPT 6 kelas kesesuaian lahan aktual adalah N-rc dengan faktor pembatas kedalaman tanah pada media perakaran, pada SPT 7 kelas kesesuaian lahan aktual adalah S3-tc dengan faktor pembatas temperatur rata-rata pada temperatur, dan pada SPT 8 kesesuaian lahan aktual adalah N-rc dengan faktor pembatas kedalaman tanah pada media perakaran.

Dari tabel diatas diperoleh kelas kesesuaian lahan potensial pada SPT 1, SPT 2, SPT 3, SPT 4, SPT 5 dan SPT 7 adalah S3-tc dengan faktor pembatas temperatur rata-rata yaitu pada temperatur tidak dapat dilakukan upaya perbaikan, sehingga kesesuaian lahan potensial untuk SPT 1, SPT 2, SPT3, SPT 4, SPT 5 dan SPT 6 tetap berada pada kelas S3-tc.

Untuk faktor pembatas bahaya erosi dan lereng dapat dilakukan usaha perbaikan dengan cara penanaman tanaman penutup tanah dan pembuatan teras sehingga kelas kesesuaian lahan potensial untuk faktor pembatas bahaya erosi(SPT 2, SPT 3 dan SPT 8) dan lereng (SPT 3 dan SPT 6)dapat ditingkatkan menjadi kelas S2. Hal ini sesuai dengan literatur (Kartasapoetra, 1991) yang menyatakan kemiringan lahan sangat mempengaruhi tingkat erosi, karena semakin


(55)

tinggi kemiringan lereng maka tingkat erosi sangat besar yang menyebabkan banjir, salah satu upaya untuk mengurangi tingkat bahaya erosi pada kemiringan lahan dengan cara pembuatan teras.

Dari tabel diatas diperoleh kelas kesesuaian lahan potensial pada SPT 6 dan SPT 8 adalah N-rc dengan faktor pembatas kedalaman tanah pada media perakaran. Untuk faktor pembatas kedalaman tanah tidak dapat dilakukan upaya perbaikan, sehingga kesesuaian lahan potensialnya tetap berada pada kelas N-rc.


(56)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Pada SPT 1 kelas kesesuaian lahan aktualnya untuk tanaman kopi adalah S3-tc (temperatur rata-rata). Kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah S3-S3-tc (temperatur rata-rata).

2. Pada SPT 2 kelas kesesuaian lahan aktualnya untuk tanaman kopi adalah S3-tc, eh (temperatur rata-rata, bahaya erosi). Kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah S3-tc (temperatur rata-rata).

3. Pada SPT 3 kelas kesesuaian lahan aktualnya untuk tanaman kopi adalah S3-tc, eh (temperatur rata-rata, bahaya erosi). Kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah S3-tc (temperatur rata-rata).

4. Pada SPT 4 kelas kesesuaian lahan aktualnya untuk tanaman kopi adalah S3-tc, oa (temperatur rata-rata, drainase). Kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah S3-tc (temperatur rata-rata).

5. Pada SPT 5 kelas kesesuaian lahan aktualnya untuk tanaman kopi adalah S3-tc (temperatur rata-rata). Kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah S3-S3-tc (temperatur rata-rata).

6. Pada SPT 6 kelas kesesuaian lahan aktualnya untuk tanaman kopi adalah N-rc (kedalaman tanah). Kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah N-rc (kedalaman tanah).

7. Pada SPT 7 kelas kesesuaian lahan aktualnya untuk tanaman kopi adalah S3-tc (temperatur rata-rata). Kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah S3-S3-tc (temperatur rata-rata).


(57)

8. Pada SPT 8 kelas kesesuaian lahan aktualnya untuk tanaman kopi adalah N-rc (kedalaman tanah). Kelas kesesuaian lahan potensialnya adalah N-rc (kedalaman tanah).

Saran

Sebaiknya dilakukan penelitian selanjutnya untuk memperoleh tanaman yang sesuai dengan faktor pembatas S1 yang dapat dikembangkan di desa Harian dan desa Sitinjak Kecamatan Onanrunggu Kabupaten Samosir.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T.S. 1993. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Anonimous, 2008. Budidaya Kopi, www.punyausaha.byethost16.com . 25 Mei 2010.

Arsyad, S, 1989. Konservasi Tanah dan Air. Institut Pertanian Bogor Press., Bogor.

Darmawijaya, I. 1997. Klasifikasi Tanah, Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksana Pertanian di Indonesia. Gajah Mada University Press, Yokyakarta.

Dent, D. and Young, A. 1981. Soil Survey and Evaluation. Georgr Allen and Unwin, London.

Djaenudin, D., Marwan., Subagjo., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi ahan untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah, Puslitbangtanak,Bogor.

FAO. 1976. A Framework for Land Evaluation, FOA Soil Bull.

, 1983. Guidelines Land Evaluation for Rainfed Agriculture. Soil Resources Management and Conservation Service Land and Water Development Division. FAO Soil Bulletin No. 52. FAO-UNO, Rome.

Foth, H. D. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan : Purbayanti, E. D. Lukiowati dan R. Triwulatsih. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Guslim, 1996. Klimatologi Dasar. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.A. Diha, G.B. Hong dan H.H. Baailey, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung Press, Lampung.

Hardjowigeno, S. 1995. Ilmu Tanah. Akademi Pressindo, Jakarta. Hardjowigeno, 1997. Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta.

Husein, D.K. 1980. Evaluasi Kesesuaian Lahan, Pertemuan Teknis Survey Tanah danPemetaan Tanah Daerah Transmigrasi. Buletin Pertanian, BP3. LPT, Bogor.


(59)

Muslihat, L., 2001. Evaluasi Sumberdaya Lahan Untuk Kelayakan Pertanaian Pada Lokasi Proyek Percontohan CCFPI Di Sumatera Dan Kalimantan.

Rayes, M. L., 2006. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Andi, Yogyakarta. 298 Hal

Sarief, E. S., 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung. 157 Hal Sentani, 1991. Budidaya Kopi. BIP Propinisi Irian Jaya.

Sitorus, S.R.P. 1985. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Tarsito, Bandung. Soemarno, 2006. Kaidah Analisis Kesesuaian Lahan.

Sutanto,R, 2005. Dasar-dasar ilmu tanah, Konsep dan Kenyataan, penerbit kanisinus, Yogyakarta.208 p.

Toffler, E. 1986. Geografi Pedesaan, Masalah Pengembangan Pangan. Penyunting : Jurgen H. Holnholz, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Tan , K , H , 1998. Dasar-dasar Ilmu Tanah , Terjemahan Didiek Hadjar Goenadi Gajah Mada University Press, Yogyakarta.


(60)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 2000-2009

Bln THN

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 2000 47 99 147 114 65 19 56 64 220 32 225 151

2001 209 177 77 339 22 62 51 44 151 80 126 157

2002 140 64 36 273 152 52 83 99 129 140 147 163

2003 157 158 336 181 54 105 174 90 400 313 571 389

2004 39 94 223 355 71 83 214 172 320 409 228 427

2005 142 108 751 173 78 52 143 97 141 363 274 255

2006 113 165 118 289 24 329 143 176 280 312 315 254

2007 163 167 265 223 57 60 110 116 171 197 217 200

2008 228 83 190 186 109 87 69 145 268 357 151 166

2009 76 43 43 77 106 125 39 367 24 198 116 172

Lampiran 2. Data Kelembaban Udara (%) Rata-Rata di Stasiun Parapat Periode Tahun 1998-2007

Bulan THN

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 2000 84 82 81 85 83 80 79 82 86 83 86 84

2001 83 85 82 87 83 83 83 80 85 83 86 86

2002 83 82 82 84 82 83 80 81 85 85 87 85

2003 84 86 82 85 79 84 85 85 84 85 87 85

2004 85 86 83 83 81 76 84 82 83 85 84 85

2005 82 80 84 83 82 82 83 84 82 84 85 84

2006 83 81 82 84 83 83 82 82 86 86 86 85

2007 83 84 83 86 83 84 82 84 83 86 86 83

2008 84 74 89 85 80 81 82 82 83 87 86 85

2009 95 73 84 80 78 77 77 78 82 85 86 88

Lampiran 3. Data Suhu Udara (oC) Rata-Rata di Stasiun Parapat Periode Tahun 1998-2007

Bulan THN

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 2000 19.8 19.9 19.7 20.1 20.1 19.8 19.4 19.5 19.8 19.6 20.2 20.3

2001 19.8 19.9 19.7 20.1 20.1 19.8 19.4 19.5 19.8 19.6 20.2 20.3

2002 20.2 19.9 20.3 20.6 20.6 19.5 19.5 20.0 20.0 19.9 19.8 19.9

2003 20.0 20.3 20.2 20.5 20.5 19.9 19.7 19.8 19.8 19.6 20.4 20.3

2004 20.2 20.2 20.3 20.5 20.5 19.8 19.5 19.3 20.0 20.0 20.1 20.2

2005 19.7 19.8 19.9 30.0 20.0 20.0 19.9 19.5 20.5 20.2 20.3 20.2

2006 20.1 20.3 20.3 20.3 20.3 20.2 19.6 19.7 19.9 20.1 20.2 20.3

2007 19.9 20.2 20.4 20.4 20.6 20.1 19.5 19.9 20.0 20.9 20.6 20.0

2008 20.2 19.6 20.3 20.3 21.8 20.6 21.2 21.4 21.3 20.9 21.3 21.0


(61)

Lampiran 4. Jenis Usaha Perbaikan Kualitas/Karakteristik Lahan Aktual Menjadi Potensial Menurut Tingkat Pengelolaannya

Kualitas/Karakteristik Lahan

Jenis Usaha Perbaikan Tingkat Pengelolaan 1. Rejim Radiasi

- Panjang penyinaran matahari

- Tidak dapat dilakukan perbaikan

-

2. Rejim Suhu

- Suhu rata-rata tahunan - Suhu rata-rata terdingin - Suhu rata-rata bulan terpanas

- Tidak dapat dilakukan perbaikan

- Tidak dapat dilakukan perbaikan

- Tidak dapat dilakukan perbaikan

- - -

3. Rejim Kelembaban

- Kelembaban nisbi - Tidak dapat dilakukan perbaikan

- 4. Ketersediaan Air

- Bulan kering - Curah hujan

- Sistem irigasi pengairan - Sistem irigasi pengairan

- Sedang, tinggi - Sedang, tinggi 5. Media Perakaran

- Drainase - Tekstur

- Kedalaman efektif

- Gambut : kematangan ketebalan

- Perbaikan system drainase spt pembuatan saluran drainase - Tidak dapat dilakukan perbaikan

- Umumnya tidak dapat dilakukan perbaikan kecuali pada lapisan padas lunak dgn membongkarnya waktu pengolahan

- Pengaturan system drainase untuk mempercepat proses pematangan gambut

- Teknik pemadatan tanah gambut dan teknik penanaman serta pemilihan varietas

- Sedang, tinggi - Tinggi

- Tinggi

- Tinggi

6. Retensi Hara - KTK

- pH

- Pengapuran atau penambahan bahan organik

- Sedang, tinggi

7. Ketersediaan Hara - N total

- P tersedia - K tukar

- Pengapuran - Pemupukan - Pemupukan - Pemupukan

- Rendah, sedang, tinggi


(62)

8. Bahaya Banjir - Periode

- Frekwensi

- Pembuatan tanggulpenahan banjir dan pembuatan saluran drainase untuk mempercepat pembuangan air

- Tinggi - Tinggi

9. Kegaraman

- Salinitas - Reklamasi - Sedang, tinggi

10. Toksisitas - Kejenuhan Al - Lapisan Pirit

- Pengapuran

- Pengaturan system tata air tanah, tinggi permukaan air tanah harus di atas lapisan bahan sulfidik

- Sedang, tinggi - Sedang, tinggi

11. Kemudahan Pengolahan

- Pengaturan kelembaban tanah utk mempermudah pengolahan tanah

- Sedang, tinggi

12. Terrain/Potensi Mekanisasi

- Tidak dapat dilakukan perbaikan

- Sedang, tinggi 13. Bahaya Erosi - Usaha pengurangan laju

erosi, pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, penanaman tanaman penutup tanah

- Sedang, tinggi

Sumber : Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor, 1994. Keterangan :

• Tingkat pengelolaan rendah : Pengelolaan dapat dilaksanakan oleh petani dengan biaya yang relatif rendah.

• Tingkat pengelolaan sedang : Pengelolaan dapat dilaksanakan pada tingkat Petani menengah, memerlukan modal menengah dan teknik pertanian yang sedang.

• Tingkat pengelolaan tinggi : Pengelolaan hanya dapat dilakukan dengan modal yang relatif besar, umumnya dilakukan oleh pemerintah ataupun perusahaan besar atau menengah.


(63)

Lampiran 5. Data Karakteristik Tanah SPT 1 Karakteristik Kedalaman (cm)

0 - 30 Temperatur (tc)

Temp. rata-rata (oC) 20,23

Ketinggian tempat (m dpl) 900-1000 Ketersediaan air (wa)

Curah hujan (mm) 2046.3

Kelembaban (%) 83,38

Lama bulan kering (bln) 2,1

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Agak Baik

Media perakaran (rc)

Tekstur : Lempung (s)

- Pasir (%) 42

- Debu (%) 35

- Liat (%) 23

Bahan Kasar (%) <15

Kedalaman tanah (cm) 75-100

Retensi hara (nr)

KTK (me/100g) 8,44

Kejenuhan Basa (%) 7,47

pH H2O 6,30

C-organik (%) 2,85

Sodisitas (xn)

Alkalinitas/ESP (%) 0,54

Bahaya erosi (eh)

Lereng (%) <8%

Bahaya erosi (ton/ha/thn) 3,34 (r) Bahaya banjir (fh)

Genangan F0

Penyiapan lahan (lp)

Batuan di permukaan (%) <5

Singkapan batuan (%) <5


(64)

Lampiran 6. Data Karakteristik Tanah SPT 2 Karakteristik Kedalaman (cm)

0 - 30 Temperatur (tc)

Temp. rata-rata (oC) 20,23

Ketinggian tempat (m dpl) 900-1000 Ketersediaan air (wa)

Curah hujan (mm) 163,57

Kelembaban (%) 83,38

Lama bulan kering (bln) 2,1

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Baik

Media perakaran (rc)

Tekstur : Lempung berpasir (s)

- Pasir (%) 67

- Debu (%) 15

- Liat (%) 18

Bahan Kasar (%) <15

Kedalaman tanah (cm) 75-100

Retensi hara (nr)

KTK (me/100g) 8,30

Kejenuhan Basa (%) 13,34

pH H2O 6,19

C-organik (%) 3,53

Sodisitas (xn)

Alkalinitas/ESP (%) 1,08

Bahaya erosi (eh)

Lereng (%) 8-16

Bahaya erosi (ton/ha/thn) 48,96 (b) Bahaya banjir (fh)

Genangan F0

Penyiapan lahan (lp)

Batuan di permukaan (%) <5

Singkapan batuan (%) <5


(1)

Lampiran 10. Data Karakteristik Tanah SPT 6 Karakteristik Kedalaman (cm)

0 - 30 Temperatur (tc)

Temp. rata-rata (oC) 20,23

Ketinggian tempat (m dpl) 1000-1100

Ketersediaan air (wa)

Curah hujan (mm) 2046.3

Kelembaban (%) 83,38

Lama bulan kering (bln) 2,1

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Agak Terhambat

Media perakaran (rc)

Tekstur : Lempung liat berpasir

(ah)

- Pasir (%) 64

- Debu (%) 14

- Liat (%) 22

Bahan Kasar (%) <15

Kedalaman tanah (cm) 20-50

Retensi hara (nr)

KTK (me/100g) 5,95

Kejenuhan Basa (%) 17,48

pH H2O 6,41

C-organik (%) 3,47

Sodisitas (xn)

Alkalinitas/ESP (%) 0,84

Bahaya erosi (eh)

Lereng (%) 16-30

Bahaya erosi (ton/ha/thn) 0,26 (r)

Bahaya banjir (fh)

Genangan F0

Penyiapan lahan (lp)

Batuan di permukaan (%) <5

Singkapan batuan (%) <5


(2)

Lampiran 11. Data Karakteristik Tanah SPT 7 Karakteristik Kedalaman (cm)

0 – 30 Temperatur (tc)

Temp. rata-rata (oC) 20,23

Ketinggian tempat (m dpl) >1100

Ketersediaan air (wa)

Curah hujan (mm) 2046.3

Kelembaban (%) 83,38

Lama bulan kering (bln) 2,1

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Baik

Media perakaran (rc)

Tekstur : Liat berpasir (h)

- Pasir (%) 52

- Debu (%) 2

- Liat (%) 46

Bahan Kasar (%) <15

Kedalaman tanah (cm) 75-100

Retensi hara (nr)

KTK (me/100g) 9,95

Kejenuhan Basa (%) 5,93

pH H2O 6,14

C-organik (%) 3,96

Sodisitas (xn)

Alkalinitas/ESP (%) 1,01

Bahaya erosi (eh)

Lereng (%) <8

Bahaya erosi (ton/ha/thn) 2,12 (r)

Bahaya banjir (fh)

Genangan F0

Penyiapan lahan (lp)

Batuan di permukaan (%) <5

Singkapan batuan (%) <5


(3)

Lampiran 12. Data Karakteristik Tanah SPT 8 Karakteristik Kedalaman (cm)

0 – 30 Temperatur (tc)

Temp. rata-rata (oC) 20,23

Ketinggian tempat (m dpl) >1100

Ketersediaan air (wa)

Curah hujan (mm) 2046.3

Kelembaban (%) 83,38

Lama bulan kering (bln) 2,1

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase Baik

Media perakaran (rc)

Tekstur : Lempung liat berpasir

(ah)

- Pasir (%) 68

- Debu (%) 14

- Liat (%) 20

Bahan Kasar (%) <15

Kedalaman tanah (cm) 20-50

Retensi hara (nr)

KTK (me/100g) 8,90

Kejenuhan Basa (%) 12,13

pH H2O 6,16

C-organik (%) 3,85

Sodisitas (xn)

Alkalinitas/ESP (%) 2,02

Bahaya erosi (eh)

Lereng (%) 8-16

Bahaya erosi (ton/ha/thn) 29,66 (b)

Bahaya banjir (fh)

Genangan F0

Penyiapan lahan (lp)

Batuan di permukaan (%) <5

Singkapan batuan (%) <5


(4)

Lampiran 18. Karakteristik Kesesuaian Lahan untuk kopi (Coffea sp)

Karakteristik Lahan Kelas Kesesuaian Lahan

S1 S2 S3 N

Temperatur (tc)

Temp. rata-rata (oC)

Ketersediaan air (wa)

Curah hujan tahunan rata-rata (mm)

Jumlah bln kering () Kelembapan (%)

Ketersediaan oksigen (oa)

Drainase

Media perakaran (rc)

Tekstur

Bahan kasar (%) Kedalaman tanah (cm)

Gambut

Ketebalan (cm)

Ketebalan (cm), jika ada sisipan bahan

mineral/pengkayaan Kematangan

Retensi hara (nr)

KTK (me/100g) Kejenuhan basa (%) pH H2O C-organik (%) Toksisitas (xc) Salinitas (dS/m) Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%)

Bahaya sulfidik (xs)

Kedalaman sulfidik (cm)

Bahaya erosi (eh)

Lereng (%) Bahaya erosi

Bahaya banjir (fh)

Genangan 22-25 2000-3000 2-3 45-80 baik halus, agak halus, sedang <15 >100 <60 <140 saprik >16 <20 5,3-6.0 >0.8 <1 - >175 <8 sgt rendah F0 - 25-28 1750-2000 3000-3500 3-5 80-90 35-45 sedang - 15-35 75-100 60-140 140-200 saprik,hemik ≤16 ≤20 6.0-6.5 5.0-5.3 ≤0.8 - - 125-175 8-16 rendah-sedang F0 19-22 28-32 1500-1750 3500-4000 5-6 >90; 30-35 agk trhmbat, agk cepat agk kasar, sgt halus 35-60 50-75 140-200 200-400 hemik,fibrik - - >6.5 <5.3 - 1-2 - 75-125 16-30;16-50 berat F1 <19 >32 <1500 >4000 >6 <30 terhambat,sgt trhmbat, cepat kasar, sgt halus >60 <50 >200 >400 fibrik - - - - - >2 - <75 >30;>50 sgt berat >F1


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kopi Ateng Arabika (Cofeea arabicaL.) di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara

2 44 64

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kopi Arabika ( Coffea arabica ) di Dusun Paman Similir Desa Telagah Kecamatan Sel Bingei Kabupaten Langkat

1 52 58

Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jeruk (Citrus Sp.) dan Kopi Arabika (Coffea arabica) Di Kecamatan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat

9 87 100

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kakao Berdasarkan Kelas Kemiringan Lereng Di Desa Mbaruai Kec. Sibiru-biru Kab. Deli Serdang

1 71 67

Evaluasi Kesesuaian Lahan Desa Harian dan Desa Sitinjak Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir untuk Berbagai Tanaman Palawija

3 33 133

Evaluasi Kesesuaian Lahan Di Desa Rumah Pilpil, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang Untuk Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L)

1 29 66

Evaluasi Kesesuaian Lahan Desa Harian dan Desa Sitinjak Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir Untuk Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) dan Bawang Putih (Allium sativum L.)

6 83 95

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) dan Strawberi (Fragaria vesca Linn.) di Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun

2 50 94

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffee sp.), Kentang (Solanum tuberosum L.), dan Kubis (Brassica oleraceae L.), Jeruk (Citrus sp.) di Kecamatan Harian Kabupaten Samosir

0 40 116

Evaluasi Kesesuaian Lahan Kabupaten Dairi untuk Tanaman Kopi Robusta (Coffea robusta Lindl.)

0 17 90